Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MATA KULIAH TEORI DAN PRAKTEK PERENCANAAN

PERENCANAAN ADVOKASI

NI MADE ADRIANA M.B.Z (1981811001)


IDA BAGUS GITAGANDHI A. (1981811013)
A.A GDE DWIKA DIGJAYA PUTRA (1981811023)
I MADE DWIKI PUTRAWAN (1981811025)

PROGRAM STUDI MAGISTER ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka rumusan
masalah yang akan dibahas pada laporan ini antara lain:
1.2.1 Apa saja pemahaman terkait perencanaan advokasi dalam lingkup urban?
1.2.2 Bagaimana contoh penerapan perencanaan advokasi dalam perencanaan
suatu wilayah?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan


Tujuan dilakukannya penulisan ini adalah untuk mengetahui teori dan praktek
perencanaan suatu wilayah dalam konteks perencanaan advokasi. Manfaat
penulisan ini yaitu sebagai suatu sarana pembelajaran bagi mahasiswa dalam mata
kuliah teori dan praktek perencanaan, agar dapat memahami topik teori
perencanaan dalam suatu wilayah.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Teori Perencanaan Advokasi


2.3 Perbandingan Perencanaan Rasional dengan Perencanaan Advokasi
2.2 Kelebihan dan Kekurangan Perencanaan Advokasi
BAB III
PENERAPAN PERENCANAAN ADVOKASI

3.1 STUDI KASUS: LARANGAN PENGGUNAAN KANTONG PLASTIK


DI BALI
Pada tahun 2016, sepasang kakak-beradik Melati dan Isabel Wijsen, yang
merupakan pendiri NGO (Non-Governmental Organization) Bye Bye Plastic
Bag, melakukan tuntutan kepada Gubernur Bali yang menjabat saat itu, untuk
membebaskan Bali dari penggunaan kantong plastik sekali pakai. Kemudian
pada Januari 2018, Gubernur Bali Made Mangku Pastika akhirnya bertemu
dengan mereka dan menandatangani nota kesepahaman untuk mewujudkan Bali
tanpa kantong plastik (Lihat Gambar 1).

Gambar 1. Gubernur Bali Menandatangani Nota Kesepahaman dengan Bye Bye


Plastic Bag
Sumber : http://www.byebyeplasticbags.org/about/

Kejadian tersebut merupakan salah satu faktor pendorong lahirnya


berbagai larangan penggunaan kantong plastik yang ada di Bali saat ini. Berkat
ditandatanginya nota kesepahaman tersebut, komunitas Bye Bye Plastic Bag
berhasil mengajak 12.000 orang relawan dari Jakarta dan Bali untuk
mengumpulkan sampah yang ada di seluruh pantai di Bali pada Februari 2017
lalu dalam sebuah acara bertajuk One Island One Voice (Shabrina, 2019). Hasil
dari kegiatan tersebut adalah terkumpulnya sampah sebanyak 40 ton.
Dari peristiwa tersebut, mulai muncul berbagai komunitas dan aktivis
lingkungan yang mengkampanyekan pembebasan Bali dari sampah plastik.
Salah satunya adalah kampanye kolaboratif dalam menangani isu plastik sekali
pakai di Bali yang dituangkan dalam bentuk film dokumenter berjudul ‘Pulau
Plastik’. Kampanye ini dicetuskan oleh musisi dan aktivis lingkungan yaitu
Gede Robi ‘Navicula’ yang didukung oleh komunitas lingkungan lainnya,
seperti Kopernik dan Akarumput. Film dokumenter ini membahas berbagai
permasalahan tentang plastik dan solusi-solusi yang dapat dilakukan untuk
menggunakannya secara bijaksana (Putri, 2019). Dalam website mereka, Pulau
Plastik menjabarkan bahwa tujuan diadakannya kampanye ini adalah untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya plastik sekali pakai, serta
mengubah perilaku masyarakat, sekaligus mengadvokasikan perubahan yang
berkelanjutan (Pulau Plastik, 2019).
Dengan adanya dorongan dari masyarakat yang disalurkan melalui aktivis-
aktivis pecinta lingkungan dan fakta mengenai banyaknya timbulan sampah
plastik di Bali yang dapat mencemari lingkungan dan memengaruhi stigma
wisatawan yang datang ke Bali, maka pada tahun 2018, Pemerintah Kota
Denpasar dan Kabupaten Badung mengeluarkan larangan penggunaan kantong
plastik sekali pakai guna mengurangi timbulan sampah plastik yang ada di Bali.
Larangan tersebut mulai efektif berlaku sejak 1 Januari 2019. Hal tersebut juga
didukung oleh peraturan gubernur No. 97 Tahun 2018 terkait larangan
penggunaan plastik sekali pakai yang dikeluarkan Pemerintah Provinsi Bali pada
21 Desember 2018, dengan merinci jenis plastik sekali pakai yang dilarang, yaitu
berupa kantong plastik, sedotan plastik dan sterofoam. Tujuan dikeluarkannya
larangan ini adalah untuk mengurangi timbulan sampah plastik sekali pakai
sebanyak 70% (Kinanthi, 2019). Berdasarkan kasus tersebut dapat diketahui
bagaimana contoh penerapan perencanaan advokasi dalam suatu pembangunan
daerah, melalui argumentasi – argumentasi yang rasional.
BAB IV
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Bye Bye Plastic Bag. 2017. Bali Plastic Bag Free by 2018??? Retrieved from
http://www.byebyeplasticbags.org/about/
Kinanthi, N. 2019. Bali Mulai Melarang Penggunaan Plastik di Toko-toko dan
Bandara. Retrieved from
https://nationalgeographic.grid.id/read/131674160/bali-mulai-melarang-
penggunaan-plastik-di-toko-toko-dan-bandara?page=all
Shabrina, N.F. 2019. ‘Bye-Bye Plastic Bags’ Hilangkan Penggunaan Plastik.
Retrieved from https://www.radarbandung.id/metropolis/2019/03/02/bye-bye-
plastic-bags-hilangkan-penggunaan-plastik/3/
Putri. 2019. Gaungkan ‘Bali Bukan Pulau Plastik’ melalui Film Dokumenter.
Retrieved from https://www.nusabali.com/berita/46269/gaungkan-bali-bukan-
pulau-plastik-melalui-film-dokumenter
Pulau Plastik. 2019. Tentang Kami. Retrieved from
http://pulauplastik.org/tentang/kampanye
A. TEORI PERENCANAAN ADVOKASI
- Pengertian (dwiki)
- Sejarah (dwiki)
- Perbandingan Perencanaan Rasional dengan Perencanaan Advokasi
(dwika) buatin ulang tabelnya pake bahasa Indonesia

SUMBER MATERI DWIKA : https://pauldavidoff.com/wp-


content/uploads/2016/06/AboutPD_Advocacyplanning_MarkerandBaron_2010.
pdf
- Kelebihan dan Kekurangan Perencanaan Advokasi (dwika)
B. SIMPULAN (gus ogik)
C. DAFTAR PUSTAKA

- SEMUA MATERI GABUNGIN DI GUS OGIK


-DWIKI DAN DWIKA INGET CANTUMIN DAFTAR PUSTAKA
- PPT LIA YANG BUAT, MAKALAH YANG UDAH DIGABUNG
DIKIRIM KE LIA PALING LAMBAT SENIN SIANG, SENIN MALEM
MAU TAK BUAT

Anda mungkin juga menyukai