ENSEFALOPATI HIPERTENSI
Disusun oleh :
Kms. Virhan Dwi F., S.Ked 04054821618011
Shepty Ira Luthfia, S.Ked 04054821719136
Pembimbing:
dr. Achmad Junaidi, Sp.S
Oleh :
Sebagai salah satu persyaratan mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Senior Bagian
Neurologi RSMH Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
ii
KATA PENGANTAR
Salam sejahtera,
Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat-Nya lah tinjauan pustaka yang
berjudul “ENSEFALOPATI HIPERTENSI” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. Achmad Junaidi, Sp.S sebagai dosen pembimbing
2. Rekan-rekan seperjuangan yang turut meluangkan banyak waktu dalam
membantu proses penyelesaian tinjauan pustaka ini.
3. Semua pihak yang telah ikut membantu proses penyusunan hingga tinjauan
pustaka ini selesai.
Dalam penyusunan tinjauan pustaka ini, penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan, baik dari isi maupun teknik penulisan, sehingga apabila ada
kritik dan saran dari semua pihak maupun pembaca untuk kesempurnaan tinjauan
pustaka ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR BAGAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menurut Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of
High Blood Pressure, hipertensi adalah kondisi peningkatan tekanan darah sistolik
lebih besar dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua
kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat.1
Ensefalopati hipertensi didefinisikan sebagai ensefalopati akut yang diakibatkan
oleh kegagalan autoregulasi serebral yang dicetuskan oleh kenaikan tekanan darah
secara mendadak. Ensefalopati hipertensi ditandai dengan adanya nyeri kepala dan
tanda fokal neurologis yang berhubungan dengan edema subkortikal, biasanya
melibatkan oksipital, temporal, parietal, dan struktur fossa posterior.7 Kenaikan
tekanan darah dengan tiba-tiba disertai dengan keluhan sakit kepala yang hebat,
penurunan kesadaran dan keadaan ini dapat menjadi reversibel bila tekanan darah
tersebut diturunkan.3
2.2 Epidemiologi
Hipertensi arterial dialami oleh sebanyak 1 miliar orang di seluruh dunia dan
sekitar 30% diantaranya belum terdiagnosa.1,2,3 Sekitar 7,1 juta kematian setiap tahun
diakibatkan oleh hipertensi.3 Penelitian terbaru menunjukkan bahwa risiko kematian
dari penyakit jantung dan stroke meningkat seiring dengan kenaikan tekanan darah
sistolik di atas 115 mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 75. Setiap kenaikan 20
mmHg sistolik dan 10 mmHg diastolik, meningkatkan mortalitas pada penyakit
jantung dan stroke sebanyak dua kali lipat.8
Sekitar 1% pasien dengan hipertensi akan mengalami krisis hipertensi.9
Insidensi terjadinya krisis hipertensi adalah 1-2 per 100.000. Di Amerika Serikat,
angka insidensi lebih tinggi pada laki-laki, keturunan Afrika-Amerika, kulit hitam,
2
3
dan berusia tua.10,11 Ensefalopati hipertensi paling sering terjadi pada individu dengan
riwayat hipertensi kronik.11
2.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi terbagi menjadi dua yaitu hipertensi
primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Sebagian besar hipertensi yaitu sekitar 90%
kasus termasuk ke dalam hipertensi esensial dan hanya 10 % yang penyebabnya
diketahui seperti penyakit ginjal, kelainan pembuluh darah, dan kelainan hormonal.12
Hipertensi primer (esensial) didefinisikan jika penyebab hipertensi tidak dapat
diidentifikasi. Kondisi tersebut diperkirakan sebagai hasil dari interaksi yang
kompleks antara genetik dan lingkungan, sedangkan hipertensi sekunder dapat
disebabkan oleh berbagai penyakit.12
Penyebab umum dari ensefalopati hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
secara tiba-tiba yang menyebabkan terjadinya gangguan pembuluh darah serebral.
Ensefalopati hipertensi juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit yang memicu
peningkatan tekanan darah, seperti penyakit ginjal kronis, stenosis arteri renalis,
glomerulonefritis akut, toxemia akut, pheokromositoma, sindrom cushing, serta
penggunaan obat seperti aminophyline, phenylephrine. Ensefalopati hipertensi lebih
sering ditemukan pada orang dengan riwayat hipertensi esensial lama.4,11
Selain itu, dikenal beberapa istilah berkaitan dengan krisis hipertensi antara lain:
1. Hipertensi refrakter yaitu kondisi dimana respons pengobatan tidak
memuaskan dan tekanan darah tetap melebihi 200/100 mmHg walaupun telah
diberikan pengobatan yang efektif pada penderita.
