Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan aspek yang penting bagi kehidupan, terutama bagi manusia.
Selama ini kebutuhan manusia akan air sangatlah besar, oleh karena itu air tidak
dapat terlepas dari kehidupan manusia. Mulai dari hal kecil, seperti air minum untuk
melepas dahaga hingga kincir air yang dimanfaatkan sebagai penghasil energi
listrik (Sutanto, 2001).
Hampir 71% permukaan bumi tertutupi oleh air. Terdapat 1,4 triliun kilometer
kubik (330 juta mil³) air tersedia di bumi akan tetapi ketersediaan air masih saja
kurang, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti semakin meningkatnya
penggunaan air bersih oleh masyarakat, menipisnya ketersediaan air bersih yang
dikarenakan oleh kekeringan, sebagian besar air terdapat di laut (air asin), serta
terjadinya pencemaran air sehingga tidak dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan air sehari-hari.
Salah satu sumber air yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari adalah air tanah. Air tanah ini digunakan oleh manusia untuk minum,
mandi, memasak, mencuci, ataupuan memenuhi kebutuhan lainnya. Oleh karena
itu, air tanah yang ada harus dijaga dengan baik. Akan tetapi pada masa kini,
ketersediaan air tanah mulai berkurang, ditambah lagi banyaknya sumber air tanah
yang sudah mulai tercemar oleh zat-zat berbahaya sehingga tidak dapat digunakan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan air tanah ?
2. Apa sajakah klasifikasi dari air tanah ?
3. Apa saja kandungan yang terdapat dalam air tanah ?
4. Bagaimana cara memperoleh air tanah ?
5. Bagaimana cara mengenalisis air tanah ?
6. Apa yang dimaksud dengan pencemaran air tanah ?
7. Apa penyebab pencemaran air tanah ? serta apa dampaknya ?
8. Bagaimana cara menanggulangi dan mencegah pencemaran air tanah ?

1
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, maka tujuan
dari penulisan makalah ini antara lain :
1. Mengetahui pengertian air tanah
2. Mengetahui klasifikasi air tanah
3. Mengetahui kandungan didalam air tanah
4. Mengetahui cara memperoleh air tanah
5. Mengetahui cara menganalisis air tanah
6. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pencemaran air tanah
7. Mengetahui penyebab dan dampak dari pencemaran air tanah
8. Mengetahui cara penanggulangan pencemaran air tanah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Air Tanah


2.1.1 Pengertian Air Tanah
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di
bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air.
Selain air sungai dan air hujan, air tanah juga mempunyai peranan yang sangat
penting terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air
untuk kepentingan rumah tangga (domestik) maupun untuk
kepentingan industri. Air tanah juga berarti air yang mengalir di lapisan akuifer di
bawah water table. Dibeberapa daerah, ketergantungan pasokan air bersih dan air
tanah telah mencapai ± 70%. Penduduk biasanya mengambil air dan air tanah
ditingkat dangkal untuk kebutuhan domestk dan pertanian, sedangkan industri
biasanya memerlukan air dalam jumlah banyak sehingga mengambil air tanah
dalam, yaitu dari sumur artesis. Air tanah bergerak di dalam tanah mengisi ruang-
ruang antar butir tanah atau dalam retakan batuan. Aliran air tanah merupakan salah
satu rangkaian proses dalam siklus hidrologi. Sumber utama air tanah adalah air
hujan yang terinfiltrasi, dikurangi penguapan dari permukaan tanah dan transpirasi
(Widiyanto, 2015).
Undang Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
mendefinisikan air tanah sebagai air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan
di bawah permukaan tanah. Sedangkan menurut para ahli, air tanah didefinisikan
sebagai berikut :
 Air tanah adalah segala bentuk aliran air hujan yang mengalir di bawah
permukaan tanah sebagai akibat struktur perlapisan geologi, beda potensi
kelembaban tanah, dan gaya gravitasi bumi. Air bawah permukaan tersebut
biasa dikenal dengan air tanah (Asdak, 2002 dalam Riastika 2011).
 Air tanah adalah sejumlah air di bawah permukaan bumi yang dapat
dikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan atau sistem drainase atau
dengan pemompaan. Dapat juga disebut aliran yang secara alami mengalir

