Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan jiwa merupakan suatu kondisi dimana keberlangsungan fungsi
mental menjadi tidak normal baik kapasitasnya maupun kekuratannya. Definisi
lain tentang apa itu gangguan jiwa adalah dengan membandingkan dengan
definisi kesehatan WHO “Mental health is a state of complete physical, mental
and social well-being, and not merely the absence of desease” (WHO 2012),
kurang lebih terjemahan bebasnya adalah; Kesehatan Mental adalah suatu
keadaan lengkap secara fisik, mental, dan kesejahteraan-sosial, dan tidak
semata-mata ketiadaan penyakit.
Isolasi sosial atau menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang
mengalami ketidak mampuan untuk diadakan hubungan dengan orang lain atau
lingkungan disekitarnya secara wajar. Pada pasien dengan perilaku menarik diri
sering melakukan kegiatan yang diantisipasi untuk mencapai pemuasan dirimu,
dimana pasien melakukan usaha untuk melindungidiri jadi besar besaran jadi
pasif dan berkepribadian kaku, pasien menarikdirijuga melakukan memang
(isolasi diri), termasuk juga kehidupan emosionalnya, semakin sering pasien
menarik dirimu, semakin banyak kesulitan yang dialami dalam
mengembangkan hubungan social dan emosional dgn orang berbaring.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mengambil beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Isolasi sosial?
2. Apa penyebab terjadinya Isolasi sosial?
3. Bagaimana rentang respon Isolasi sosial?
4. Bagaimana proses terjadinya masalah Isolasi sosial?
5. Apa saja tanda dan gejala isolasi sosial?

1
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apa itu Isolasi sosial
2. Mengetahui Penyebab isolasi sosial
3. Mengetahui rentang respon isolasi sosial
4. Mengetahui proses terjadinya masalah isolasi sosial
5. Mengetahui tanda dan gejala isolasi sosial

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Isolasi Sosial


Isolasi social adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain
(Herdman & Kamitsuru, 2014; Stuart, 2013)
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain di sekitarnya (Damaiyanti, 2012)
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Farida,
2012)
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
2.2 Penyebab Isolasi Sosial
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Belum ada
suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan yang
mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin mempengaruhi
antara lain yaitu:
a. Faktor predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1) Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses. Keluarga adalah tempat pertama yang
memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan
dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan
kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak
aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri dan
dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun

3
lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting
dalam masa ini, agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek.
2) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan
faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga
disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu
keluarga, seperti anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan
sosial.
3) Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas
mempengaruhi adalah otak . Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan
pada keluarga yang anggota keluarganya ada yang menderita
skizofrenia. Klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam
hubungan sosial terdapat kelainan pada struktur otak seperti atropi,
pembesaran ventrikel, penurunan berat volume otak serta perubahan
struktur limbik.
b. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
internal maupun eksternal meliputi:
1) Stresor sosial budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan
seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kesepian
karena ditinggal jauh, dirawat di rumah sakit atau dipenjara.
2) Stresor psikologi
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain.
(Damaiyanti, 2012: 79)

2.3 Rentang Respon Isolasi Sosial

4
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan bahwa
manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan,
mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif. Individu juga
harus membina saling tergantung yang merupakan keseimbangan antara
ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan Respon adaptif
Respon maladaptif

Menyendiri kesepian manipulasi


Otonomi menarik diri impulsive
Bekerja sama Ketergantungan narcisme
Interdependen
Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang
masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya lingkungannya
yang umum berlaku dan lazim dilakukan oleh semua orang.. respon ini
meliputi :
a. Solitude (menyendiri) Adalah respon yang dibutuhkan seseorang
untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya
juga suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-langkah
selanjutnya.
b. Otonomi Adalah kemampuan individu dalam menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam berhubungan sosial.
c. Mutualisme (bekerja sama) Adalah suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimana individu mampu untuk saling memberi dan
menerima.
d. Interdependen (saling ketergantungan) Adalah suatu hubungan saling
tergantung antara individu dengan orang lain dalam rangka membina
hubungan interpersonal.

Respon maladaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang


menyimpang dari norma-norma sosial budaya lingkungannya yang umum
berlaku dan tidak lazim dilakukan oleh semua orang.

Respon ini meliputi :

5
a. Kesepian adalah kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing
dari lingkungannya, merasa takut dan cemas.
b. Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam membina
hubungan dengan orang lain.
c. Ketergantungan (dependen) akan terjadi apabila individu gagal
mengembangkan rasa percaya diri akan kemampuannya. Pada
gangguan hubungan sosial jenis ini orang lain diperlakukan sebagai
objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan
individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan
pada orang lain.
d. Manipulasi adalah individu memperlakuakan orang lain sebagai
objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan
individu cenderung berorientasi pada diri sendiri.
e. Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak
mampu belajar dari pengalaman dan tidak dapat diandalkan.
f. Narcisisme adalah individu mempunyai harga diri yang rapuh, selalu
berusaha untuk mendapatkan penghargaan dan pujian yang terus
menerus, sikapnya egosentris, pencemburu, dan marah jika orang lain
tidak mendukungnya. (Trimelia, 2011: 9)

2.4 Proses Terjadinya Masalah


a) Faktor predisposisi
1. Faktor perkembangan
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas
perkembangan yang harus dilalui individu dengan sukses agar
tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Apabila tugas ini
tidak terpenuhi, akan mencetuskan seseorang sehingga
mempunyai masalah respon sosial maladaptif. (Damaiyanti, 2012)
2. Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif
3. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan
berhubungan. Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak

6
mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif seperti
lansia, orang cacat, dan penderita penyakit kronis.
4. Faktor komunikasi dalam keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang
dalam gangguan berhubungan, bila keluarga hanya
menginformasikan hal-hal yang negative dan mendorong anak
mengembangkan harga diri rendah. Seseorang anggota keluarga
menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu
bersamaan, ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang
menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar
keluarga.
b) Stressor presipitasi
1. Stressor sosial budaya
Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan
faktor keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan
berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya
karena dirawat di rumah sakit.
2. Stressor psikologis
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan
untuk berpisah dengan orang dekat atau kegagalan orang lain
untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan
kecemasan tingkat tinggi.(Prabowo, 2014: 111)
2.5 Tanda Dan Gejala
 Gejala subjektif
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Klien merasa bosan
d. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
e. Klien merasa tidak berguna
 Gejala objektif

7
a. Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak” dengan
pelan
b. Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada
c. Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri
d. Menyendiri dalam ruangan, sering melamun
e. Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan secara
berulang-ulang
f. Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
g. Ekspresi wajah tidak berseri
h. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
i. Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk
j. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
(Trimelia, 2011: 15)
2.6 Pohon Masalah
Resiko Menciderai diri, Resiko Persepsi Sensori
Orang lain, Lingkungan Halusinasi

Tidak efektifnya Defisit


Penatalaksanaan Perawatan diri
Regiment terapeutik Isolasi Sosial
Menarik Diri

Tidak Efektifnya Menurunnya


Koping Keluarga: Gangguan Motivasi
Ketidakmampuan Harga diri rendah Perawatan Diri
Keluarga merawat
Anggota keluarga
Yg sakit

2.7 Data yang Perlu Dikaji


Gangguan konsep diri : harga diri rendah
1. Subyektif:

8
 Mengeluh hidup tidak bermakna
 Tidak memiliki kelebihan apapun
 Merasa jelek
2. Obyektif:
 Kontak mata kurang
 Tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain
Isolasi Sosial : Menarik diri
1. Subyektif :
 Mengatakan malas berinteraksi
 Mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya
 Merasa orang lain tidak selevel
 Menyendiri
 Mengurung diri
 Tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain
Resiko perubahan persepsi - sensori : halusinasi
Subyektif : Mengatakan mendengar suara bisikan/melihat bayangan
Obyektif :
 Bicara sendiri
 Tertawa sendiri
 Marah tanpa sebab

2.8 Diagnosa Keperawatan


1. Isolasi Sosial : Menarik dir
2. Resiko perubahan persepsi-sensori: Halusinasi
3. Gangguan Konsep diri: Harga diri rendah

2.9 Intervensi Keperawatan

9
No. Dx. Perencanaan
Tgl Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Intervensi
interensi
31/9/19 1. Isolasi sosial a. Klien mampu Setelah bernteraksi klien 1) Tanyakan kpd klien
menyebutkan mampu menyebutkan ttg:
penyebab minimal satu penyebab  Orang yang tinggal
menarik diri menarik diri dari : serumah / teman
 Diri sendiri
sekamar klien.
 Orang lain dan
lingkungan  Orang yang paling
dekat dengan klien di
rumah/ di ruang
 Perawatan Apa yang
membuat klien dekat
dengan orang
tersebut
 Orang yang tidak
dekat dengan klien di
rumah/di ruang
 Perawatan Apa yang
membuat klien tidak
dekat dengan orang
tersebut
 Upaya yang sudah
dilakukan agar dekat
dengan orang lain
2) Diskusikan dengan
klien penyebab
menarik diri atau
tidak mau bergaul
dengan orang lain.
3) Beri pujian
terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya
b. Klien mampu Setelah berinteraksi 1) Tanyakan pada klien
menyebutkan dengan klien dapat tentang :
keuntungan menyebutkan keuntungan Manfaat Hubungan
berhubungan berhubungan sosial, sosial dan Kerugian
social dan misalnya: menarik diri.
menarik diri  Banyak teman

10
 Tidak kesepian 2) Diskusikan bersama
 Bisa diskusi klien tentang manfaat
 Saling menolong dan berhubungan sosial
kerugian menarik diri, dan kerugian menarik
misalnya: sendiri, diri.
kesepian, tidak bisa 3) Beri pujian terhadap
diskusi. kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya.

c. Klien dapat Setelah berinteraksi klien 1) Observasi perilaku


melaksanakan dapat melaksanakan klien saat berhubungan
hubungan hubungan sosial secara sosial .
social secara bertahap dengan: 2) Beri motivasi dan
bertahap  Perawat bantu klien untuk
 Tenaga medis lain berkenalan /
 Klien lain, berkomunikasi dengan
 Kelompok/masyarakat : Perawat lain, klien,
dan kelompok.
3) Libatkan klien dalam
Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi
4) Diskusikan jadwal
harian yang dapat
dilakukan untuk
meningkatkan
kemampuan klien
bersosialisasi.
5) Beri motivasi klien
untuk melakukan
kegiatan sesuai dengan
jadwal yang telah
dibuat.
6) Beri pujian terhadap
kemampuan klien
memperluas
pergaulannya melalui
aktivitas yang
dilaksanakan.
d. Klien mampu Setelah berinteraksi klien 1) Diskusikan dengan
menjelaskan mampu mengungkapkan klien tentang
perasaannya perasaannya setelah perasaannya setelah
setelah berhubungan social dgn : berhubungan sosial
berhubungan orang lain dan kelompok.
sosial dengan : Orang lain,
dan kelompok.
2) Beri pujian terhadap
kemampuan klien

11
mengungkapkan
perasaannya.
e. Klien Setelah pertemuan 1) Diskusikan
mendapat keluarga dapat pentingnya peran
dukungan mempraktekkan cara serta keluarga
keluarga
merawat klien menarik sebagai pendukung
dalam
memperluas diri. untuk mengatasi
hubungan prilaku menarik
sosisal diri.
2) Diskusikan potensi
keluarga untuk
membantu klien
mengatasi perilaku
menarik diri
3) Jelaskan pada
keluarga tentang :
 Pengertian
menarik diri
 Tanda dan gejala
menarik diri
 Penyebab akibat
menarik diri
 Cara merawat
klien menarik diri
4) Latih keluarga cara
merawat klien
menarik diri.
5) Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatihkan
6) Beri motivasi keluarga
agar membantu klien
untuk bersosialisasi.
7) Beri pujian kepada
keluarga atas
keterlibatannya
merawat klien di
rumah sakit.

12
f. Klien dapat  Setelah berinteraksi 1) Beri pujian jika klien
memanfaatkan klien menggunakan obat
mendemontrasikan dengan benar
obat dengan
2) Diskusikan akibat
baik. penggunaan obat dgn
berhenti minum obat
benar tanpa konsultasi
 Setelah berinteraksi dengan dokter
klien menyebutkan 3) Anjurkan klien untuk
akibat berhenti minum konsultasi kepada
obat tanpa konsultasi dokter/perawat jika
terjadi hal–hal yang
dokter
tidak di inginkan .

13
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Isolasi social adalah keadaan dimana seseorang individu meningkat
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu tinggal dengan orang lain
sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
Salah satu gangguan berhubungan social, perilaku menarik diri atau isolasi
social karena perasaan tidak berharga yang bisa dialami pasien dengan latar
belakang yang penuh dengan masalah, istirahat, kekecewaan, berbicara.
3.2 Saran
Demikian yang dapat saya jelaskan mengenai materi yang menjadi pokok
pembahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak terdapat kekurangan
dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya refrensi
yang ada hubungannya dengan makalah saya ini.
Saya banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan dalam makalah – makalah yang selanjutnya akan saya tulis.

14
DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Farida Kusumawati & Yudi Hartono. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing
Diagnoses: Definitions & Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley
Blackwell
Mukhripah Damaiyanti & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:
PT Refika Aditama.
Trimeilia. (2011). Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. Jakarta Timur: TIM.

15

Anda mungkin juga menyukai