5
2.5 Patofisiologi
Secara fisiologi, peningkatan tekanan darah akan mengaktivasi regulasi
mikrosirkulasi di otak berupa respon vasokontriksi arteriol serebral demi menjaga
aliran darah serebral tetap konstan. Ketika tekanan darah meningkat secara tiba-tiba
dan melebihi kemampuan autoregulasi, maka akan terjadi gangguan pembuluh darah
otak yang mengakibatkan kerusakan endotel, ekstravasasi protein plasma, hingga
edema serebral.15
Berikut teori-teori patofisiologi ensefalopati hipertensi:
1. Reaksi autoregulasi yang berlebihan (The overregulation theory of
hypertensive encephalopathy)
Kenaikan tekanan darah yang terjadi secara mendadak akan menimbulkan
reaksi vasospasme arteriol yang hebat disertai penurunan aliran darah otak
dan iskemi. Vasospasme dan iskemi menyebabkan terjadinya nekrosis dan
6
↑↑ Blood pressure
↑↑ Blood pressure
Failure of autoregulation
Forced vasodilatation
- Hyperperfusion
Endothelial permeability
- capillary hydrostatic pressure
Cerebral edema
Hypertensive encephalopathy
(headache, nausea, vomiting,
altered mental status, convulsion)
2.7 Diagnosis
Diagnosa krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil
terapi bergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu hasil
pemeriksaan yang menyeluruh karena dengan data-data yang minimal sudah diagnosa
krisis hipertensi sudah dapat ditegakkan. Dalam menegakkan diagnosis ensefalopati
hipertensi, perlu diidentifikasi jenis hipertensinya baik itu hipertensi urgensi atau
hipertensi emergensi. Hal ini dapat dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik untuk mengetahui tanda dan gejala kerusakan target organ terutama di otak
seperti adanya nyeri kepala hebat, mual, muntah, penglihatan kabur, penurunan
kesadaran, ataupun kejang. Perlu dicari riwayat penyakit ataupun penyakit penyerta
lain seperti penyakit jantung koroner, riwayat hipertensi sebelumnya, penyakit ginjal,
penggunaan obat-obatan, dan sebagainya.11
pemeriksaan neurologis dapat ditemukan temuan yang bervariasi mulai dari dari
kelemahan hingga penurunan kesadaran. Selain itu dapat dilakukan funduskopi untuk
melihat ada tidaknya perdarahan retina dan papil edema sebagai tanda peningkatan
tekanan intra cranial yang menandakan terjadinya ensefalopati hipertensi.11
Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan dua cara yaitu melalui pemeriksaan
yang dapat dilakukan segera seperti pemeriksaan darah rutin dan urinalisa. Urinalisa
dan pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya kerusakan
fungsi ginjal (peningkatan BUN dan kreatinin).11 Selain itu, pemeriksaan EKG juga
perlu dilakukan untuk melihat tanda iskemi, pemeriksaan radiologi seperti foto toraks
untuk melihat adanya edema paru atau pemeriksaan CT scan atau MRI kepala untuk
melihat adanya edema pada bagian otak dan ada tidaknya perdarahan. Edema otak
biasanya terdapat pada bagian posterior otak namun dapat juga pada batang otak.11
Gambar 2. Gambaran CT Scan (kanan) dan MRI (kiri) kepala pada wanita 55 tahun dengan
Ensefalopati Hipertensi dan kejang menunjukkan adanya lesi white matter yang terkonsentrasi pada
bagian posterior otak
10
2.9 Penatalaksanaan
Tekanan darah perlu segera diturunkan sesegera mungkin setelah diagnosa
ensefalopati hipertensi ditegakkan. Penurunan tekanan darah arterial harus dilakukan
dengan monitoring secara tetap dan titrasi obat. Pada pasien tanpa hipertensi,
autoregulasi otak mengatur tekanan aliran darah serebral (CBF) pada mean arterial
pressure (MAP) berkisar 60-90 mmHg. Pada pasien hipertensi terutama yang kronis,
terjadi adaptasi autoregulasi sehingga CBF berada pada MAP yang lebih tinggi
sehingga penurunan tekanan darah secara langsung ke tekanan darah normal pada
awal pengobatan dapat menyebabkan berkurangnya perfusike ke otak, jantung dan
ginjal. Penatalaksanaan idealnya menurunkan MAP sebesar 25% selama 1-2 jam dan
tekanan darah diastolic ke 100-110 mmHg. Monitoring tekanan darah arterial di
Intensive Care Unit (ICU) dibutuhkan untuk mengatur titrasi agen farmakologis
secara adekuat. Selain itu, monitoring kerusakan target organ juga perlu dilakukan.11
11
Obat anti hipertensi intravena kerja cepat yang dianjurkan yaitu labetalol,
sodium nitroprusside, phenoldopam (pada gagal ginjal), dan nicardipin karena obat-
obat tersebut sudah terbukti efektif pada ensefalopati hipertensi.11
sianida sehingga dapat menyebabkan koma bahkan kematian mendadak. Dosis inisial
0,3-0,5 mcg/kg/min IV, sesuaikan dengan kecepatan tetesan infus sampai target efek
yang diharapkan tercapi dengan dosis rata-rata 1-6 mcg/kg/min.17
Fenildopam (Corlopam) yang termasuk short acting dopamine agonis (DA1)
pada level perifer juga menjadi pilihan terapi dengan durasi pendek dalam bekerja.
Obat ini meningkatkan aliran darah ginjal dan ekskresi sodium dan dapat digunakan
pada pasien dengan gejala gagal ginjal. Dosis inisial 0,003 mcg/kg/min IV secara
progresif ditingkatkan sampai maksimal 1,6 mcg/kg/min.17
Nicardipine juga dapat menjadi pilihan terapi. Nicardipin termasuk dalam
golongan penghambat gerbang kalsium yang memiliki selektifitas tinggi dan
merupakan vasodilator kuat untuk arteri koroner dan serebral. Pemberian dilakukan
dalam dosis bolus 5-15 mg/h IV dan dosis maintenance 3-5 mg/h.17
Nifedipine sublingual, clonidine, diazoxide, atau hydralazine intravena tidak
direkomendasikan karena dapat mempengaruhi penurunan yang tidak terkontrol dari
tekanan darah arterial yang mengakibatkan iskemi cerebral dan renal.17
Tabel 2. Obat Antihipertensi Intravena untuk Pengobatan Hipertensi Emergensi (AHA 2017)14
Class Drug(s) Usual Dose Range Comments
CCB— Nicardipine Initial 5 mg/h, Contraindicated in
dihydropyridines increasing every 5 min advanced aortic
by 2.5 mg/h to stenosis; no dose
maximum 15 mg/h. adjustment needed for
elderly.
Clevidipine Initial 1–2 mg/h, Contraindicated in
doubling every 90 s patients with soybean,
until BP approaches soy product, egg, and
target, then increasing egg product allergy and
by less than double in patients with
every 5–10 min; defective lipid
maximum dose 32 metabolism (e.g.,
mg/h; maximum pathological
duration 72 h. hyperlipidemia, lipoid
nephrosis or acute
pancreatitis). Use low-
end dose range for
elderly patients.
Vasodilators— Sodium nitroprusside Initial 0.3–0.5 Intra-arterial BP
mcg/kg/min; increase monitoring
13
Terapi juga ditunjang dengan perubahan gaya hidup. Menjalani pola hidup
sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan darah, dan secara umum
sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular.18
15
2.10 Prognosis
Pada 60 juta penduduk Amerika yang mengalami hipertensi, hanya 1% yang
dapat berkembang menjadi ensefalopati hipertensi. Tingkat morbiditas dan mortalitas
pasien ensefalopati hipertensi bergantung pada derajat kerusakan organ target. Tanpa
tatalaksana hipertensi emergensi yang adekuat, tingkat mortalitas dalam 6 bulan
mencapai 50% dan tingkat mortalitas dalam 1 tahun mencapai 90%.11 Pada penderita
ensefalopati hipertensi, jika tekanan darah tidak segera diturunkan, maka penderita
akan jatuh dalam koma dan meninggal dalam beberapa jam. Sebaliknya apabila
tekanan darah diturunkan secepatnya secara dini prognosis umumnya baik dan tidak
menimbulkan gejala sisa.15
BAB III
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15
16
13. Majid A. Krisis Hipertensi Aspek Klinis dan Pengobatan. Medan: Bagian
Fisiologi Fakultas Kedokteran USU; 2004.
14. Whelton PK, et al. 2017. A Report of the American College of
Cardiology/American Heart Association Task Force on Clinical Practice
Guidelines: Guideline for the Prevention, Detection, Evaluation, and Management
of High Blood Pressure in Adults. AHA: 2017: 21, 137-41.
15. Sugiyanto E. Hipertensi dan Komplikasi Serebrovaskular. Cermin Dunia
Kedokteran, No. 157,2007:173-79. Available from:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_ 157_Neurologi.pdf
16. Anonim. Cerebrovascular Disease. In Ropper A and Brown R.ed. .Adam and
Victor’s Principle of Neurology 8th Edition. Newyork: Mc Graw Hill Medical
Publishing Division. 2005: 728-30
17. Cline D, Amin A. Drug Treatment for Hypertensive Emergencie. EMCREG
International. 2008;Volume 1:1-7.
18. Chobanian AV et al. The Seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: the
JNC 7 report. JAMA. 2003 May 21;289(19):2560–72.