3
ke permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan (Bouwer, 1978; Freeze
dan Cherry, 1979; Kodoatie, 1996).
 Air tanah adalah air yang tersimpan pada lajur jenuh, yang kemudian
bergerak sebagai aliran melalui batuan dan lapisan-lapisan tanah yang ada
di bumi sampai air tersebut keluar sebagai mata air, atau terkumpul masuk
ke kolam, danau, sungai, dan laut (Fetter, 1994). Batas atas lajur jenuh air
disebut dengan muka air tanah (water table).
 Air tanah adalah air yang menempati rongga-rongga dalam lapisan geologi.
Lapisan tanah yang terletak di bawah permukaan tanah dinamakan lajur
jenuh (saturated zone), dan lajur tidak jenuh terletak di atas lajur jenuh
sampai ke permukaan tanah, yang rongga-rongganya berisi air dan udara
(Soemarto, 1989).
2.1.2 Susunan Air Tanah
Keberadaan air tanah sangat tergantung pada sifat lapisan batuan yang ada
dibawahnya. Lapisan batuan yang mudah dilalui oleh air, minyak, dan gas disebut
lapisan permiabel, terdiri dari batuan lepas-lepas, seperti kerikil atau pasir.
Permeabilitas ini tergantung dari jenis tanah. Lapisan ini juga disebut lapisan
akuifer. Menurut Sugianti (2014) Akuifer dapat dibedakan menjadi empat tipe,
yaitu :
1. Akuifer tidak tertekan, batas atasnya adalah muka air tanah. Kedalaman dan
bentuk muka air tanah sangat tergantung pada keadaan air di permukaan
tanah, luas daerah tangkapan air, debit air, dan banyaknya sumur.
2. Lapisan akuifer tertekan, sering disebut juga akuifer artesis, yakni suatu
lapisan air tanah yang terletak diantara dua lapisan kedap air.
3. Akuifer setempat, merupakan lapisan air yang lokasinya setempat-setempat
mengikuti lapisan kedap air yang keberadaannya juga setempat setempat.
4. Akuifer semi tertekan, merupakan akuifer yang dibatasi oleh lapisan yang
agak tembus air.
Daerah-daerah yang banyak mengandung air tanah (akuifer) diantaranya
adalah dataran aluvial, daerah antar gunung api, daerah kapur, dan daerah
delta/gosong pasir. Di daerah pantai, air tanah tawar banyak dijumpai pada bekas

4
beting pantai, air alam gosong pasir (natural levee). Lahan ini biasanya digunakan
untuk areal pemukiman karena tersedia air tanah dangkal yang tawar.
Secara alamiah, tinggi permukaan air tanah akan naik turun (berfluktuasi),
namun tetap dalam keadaan seimbang. Fluktuasi permukaan air tanah terjadi
karena:
1. Adanya kegiatan penghambatan air tanah untuk konsumsi manusia (rumah
tangga), industri, dan pertanian
2. Adanya pergantian musim, sehingga pada musim hujan tinggi muka air
tanah mengalami kenaikan, tetapi pada musim kemarau cenderung menurun
secara bertahap.
Lapisan batuan yang tidak dapat dilalui oleh air disebut lapisan impermeabel atau
lapisan kedap air yang terdiri dari tanah bertekstur lempung. Adanya lapisan batuan
yang berbeda ini mengakibatkan perbedaan daya tampung lapisan batuan terhadap
air. Sistem perairan di bawah permukaan dapat disamakan dengan sistem perairan
permukaan dalam hal adanya input, output, dan penyimpanan. Perbedaan yang
paling mendasar adalah kecepatan dan kapasitasnya, air tanah mengalir dengan
kecepatan bervariasi, antara beberapa hari hingga ribuan tahun untuk muncul
kembali ke perairan permukaan dari wilayah tangkapan hujan, dan air tanah
memiliki kapasitas penyimpanan yang jauh lebih besar dari perairan permukaan.
Input alami dari air tanah adalah serapan dari perairan permukaan, terutama wilayah
tangkapan air hujan. Sedangkan output alaminya adalah mata air dan serapan
menuju lautan.
2.1.3 Sumber-sumber Air Tanah
Berdasarkan jenisnya, air tanah dapat dikelompokkan ke dalam tujuh bagian, yaitu
sebagai berikut :
a) Meteoric Water (Vadose Water)
Air tanah ini berasal dari air hujan, dan terdapat pada lapisan tanah yang tidak
jenuh. Air dari danau, sungai, dan lelehan salju termasuk dalam air meteorik yang
berasal dari pengendapan secara tidak langsung. Sementara sebagian besar air hujan
atau air lelehan dari salju dan es mencapai laut melalui aliran permukaan, sebagian
besar dari air meteorik merembes ke dalam tanah. Air yang sudah terinfiltrasi akan
mengalir ke lapisan tanah jenuh dan menjadi bagian dari air tanah di akuifer.

5
b) Connate Water (Air Tanah Tubir)
Air tanah ini berasal dari air yang terperangkap dalam rongga-rongga batuan
endapan, sejak pengendapan tersebut terjadi. Termasuk juga air yang terperangkap
pada rongga-rongga batuan beku lelehan ketika magma tersembur ke permukaan
bumi. Dapat berasal dari air laut atau air darat. Air connate juga disebut air fosil.
Air ini memiliki salinitas yang tinggi dibandingkan dengan air daerah laut.
c) Fossil Water (Air Fosil)
Air tanah ini berasal dari hasil pengendapan fosil-fosil, baik fosil tumbuhan
maupun fosil binatang.
d) Juvenil Water (Air Magma)
Air ini berasal dari dalam bumi (magma). Air ini bukan dari atmosfer atau air
permukaan, tetapi berasal dari magma yang berupa gas (H2O) yang masuk ke
bagian pori-pori bumi bagian dalam.
e) Pelliculkar Water (Air Pelikular)
Air yang tersimpan dalam tanah karena tarikan molekul-molekul tanah.
f) Phreatis Water (Air Freatis)
Air tanah yang berada pada lapisan kulit bumi yang poreus (sarang). Lapisan
air tersebut berada di atas lapisan yang tidak tembus air (pejal/kedap) atau di antara
dua lapisan yang tidak tembus air.
g) Artesian Water (Air Artesis)
Air artesis ini dinamakan juga air tekanan (pressure water). Air tersebut
berada di antara dua lapisan batuan yang kedap (tidak tembus) air
sehingga dapat menyebabkan air tersebut dalam keadaan tertekan. Jika
air tanah ini memeroleh jalan keluar baik secara disengaja atau tidak,
akan keluar dengan kekuatan besar ke permukaan bumi dan terjadilah
sumber air artesis.
2.1.4 Klasifikasi Air Tanah
1. Air Tanah Dangkal (air freatis)
Air tanah dangkal adalah air tanah yang terletak di atas lapisan kedap air dan
biasanya tidak begitu dalam. Air ini banyak dimanfaatkan unutk sumur galian.

6
2. Air Tanah Dalam (air artesis)
Air tanah dalam adalah air tanah yang terletak di antara dua lapisan kedap air,
seperti air yang berasal dari pegunungan. Umunya air ini terletak pada lapisan
akuifer dengan jumlah air yang relatif besar. jika tekanan air sangat besar
2.1.5 Kandungan dalam Air Tanah
Air tanah memiliki kandungan mineral seperti kalium, kalsium, magnesium,
dan silika, meski dalam satuan ppm. Hal itu karena dalam perjalanannya, air tanah
menemui banyak bebatuan sehingga air mengikis bebatuan tersebut dan
melarutkannya. Selain yang disebutkan diatas, air tanah, khususnya untuk
pemakaian rumah tangga dan industri, di wilayah urban dan dataran rendah
memiliki kecenderungan untuk mengandung kadar besi atau asam organik tinggi.
Hal ini bisa diakibatkan dari kondisi geologis Indonesia yang secara alami memiliki
deposit Fe tinggi terutama di daerah lereng gunung atau diakibatkan pula oleh
aktivitas manusia. Sedangkan air dengan kandungan asam organik tinggi bisa
disebabkan oleh adanya lahan gambut atau daerah bakau yang kaya akan
kandungan senyawa organik. Ciri-ciri air yang mengandung kadar besi tinggi atau
kandungan senyawa organik tinggi bisa dilihat sebagai berikut :
 Air mengandung zat besi
Air dengan kandungan zat besi tinggi akan menyebabkan air berwarna kuning.
Pertama keluar dari kran, air nampak jernih namun setelah beberapa saat air akan
berubah warna menjadi kuning. Hal ini disebabkan karena air yang berasal dari
sumber air sebelum keluar dari kran berada dalam bentuk ion Fe2+, setelah keluar
dari kran Fe2+ akan teroksidasi menjadi Fe3+ yang berwarna kuning.
 Air kuning permanen
Air kuning permanen biasanya terdapat di daerah bakau dan tanah gambut yang
kaya akan kandungan senyawa organik. Berbeda dengan kuning akibat kadar besi
tinggi, air kuning permanen ini sudah berwarna kuning saat pertama keluar dari
kran sampai beberapa saat kemudian didiamkan akan tetap berwarna kuning.
2.1.6 Dasar Hukum Mengenai Air Tanah
1. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2008 tentang Air Tanah

7
3. Kept. Menteri ESDM No. 1451. K/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Tugas Pemerintah di Bidang Pengelolaan Air Bawah
Tanah
4. Kept. Menteri ESDM No. 716.K/40/MEM/2003 tentang Batas Horizontal
Cekungan Air Tanah di Pulau Jawa dan Pulau Madura
2.1.7 Cekungan Air Tanah
Adanya krisis air akibat kerusakan lingkungan, perlu suatu upaya untuk
menjaga keberadaan/ketersediaan sumber daya air tanah salah satunya dengan
memiliki suatu sistem monitoring penggunaan air tanah yang dapat divisualisasikan
dalam data spasial dan atributnya. Dalam Undang-undang Sumber Daya Air, daerah
aliran air tanah disebut Cekungan Air Tanah (CAT) yang didefinisikan sebagai
suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian
hidrogeologis seperti proses pengimbunan, pengaliran dan pelepasan air tanah
berlangsung.
Menurut Danaryanto, dkk. (2004), CAT di Indonesia secara umum dibedakan
menjadi dua buah yaitu CAT bebas (unconfined aquifer) dan CAT tertekan
(confined aquifer). CAT ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan total
besarnya potensi masing-masing CAT adalah :
 CAT Bebas : Potensi 1.165.971 juta m³/tahun
 CAT Tertekan : Potensi 35.325 juta m³/tahun
Elemen CAT adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah, jadi
seakan-akan merupakan kebalikan dari air permukaan.
2.1.8 Cara Memperoleh Air Tanah
Untuk memperoleh air tanah ini dengan melakukan penggalian atau
pengeboran tanah. Kedalaman menggali dan mengebor tanah sangat bergantung
pada struktur tanah setempat. Dengan terbentuknya awan dari titik-titik air dan
proses pengembunan dan titik air tersebut bergabung terjadilah hujan. Hujan ini
mengakibatkan tanah menjadi basah dan meresap ke dalam permukaan tanah dan
sebagian yang lain masuk ke saluran dan akhirnya masuk sungai. Lewat cara
demikian ini maka di dalam tanah terdapat cadangan air yang sangat banyak.
Cadangan air dalam tanah inilah yang memberikan kesempatan kepada kita untuk
memperoleh air bersih dengan cara menggalinya.

8
Ada kalanya dengan menggali sebentar telah diperoleh sumber mata air,
namun ada kalanya harus dikerjakan berhari-hari baru diperoleh sumber mata air.
Dengan diperolehnya batuan yang kedap air, hal ini merupakan faktor yang penting
bagi diperolehnya air tanah yang dapat disimpan. Penggalian sumur dapat
diupayakan mencapai zona air jenuh sehingga air tanah dapat tertampung. Zona air
jenuh merupakan daerah yang pori-pori tanahnya menyimpan air melebihi daya
tampungnya. Zona air terbuka merupakan daerah yang pori-porinya belum jenuh
dengan air.
Sumur artesis merupakan sumur yang dapat memancarkan air secara
langsung. Sumur ini dibuat pada daerah cekungan yang struktur cadangannya
melengkung. Dengan menggali pada daerah cekungan ini akan diperoleh air yang
dapat memancar ke luar. Distribusi air dalam tanah yang dimulai dari adanya hujan,
air meresap dalam tanah yang tak jenuh. Pada daerah tak jenuh ini air masih terus
merembes menuju ke tempat yang rendah dan jenuh lalu ditampung. Lapisan tak
permiabel merupakan bagian yang menahan air.
Sumur artesis terbentuk bila pada saat menggali berada pada daerah yang
cekung/rendah dan penggalian lapisan tanah mencapai daerah akuifer yang jenuh
dengan air. Untuk menemukan sumber air dalam tanah diperlukan penguasaan ilmu
tentang struktur bumi dan lapisan-lapisannya.
2.1.9 Analisis Air Tanah Beradasarkan SNI
Analisis terhadap air yang ditentukan berdasarkan SNI 13-7121-2005 adalah
sebagai berikut:
 Penyelidikan potensi air tanah skala 1:100.000 atau lebih besar
Air Tanah
Semua air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah
pada zona jenuh air
Analisis Kualitas Air Tanah
Analisis kualitas air tanah dilakukan dengan cara sebagai berikut:
– Evaluasi komposisi kimia untuk mendapatkan informasi tentang asal usul
(genesa), kecepatan, dan arah pergerakan air tanah, serta penentuan daerah imbuhan
air tanah dan daerah lepasan air tanah

9
– Evaluasi bakteriologi untuk mengetahui kandungan bakteri patogen dan E. coli
di dalam air tanah dengan tujuan untuk mendeteksi pencemaran biologi terhadap
air tanah serta menguji kelayakan penggunaannya untuk keperluan air minum.
– Evaluasi peruntukan untuk mengetahui kelayakan penggunaan air tanah bagi
berbagai keperluan antara lain air minum, rumah tangga, industri, dan pertanian.
Kriteria Kuantitas
Kuantitas air tanah yang dapat dieksploitasi ditentukan berdasarkan parameter
akuifer dan parameter sumur yang meliputi keterusan (T), debit jenis (Qs), dan debit
optimum (Qopt).
Kriteria kuantitas air tanah bergantung pada jenis peruntukannya (air minum,
industri, pertanian, dan keperluan lain).
Kriteria Kualitas
Kriteria kualitas bergantung pada jenis peruntukan, penentuan parameter kunci, dan
standar yang digunakan untuk menilai kualitas air tanah. Pengelompokan kualitas
air tanah untuk menentukan potensi air tanah bagi keperluan air minum didasarkan
atas parameter kimia dengan mempertimbangkan kadarnya:
2.2 Masalah pada Air Tanah
Seiring dengan pesatnya pembangunan yang dilakukan muncul beberapa
masalah lingkungan yang terkait dengan air tanah, yaitu semakin berkurangnya
sumber air tanah yang tersedia dan pencemaran air tanah pun semkain meningkat.
Menurut Yudo (2011) Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya berkurangnya
sumber air tanah yaitu :
1. Pertumbuhan industri yang pesat di suatu kawasan disertai dengan
pertumbuhan pemukiman penduduk akan menimbulkan kecenderungan
kenaikan permintaan air tanah.
2. Pemakaian air beragam sehingga berbeda dalam kepentingan, maksud serta
cara memperoleh sumber air.
3. Perlu perubahan sikap sebagian besar masyarakat yang cenderung boros
dalam pengggunaan air tanah melalaikan unsur konservasi.
Bila air tanah dangkal dan air tanah dalam diambil secara berlebihan, maka
sumber air tanah akan berkurang. Akibatnya, terjadi penuruan tanah (amblesan) dan
penerobosan air asin ke dalam air tanah (intrusi air asin) untuk daerah pesisir.

10
Terjadinya intrusi air laut menyebabkan penyediaan air bersih terganggu karena air
tawar tercampur dengan air laut. Upaya untuk membersihkannya kembali
memerlukan waktu bertahun-tahuan. Oleh karena itu, berbagai cara harus dilakukan
untuk mencegah dan mengendalikan terjadinya intrusi air laut (Naslilmuna, 2018).
Batas antara air tawar dan air asin di dalam air tanah disebut interface.
Interface ini akan bergerak sesuai dengan keseimbangan antara air tawar dan air
asin. Pengambilan air tanah yang berlebihan di daerah pantai akan menyebabkan
garis interface bergerak ke arah daratan atau air asin mendesak air tawar sehingga
air asin akan masuk ke dalam sumur-sumur di daerah pantai.
2.2.1 Pencemaran Air Tanah
Pencemaran air tanah adalah keadaan dimana tanah tercemar oleh pollutant
sehingga membuat air yang berada didalamnya ikut tercemar. Zat pencemar
(pollutant) dapat didefinisikan sebagai zat kimia biologi, radio aktif yang berwujud
benda cair, padat, maupun gas, baik yang berasal dari alam yang kehadirannya
dipicu oleh manusia (tidak langsung) ataupun dari kegiatan manusia (anthropogenic
origin) yang telah mengakibatkan efek yang buruk bagi kehidupan manusia dan
lingkungannya. Tanda-tanda pencemaran air dapat dilihat secara :
1. Fisis, yaitu pada kejernihan air, perubahan suhu, perubahan rasa, dan
perubahan warna air.
2. Kimia, yaitu adanya zat kimia yang terlarut dalam air dan perubahan pH
3. Biologi, yaitu adanya mikroorganisme di dalam air tersebut
2.2.2 Penyebab Pencemaran
Banyak penyebab yang dapat mengakibatkan air tanah tercemar, misalnya saja
terdapat bahan-bahan buangan hasil dari kegiatan manusia yang terdapat pada
sumur dan tanah yang mencemari air didalamnya. Bahan-bahan tersebut dapat
berupa :
1. Bahan Buangan Padat
Bahan buangan padat adalah bahan buangan yang berbentuk padat, baik yang
kasar maupun yang halus, misalnya sampah. Buangan tersebut bila dibuang ke air
menjadi pencemaran dan akan menimbulkan pelarutan, pengendapan ataupun
pembentukan koloidal.

11
2. Bahan Buangan Organikdan Olahan Bahan Makanan
Bahan buangan organik umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau
terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga bila dibuang keperairan akan
menaikkan populasi mikroorganisme. Seperti sayur, bahan makanan yang
membusuk, buah-buahan, dan lain sebagainya.
3. Bahan Buangan Anorganik
Bahan buangan anorganik sukar didegradasi oleh mikroorganisme, umumnya
adalah logam. Apabila masuk keperairan, maka akan terjadi peningkatan jumlah
ion logam dalam air. Bahan buangan anorganik ini biasanya berasal dari limbah
industri yang melibatkan unsur-unsur logam seperti timbal (Pb), Arsen (As),
Magnesium (Mg), dll.
4. Bahan Buangan Cairan Berminyak
Bahan buangan berminyak yang dibuang ke air lingkungan akan mengapung
menutupi permukaan air. Jika bahan buangan minyak mengandung senyawa yang
volatile, maka akan terjadi penguapan dan luas permukaan minyak yang menutupi
permukaan air akan menyusut. Penyusutan minyak ini tergantung jenis minyak dan
waktu. Lapisan minyak pada permukaan air dapat terdegradasi oleh
mikroorganisme tertentu, tetapi membutuhkan waktu yang lama.
5. Bahan Buangan Zat Kimia
Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi dalam bahan pencemaran air ini
akan dikelompokkan menjadi :
1. Sabun (deterjen, sampo dan bahan pembersih lainnya)
2. Bahan pemberantas hama (insektisida)
3. Zat warna kimia
4. Zat radio aktif
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah,
maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk kedalam tanah.
Pencemaran yang masuk kedalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia
beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada
manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.

12
1. Air Lindi
Air lindi ditemukan pada lapisan tanah yang digunakan sebagai open
dumping, yaitu kira-kira berjarak 2 meter di bawah permukaan tanah.Pengaruh
pencemaran lindi terhadap lingkungan disekitar TPA antara lain dapat berpengaruh
pada perubahan sifat fisik air, suhu air, rasa, bau dan kekeruhan. Suhu limbah yang
berasal dari lindi umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan air yang tidak
tercemar lindi. Hal ini dapat mempercepat reaksi kimia dalam air, mengurangi
kelarutan oksigen dalam air, mempercepat pengaruh rasa dan bau.
Terkontaminasinya sumber air tanah dangkal oleh zat-zat kimia yang
terkandung dalam lindi seperti misalnya nitrit, nitrat, ammonia, kalsium, kalium,
magnesium, kesadahan, klorida, sulfat, BOD, COD, pH yang konsentrasinya sangat
tinggi akan menyebabkan terganggunya kehidupan hewan dan binatang lainnya
yang hidup di sawah disekitar TPA. Disamping itu pula tercemarnya air bawah
permukaan yang diakibatkan oleh lindi berengaruh terhadap kesehatan penduduk
terutama bagi penduduk yang bermukim di sekitar TPA. Lindi yang semakin lama
semakin banyak volumenya akan merembes masuk ke dalam tanah yang nantinya
akan menyebabkan terkontaminasinya air bawah permukaan yang pada akhirnya
akan menyebabkan tercemarnya sumur-sumur dangkal yang dimaanfaatkan oleh
penduduk sebagai sumber air minum.
2.3 Akibat Pencemaran Air Tanah
Air tanah sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup, terutama manusia. Air
tanah yang tercemar dapat menimbulkan beberapa akibat, misalnya saja :
1. Dapat menaikkan populasi mikroorganisme yang bersifat patogen.
2. Terganggunya kesehatan, karena air yang digunakantercemar. Penyakit
yang umum dirasakan oleh manusia akibat tercemarnya air tanah adalah
penyakit kulit maupun terganggunya sistem pencernaan.
3. Ketersediaan air bersih berkurang, sehingga sulitnya mendapatkan air yang
dapat digunakan untuk minum, mandi, maupun mencuci.
2.4 Penanggulangan Pencemaran Air Tanah
1. Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang
tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ

13
(atau off-site). Pembersihan on-siteadalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini
lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan
bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan
kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut
dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki
yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut.
Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah
dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan
rumit.
2. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk
memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun
atau tidak beracun (karbon dioksida dan air). Menurut Dr. Anton Muhibuddin, salah
satu mikroorganisme yang berfungsi sebagai bioremediasi adalah jamur vesikular
arbuskular mikoriza (vam). Jamur vam dapat berperan langsung maupun tidak
langsung dalam remediasi tanah. Berperan langsung, karena kemampuannya
menyerap unsur logam dari dalam tanah dan berperan tidak langsung karena
menstimulir pertumbuhan mikroorganisme bioremediasi lain seperti bakteri
tertentu, jamur dan sebagainya.
2.5 Upaya Pencegahan
Pada dasarnya ada tiga cara yang dapat dilakukan dalam rangka pencegahan
pencemaran lingkungan (Adriyani, 2006) yaitu:
1. Secara Administratif
Upaya pencegahan pencemaran lingkungan secara administratif adalah
pencegahan pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh pemerintah dengan cara
mengeluarkan kebijakan atau peraturan yang berhubungan dengan lingkungan
hidup. Contohnya adalah dengan keluarnya undang-undang tentang pokok-pokok
pengelolaan lingkungan hidup yang dikeluarkan oleh presiden Republik Indonesia
pada tanggal 11 Maret 1982. Dengan adanya AMDAL sebelum adanya proyek

14
pembangunan pabrik dan proyek yang lainnya. Selain itu, perlu adanya sanksi yang
tegas serta pengawasan dari pihak pemerintah.
2. Secara Teknologis
Cara ini ditempuh dengan mewajibkan pabrik untuk memiliki unit
pengolahan limbah sendiri. Sebelum limbah pabrik dibuang ke lingkungan, pabrik
wajib mengolah limbah tersebut terlebih dahulu sehingga menjadi zat yang tidak
berbahaya bagi lingkungan. Hal yang paling sederhana adalah membuat biopori.
Biopori adalah metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi banjir dengan
cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Metode ini dicetuskan oleh Dr. Kamir
R Brata, salah satu peneliti dari Institut Pertanian Bogor. Peningkatan daya resap
air pada tanah dilakukan dengan membuat lubang pada tanah dan menimbunnya
dengan sampah organikuntuk menghasilkan kompos. Sampah organik yang
ditimbunkan pada lubang ini kemudian dapat menghidupi fauna tanah, yang
seterusnya mampu menciptakan pori-pori di dalam tanah.
Teknologi berbasis 3R yaitu Reduce, Recycle, dan Reuse pun dapat
dilakukan. Reduce artinya mengurangi, maksudnya masyarakat dihimbau untuk
mengurangi penggunaan air sehingga eksploitasi air tanah dapat diminimalisir,
setelah penggunaan air tanah dapat dikurangi, saatnya limbah hasil pembuangan
masyarakat diolah kembali dengan metoda recycle. Banyak cara yang dapat
dilakukan, salah satunya dengan membuat bak penampungan kemudian dilakukan
pemfilteran air. Setelah dinyatakan layak, air tersebut dapat digunakan kemabali
(reuse).
3. Secara Edukatif
Cara ini ditempuh dengan melakukan penyuluhan terhadap masyarakat akan
pentingnya lingkungan dan betapa bahayanya pencemaran lingkungan. Selain itu,
dapat dilakukan melalui jalur pendidikan-pendidikan formal atau sekolah.( ahmad
cecep sofyan Hariri, 2010 Biologi). Misalnya seminar tentang pentingnya untuk
mengatasi krisis air tanah.
Selain ketiga cara diatas, dapat dilakukan penanaman rumput vetiver. Rumpur
vertiver (Chrysopogon zizaniodes) digunakan sebagai alternative solusi. Selain
untuk mencegah erosi, vertiver juga dapat menyaring air berpolusi (seperti timah
hitam), perbaikan lahan, serta peningkatan kualitas air. Tinggi tanaman mencapai

15
dua meter, sedangkan akar yang vertikal tumbuh ke bawah mencapai hingga 4,5
meter dan berfungsi mengikat tanah.
2.6 Kasus Pencemaran Air Tanah
1. 2009, kasus pencemaran puluhan sumur air tanah milik warga di dusun
banggle, desa genukwatu, kecamatan ngoro, kabupaten jombang. Sumur air
di desa teracuni limbah industri pencucian tekstil.
2. 2012, penurunan pada muka air tanah akibat semakin keringnya sumber air
tanah di Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi,
Provinsi Jawa Barat.
3. Pencemaran air tanah oleh koli-fekal: studi kasus sumur gali penduduk di
wilayah sekitar sungai Cikapundung-Hilir, Desa Citeureup, Kecamatan
Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Air tanah merupakan salah satu sumber air yang diandalkan masyarakat
untuk keperluan sehari-hari. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, air
tanah mulai tercemar karena adanya zat buang yang kemudian mengendap dan
meresap ke dalam tanah sehingga mencemari air tanah. Dampak terbesar yang
ditimbulkan oleh pencemaran tanah adalah terganggunya kesehatan pada manusia,
yaitu dapat berupa gangguan pencernaan maupun penyakit kulit. Selain itu,
mengurangi persediaan air bersih. Jika air tanah sudah tercemar dapat ditanggulangi
dengan bioremediasi dan remediasi.
3.2 Saran
Kita sebagai konsumen terbesar dalam penggunaan air dibandingkan
dengan mahluk lain sebaiknya peduli dengan apa yang tengah terjadi sekarang. Kita
bisa melakukan upaya pencegahan seperti membuat biopori, jangan membuang
sampah dan zat buang lain sembarangan, serta kurangi penggunaan air secara
berlebihan. Selain itu, pemerintah pun harus memperluas daerah resapan air yan
kini mulai terabaikan.

17
DAFTAR PUSTAKA
Adriyani, R. (2006). Usaha pengendalian pencemaran lingkungan akibat
penggunaan pestisida pertanian. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 3(1).
Herlambang, A. (2018). Pencemaran air dan strategi penggulangannya. Jurnal Air
Indonesia, 2(1).
Naslilmuna, M., Muryani, C., & Santoso, S. (2018). Analisis Kualitas Air Tanah
dan Pola Konsumsi Air Masyrakat Sekitar Industri Kertas Pt Jaya
Kertas Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk. Geoeco, 4(1).
Riastika, M. (2011). Pengelolaan Air Tanah Berbasis Konservasi Di Recharge Area
Boyolali (Studi Kasus Recharge Area Cepogo, Boyolali, Jawa
Tengah). Jurnal Ilmu Lingkungan, 9(2), 86-97.
Sugianti, K., Mulyadi, D., & Sarah, D. (2014). Klasifikasi Tingkat Kerentanan
Gerakan Tanah Daerah Sumedang Selatan Menggunakan Metode
Storie. RISET Geologi dan Pertambangan, 24(2), 91-102.
Sutanto, R. (2001). Pencemaran Tanah dan Air Tanah oleh Pestisida dan Cara
Menanggulanginya. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, 7(1),
9-15.
Widiyanto, A. F., Yuniarno, S., & Kuswanto, K. (2015). Polusi Air Tanah Akibat
Limbah Industri dan Limbah Rumah Tangga. KEMAS: Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 10(2), 246-254.
Yudo, S., & Said, N. I. (2011). Masalah Pencemaran Air di Jakarta, Sumber dan
Alternatif Penanggulangannya. Jurnal Teknologi Lingkungan, 2(2).

18

Anda mungkin juga menyukai