Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ENSEPALITIS

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah KMB III

Dosen Pembimbing : Nuniek Nizmah F. M kep. Sp .KMB

Di Susun Oleh :

Kelompok 5

1. Fifi Lutfiah (17.1322.S)


2. Nila Ayu Ningtyas (17.1355.S)
3. Novi Aji Lestari (17.1358.S)
4. Nurul Adkha (17.1364.S)
5. Rika Agus pertiwi (17.1378.S)
6. Yanuar Anazdi Yahya (17.1405.S)

Kelas : 3C

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Encepalitis adalah jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing,
protozoa, virus dan jamur. Ensefalitis arbovirus adalah infeksi otak yang berat yang
disebabkan oleh salah satu dari beberapa jenis virus. Infeksi ensefalitis virus yang
paling sering terjadi di Amerika dan ditularkan melalui gigitan serangga adalah :
ensefalitis ekuin Barat, Ensefalitis Ekuin Timur, Ensefalitis Santa Louis, Ensefalitis
Kalifornia (Arif, Mansjoer, 2009).
Encepalitis Ekuin Barat terjadi di seluruh Amerika dan menyerang semua
umur, tetapi terutama menyerang anak usia dibawah 1 tahun. Ensefalitis Ekuin Timur
terjadi terutama di Amerika bagian timur, terutama menyerang anak-anak yang sangat
muda dan diatas usia 55 tahun, dan lebih fatal. Kedua jenis ensefalitis tersebut
cenderung lebih erat pada anak dibawah 1 tahun, menyebabkan kerusakan syaraf atau
otak yang menetap.
Wabah ensefalitis Santa Louis pernah terjadi di seluruh Amerika, terutama di
Texas dan beberapa negara bagian barat tengah. Resiko kematian terbesar ditemukan
pada orang yang lebih tua. Virus kelompok Kalifornia terdiri dari : virus Kalifornia
(banyak ditemukan di AS barat), virus La Crosse (di AS barat tengah), virus
Jamestown Canyon (di New York).
Ketiga virus ini terutama menyerang anak-anak. Di bagian dunia yang lain,
arbovirus yang berbeda tetapi masih berhubungan, menyebabkan ensefalitis yang
ditularkan secara periodik dari alam kepada manusia.
Virus penyebab ensefalitis disebarkan oleh nyamuk jenis tertentu yang
ditemukan di daerah geografis tertentu. Penyakit ini merupakan endemis (terus
menerus ada), tetapi wabah terjadi secara periodik bila jumlah binatang yang
terinfeksi bertambah. Pada manusia terjadi kebetulan.

B. Tujuan
a. Tujuan umum
Agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui penyakit ensepalitis
b. Tujuan Khusus
1. Dapat menjelaskan pengertian penyakit encepalitis.
2. Dapat menyebutkan Etiologi penyakit encepalitis.
3. Dapat menyebutkan patofisiologis penyakit encepalitis.
4. Dapat menyebutkan manisfestasi klinis penyakit encepalitis.
5. Dapat menyebutkan pemeriksaan penunjang penyakit encepalitis.
6. Dapat menyebutkan penatalaksanaan penyakit encepalitis.
7. Dapat menyebutkan komplikasi penyakit encepalitis.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Ensepalitis adalah peradangan pada jaringan otak dan meningen, yang dapat
disebabkan virus, bakteri, jamur dan parasit. Ensepalitis karena bakteri dapat masuk
melalui fraktur tengkorak. Sedangkan pada virus disebabkan oleh gigitan serangga,
nyamuk (arbovirus) yang kemudian masuk ke susunan syaraf pusat melalui peredaran
darah, syaraf-syaraf perifer dan syaraf kranial atau akibat virus meningitis ( ).
Ensepalitis adalah infeksi yang mengenai sistem saraf pusat (SSP) yang
disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang nonpurulen. Penyebab tersering
dari ensefalitis adalah virus kemudian herpes simpleks, arbovirus, dan jarang
disebabkan oleh enterovirus, mumps, dan adenovirus. Ensefalitis bisa juga terjadi
pasca infeksi campak, influeza, varicella, dan pascavaksinasi pertuisis. Pada
encepalitis terjadi peradangan jaringan otak yang dapat mengenai selaput pembngkus
otak sampai dengan medula spinalis (smelzer,2012).

B. Etiologi
Untuk mengetahui penyebab encepalithis perlu pemeriksaan bakteriologik dan
virulogik pada spesimen fases, sputum, serum darah/pun cairan serebrospinalis yang
harus diambil pada hari-hari pertama.
Encepalitis dapat disebabkan karena :
1. Arbovirus
Arbofirus dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitaan nyamuk dan
serangga. Masa inkubasinya antara 5 sampai 15 hari.
2. Enterevirus
Termasuk dalam enterevirus adalah poliovirus, herpes zoster. Enterevirus
dapat menimbulkan encepalitis dapat pula mengakibatkan penyakit mumps
(gondongan).
3. Herpes simpleks
Merupakan penyebab tersering ensefalitis sporadik. Virus lainnya yaitu
Herpes zoster, sitomegalovirus, dan virus Epstein-Barr. Ensefalitis dapat
menjadi epidemi, yaitu sebagai akibat infeksi arbovirus pada tempat di
mana nyamuk berperan sebagai vektor penyakit ini.
4. Amuba
Amuba naegleria dan acanthamoeba yaitu merupakan penyebab dari
encepalitis dan keduanya biasa ditemukan di air dan dapat masuk melalui
mukosa mulut saat berenang.
5. Rabies
Penyakit rabies akibat gigitan binatang yang terkena rabies setelah masa
inkubasi yang berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
6. Jamur
Jamur yang dapat menimbulkan encephalitis adalah fungus blastomices
dermatitidis, biasanya menyerang pria yang bekerja diluar rumah. Tempat
masuknya melalui paru-paru atau lesi pada kulit.
C. Patofisiologis
Virus masuk tubuh klien melalui kulit, saluran nafas, dan saluran cerna. Setelah
masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara :
- Lokal : virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ
tertentu.dan pucat.
- Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah, kemudian
meneyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
- Penyebaran melelui saraf-saraf : virus berkembang biak dipermukaan selaput
lendir dan menyebar melalui sistem persarafan.
Setelah terjadi penyebaran ke otak terjadi manisfestasi klinis ensefalitis. Masa
prodromal berlangsung 1-4hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing,
muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremitas. Suhu badan meningkat,
fotofobia, sakit kepala, muntah-munatah, letargi, kadang disertai kaku kuduk
apabila infeksi mengenai meningen.pada anak, tanpak gelisah kadang disertai
perubahan tingkah laku. Dapat disertai gangguan penglihatan, pendengaran,
bicara, serat kejang. Gejala lain berupa gelisa, rewel, perubahan perilaku,
gangguan kesadaran, kejang. Kadang-kadang diserati tanda neurologis fokal
berupa afasia, hemiparasis, hemiplegia, ataksia, dan paralisis saraf otak.

D. Manisfestasi klinis
Tanda dan gejala encephalitis tergantung dari penyebabnya, masing-masing berbeda.
Namun secara umum tanda dan gejala umum encephalitis :
 Hipertermi
 Nyeri kepala, fotofobia, nyeri sendi, nyeri leher, dan nyeri pinggang
 Kesadaran menurun, mengantuk
 Vomitus, demam
 Defisit neurologik, kelumpuhan saraf kranial
 Adanya tanda-tanda iritasi cerebral (mioklonus, reflek patologis)
 Peningkatan tekanan intrakranial
 Kejang, tremor, aphasia

E. Pemeriksaan penunjang
 CT Scan dan MRI otak dapat menyingkirkan kemungkinan lesi massa dan
menunjukan Edema otak.
Gambar khas ensefalitis herpes simpleks yang baru terjadi setelah beberapa
hari.
- Terjadi peningkatan tekanan cairan serebrospinal, biasanya disertai
limfositosis, peningkatan protein, dan kadar glukosa yang normal. Untuk
menegakan diagnosis ensefalitis herpes simpleks, titer antibodi virus hanya
membantu secara retrospektif. Diagnosis dini dapat dibantu dengan
immunoassay antigen virus dan PCR untuk amplifikasi DNA Virus.
- EEG menunjukan kelainan dengan bukti disfungsi otak difus.
- Punksi lumbal
- Pemeriksaan darah
- Pemeriksaan serologis
F. Penatalaksanaan
Penderita baru dengan kemungkinan ensefalitis harus dirawat inap sampai
menghilangnya gejala-gejala neurologi. Tujuan penatalaksanaan adalah
mempertahankan fungsi organ jalan nafas tak terbuka, pemberian makan enteral atau
parenteral, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dan koreksi gangguan asam
basa. Tata laksannannya dikerjakan sebagai berikut :
a. Mengatasi kejang adalah tindakan vital, karena kejang pada ensefalitis
biasannya berat. Pemberian vena barbital 5-8 mg/kg berat badan / 24jam. Jika
kejang sering terjadi perlu diberikan diazepam(0,1-0,2 mg/kgBB) 4, dalam
bentuk infus selama 3menit.
b. Memperbaiki humeustatis, dengan infus cairan D5 sampai ½ atau D5 sampai
¼ S (tergantung umum) dan pemberian oksigen.
c. Kmengurangi edema cerebri serta mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh
anoksia cerebri dengan dexametason 0-15 sampai 1,0 mg/kgBB perhari dibagi
dalam 3 dosis
d. Menurunkan tekanan intrakranial yang meninggi dengan manitol diberikan
intravena dengan dosis 1,0-2,0 g/kgBB selama 30-60 menit. Pemberian dapat
diulang 8-12 jam. Dapat juga dengan gliseron, melalui pipa nasogastrik, 0,5-
1,0 ml/kgBB diencerkan dengan dua bagian sari jeruk. Bahan ini tidak tokxik
dapat diulangi setiap 6jam untuk waktu lama.
1. Penatalaksanaan umum
 Penegahan dan kontrol peningkatan tekanan intrakranial (pengurangan
edema cerebri)
 Kepatenana respirasi : jika indkasi perlunya ventilator
 Support nutrisi : diet tinggi kalori dan tinggi protein
 Keseimbangan cairan dan elektrolit
 Rehabilitasi
2. Pengobatan
 Vidarabine : untuk encephalitis karena herpes simpleks
 Amphotericin B (fungizone), sulfadiazine, niconozule, refampin untuk
pengobatan amoeba encephalitis.
 Glucocorticosteroid : dexametasone
 Anticonfulsan : phenytoin
 Analgetik : asetaminophen
 Diuretik osmotik : manitol
 Virus herpes simpleks :
Pemberian asiklovir (10mg/kg intervena 8jam selama 14 hari) telah
mengubah penanganan ensefalitis herpes simpleks serta menurunkan
mortalitas dan morbiditas. Jadi asiklovir harus diberikan sedini mungkin
jika ada kecurigaan tanpa menunggu hasil pemeriksaan cairan
serebrospinal dan tanpa menunggu biopsi otak, yang jarang diperlukan.
Tidak ada terapi spesifik untuk penyebab ensefalitis lainnya, kecuali
pemberian gansiklovirus. Akan tetapi, pasien tetap membutuhkan terapi
suportif seperti antikonvulsan untuk kejang dan dektametason atau mentol
untuk edema serebri yang makin memburuk.
 Herpes Zoster :
Memerilukan terapi dengan asiklovir dengan dosis oral yang lebih tinggi
dari pada dosis asiklovir untuk infeksi herpes simpleks superfisial, untuk
mempercepat penyembuhan dan menurunkan nyeri serta resio komplikasi.

G. Komplikasi
Komplikasi pada ensefalitis berupa :
 Retardasi mental - Emosi tidak stabil
 Kejang - Gangguan motorik
 Demensia -Epilepsi
 Paralisis -Sulit tidur
 Iritabel - Enuresia
 Anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Biodata
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan
klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dan kotor dapat
mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.
b. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.keluhan
utama pada penderita encephalitis yaitu sakit kepala, kaku kuduk, gangguan
kesadaran, demam dan kejang.
c. Riwayat penyakit sekarang.
Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat dan hebatnya
keluhan, mulai timbul atau kekambuhan dari penyakit yang pernah dialami
sebelumnya. Biasanya pada masa prodromal berlangsung antara 1-4 hari
ditandai dengan demam,s akit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan,
malaise, nyeri ekstrimitas dan pucat. Kemudian diikuti tanda ensefalitis yang
berat ringannya tergantung dari distribusi dan luas lesi pada neuron.Gejala
terebut berupa gelisah, irritable, screaning attack, perubahan perilaku,
gangguan kesadaran dan kejang kadang-kadang disertai tanda neurologis fokal
berupa afasia, hemiparesis, hemiplegia, ataksia dan paralisi saraf otak.
d. Riwayat kehamilan dan kelahiran.
Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post natal.
Dalam riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang pernah diderita
oleh ibu terutama penyakit infeksi. Riwayat natal perlu diketahui apakah bayi
lahi rdalam usia kehamilan aterm atau tidak karena mempengaruhi system
kekebalan terhadap penyakit pada anak. Trauma persalinan juga
mempengaruhi timbulnya penyakit contohnya aspirasi ketuban untuk anak.
Riwayat post natal diperlukan untuk mengetahui keadaan anak setelah lahir.
Contoh : BBLR, apgar score, yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan selanjutnya.
e. Riwayat penyakit yang lalu.
Kontak atau hubungan dengan kasus-kasus meningitis akan meningkatkan
kemungkinan terjdinya peradangan atau infeksi pada jaringan otak (J.G.
Chusid, 1993). Imunisasi perlu dikaji untuk mengetahui bagaimana kekebalan
tubuh anak.Alergi pada anak perlu diketahui untuk dihindarkan karena dapat
memperburuk keadaan.
f. Riwayat kesehatan keluarga.
Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada kaitannya dengan
penyakit yang dideritanya.Pada keadaan ini status kesehatan keluarga perlu
diketahui, apakah adaanggota keluarga yang menderita penyakit menular yang
ada hubungannya dengan penyakit yang dialami oleh klien (Soemarno
marram, 1983).
g. Riwayat social.
Lingkungan dan keluarga anak sangat mendukung terhdap pertumbuhan dan
perkembangan anak.Perjalanan klinik dari penyakit sehingga mengganggu
status mental, perilaku dan kepribadian. Perawat dituntut mengkaji status klien
ataukeluarga agar dapat memprioritaskan maslaah
keperawatnnya.(Ignatavicius dan Bayne, 1991).
h. Kebutuhan dasar (aktfitas sehari-hari).
Pada penderita ensepalitis sering terjadi gangguan pada kebiasaan sehari-hari
antara lain : gangguan pemenuahan kebutuhan nutrisi karena mual muntah,
hipermetabolik akibat proses infeksi dan peningkatan tekanan intrakranial.
Pola istirahat pada penderita sering kejang, hal ini sangat mempengaruhi
penderita. Pola kebersihan diri harus dilakukan di atas tempat tidur karena
penderita lemah atau tidak sadar dan cenderung tergantung pada orang lain
perilaku bermain perlu diketahui jika ada perubahan untuk mengetahui akibat
hospitalisasi pada anak.
i. Pemeriksaan fisik.
Pada klien ensephalistis pemeriksaan fisik lebih difokuskan pad apemeriksaan
neurologis. Ruang lingkup pengkajian fisik keperawatan secara umum
meliputi :
a) Keadaan umum.
Penderita biasanya keadaan umumnya lemah karena mengalami perubahan
atau penurunan tingkat kesadaran.Gangguan tingkat kesadaran dapat
disebabkan oleh gangguan metabolisme dan difusi serebral yang berkaitan
dengan kegagalan neural akibat prosses peradangan otak.
b) Gangguan system pernafasan.
Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial
menyebabakan kompresi pada batang otak yang menyebabkan pernafasan
tidak teratur. Apabila tekanan intrakranial sampai pada batas fatal akan
terjadi paralisa otot pernafasan (F. Sri Susilaningsih, 1994).
c) Gangguan system kardiovaskuler.
Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi iskemik
pada daerah tersebut, hal ini akan merangsaang vasokonstriktor dan
menyebabkan tekanan darah meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor
menyebabkan meningkatnya transmitter rangsang parasimpatis ke jantung.
d) Gangguan system gastrointestinal.
Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan
intrakranial yang menstimulasi hipotalamus anterior dan nervus vagus
sehingga meningkatkan sekresi asam lambung. Dapat pula terjd diare
akibat terjadi peradangan sehingga terjadi hipermetabolisme (F. Sri
Susilanigsih, 1994).
j. Pertumbuhan dan perkembangan.
Pada setiap anak yang mengalami penyakit yang sifatnya kronuis atau
mengalami hospitalisasi yang lama, kemungkinan terjadinya gangguan
pertumbuhan dan perkembangan sangat besar.Hal ini disebabkan pada
keadaan sakit fungsi tubuh menurun termasuk fungsi social anak.Tahun-tahun
pertama pada anak merupakan “tahun emas” untuk kehidupannya.Gangguan
atau keterlambatan yang terjadi saat ini harus diatasi untuk mencapai tugas –
tugas pertumbuhan selanjutnya.Pengkajian pertumbuhna dan perkembangan
anak ini menjadi penting sebagai langkah awal penanganan dan antisipasi.
Pengkajian dapat dilakukan dengan menggunakan format DDST.

