Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS DESEMBER 2016

BRONKITIS

OLEH :
NAMA : Rizqi Karima Putri
STAMBUK : N 111 14 028
PEMBIMBING : dr. H Rochmat Yasin
Dr. dr. M. Sabir, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2016
BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit menular berbasis lingkungan dan perilaku seperti tuberkulosis


paru, ISPA dan pneumonia, diare, serta penyakit kulit masih merupakan masalah
kesehatan yang terutama dapat ditemukan di lingkungan yang padat penduduk dan
kumuh.1
Faktor perilaku kesehatan yang mencakup perilaku beresiko terhadap
penyakit menular dan perilaku hidup bersih dan sehat dapat mempengaruhi
kejadian ISPA termasuk pnemonia. Polusi udara atau pencemaran udara di dalam
rumah akibat penggunaan kayu/arang sebagai bahan bakar memasak menjadi
faktor penyebab penting kejadian ISPA. Ventilasi untuk sirkulasi/pergantian udara
di dapur mempengaruhi kejadian ISPA. Dapur merupakan salah satu sumber
pencemaran dalam rumah terutama jika dapur menjadi satu dengan ruang utama
dan ventilasi dari dapur tidak memenuhi syarat kesehatan.1
Bronkitis adalah suatu penyakit yand ditandai oleh adanya inflamasi
bronkus. Bronkitis adalah suatu infeksi akut saluran besar paru (yaitu trachea dan
bronchus) karena infeksi virus atau bakteri2. Bronkitis adalah suatu penyakit yang
ditandai adanya dilatasi (ektasis) bronkus lokal yang bersifat patologis dan
berjalan kronik.3
Di Indonesia masih banyak keluarga yang setiap hari menghirup polutan
ini, kondisi ini menyebabkan angka kejadian penyakit bronkitis sangat tinggi.
Pada tahun 2007 di Negara berkembang seperti Indonesia infeksi saluran
pernafasan bawah masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting.
Resiko penularan setiap tahun di Indonesia di anggap cukup tinggi. Di Indonesia
yang terinfeksi bronkitis sekitar 1.6 juta orang.2,3
Secara umum penyebab bronkitis dibagi berdasarkan faktor lingkungan
dan faktor host/penderita. Penyebab bronkitis berdasarkan faktor lingkungan
meliputi polusi udara, merokok dan infeksi. Infeksi sendiri terbagi menjadi infeksi
bakteri (Staphylococcus, Pertusis, Tuberculosis, mikroplasma), infeksi virus
(RSV, Parainfluenza, Influenza, Adeno) dan infeksi fungi (monilia). Faktor polusi
udara meliputi polusi asap rokok atau uap/gas yang memicu terjadinya bronkitis.
Sedangkan faktor penderita meliputi usia, jenis kelamin, kondisi alergi dan
riwayat penyakit paru yang sudah ada.2
Dari data-data tersebut di atas, maka perlu dilakukan usaha-usaha untuk
menurunkan angka kejadian bronkitis. Dalam hal ini, puskesmas sebagai ujung
tombak dalam pelayanan kesehatan masyarakat primer yang bertanggung jawab
terhadap kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat memiliki peranan yang
sangat penting demi tercapainya tujuan tersebut. Terkait hal tersebut, salah satu
program dari puskesmas untuk meningkatkan upaya kesehatan masyarakat yaitu
upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular yang merupakan salah
satu dari 6 upaya kesehatan wajib. Kegiatan dari upaya pemberantasan penyakit
menular termasuk dalam kegiatan promotif dan preventif.
BAB II
KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Ketua RT
Agama : Islam
Alamat : Jl. Jamur Lr. 2
Tanggal Pemeriksaan : 23 November 2016

ANAMNESIS
Keluhan Utama : Batuk Berdahak
Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluhan dirasakan sejak ± 1 minggu yll. Keluhan batuk terutama
dikeluhkan pasien saat pasien beraktivitas menyapu atau membersihkan
ruangan serta saat udara dingin. Keluhan batuk muncul hilang timbul dan
terjadi sejak 5 bulan yang lalu saat pasien mulai pindah tempat tinggal baru.
Dahak yang keluar menurut pasien berwarna putih kekuningan. Pasien juga
mengeluhkan sesak napas. Serta pasien juga mengeluhkan kelelahan. Demam
tidak dikeluhkan pasien. Pasien mengatakan merupakan perokok aktif.
Riwayat Penyakit Dahulu :
o Pasien mulai menderita keluhan serupa sejak 5 bulan yang lalu

Riwayat Penyakit Keluarga :


Istri dan kedua anak pasien tidak ada yang mengeluhkan keluhan serupa.
Berikut ini merupakan genogram keluarga pasien:
Keterangan : Penderita
Laki-laki
Perempuan

Data Psikososial dan ekonomi:


Pasien tinggal di yayasan santri bersama istri dan kedua orang anaknya
beserta 11 santri di Jl. Jamur Lr.2. Pasien merupakan kepala keluarga dan tulang
punggung keluarga. Pasien merupakan seorang ketua RT dan pengurus yayasan
santri. Sehari-hari pasien mengurus santri dan mengurusi yayasan. Istri pasien
sudah tidak bisa membantu mengurus rumah tangga dan yayasan karena
menderita stroke.
Anak pertama pasien berjenis kelamin laki-laki dan kuliah di Universitas
Tadulako. Anak kedua pasien berjenis kelamin perempuan dan kelas 1 SMA.
Untuk menghidupi kebutuhan keluarga pasien bekerja berdagang. Serta untuk
menghidupi kebutuhan yayasan panti hanya mengandalkan bantuan dari donatur.
Penghasilan pasien perbulan ± Rp.2.000.000,-.

Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan:


o Pasien tinggal di yayasan santri berbahan baku bata yang dihuni oleh 15
orang yaitu pasien, istri pasien, kedua anak pasien, dan sebelas santri. Rumah
pasien berukuran luas ± 70x50 m2. Jumlah ventilasi cukup, penyinaran cahaya
matahari cukup, kelembapan rumah cukup. Rumah pasien memiliki 4 kamar,
pasien tidur di kamar bersama ke 11 santri dan anak pertamanya. Istri pasien
tidur bersama anak keduanya. Selain itu terdapat kantor, ruang tengah, dapur,
tempat mencuci piring dan kamar mandi yang berada didalam ruangan.
Yayasan yang ditinggali oleh pasien baru selesai dibangun sejak 5 bulan yang
lalu masih terdapat debu-debu sisa bangunan dan material bangunan. Serta
bau cat masih menyengat. Halaman yayasan gersang karena tidak terdapat
pohon.
o Pasien merupakan perokok aktif
o Pasien makan 3 kali sehari.
o Pola tidur pasien teratur.
o Pasien membersihkan rumah sehari dua kali yaitu pagi dan sore. Saat siang
hari dan sore hari.
o Sumber air yang dipakai untuk sehari-hari adalah dari PDAM. Sedangkan
untuk minum, pasien menggunakan air PDAM tersebut yang telah dimasak.
o Sumber listrik dari PLN, sampah dibuang pada tempat sampah dan diangkut
setiap pagi oleh petugas kebersihan Kota Palu.

Rumah tampak depan

Kamar Pasien bergabung dengan tempat tidur santri


Kamar mandi
pasien

Kamar pasien

Dapur Ventilasi

Ventilasi
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital:
 Tekanan darah : 120/70 mmHg
 Nadi : 86x/m
 Pernapasan : 30x/m
 Suhu : 36,6°C

Kepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata,


Mata : Konjungtiva tidak anemis
sklera tidak ikterik, alis mata hitam,
Telinga : Normotia, tidak ada kelainan kulit
Hidung : Normal, deviasi (-), sekret (-)
Mulut : bibir tidak kering, caries dentis (-), faring hiperemis (-)
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar
tiroid (-),
Thoraks
Inspeksi : bentuk simetris, pergerakan simetris
Palpasi : pergerakan simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : bunyi napas brokovesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (+/+)
bunyi jantung I dan II murni, reguler, bising jantung (-).
Abdomen
Inspeksi : perut tampak datar
Auskultasi : peristaltik kesan normal
Perkusi : timpani
Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-)
Ekstremitas atas : akral hangat, tidak ada edema
Ekstremitas bawah : akral hangat, tidak ada edema
RESUME
Pasien laki-laki usia 53 th masuk dengan keluhan batuk berdahak. Keluhan
dirasakan sejak ± 1 minggu yll. Keluhan batuk terutama dikeluhkan pasien saat
pasien beraktivitas menyapu atau membersihkan ruangan serta saat udara dingin.
Keluhan batuk muncul hilang timbul dan terjadi sejak 5 bulan yang lalu saat
pasien mulai pindah tempat tinggal baru. Dahak yang keluar menurut pasien
berwarna putih kekuningan. Pasien juga mengeluhkan sesak napas. Serta pasien
juga mengeluhkan kelelahan. Demam tidak dikeluhkan pasien. Pasien mengatakan
merupakan perokok aktif. Pada pemeriksaan fisik pada tanda vital RR 30x/m,
kemudian pada pemeriksaan thoraks pada auskultasi didapatkan ronkhi pada
kedua lapang paru.
DIAGNOSIS KERJA
Bronkitis

DIAGNOSIS BANDING
Bronkitis kronik, Pneumonia, TB Paru

PENATALAKSANAAN
Nonmedikamentosa
1. Menjelaskan pada pasien bahwa penyakit ini bisa disembuhkan, tetapi pasien
harus menghindari penyebabnya seperti berhenti merokok, kemudian
menggunakan masker saat membersihkan rumah ataupun saat berpergian.
2. Membatasi aktifitas/kegiatan yang memerlukan tenaga yang banyak.
3. Tidak tidur di kamar yang ber AC dan menggunakan baju hangat kalau bias
hingga sampe leher.
4. Hindari makanan yang merangsang batuk seperti: gorengan, minuman dingin
(es), dll.
5. Jangan mandi terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandi dengan air hangat
6. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
7. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
Medikamentosa
- Ambroxol tab 3x1
- Cefadroksil tab 2 x 1
- Kapsul  CTM 3,5 mg; deksametason 0,5 mg; Salbutamol 1,5 mg
PROGNOSIS
Quo Ad vitam : ad bonam
Quo Ad functionam : dubia ad bonam
Quo Ad cosmeticam : dubia ad bonam
Quo Ad sanationam : dubia ad bonam
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien laki-laki usia 53 th masuk dengan keluhan batuk berdahak. Keluhan


dirasakan sejak ± 1 minggu yll. Keluhan batuk terutama dikeluhkan pasien saat
pasien beraktivitas menyapu atau membersihkan ruangan serta saat udara dingin.
Keluhan batuk muncul hilang timbul dan terjadi sejak 5 bulan yang lalu saat
pasien mulai pindah tempat tinggal baru. Dahak yang keluar menurut pasien
berwarna putih kekuningan. Pasien juga mengeluhkan sesak napas. Serta pasien
juga mengeluhkan kelelahan. Demam tidak dikeluhkan pasien. Pasien mengatakan
merupakan perokok aktif. Pada pemeriksaan fisik pada tanda vital RR 30x/m,
kemudian pada pemeriksaan thoraks pada auskultasi didapatkan ronkhi pada
kedua lapang paru.
Bronkitis adalah suatu penyakit yand ditandai oleh adanya inflamasi
bronkus. Bronkitis adalah suatu infeksi akut saluran besar paru (yaitu trachea dan
bronchus) karena infeksi virus atau bakteri. Bronkitis adalah suatu penyakit yang
ditandai adanya dilatasi (ektasis) bronkus lokal yang bersifat patologis dan
berjalan kronik.
Penyebab bronkitis berdasarkan faktor lingkungan meliputi polusi udara,
merokok dan infeksi. Infeksi sendiri terbagi menjadi infeksi bakteri
(Staphylococcus, Pertusis, Tuberculosis, mikroplasma), infeksi virus (RSV,
Parainfluenza, Influenza, Adeno) dan infeksi fungi (monilia). Faktor polusi udara
meliputi polusi asap rokok atau uap/gas yang memicu terjadinya bronkitis.
Sedangkan faktor penderita meliputi usia, jenis kelamin, kondisi alergi dan
riwayat penyakit paru yang sudah ada.
Gejala umum bronkitis akut maupun bronkitis kronik adalah sebagai
berikut :
a. Batuk dan produksi sputum adalah gejala yang paling umum biasanya
terjadi setiap hari. Intensitas batuk, jumlah dan frekuensi produksi sputum
bervariasi dari pasien ke pasien. Dahak berwarna yang bening, putih atau
hijau-kekuningan.
b. Dyspnea (sesak napas) secara bertahap meningkat dengan tingkat
keparahan penyakit. Biasanya, orang dengan bronkitis kronik
mendapatkan sesak napas dengan aktivitas dan mulai batuk.
c. Gejala kelelahan, sakit tenggorokan , nyeri otot, hidung tersumbat, dan
sakit kepala dapat menyertai gejala utama.
d. Demam dapat mengindikasikan infeksi paru-paru sekunder virus atau
Bakteri.
Pada bronkitis akut, batuk terjadi selama beberapa minggu. Sesorang
didiagnosis bronkitis kronik ketika mengalami batuk berdahak selama paling
sedikit tiga bulan selama dua tahun berturut-turut. Pada bronkitis kronik mungkin
saja seorang penderita mengalami bronkitis akut diantara episode kroniknya, dan
batu mungkin saja hilang namun akan muncul kembali.
Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan batuk berdahak yang
berlangsung selama 1 minggu, disertai sesak napas, sering mengalami kelelahan.
Serta pasien merupakan seorang perokok. Hal tersebut sudah sesuai dengan teori.
Kemudian pasien ini baru mengalami batuk berdahak yang hilang timbul selama 5
bulan. Setiap terkena batuk berdahak berlangsung kurang lebih 1 minggu. Jadi
kasus diatas termasuk bronkitis akut.

Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat


Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena ketidakseimbangan faktor-faktor
utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma hidup
sehat yang diperkenalkan oleh H.L. belum mencakup 4 faktor yaitu faktor
genetik/biologis (keturunan), faktor perilaku (gaya hidup) individu atau
masyarakat, faktor lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik) dan faktor
pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya). Berdasarkan hasil
penelusuran kasus di atas, jika dilihat dari segi konsep kesehatan masyarakat,
maka ada faktor yang menjadi faktor risiko terjadinya penyakit bronkitis, yaitu :
1. Faktor perilaku, dimana pada kasus ini pasien merupakan seorang perokok
kemudian pasien jarang menggunakan masker pada saat membersihkan
rumah.
2. Faktor lingkungan, pada kasus ini tempat tinggal pasien baru selesai
dibangun sehingga masih terdapat sisa bangunan yang masih tertinggal
serta masih terdapat debu sisa bangunan kemudian halaman rumah pasien
gersang tidak terdapat pohon sehingga banyak debu yang masuk.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
ISPA masih termasuk dalam 10 penyakit terbanyak dan menduduki
peringkat pertama di Puskesmas Kamonji tahun 2015. Penyebab bronkitis
dibagi berdasarkan faktor lingkungan dan faktor host/penderita. Penyebab
terjadinya bronkitis pada pasien ini berkaitan dengan empat determinan
kesehatan, yaitu faktor faktor biologis/genetik, lingkungan, perilaku, dan
faktor pelayanan kesehatan masyarakat. Namun faktor yang paling berperan
dalam kasus ini adalah faktor lingkungan dan faktor perilaku.
B. Saran
1. Upaya preventif, promotif, dan kuratif perlu dilakukan untuk
menurunkan kejadian bronkitis.
2. Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan tentang bagaimana cara
diagnosis dan tatalaksana bronkitis.
3. Menjalin kerja sama antara keluarga, tokoh masyarakat, kader, dan
petugas kesehatan dalam penemuan dan tatalaksana pasien dengan
infeksi saluran pernapasan terutama bronkitis.
4. oordinasi antara bagian konseling dengan bagian pelayanan kesehatan
agar lebih ditingkatkan terutama dalam melakukan sosialisasi berupa
penyuluhan yang berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS).
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization (WHO). 2008. Infeksi saluran pernapasan akut


(ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi : Pencegahan dan
pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan. Available from
http://www.who.int/csr/resources/publications/ (di akses pada 28 November
2016).
2. Togap, Rinaldi & Jemadi, Rasmaliah. 2013. Karakteristik Penderita Bronkitis
yang Dirawat Jalan Berdasarkan Kelompok Umur ≥ 15 tahun Di RSU DR.
Ferdinan Lumban Tobing Sibolga Tahun 2010-2012. Departemen
Epidemiologi FKM USU. Medan.
3. Sutoyo, D.K. 2012. Bronkitis Kronis dan Lingkaran yang tak Berujung
Pangkal (Vicious Circle). Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran
Respirasi FKUI – SMF Paru RSUP Persahabatan. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai