Standar Pelaporan Pertama ( kepatuhan terhadap prinsip yang berlaku umum )
“Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum” Pemberian pendapat wajar tanpa pengecualian oleh auditor sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum harus didasarkan pada pertimbangan auditor, apakah : 1) Prinsip akuntansi yang dipilih dan diterapkan memang berlaku secara umum. 2) Prinsip akuntansi yang dipilih adalah tepat untuk keadaan yang bersangkutan. 3) Laporan keuangan beserta catatan atas laporan keuangan memberikan informasi yang memadai yang dapat mempengaruhi penggunaan, pemahaman, dan penafsirannya. 4) Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan diklasifikasikan dan diikhtisarkan dengan semestinya, tidak terlalu rinci maupun terlalu ringkas. 5) Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang mendasarinya dengan cara menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas dalam batas-batas yang rasional dan praktis untuk dicapai dalam laporan keuangan. B. Standar Pelaporan Kedua ( konsistensi penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum ) “Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode sekarang dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya” Konsistensi merupakan konsep dalam akuntansi yang menuntut penerapan standar secara terus-menerus dan tidak diubah-ubah, kecuali dengan alasan yang dapat dibenarkan. Penerapan semestinya dari standar ini menuntut auditor untuk memahami hubungan antara konsistensi dengan daya banding laporan keungan. Perbandingan laporan keuangan antara beberapa periode dapat dipengaruhi oleh : 1) Perubahan prinsip akuntansi. 2) Kesalahan dalam laporan keuangan yang diterbitkan dalam periode sebelumnya. 3) Perubahan golongan atau reklasifikasi. 4) Ketidaktepatan estimasi tahun-tahun sebelumnya dengan peristiwa dan kejadian dalam tahun berjalan. C. Standar Pelaporan Ketiga (pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan ) “Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan dalam laporan audit” Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, meliputi pengungkapan informasi yang memadai atas berbagai hal yang material. Hal-hal tersebut meliputi bentuk, susunan, dan isi laporan keuangan serta catatan atas laporan keuangan. Apabila pengelola tidak mengungkapkan informasi yang semestinya diungkapkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, maka auditor harus mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar. D. Standar Pelaporan Keempat (pengaitan nama auditor dengan laporan keuangan) “Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu pernyataan bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal dimana nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikulya” Standar ini bertujuan untuk mencegah terjadinya salah tafsir mengenai tingkat tanggung jawab yang dipikul auditor ketika namanya dikaitkan dengan laporan keuangan. Seorang auditor akan dikaitkan namanya dengan laporan keuangan apabila ia mengizinkan namanya dicantumkan dalam suatu laporan, dokumen, atau komunikasi tertulis yang berisi laporan keuangan tersebut. Apabila auditor dikaitkan namanya dengan suatu laporan keuangan namun auditor tersebut belum mengaudit atau menelaah laporan itu, maka auditor harus menerbitkan laporan keuangan yang menyatakan bahwa ia tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan tersebut. Disamping itu, pada setiap halaman laporan keuangan harus diberi tanda “tidak diaudit (unaudited)”.
E. Laporan Auditor atas Laporan Keuanga Auditan
Laporan auitor atas laporan keuangan auditan laporan audit merupakan alat formal auditor untuk mengkomunikasikan suatu kesimpulan yang diperoleh mengenai laporan keuangan auditan kepada pihak yang berkepentingan. Auditor harus memenuhi keempat standar pelaporan didalam membuat dan mengeluarkan laporan audit. Laporan audit bentuk baku laporan audit adalah bentuk baku memuat suatu pernyatan auditor independen bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal material, posisi keuangan suatu perusahaan, hasil usaha, dan arus kas dengan PABU. Unsur pokok laporaan audit bentuk baku adalah sebagai berikut: a. Judul laporan yang berbunyi “Laporan Auditor Independen”. b. Pihak yang dituju. c. Paragraf pengantar. d. Paragraf lingkup audit. e. Paragraf pendapat. f. Tandatangan auditor, nama, dan nomor register negara auditor. g. Taggal. Penyimpangan dari Laporan Audit Bentuk Baku Penyimpangan dari laporan audit bentuk baku dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu: 1. Penambahan baghasa penjelas dalam laporan audit baku yang diberi kan pendapat wajar tanpa pengecualian. 2. Pernyataan pendapat selain pendapat wajar tanpa pengecualian. F. Jenis-jenis Pendapat Auditor a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Pendapat ini diberikan auditor apabila audit telah dilakukan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan tidak terdapat kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan bahasa penjelas. b. Pendapat Wajar Dengan Pengecualian Pendapat ini diberikan apabila : 1) Tidak ada bukti yang kompeten dan mencukupi atau adanya pembatasan lingkup audit yang material tetapi tidak memengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan. 2) Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum dan berdampak meterial tetapi tidak memegaruhi laporan keuangan secara keseluruhan. Penyimpangan tersebut dapat berupa pengungkapanyang tidak memadai maupun perubahan dalam prinsip akuntansi. Auditor harus menjelaskan alasan pengecualian dalam satu paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat. c. Pendapat Tidak Wajar Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansiyang berlaku umum. Auditor harus menjelaskan alasan yang mendukung dikeluarkannnya pendapat tidak wajar, dan dampak utama dari hal yang menyebabkan pendapat tidak wajar diberikan terhadap laporan keuangan. d. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat Hal ini dapat terjadi apabila : 1) Ada pembatasan yang sangat material terhadap lingkup audit, baik oleh klien maupun karena kondisi tertentu. 2) Auditor tidak independen terhadap klien. Auditor tidak diperkenankan mencantumkan paragraf lingkup audit apabila ia menyatakan untuk tidak memberikan pendapat. e. Pendapat Tidak Penuh Pendapat ini sebenarnya bukan merupakan suatu jenis pendapat tersendiri. Pendapat tidak penuh adalah pendapat atas unsur tertentu dalam laporan keuangan. Pendapat ini boleh dinyatakan, jika uditor menyatakan tidak memberikan pendapat atau menyatakan pendapat tidak wajar atas laporan keuangan secara keseluruhan. G. Faktor Tertentu Pertimbangan Pelaporan 1. Bagian audit dilaksanakan oleh auditor independen lain. 2. Informasi lain dalam dokumen yang berisi laporan keuangan auditan. 3. Pelaporan atas laporan keuangan ringkasan dan data keuangan lain.