Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

TONSILITIS

OLEH :

VIKI ARDIKA NOVITASARI

NIM : 17.034
LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS

Definisi

Tonsilitis adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri berlangsung


sekitar lima hari dengan disertai disfagia dan demam (Megantara, Imam, 2006).

Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan.
Radang tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi
pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis.
(Ngastiyah,1997 )

Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat sering
ditemukan, terutama pada anak-anak (Firman sriyono, 2006).

Klasifikasi

Macam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006)

1. Tonsillitis akut
Disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan
streptococcus piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.
2. Tonsilitis falikularis
Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi
bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus. Detritus ini
terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa
makanan yang tersangkut.
3. Tonsilitis Lakunaris
Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk)
permukaan tonsil.
4. Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat)
Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut
menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang
dan berwarna putih kekuning-kuningan.
5. Tonsilitis Kronik
Tonsillitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok,
makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan
hygiene mulut yang buruk.

Etiologi

Penyebab tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah ini

yaitu :

1. Streptokokus Beta Hemolitikus


2. Streptokokus Viridans
3. Streptokokus Piogenes
4. Virus Influenza

Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah ( droplet infections )

Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala tonsilitis adalah :

1. Nyeri tenggorok
2. Nyeri telan
3. Sulit menelan
4. Demam
5. Mual
6. Anoreksia
7. Kelenjar limfa leher membengkak
8. Faring hiperemis
9. Edema faring
10. Pembesaran tonsil
11. Tonsil hiperemia
12. Mulut berbau
13. Otalgia ( sakit di telinga )
14. Malaise
Pathway

Invasi kuman patogen (bakteri/virus)

Penyebaran limfogen

Faring dan tonsil

Proses inflamasi

Tonsilitis akut Hipertermi

Pre Operasi Post Operasi

Edema Tonsil Tonsil dan adenoid membesar Tonsilektomi

Nyeri telan Obstruksi pada tuba eustaki Luka Insisi

Sulit makan dan minum Kurangnya


pendengaran
Tidak bisa Sulit Penurunan
Resiko perubahan
status nutrisi Kelemahan komunikasi Bicara Personal
kurang dari Tubuh secara verbal Hygiene
kebutuhan
kebutuhan Intoleransi Gangguan
aktivitas rasa Luka tidak terawat
nyaman
nyeri
Resiko
Infeksi
Gangguan
komunikasi verbal
Uraian

Tonsilitis adalah inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau amandel,
penyebab tonsilitis adalah kuman dan bakteri. Bakteri/virus masuk ke dalam tubuh
dan menyerang faring dan tonsil maka terjadilah inflamasi/peradangan yang
menyebabkan tonsilitis akut, karena inflamasi tersebut suhu tubuh ikut meningkat
sehingga muncul masalah keperawatan hipertermi. Kemudian inflamasi tersebut juga
bisa menyebabkan edema pada tonsil, sehingga terjadi nyeri saat menelan oleh karena
itu menyebabkan pasien sulit makan dan minum, untuk menghindari nyerinya
sehingga timbul masalah keperawatan resiko perubahan status nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.Ketika nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh maka dia tidak bisa
beraktivitas atau kelemahan sehingga terjadi masalah keperawatan intoleransi
aktivitas. Pembengkakan pada tonsil dan adenoin juga menyebabkan obstruksi pada
sistem pendengaran terutama pada tuba eustakius, sehingga muncul masalah
keperawatan gangguan komunikasi verbal. Tonsilitis dapat ditangani dengan operasi
yaitu tonsilektomi, setelah post op terdapat luka insisi yang menyebabkan rasa nyeri
sehingga muncul diagnosa keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri. Karena rasa
nyeri tersebut pasien mengalami kesulitan bicara sehingga juga bisa terjadi masalah
keperawatan gangguan komuniksi verbal. Karena adanya luka insisi, jika pasien tidak
bisa merawat lukanya dengan baik dan benar maka akan timbul bakteri yang dapat
menginfeksi luka tersebut, sehingga munculah masalah keperawatan resiko infeksi.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa tonsilitis


adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :

1. Leukosit : terjadi peningkatan


2. Hemoglobin : terjadi penurunan
3. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat.
Komplikasi

Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis akut tidak tertangani dengan baik
adalah:

1. Tonsilitis kronis
2. Otitis media

Penatalaksanaan

Penanganan pada klien dengan tonsilitis adalah :

1. Penatalaksanaan medis
a. Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin,
amoksisilin,eritromisin dll
b. Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.
c. Analgesik
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Kompres dengan air hangat
b. Istirahat yang cukup
c. pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat
d. kumur dengan air hangat
e. pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien

Fokus Pengkajian

1. Keluhan utama : sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll


2. Riwayat penyakit sekarang : serangan, karakteristik, insiden, perkembangan,
efek terapi dll
3. Riwayat kesehatan lalu : riwayat kelahiran, riwayat imunisasi, penyakit yang
pernah diderita ( faringitis berulang, ISPA, otitis media ), riwayat hospitalisasi
4. Pengkajian umum : usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital
dll
5. Pernafasan : kesulitan bernafas, batuk ukuran besarnya tonsil dinyatakan
dengan :
a. T0 : bila sudah dioperasi
b. T1 : ukuran yang normal ada
c. T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
d. T3 : pembesaran mencapai garis tengah
e. T4 : pembesaran melewati garis tengah
6. Nutrisi :sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan
dan minum, turgor kurang
7. Aktifitas / istirahat : anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise
8. Keamanan / kenyamanan : kecemasan anak terhadap hospitalisasi

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada tonsilitis adalah :

 Pre Operasi :
1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil
2. Resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan nyeri telan
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan.
4. Gangguan Komunikasi verbal berhubungan dengan obstruksi pada tuba
eustaki

 Post Operasi :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka insisi
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan penurunan personal hygiene

Intervensi Pre Operasi :


1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada tonsil

Intervensi :

a) Memantau suhu tubuh( derajat dan pola ), perhatikan menggigil atau tidak
R/ Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses infeksi, pola demam
dapat membantu diagnosa
b) Memantau suhu lingkungan
R/Suhu lingkungan juga mempengaruhi suhu tubuh jadi harus dipertahankan
dalam batas normal
c) Membatasi penggunaan linen, pakaian yang dikenakan klien
R/ Penggunaan linen yang berlebihan akan memperlambat proses penurunan
suhu tubuh
d) Memberikan kompres hangat
R/ Mempercepat proses penurunan suhu tubuh lewat penyerapan panas
e) Memberikan cairan yang banyak ( 1500 – 2000 cc/hari )
R/ Mempercepat proses penurunan suhu tubuh
f) Kolaborasi pemberian antipiretik
R /Meredakan panas dengan cepat

2.Resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
nyeri telan

Intervensi :

a. Mengkaji status nutrisi klien


R/ Untuk menetapkan rencna selanjutnya
b. Menimbang BB tiap hari
R/ Mengevaluasi keefektifan pemberian nutrisi
c. Memberikan makanan dalam keadaan hangat
R/ Untuk membangkitkan nafsu makan
d. Memberikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering
R/ Mampu meminimalkan anoreksia
e. Meningkatkan kenyamanan lingkungan saat makan
R/ Saat lingkungan nyaman makan akan lebih banyak
f. Kolaborasi pemberian vitamin penambah nafsu makan
R/ Vitamin sangat membatu nafsu makan

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan.

Intervensi :

a. Mengkaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas


R/ Untuk menetapkan rencana selanjutnya
b. Mengobservasi adanya kelelahan dalam melakukan aktifitas
R/ Untuk mengetahui seberapa mampu dalam melakukan aktivitas
c. Memonitor TTV sebelum, selama dan sesudah melakukan aktifitas
R/ Untuk mengetahui bagaimana perkembangan tanda-tanda vitalnya selama
sebelum dan sesudah melakukan kegiatan apakah tetap dalam batas normal

4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan obstruksi pada tuba eutsaki

a. Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi


R/ Untuk menetapkan rencana selanjutnya yang akan dilakukan
b. Menentukan cara-cara komunikasi seperti mempertahankan kontak mata
R/ Mempertahankan kontak mata akan membuat klien tertarik dan memahami
komunikasi
c. Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa
R/ Ahli wicara bahasa dapat membantu untuk membentukpeningkatan latihan
percakapan dan membantu mengembangkan metode komunikasi

Intervensi Post Operasi :

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka insisi

Intervensi :
a. Memantau nyeri klien(skala, intensitas, kedalaman, frekuensi )
R/ Untuk mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan
b. Mengkaji TTV
R/ Perubahan ttv terutama suhu dan nadi merupakan salah satu indikasi
peningkatan nyeri
c. Memberikan posisi yang nyaman
R/ Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada daerah nyeri
d. Memberikan tehnik relaksasi dengan tarik nafas panjang melalui hidung dan
mengeluarkannya pelan – pelan melalui mulut
R/ Tehnik relaksasi dapat mengalihkan perhatian rasa nyeri yang sedang di
rasakan
e. Memberikan tehnik distraksi untuk mengalihkan perhatian nyeri
R/ Tehnik distraksi dapat meminimalisir rasa nyeri yang sedang di rasakan
f. Kolaborasi pemberian analgetik
R/ Meredakan nyeri dengan cepat

2. Resiko Infeksi berhubungan dengan penurunan personal hygiene

Intervensi :

a. Kaji kembali pola kebutuhan personal hygiene pasien


R/ Data dasar dalam melakukan intervensi
b. Kaji keadaan luka pasien
R/ Menentukan intervensi lebih lanjut
c. Jaga kulit agar tetap utuh dan kebersihan kulit pasien dengan cara membantu
mandi pasien
R/ Menghindari risiko infeksi kulit
d. Lakukan perawatan luka dengan teknik steril sesuai program
R/ Penyembuhan luka
e. Observasi tanda-tanda vital
R/ Pencegahan infeksi secara dini
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & amp
Sudda rth. Jogjakarta : EGC

Doenges, Marilynn E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made
Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC

R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai