Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PANCASILA

tentang
Memahami dan Menerapkan Nilai Pancasila sebagai Etika
untuk Generasi Penerus Bangsa

Disusun Oleh :
Kelompok II

SARI DEWI JAKFAR ( 191510501044 )


AHMAD ZAINURI ( 140803102075 )
INTAN MARSELA M. ( 181810101051 )
IRBA AYU M. ( 181910301124 )
LARASATI AISYAH PUTRI ( 181810101017 )
MERRY DWIARINA P.A. ( 181910301081 )
NINDY CYNTHIA V. ( 181910301150 )
SAMAKHATUS SAHIRO S. ( 181810101017 )

UNIT PELAKSANAAN TEKNIS


BIDANG STUDI MATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS JEMBER
2019
I. Pendahuluan
Kesadaran manusia yang membutuhkan hubungan yang ideal akan
menumbuhkan kepatuhan terhadap suatu peraturan atau norma. Dalam kehidupan
sehari-hari sudah sangat jelas bahwasannya keterhubungan antara etika, moral,
dan norma sangatlah kuat. Ketiga aspek tersebut memang selalu berdampingan
karena menyelaraskan kaidah kehidupan masyarakat dalam membangun sebuah
pemahaman tentang etika. Hal tersebut juga sangat berdampak pada dasar Negara
Indonesia yaitu Pancasila. Telah dijelaskan dalam pancasila bahwasannya etika
dasar masyarakat Indonesia berada dalam lima nilai yang sudah disebutkan dalam
Pancasila yaitu nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan
Keadilan. Agar nilai tersebut menjadi lebih berguna dalam menuntut sikap dan
tingkah laku manusia, maka perlu dikongkritkan lagi serta diformulasikan menjadi
lebih objektif sehingga memudahkan manusia untuk menjabarkannya dalam
tingkah laku secara konkrit. Maka wujud yg lebih konkrit dari nilai tersebut
merupakan suatu bentuk tindakan nyata manusia itu sendiri.
Dengan kata lain, suatu tindakan dianggap baik karena tindakan itu
memang baik pada dirinya sendiri, sehingga merupakan kewajiban yang harus kita
lakukan. Sebaliknya, suatu tindakan dinilai buruk secara moral sehingga tidak
menjadi kewajiban untuk kita lakukan. Bersikap adil adalah tindakan yang baik,
dan sudah kewajiban kita untuk bertindak demikian. Sebaliknya, pelanggaran
terhadap hak orang lain atau mencurangi orang lain adalah tindakan yang buruk
pada dirinya sendiri sehingga wajib dihindari.
Nilai dasar memiliki sifat abstrak artinya tidak dapat diamati melalui indra
manusia, namun dalam realisasinya nilai dasar berkaitan dengan tingkah laku atau
segala aspek manusia yang bersifat nyata namun setiap nilai memiliki nilai dasar
yang merupakan hakikat, esensi, intisari, atau makna terdalam dari nilai-nilai
tersebut.
Selanjutnya nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan moral dan etika.
Istilah moral mengandung integritas dan martabat peribadi manusia. Derajat
keperibadian seseorang amat ditentukan oleh moralitas yang dimilikinya. Makna
moral yang terkandung dalam keperibadian sesorang itu tercermin dari sikap dan
tingkah lakunya. Dalam pengertian inilah maka kita memasuki wilayah norma
sebagai penunut sikap dan tingkah laku manusia.

II. Permasalahan
Degradasi karakter pun muncul karena adanya contoh kurang baik dari
orang yang lebih dewasa seperti guru, orang tua dan lainnya. Misalnya budaya
buang sampah sembarangan, budaya terlambat, budaya tidak mau mengalah dan
budaya merokok. Dalam melaksanakan dan mengawali pembentukan karakter
bangsa diperlukan komitmen yang serius sehingga penanaman nilai-nilai kebaikan
kepada warga sekolah dapat menjadikan peserta didik menjadi insan paripurna
yang tentu saja melibatkan isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian,
kualitas hubungan warga sekolah, pengelolaan pembelajaran, pengelolaan
berbagai kegiatan peserta didik, pemberdayaan sarana dan prasarana serta etos
kerja seluruh warga sekolah yang berdasarkan kepada Pancasila, UUD 1945,
NKRI dan rasa cinta dan berla terhadap negara dan tanah air (Rachmah, 2013).
Hal-hal berikut ini dapat menggambarkan beberapa bentuk tantangan
terhadap penerapan nilai pancasila sebagai sistem etika yaitu tantangan terhadap
sistem etika pancasila pada zaman Orde Baru berupa sikap otoriter dalam
pemerintahan sebagaimana yang tercermin dalam penyelenggaraan negara yang
menerapkan sistem demokrasi terpimpin. Hal tersebut tidak sesuai dengan sistem
etika pancasila yang lebih menonjolkan semangat musyawarah untuk mufakat.
Sedangkan tantangan terhadap sistem etika pancasila pada era Reformasi ini
terkait dengan masalah kurangnya sikap toleransi antar sesama. Kurangnya sikap
toleransi tersebut dapat dilihat dari salah satu contoh permasalahan yang dikenal
dengan kasus kerusuhan 22 Mei 2019. Kasus tersebut menceritakan tentang
adanya perbedaan pendapat antara dua kubu dalam pelaksanaan pemilu 2019.
Sehinggga dapat kita tarik garis besarnya bahwa merosotnya nilai toleransi dan
menghargai pendapat orang lain sudah merusak nilai pancasila khususnya nilai
sila ke dua dan tiga yakni kemanusian yang adil dan beradab, persatuan Indonesia.
Tantangan terhadap sistem etika pancasila pada era Reformasi berupa eforia
kebebasan berpolitik sehingga mengabaikan norma-norma moral.
Berbagai contoh nyata kasus di Indonesia menjadi salah satu aspek
terbesar rusaknya nilai pancasila terutama pada setiap nilai-nilai pancasila itu
sendiri. Perlunya kesadadaran dan juga kontribusi pemulihan karakter bangsa
untuk membenahi kembali sila pancasila yang sudah terlupakan dan rusak oleh
moral dan etika pemudanya khusunya generasi bangsa yang terbawa era mondial
negara dengan merusak moral bangsa Indonesia.

III. Pembahasan
i. Konsep Pancasila sebagai Sistem Etika
a) Pengertian Etika
Istilah “etika” berasal dari bahasa Yunani, “Ethos” yang artinya tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan,
sikap, dan cara berpikir. Dalam arti ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup
yang baik, tata cara hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun
masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan diwariskan dari satu
generasi ke generasi yang lain. Secara etimologis, etika berarti ilmu tentang
segala sesuatu yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam arti
ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik,
baik pada diri seseorang maupun masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini
dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Etika sama
maknanya dengan moral. Etika dalam arti yang luas ialah ilmu yang membahas
tentang kriteria baik dan buruk. Etika pada umumnya dimengerti sebagai
pemikiran filosofis mengenai segala sesuatuyang dianggap baik atau buruk dalam
perilaku manusia. Keseluruhan perilaku manusia dengan norma dan prinsip-
prinsip yang mengaturnya itu kerap kali disebut moralitas atau etika
(Sastrapratedja, 2002).
Etika selalu terkait dengan masalah nilai sehingga perbincangan
tentang etika, pada umumnya membicarakan tentang masalah nilai (baik atau
buruk). Apakah yang Anda ketahui tentang nilai? Frondizi menerangkan bahwa
nilai merupakan kualitas yang tidak real karena nilai itu tidak ada untuk dirinya
sendiri, nilai membutuhkan pengemban untuk berada. Misalnya, nilai kejujuran
melekat pada sikap dan kepribadian seseorang. Istilah nilai mengandung
penggunaan yang kompleks dan bervariasi.
Dengan demikian, nilai sebagaimana pengertian butir kelima, yaitu
sebagai standar fundamental yang menjadi pegangan bagi seseorang dalam
bertindak, merupakan kriteria yang penting untuk mengukur karakter seseorang.
Nilai sebagai standar fundamental ini pula yang diterapkan seseorang dalam
pergaulannya dengan orang lain sehingga perbuatannya dapat dikategorikan etis
atau tidak. Namun, dalam pergaulan orang sering kali mencampur adukkan istilah
“etika” dan “etiket”? Padahal, keduanya mengandung perbedaan makna yang
hakiki.
Etika berarti moral, sedangkan etiket lebih mengacu pada pengertian
sopan santun, adat istiadat. Jika dilihat dari asal usul katanya, etika berasal dari
kata “ethos”, sedangkan etiket berasal dari kata “etiquette”. Keduanya memang
mengatur perilaku manusia secara normatif.tetapi Etika lebih mengacu ke filsafat
moral yang merupakan kajian kritis tentang baik dan buruk, sedangkan etiket
mengacu kepada cara yang tepat, yang diharapkan, serta ditentukan dalam suatu
komunitas tertentu. Contoh, mencuri termasuk pelanggaran moral, tidak penting
apakah dia mencuri dengan tangan kanan atau tangan kiri. Etiket, misalnya terkait
dengan tata cara berperilaku dalam pergaulan, seperti makan dengan tangan kanan
dianggap lebih sopan atau beretiket.
b) Etika Pancasila
Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila
Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, dalam etika Pancasila terkandung nilai-
nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai
tersebut membentuk perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek
kehidupannya.
1) Sila Ketuhanan Mengandung dimensi moral berupa nilai
spiritualitas yang mendekatkan diri manusia kepada Sang Pencipta, ketaatan
kepada nilai agama yang dianutnya.
2) Sila Kemanusiaan Mengandung dimensi humanus, artinya
menjadikan manusia lebih manusiawi, yaitu upaya meningkatkan kualitas
kemanusiaan dalam pergaulan antar sesame.
3) Sila Persatuan mengandung dimensi nilai solidaritas, rasa
kebersamaan (mitsein), cinta tanah air.
4) Sila Kerakyatan Mengandung dimensi nilai berupa sikap
menghargai orang lain, mau mendengar pendapat orang lain, tidak memaksakan
kehendak kepada orang lain.
5) Sila Keadilan Mengandung dimensi nilai mau peduli atas nasib
orang lain, kesediaan membantu kesulitan orang lain.
Etika Pancasila itu lebih dekat pada pengertian etika keutamaan atau
etika kebajikan, meskipun corak kedua mainstream yang lain, deontologis dan
teleologis termuat pula di dalamnya. Namun, etika keutamaan lebih dominan
karena etika Pancasila tercermin dalam empat tabiat saleh, yaitu kebijaksanaan,
kesederhanaan, keteguhan, dan keadilan. Kebijaksanaan artinya melaksanakan
suatu tindakan yang didorong oleh kehendak yang tertuju pada kebaikan serta atas
dasar kesatuan akal – rasa – kehendak yang berupa kepercayaan yang tertuju pada
kenyataan mutlak (Tuhan) dengan memelihara nilai-nilai hidup kemanusiaan dan
nilai-nilai hidup religius. Kesederhaaan artinya membatasi diri dalam arti tidak
melampaui batas dalam hal kenikmatan. Keteguhan artinya membatasi diri
dalam arti tidak melampaui batas dalam menghindari penderitaan. Keadilan
artinya memberikan sebagai rasa wajib kepada diri sendiri dan manusia lain, serta
terhadap Tuhan terkait dengan segala sesuatu yang telah menjadi haknya
(Mudhofir, 2009).
ii. Esensi Pancasila sebagai Sistem Etika
Hakikat Pancasila sebagai sistem etika terletak pada hal-hal sebagai
berikut. Hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa
Tuhan sebagai penjamin prinsip-prinsip moral. Artinya,setiap perilaku warga
negara harus didasarkan atas nilai-nilai moral yang bersumber pada norma agama.
Setiap prinsip moral yang berlandaskan pada norma agama, maka prinsip tersebut
memiliki kekuatan (force) untuk dilaksanakan oleh pengikut-pengikutnya.
Hakikat sila kemanusiaan terletak pada actus humanus, yaitu tindakan manusia
yang mengandung implikasi dan konsekuensi moral yang dibedakan dengan actus
homini, yaitu tindakan manusia yang biasa. Tindakan kemanusiaan yang
mengandung implikasi moral diungkapkan dengan cara dan sikap yang adil dan
beradabsehingga menjamin tata pergaulan antarmanusia dan antar makhluk yang
bersendikan nilai-nilai kemanusiaan yang tertinggi, yaitu kebajikan dan kearifan
Hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan untuk hidup bersama sebagai warga
bangsa yang mementingkan masalah bangsa di atas kepentingan individu atau
kelompok. Sistem etika yang berlandaskan pada semangat kebersamaan,
solidaritas sosial akan melahirkan kekuatan untuk menghadapi penetrasi nilai
yang bersifat memecah belah bangsa. Hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip
musyawarah untuk mufakat. Artinya,menghargai diri sendiri sama halnya dengan
menghargai orang lain. Hakikat sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
merupakan perwudan dari sistem etika yang tidak menekankan pada kewajiban
semata (deontologis) atau menekankan pada tujuan belaka (teleologis), tetapi
lebih menonjolkan keutamaan (Virtue ethics) yang terkandung dalam nilai
keadilan itu sendiri.
iii. Bagaimana Pacasila sebagai Sistem Etika
Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life bangsa
Indonesia, juga merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan
tuntunan atau panduan kepada setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan
bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem etika, dimaksudkan untuk
mengembangkan dimensi moralitas dalam diri setiap individu sehingga memiliki
kemampuan menampilkan sikap spiritualitas dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Mahasiswa sebagai peserta didik termasuk anggota
masyarakat ilmiah-akademik yang memerlukan sistem etika yang orisinal dan
komprehensif agar dapat mewarnai setiap keputusan yang diambilnya dalam
profesi ilmiah. Sebab keputusan ilmiah yang diambil tanpa pertimbangan
moralitas, dapat menjadi bumerang bagi dunia ilmiah itu sendiri sehingga
menjadikan dunia ilmiah itu hampa nilai.
Mahasiswa berkedudukan sebagai mahluk individu dan sosial sehingga
setiap keputusan yang diambil tidak hanya terkait dengan diri sendiri, tetapi juga
berimplikasi dalam kehidupan sosial dan lingkungan. Pancasila sebagai sistem
etika merupakan moral guidance yang dapat diaktualisasikan ke dalam tindakan
konkrit, yang melibatkan berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, sila-sila
pancasila perlu diaktualisasikan lebih lanjut ke dalam putusan
tindakan sehingga mampu mencerminkan pribadi yang saleh, utuh, dan
berwawasan moral-akademis. Dengan demikian, mahasiswa dapat
mengembangkan karakter yang pancasila melalui berbagai sikap yang positif,
seperti jujur, disiplin, tanggung jawab, mandiri, dan lainnya.
Mahasiswa sebagai insan akademis yang bermoral pancasila juga harus
terlibat dan berkontribusi langsung dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
sebagai perwujudan sikap tanggung jawab warga negara. Tanggung jawab yang
penting berupa sikap menjunjung tinggi moralitas dan menghormati hukum yang
berlaku di Indonesia. Untuk itu, diperlukan penguasaan pengetahuan tentang
pengertian etika, aliran etika, dan pemahaman Pancasila sebagai sistem etika
sehingga mahasiswa memiliki keterampilan menganalisis persoalan-persoalan
korupsi dan dekadensi moral dalam kehidupan bangsa Indonesia.
iv. Alasan Diperlukannya Pancasila sebagai Sistem Etika
Pancasila sebagai sistem etika tidaklah muncul begitu saja. Pancasila
sebagai sistem etika diperlukan dalam kehidupan politik untuk mengatur sistem
penyelenggaraan negara. Apabila dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara
tidak ada sistem etika yang menjadi guidanceatau tuntunan bagi para
penyelenggara negara, niscaya negara akan hancur. Beberapa alasan mengapa
pancasila sebagai sistem etika itu diperlukan dalam penyelenggaraan kehidupan
bernegara di Indonesia, meliputi hal-hal sebagai berikut. Pertama, korupsi akan
merajalela karena para penyelenggara negara tidak memiliki rambu-rambu
normatif dalam menjalankan tugasnya. Para penyelenggara negara tidak dapat
membedakan batasanyang boleh dantidak, pantas dan tidak, baik dan buruk.
Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan pemahaman atas kriteria baik dan
buruk.
Kedua, kemrosotan moral yang melanda kehidupan masyarakat, terutama
generasi muda sehingga membahayakan kelangsungan hidup bernegara. Generasi
muda yang tidak mendapat pendidikan karakter yang memadai dihadapkan pada
pluralitas nilai yang melanda Indonesia sebagai akibat globalisasisehingga mereka
kehilangan arah. Kemrosotan moral itu terjadi ketika pengaruh globalisasi tidak
sejalan dengan nilai-nilai pancasila, tetapi justru nilai-nilai dari luar berlaku
dominan. Contoh-contoh kemrosotan moral, antara lain adalah penyalahgunaan
narkoba, kebebasan tanpa batas, rendahnya rasa hormat kepada orang tua,
menipisnya rasa kejujuran, tawuran di kalangan para pelajar. Semua permasalahan
itu menunjukkan lemahnya tatanan nilai moral dalam kehidupan bangsa
Indonesia. Oleh karena itu, pancasila sebagai sistem etika diperlukan
kehadirannya sejak dini, terutama dalam bentuk pendidikan karakter di sekolah-
sekolah.
v. Hambatan Pancasila sebagai Sistem Etika
Hal-hal berikut ini dapat menggambarkan beberapa bentuk tantangan
terhadap sistem etika pancasila. Pertama,tantangan terhadap sistem etika pancasila
pada zaman Orde Lama berupa sikap otoriter dalam pemerintahan sebagaimana
yang tercermin dalam penyelenggaraan negara yang menerapkan sistem
demokrasi terpimpin. Hal tersebut tidak sesuai dengan sistem etika pancasila yang
lebih menonjolkan semangat musyawarah untuk mufakat.
Kedua,tantangan terhadap sistem etika pancasila pada zaman Orde Baru
terkait dengan masalah NKK (Nepotisme, Kolusi, dan Korupsi) yang merugikan
penyelenggaraan negara. Hal tersebut tidak sesuai dengan keadilan sosialkarena
nepotisme, kolusi, dan korupsi hanya menguntungkan segelintir orang atau
kelompok tertentu.
Ketiga,tantangan terhadap sistem etika pancasila pada era Reformasi
berupa eforia kebebasan berpolitik sehingga mengabaikan norma-norma moral.
Misalnya,munculnya anarkisme yang memaksakan kehendak dengan
mengatasnamakan kebebasan berdemokrasi.
vi. Pembahasan Permasalahan (Studi Kasus)
Kasus kerusuhan pada tanggal 22 Mei 2019 kemarin, membawa banyak
dampak yang buruk bagi demonstran, aparat maupun warga sipil yang tidak
telibat dalam kerusuhan tersebut. Penyebab dari kerusuhan ini adalah perbedaan
pendapat yang memicu pendukung paslon nomor urut 2 menuntut pada KPU
untuk melakukan tinjauan ulang penghitungan surat suara di masing-masing
daerah. Karena pendukung paslon 2 meyakini adanya tindak kecurangan yang
dilakukan KPU sehingga menyebabkan paslon nomor urut 2 tidak dapat
memenangkan Pemilu 2019. Pada awalnya massa yang melakukan demo adalah
demonstran spontan yang damai tanpa ada kericuhan, namun kemudian terdapat
pihak-pihak provokator yang menyulut kericuhan sehingga terjadilah aksi 22 Mei
2019 tersebut sampai menyebabkan banyak kerugian yang ditanggung oleh
pohak-pihak tidak bersalah maupun demonstrannya sendiri bahkan ada beberapa
demonstran yang meninggal akbat ditembak oleh seorang misterius. Hal ini
merupakan tanda hilangnya Pancasila sebagai etika suatu bangsa. Sebagai warga
negara sudah sepatutnya menanamkan nilai-nilai pancasila dalam diri sehingga
tidak mudah tersulut oleh hal-hal yang dapat menyebabkan perpecahan dalam
suatu bangsa. Lebih memahami arti demokrasi dan pancasila. Sebagai warga
negara yang baik pula seharusnya tidak cepat mempercayai berita-berita yang
hoax(palsu) yang belum terbukti kebenarannya. Pemerintah seharusnya lebih
mendalam lagi untuk memberikan penanaman nilai-nilai yang ada pada Pancasila
untuk membuat warga negara Indonesia memiliki etika yang berdasarkan pada
Pancasila. Sedangkan sebagai mahasiswa sendiri, membentengi diri pada hal-hal
yang dirasa melenceng dari nilai dan etika Pancasila serta lebih membaur pada
masyarakat sehingga dapat mengajarkan/mensosialisasikan kepada masyarakat
pentingnya nilai-nilai pada Pancasila.

IV. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan dan saran yang didapat dari permasalahan dan pembahasan
makalah ini adalah:
i. Kesimpulan
Pendukung dari Pancasila sebagai sistem etika adalah peranan penting
Pancasila dalam perwujudan sebuah etika yang baik dalam bangsa Indonesia.
Menghadapi berbagai permasalahan dan ancaman setiap saat yang sering tidak
disadari oleh individu itu sendiri menjadi salah satu tantangan terbesar generasi
bangsa untuk tetap menerapkan sistem etika yang baik sesuai nilai-nilai dalam
pancasila. Seperti tercantum di sila ke dua pada Pancasila, yaitu Kemanusian yang
adil dan beradab sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila
dalam membangun etika bangsa ini sangat penting. Dengan menjiwai dan
memahami nilai-nilai dalam Pancasila, dapat merubah dan menuntun masyarakat
khususnya para generasinya supaya mampu bersikap sesuai etika yang baik sesuai
dengan kaidah pancasila dan membentuk individu yang lebih mapan.
ii. Saran
Hubungan yang sangat erat antara nilai dengan norma mampu mendasari
terbentuknya pola perilaku. Pola perilaku akan bisa diubah menjadi lebih baik
apabila individu tersebut mampu menerapkan kaidah-kaidah atau ketentuan-
ketentuan yang mendorong dan mengarahkan dalam perwujudan pola perilaku itu
menjadi perbuatan atau tindakan konkret, seperti halnya dalam bersosialisasi
seorang individu harus mampu menerapkan aturan pancasila sebagai sitem etika,
dengan norma-norma dan ketentuan yang telah ada. Sehingga dalam
penerapannya sendiri untuk menghadapi keadaan atau masalah bermasayarakat
sudah mampu menyelesaikannya dengan baik menurut kaidah etika manusia
dalam Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/29707247/A._NILAI_DASAR_NILAI_INSTRUMEN
TAL_DAN_NILAI_PRAKSIS diakses pada Selasa, 10 September 2019
https://www.academia.edu/38290466/PANCASILA_SEBAGAI_SISTEM_ETIKA
.pdf diakses Kamis, 5 September 2019.
https://ejournal.jurwidyakop3.com/index.php/ejournalnoneksakta/article/view/134
diakses Kamis, 5 September 2019.
http://martilahpuvi.blogspot.com/2016/03/pengertian-etika-norma-nilai-dan-
moral.html?m=1 diakses Jumat, 6 September 2019.
https://www.tagar.id/kronologi-kerusuhan-demonstrasi-2123-mei-2019 diakses
Kamis, 5 September 2019.
https://yaquul.com/2016/08/nilai-dasar-instrumental-praksis-pancasila.html
diakses Selasa, 10 September 2019.

Anda mungkin juga menyukai