1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan perfusi jaringan serebri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan
intracranial
b. Nyeri yang berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak
c. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuromuskular,
penurunan kekuatan otot, penurunan kesadaran, kerusakan persepsi/kognitif.
2. Intervensi Keperawatan

No. Tujuan Intervensi Rasional


1. Gangguan perfusi Setelah dilakukan 1. Monitor tanda- 1. Untuk
jaringan serebri yang tindakan keperawatan tanda peningkatan mendeteksi
berhubungan dengan selama 2x24jam intrakranial selama tanda-tanda syok,
peningkatan tekanan diharapkan tingkat perjalanan yang harus
intracranial. kesadaran meningkat penyakit (nadi dilaporkan ke
lebih sadar, disorientasi lambat, tekanan dokter untuk
negatif, konsentrasi baik, darah meningkat, intervensi awal
perfusi jaringan dan kesadaran
oksigenasi baik, tanda- menurun, napas
tanda vital dalam batas irreguler, refleks
normal dan syok dapat pupil menurun,
dihindari. kelemahan)
2. Hindari posisi 2. Untuk mencegah
tungkai ditekuk peningkatan
atau gerakan- tekanan
gerakan klien, intracranial
anjurkan untuk
tirah baring.
3. Tinggikan sedikit 3. Untuk
kepala klien mengurangi
dengan hati-hati, tekanan
cegah gerakan intrakranial
yang tiba-tiba dan
tidak perlu dari
kepala dan leher,
hindari fleksi leher
4. Bantu seluruh 4. Untuk mencegah
aktivitas dan keregangan otot
gerakan-gerakan yang dapat
klien. menimbulkan
5. Kolaborasi peningkatan
pemberian steroid tekanan
osmotik. intrakranial

2. Nyeri kepala Setelah dilakukan 1. Observasi skala 1. Untuk


berhubungan dengan tindakan keperawatan nyeri (P,Q,R,S,T) mengetahui
iritasi lapisan otak selama 3x24jam tingkat skala
diharapkan keluhan nyeri nyeri
berkurang/rasa sakit 2. Usahakan 2. Menurunkan
terkendali membuat reaksi terhadap
lingkungan yang rangsangan
aman dan tenang. eksternal atau
kesensitifan
terhadap cahaya
dan
menganjurkan
klien untuk
beristirahat
3. Lakukan 3. Membantu
penatalaksanaan menurunkan
nyeri dengan (memutuskan)
metode distraksi stimulasi sensasi
dan relaksasi napas nyeri
dalam
4. Kolaborasi 4. Mungkin
pemberian diperlukan untuk
analgesic menurunkan rasa
sakit.
3. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Tingkat
fisik yang tindakan keperawatan imobilisasi, ketergantungan
berhubungan selama 3x24jam gunakan skala minimal care
dengan kerusakan diharapkan tidak terjadi ketergantungan (hanya
neuromuskular, kontraktur, footdrop, memerlukan
penurunan kekuatan gangguan integritas kulit, bantuan minimal)
otot, penurunan fungsi pencernaan dan
kesadaran, kandung kemih optimal, 2. Berikan perubahan 2. Perubahan posisi
kerusakan serta peningkatan posisi yang teratur teratur dapat
persepsi/kognitif kemampuan fisik pada klien mendistribusikan
berat badan
secara
menyeluruh dan
memfasilitasi
peredaran darah
serta mencegah
dekubitus
3. Pertahankan 3. Mencegah
kesejajaran tubuh terjadinya
yang adekuat, kontraktur atau
berikan latihan footdrop, serta
ROM pasif jika dapat
klien sudah bebas mempercepat
panas dan kejang pengembalian
fungsi tubuh
nantinya.
4. Kaji adanya nyeri, 4. Indikasi adanya
kemerahan, kerusakan kulit
bengkak pada area
kulit
DAFTAR PUSTAKA

Dewanto, George dkk. 2009. Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC

Muttaqin Arif. 2010. Bulu Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika

Tarwoto dan wartonah. 2009. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan .

Jakarta: Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai