KEPEMIMPINAN
ERA INDUSTRI 5.0
KATA PENGANTAR
TTD
Ismunandar
i
KATA PENGANTAR
ii
pelaksanaan kebijakan yang diharapkan dapat
memberikan inspirasi bagi pemangku kepentingan
di perguruan tinggi.
TTD
Paristiyanti Nurwardani
iii
CATATAN KHUSUS
Majelis Pendidikan
Desember 2018
CATATAN KHUSUS
INFORMASI OUTPUT DISKUSI
MAJELIS PENDIDIKAN TAHUN 2018
iv
Isi berkas hasil rapat Majelis Pendidikan tahun
2018 yang diberi judul Inspirasi Kepemimpinan Era
Industri 5.0 ini merupakan bahan-bahan untuk
dijadikan draf sebuah buku. Namun, untuk
menjadi buku yang mengikuti tata tulis sebuah
buku yang baik masih menghadapi kesulitan
waktu edit. Hasil rapat baru dapat dikumpulkan
menjadi semacam bunga rampai gagasan-
gagasan co-creation konsep pemikiran. Esensi isi
gagasan telah dianggap baik tetapi belum dapat
menjadi buku yang memenuhi standar tata tulis
ilmiah. Walaupun demikian, dengan
mempertimbangkan pentingnya gagasan tersebut
untuk disebarluaskan sebagai tambahan bekal
bagi dosen di Perguruan Tinggi (PT), maka hasil
rapat diputuskan untuk disiapkan apa adanya serta
agar mudah diakses oleh siapapun.
v
perlu juga dikutip untuk perekat isi bahan bacaan
yang berkesinambungan.
vi
Tantangan dan keunikan pendidikan tinggi di
Indonesia memang cukup tinggi. Tantangan dan
keunikan ini menyangkut heterogentitas situasi
perguruan tinggi. Heterogenitas situasi yang
pertama dapat dilihat dari status perguruan tinggi
– ada perguruan tinggi negeri (PTN) dan ada pula
perguruan tinggi swasta (PTS).
vii
memiliki motivasi dan kesejarahan pendirian PTS
yang berbeda, sangat heterogen. Heterogenitas
situasi PTS menjadi semakin tinggi saat lokasi
dimana PTS berada dimasukkan dalam
pertimbangan.
viii
penyelenggaraan pendidikan tinggi yang baik
(good university governance) tidak selalu mudah
diterapkan. Heterogenitas situasi ini selanjutnya
akan mempengaruhi pilihan-pilihan keputusan
dalam penyelenggaraan dan pengelolaan PTS.
Pilihan-pilihan keputusan yang paling penting
dalam penyelengaraan dan pengelolaan PTS
adalah menyangkut keputusan investasi dan
pengembangan sumber daya manusia. Keputusan-
keputusan ini selanjutnya akan mempengaruhi
kualitas perguruan tinggi swasta.
ix
Universitas Katolik Widya Mandira dan Universitas
Flores di Nusa Tenggara Timur.
x
masyarakat untuk masyarakat dan
dipersembahkan sebagai milik publik bagi
kemaslahatan pendidikan tinggi.
xi
Dewan Pendidikan Tinggi (DPT) dengan alamat
email: dpt@ristekdikti.go.id. Keinginan tersebut
akan dipenuhi dan akan diumumkan sebagai
bagian perbaikan naskah ini atas permintaan
penulis asli yang meminta identitasnya
dicantumkan sebagai acuan untuk kalimat atau
alinea spesifik yang diyakini menjadi miliknya.
Aamiin.
xii
DAFTAR ISI
xiii
PROLOG
xiv
• Bab ketiga membahas cara peningkatan Angka
Partisipasi Kasar (APK).
• Bab keempat dan kelima menyampaikan
pemikiran tentang materi serta cara
penyampaian (delivery) kurikulum.
Secara umum pokok-pokok gagasan tersebut
dapat dielaborasikan sebagai berikut. Majelis
Pendidikan mendalami pemaknaan IDCP dalam
enam rumpun ilmu. Hal ini dimulai dari rumpun
ilmu agama serta hubungannya dengan lima
rumpun ilmu berikutnya. Dari pendalaman ini
ditemukan bahwa enam rumpun ilmu tersebut
membentuk jaringan keilmuan yang bercorak
multi-, inter-, dan transdisiplin.
Selanjutnya, dipastikan bahwa penerapan
IDCP dapat dikelola menjadi aktualisasi nilai-nilai
Pancasila melalui matakuliah apapun yang diampu
dosen. Dosen dapat menjelaskan sejarah
perkembangan pemikiran matakuliahnya dan
proyeksi amal ilmu tersebut untuk kemaslahatan
atau kebaikan sosial.
Dalam penjelasan amal ilmu matakuliah
apapun, dapat disampaikan hal umum bidang studi
ditambah hal spesifik. Hal spesifik tersebut adalah
nilai-nilai kehidupan (life values) dan spiritualitas.
xv
Dengan pendekatan tersebut dosen dapat
memandu mahasiswa berdialog interpersonal
maupun intrapersonal tentang pengembangan dan
penerapan ilmu sebagai “Jalan menuju Ketuhanan
Yang Maha Esa dengan menyertakan praktik nilai-
nilai dan spiritualitas dalam amal ilmu.”
Dosen tidak langsung masuk ke bagian
materi perkuliahan, namun perlu mendiskusikan
terlebih dahulu sejarah perkembangan pemikiran
ilmunya dan prospek penggunaan ilmu tersebut.
Setiap dosen dapat merancang metode dan
pendekatan perkuliahan disertai kerangka yang
dapat mewadahi, memasukkan penjelasan tentang
nilai-nilai kehidupan dan spiritualitas,
kontekstualitas ilmu yang dibahas berkaitan
dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap
mental profesional. Kerangka itu dalam masing-
masing rumpun ilmu dan kaitannya dengan
keseluruhan dapat dijabarkan secara garis besar
sebagai berikut.
Nilai-nilai kehidupan yang dilandasi rasa
kemanusiaan dapat dikembangkan melalui proses
internalisasi yang merupakan hal paling esensial
dalam rumpun ilmu humaniora. Esensi tersebut
sangatlah sederhana, yaitu merasakan kehidupan
xvi
dan dunia kita, memperlihatkan bagaimana orang-
orang lain hidup dan berpikir tentang kehidupan.
Upaya melatih daya cipta dan rasa
kemanusiaan melalui amal ilmu akan membantu
lulusan perguruan tinggi menentukan apa yang
penting dalam kehidupan dan menghayati tentang
apa yang dapat dilakukan untuk membuatnya
lebih baik. Dengan penghayatan tersebut akan
muncul kesadaran betapa pentingnya kebaikan
individu untuk mencapai kebaikan sosial sesuai
dengan semboyan bahwa ‘sebaik-baiknya orang
adalah mereka yang bermanfaat bagi sesama’.
Capaian kesadaran tersebut akan menjamin
perjalanan hidup yang makin meningkat
kualitasnya dalam memenuhi asas kemanusiaan
yang adil dan beradab.
Posisi ilmu sosial dalam konteks
keindonesiaan menghendaki adanya upaya
memberikan kontribusi melalui amal ilmu yang
meletakkan kepentingan bangsa Indonesia sebagai
hal primer dan bangsa-bangsa lain sebagai
sekunder dalam kerangka kemanusiaan yang adil
dan beradab. Membawa topik pemaknaan ilmu
sosial bagi kepentingan persatuan Indonesia sangat
xvii
menarik didalami terus-menerus dalam praktik
pendidikan tinggi di Indonesia.
Perkembangan ilmu-ilmu sosial di Indonesia
tidak sama dengan perkembangan ilmu sosial di
dunia secara umum. Perkembangan ilmu sosial di
Indonesia selalu berimplikasi dengan keadaan
sosial, politik, dan budaya Indonesia yang secara
faktual bersifat majemuk sebagaimana yang
terumuskan dalam khazanah pengetahuan dan
kearifan kita sejak zaman bahari yang kemudian
kita jadikan sebagai semboyan nasional: Bhinneka
Tunggal Ika.
Sementara itu, dari sudut lain, kita lihat ada
kenyataan historis yang sangat penting
diperhatikan, yaitu bahwa setiap zaman mempunyai
generasi dengan karakteristik yang sesuai dengan
zamannya. Kini kita sedang melihat lahirnya
generasi milenial yang akan menjadi generasi baru
dengan perilaku yang berbeda dari generasi
sebelumnya. Dalam kelatahan pergaulan populer,
mereka biasa disebut “Kids Zaman Now”.
Generasi tersebut ke depan akan mengalami
perkembangan dan membentuk karakteristiknya
sendiri. Ada harapan tertumpu kepada para dosen
agar mereka makin piawai mendampingi
xviii
mahasiswa generasi tersebut. Dosen-dosen itu
sesuai mata kuliah yang mereka ampu diharapkan
selalu mendapat ruang optimal dalam memahami
inti dasar ilmu sosial dan pengembangan sifat
positif menuju perangai sosial yang penuh rasa
peduli, empati, simpati dan gotongroyong. Dengan
kepedulian terhadap rakyat, outcomes pendidikan
ilmu sosial merupakan modal signifikan bagi
persatuan Indonesia.
Selanjutnya, berbicara tentang rumpun ilmu
alam, manusia melihat dan mendengarkan alam
dengan pikiran terbuka, kadang-kadang
menemukan hal-hal yang menakjubkandan menjadi
dasar merangkai metode saintifik. Dengan
pengembangan pengetahuan alam, manusia akan
makin menguasai kenyataan alam mulai dari skala
di bawah nano sampai ukuran jagad raya yang
banyak bagiannya belum dipahami oleh manusia.
Amal ilmu alam memahami dan menghayati
bahwa banyak rahasia alam belum diketahui
manusia. Dengan pengetahuan yang ada, manusia
wajib menyadari koridor daya dukung alam yang
dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Para
dosen yang memiliki kepedulian tentang
pemaknaan kombinasi dari enam rumpun ilmu
xix
pasti dapat mencari dan menemukan pilihan
wawasan dalam belajar ilmu alam dikaitkan dengan
kepentingan penyuburan bibit-bibit karakter terpuji
para mahasiswa.
Dengan penalarannya, manusia meyakini
adanya harmoni, adanya keteraturan, adanya
kesederhanaan dalam kompleksitas alam raya, baik
itu benda mati maupun makhluk hidup. Melalui
logika dan nalarnya dibangunlah aksioma-aksioma,
definisi, dan hukum-hukum yang dipastikan berlaku
secara universal untuk memodelkan keteraturan
alam semesta. Bermula dari aksioma dan definisi
tersebut lahirlah ilmu formal (formal science).
Ilmu formal semata merupakan hasil olah
pikir. Namun demikian, tidak berarti ilmu formal
tidak dapat digunakan dalam realitas. Ilmu formal
berguna dalam menunjang pengertian dan
pemaknaan obyek di alam raya. Manusia sekarang
berusaha melakukan kajian terhadap isi alam raya,
mulai dari skala sangat besar dengan garis tengah
sepanjang 1027 meter, sampai yang amat kecil pada
ukuran garis tengah sepanjang 10-15meter.
Sungguh luar biasa kemungkinan-kemungkinan
kemanfaatan benda-benda dalam kisaran ukuran
tersebut. Namun, masih sangat sedikit hal yang
xx
diketahui manusia sampai saat ini dan tingkat
kebenarannya pun sangat relatif.
Kombinasi dan sintesis yang unik tersebut
memerlukan dukungan ilmu formal secara tepat
dan optimal. Ilmu formal menjadi fondasi dari
semua keilmuan kuantitatif, baik ilmu alam, ilmu
humaniora, ilmu sosial maupun ilmu terapan. Ilmu
formal, terutama matematika, menjadi bahasa
universal untuk menjelaskan alam semesta. Bentuk
bahasa universal tersebut mulai dari bilangan,
aritmetika, geometri, aljabar, kalkulus, hingga
probabilitas dan teori game, memberi wawasan
bahwa masih banyak rahasia alam semesta.
Keprihatinan terhadap dampak dari
penerapan ilmu bagi kehidupan manusia terutama
yang terkait dengan teknologi digital sudah
menjadi hal yang tidak dapat diabaikan lagi.
Rumpun ilmu terapan sebagai rumpun ilmu
pengetahuan yang mengkaji dan mendalami
aplikasi ilmu pengetahuan mengambil posisi garis
depan dalam sistem pendidikan tinggi Indonesia.
Hal tersebut harus dilakukan agar sistem
pendidikan tinggi menghasilkan profesional yang
mampu berperan serta di masyarakat dalam
memecahkan masalah-masalah sosial termasuk
xxi
masalah-masalah sosial yang ditimbulkan karena
penerapan teknologi.
Ilmu terapan dalam bangunan ilmu
keindonesiaan berbasis enam rumpun ilmu telah
memilih kata kunci inti dasar kemaslahatan dan
memerlukan peran dosen dalam
menginternalisasikan nilai-nilai tersebut pada diri
mahasiswa. Pendidikan tinggi ke depan harus
menemukan cara kontekstual setempat yang paling
tepat dan program studi dapat menciptakan cara-
cara optimal tersebut.
Pemerintah dapat meningkatkan efektivitas
program facilitating, empowering, dan enabling
unjuk hasil kerja di perguruan tinggi. Buku ini
sebagai buku I yang jabarannya ada dalam buku II
cocok sebagai pemandu penciptaan solusi optimal
pergerakan program studi. Seperti telah dijelaskan
di depan, buku ini mulai dari Bab I tentang
Knowledge Management (KM) yang diikuti dengan
empat bab berikutnya untuk menjadi panduan
komprehensif dan bermanfaat.
xxii
BAB I
MANAJEMEN PENGETAHUAN
1
Literatur menyampaikan bahwa Standard
Operating Procedure (SOP) termasuk salah satu
jenis produk pengelolaan pengetahuan. Membuat
SOP baru dapat dikatakan sebagai mencipta
pengetahuan dalam proses kepemimpinan. SOP
yang mencakup pelaksanaan semua kegiatan
dalam suatu sistem dapat diciptakan oleh
pimpinan PT. Pimpinan PT dapat menetapkan
proses penyelenggaraan pendidikan dengan suatu
kerangka sistem yang komprehensif dan
terintegrasi. Sistem yang bagus memerlukan
berbagai jenis SOP yang optimal.
2
masing PT. Hal-hal tersebut akan menjadi bekal
sangat berharga dalam percepatan kemajuan PT.
3
untuk menjadi awal pencarian program dan
kegiatan fakultas yang relevan dengan situasi dan
kondisi saat itu. Dekan memilah dan memilih kata-
kata dari sebuah buku yang berjudul Collective
Intelligence ditulis oleh Pierre Levy (1999) berikut
catatan pribadi tersebut di kala itu:
4
to project humanity into a phase of its
intellectual and social evolution
5
Semua warga fakultas, baik dosen maupun tenaga
kependidikan akan lebih nyaman melakukan
program dan kegiatan yang mereka ikut terlibat
dalam penciptaannya, perencanaannya.
6
Dalam Buku II dimuat uraian terori ringkas tentang
KM dan disajikan cerita praktik KM di suatu PTN
dan PTS. Uraian terkait KM dalam Buku II tersebut
diharapkan dapat memotivasi para pimpinan PT
agar menciptakan praktik KM yang lebih bagus di
PT masing-masing dibanding cerita dalam Buku II.
Cerita dalam Buku II dimulai pada masanya, pada
masa tersebut belum tersedia perangkat IT yang
sebaik masa sekarang.
7
BAB II
INSPIRASI PENGEMBANGAN
PERGURUAN TINGGI
8
totalitarian menjadi pemerintahan demokratik
partisipatif atau dikenal juga sebagai
pemerintahan good governance yang ditandai oleh
prinsip transparansi, akuntabilitas, responsiveness,
indenpendency, dan fairness. Kelima prinsip
tersebut mengandung makna seluruh komponen
sistem secara equitable dan inclusive
memperjuangkan cita-cita kemajuan bersama
tanpa agenda masing-masing, semua pihak
bertanggung-jawab penuh melakukan tugas yang
dialokasikan padanya, semua pihak ikut
berpartisipasi atas setiap permasalahan yang
muncul, tidak ada persekongkolan parsial di antara
anggota, dan setiap kontribusi bagi kepentingan
bersama akan dihargai betapapun kecilnya.
9
dan kompetisi. Namun pemerintah wajib
menjamin tersedianya anggaran yang cukup untuk
memberikan subsidi dan melindungi kepentingan
rakyat terutama dalam hal pelayanan sosial seperti
pendidikan tinggi. Konsep good governance juga
ditandai oleh kehadiran masyarakat profesional
yang berfungsi sebagai pengontrol yang terdiri
atas asosiasi profesi, asosiasi industri atau badan
usaha, perguruan tinggi, dan lembaga swadaya
mayarakat untuk mencegah hubungan yang tidak
transparan antara pemerintah dan swasta.
10
Sistem pemerintahan partisipatif atau good
governance ini mulai diterapkan di setiap sektor
pelayanan masyarakat. Dari tinjauan badan semi
pemerintah, sistem pendidikan tinggi Indonesia
mempunyai perangkat yang cukup lengkap.
Dewan Pendidikan Tinggi dan Majelis sebagai
lembaga pemberi masukan kebijakan, Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP) sebagai
lembaga yang menetapkan Standar Nasional
Pendidikan Tinggi, dan Badan Akreditasi Nasional
Perguruan Tinggi (BANPT) sebagai lembaga yang
melakukan akreditasi program studi dan
perguruan tinggi. Secara bertahap peran badan
semi pemerintah akan terus ditingkatkan
sementara peran pemerintah semakin diperkecil.
Ini terus dilakukan mengingat prinsip kehadiran
pemerintah tidak diperlukan jika masyarakat sudah
berdaya dan dapat mengatur dirinya sendiri.
Peralihan kepada sistem partisipatif good
governance yang dilandasi oleh nilai utama hak
azasi manusia (HAM) dan demokrasi memerlukan
secara umum penguatan nilai-nilai perilaku
individu yang meliputi kejujuran, integritas, dapat
dipercaya (trusted), mempunyai empati dan saling
menghargai, bertanggung-jawab, dan kompeten.
Untuk mengatasi rentang pengendalian yang lebar
mengingat wilayah republik Indonesia yang sangat
luas, pemerintah telah meningkatkan fungsi
11
Koordinasi Perguruan tinggi Swasta (Kopertis)
menjadi Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi
(L2DIKTI) yang akan bertanggung-jawab sebagai
wakil pemerintah pusat di daerah dalam melayani
bukan saja PTS tetapi juga seluruh PTN di wilayah
propinsi tersebut.
12
mayarakat. Dosen mempunyai otonomi penuh
untuk memberikan nilai dan meluluskan
mahasiswanya tanpa campur tangan pihak
manapun. Mandat dan otoritas mulia ini perlu
disadari dan dijaga kehormatannya oleh seluruh
mahasiswa, dosen, dan insan perguruan tinggi.
13
C. Pemberdayaan Perguruan Tinggi
14
D. Pengembangan Mutu
Akademik Perguruan Tinggi
15
dan diperbaiki secara terus menerus. Sistem
penjaminan mutu pendidikan tinggi terdiri atas
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan
Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME). SPMI
direncanakan, dilaksanakan, dievaluasi,
dikendalikan dan dikembangkan oleh perguruan
tinggi, sementara SPME direncanakan, dievaluasi,
dilaksanakan, dikendalikan, dan dikembangkan
oleh Badan Akreditasi Nasional Perguran Tinggi
(BAN-PT) bersama dengan Lembaga Akreditasi
Mandiri (LAM) melalui akreditasi sesuai dengan
kewenangannya masing-masing. Untuk
memudahkan pemerintah mengelola dan
membina sistem penjaminan mutu baik internal
maupun eksternal perguruan tinggi, telah disusun
Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDIKTI) yang
bersifat nasional dimana setiap perguruan tinggi
diwajibkan secara rutin memutakhirkan data dan
informasi penyelenggaraan pendidikan tingginya
kedalam sistem tersebut.
E. Pengembangan Manajemen
Perguruan Tinggi
16
pemerintah. Mandat penyelenggaraan manajemen
untuk PTN diberikan oleh pemerintah, dan untuk
PTS diberikan oleh Badan Penyelenggara.
Landasan penyelenggaraan perguruan tinggi yang
baik minimal mencakup Izin pendirian perguruan
tinggi, Statuta, dan Izin pendirian program studi.
PTN didirikan oleh Pemerintah, sementara PTS
oleh masyarakat dengan membentuk Badan
Penyelenggara berbadan hukum yang berpinsip
nirlaba dan wajib memperoleh izin Menteri. Pola
pengelolaan PTN dapat berbentuk Satuan Kerja,
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK-
BLU), atau Badan Hukum, sementara pola
pengelolaan PTS ditetapkan oleh Badan
Penyelenggara (Yayasan).
17
F. Perencanaan Perguruan Tinggi
18
Perguruan Tinggi untuk 25-30 tahun. Rencana
strategis merupakan strategi yang dipilih
perguruan tinggi untuk sukses mencapai kinerja
yang ditetapkan. Rencana strategis memuat
tindakan, kegiatan, dan keputusan yang telah
direncanakan, sesuai dengan sistem nilai dan
mandat perguruan tinggi, untuk memberikan
kemungkinan keberhasilan yang tinggi. Langkah-
langkah penyusunan Rencana Strategis meliputi
analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman (SWOT), Perumusan visi dan misi jangka
panjang, perumusan prinsip pengembangan
perguruan tinggi (guiding principles) berdasarkan
sistem nilai dan budaya organisasi,
pengembangan tujuan yang ingin dicapai dalam
kurun waktu 5 tahun, dan pengembangan
program dan anggaran yang diperlukan selama 5
tahun.
19
mengkoordinasikan dan mengarahkan (aligning),
melatih (coaching), memotivasi (motivating), dan
memberdayakan (empowering). Manager cocok
untuk suatu tim kerja, untuk mencapai tujuan
tertentu, berjangka waktu lebih pendek, dan
pekerjanya mempunyai kemampuan minimal
sesuai persyaratan. Tugas manajer adalah
mengatur tim kerja untuk mencapai tujuan. Leader
lebih merupakan pemimpin untuk institusi atau
organisasi yang tidak berjangka waktu. Menjadi
tanggung jawab pemimpin membawa seluruh
anggota masyarakatnya bagaimanapun kondisi
dan kualitasnya pada kehidupan yang lebih baik,
lebih maju, dan lebih mulia sesuai dengan cita-cita
bersama organisasi.
20
di perguruan tinggi, umumnya dicari dengan cara
seleksi (selection) melalui panitia seleksi bukan
melalui pemilihan umum (election).
21
secara khusus tentang penyusunan rencana jangka
panjang dan rencana kerja tahunan, tetapi akan
terfokus pada bagaimana menyusun rencana
strategis, yaitu merencanakan masa depan PT
melalui penyusunan program dan kegiatan,
penyiapan sumber daya, dan pengaturan untuk
mewujudkan visi, misi dan tujuan PT dengan
mempertimbangkan perkembangan lingkungan
strategik. Penyusunan perencanaan strategis ini
penting agar suatu PT dapat menjalankan
kegiatannya dengan baik dan tepat sasaran sesuai
dengan visi, misi dan tujuannya dalam kurun
waktu sampai 5 (lima) tahun ke depan. Suatu PT
akan dapat berjalan dengan baik jika memiliki
perencananaan sebagai pedoman yang dapat
diikuti oleh semua pemangku kepentingan
(stakeholders). Pedoman tersebut disusun
berdasarkan diskusi dan perdebatan gagasan
pengembangan dari seluruh pemangku
kepentingan PT yang bersangkutan, bersifat
dinamis dan dapat ditinjau ulang secara periodik.
22
sekolah tinggi, politeknik, akademi, dan akademi
komunitas.2 Meskipun berbeda bentuk, setiap PT
memiliki idealisme fungsi yang sama, yang
berbeda dengan organisasi pada umumnya, yaitu
sebagai organisasi yang menyelenggarakan
kegiatan investasi jangka panjang untuk
mendidik generasi yang akan datang, dengan
melakukan kegiatan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat. Oleh karena itu,
perbedaan PT dengan jenis organisasi lain ini akan
membedakan dalam penyusunan perencanaan
strategisnya. Mengenai hal ini, Munitz
menyatakan: "As you begin your own strategic
planning effort, be thoughtful and concise and
specific about where you want to make this
campus's mark. What do you do well, what do you
do differently, what do you do better than most
others. Those things that you care less about and
you do less well should disappear".3
1) Peran Pimpinan
Dalam menyusun rencana strategis, peran
pimpinan sangat menentukan berhasil tidaknya
kegiatan tersebut. Pemimpin PT diharapkan
dapat menjadi penggerak yang mendorong
23
dan mendukung kegiatan penyusunan rencana
strategis PT-nya, dan jangan pernah kehilangan
fokus sejak dari awal sampai dengan
terealisasikannya rencana strategis tersebut.
Dia harus mampu mengajak dan memberi
semangat kepada pimpinan yang lain untuk
berkomitmen dan terlibat secara intensif dalam
proses kegiatan tersebut.
24
kepentingan fakultas dan unit-unit dapat
terpenuhi, yaitu mereka berupaya untuk saling
terikat dan bahkan tergantung satu sama lain,
tetapi pada saat yang sama masing-masing
juga mendapatkan ruang otonomnya,
sehingga untuk menjaga keserasian antara dua
dimensi ini, rencana strategis perlu disusun
secara bersama.
25
aspirasi dosen dan tenaga kependidikan dapat
diakomodasi.
4) Posisi Mahasiswa
Pada akhirnya pelaksanaan program dan
kegiatan yang dirancang dalam rencana
strategis akan melibatkan seluruh sivitas
6
akademika, termasuk mahasiswa . Untuk itu,
dalam menyusun rencana strategis PT perlu
untuk memahami peran, fungsi dan kebutuhan
mahasiswa. Mereka adalah generasi penerus
pemimpin bangsa, cendekiawan muda dan
calon intelektual yang terdaftar resmi sedang
belajar di suatu PT. Untuk sebagian (besar) PT,
mereka adalah sumber finansial utama proses
bisnis operasional kegiatan akademik
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat yang dilakukan oleh civitas
akademika dosen dan mahasiswa yang
didukung oleh tenaga kependidikan. Sasaran
pengembangan kemahasiswaan: (1) Mahasiswa
sebagai kekuatan moral (moral force) dapat
26
mengangkat citra sebagai warganegara
masyarakat akademik; (2) Ormawa sesuai
dengan visi, misi perguruan tinggi, berorientasi
pada peningkatan prestasi, soft skill dan
entrepreneurship, tertib hukum dan
tenggungjawab, demokratis, akuntabel dan
transpara; (3) SDM pendukung (akademik dan
non akademik) berperan aktif sebagai
pemberdaya, fasilitator dan motivator; (4)
Sistem komunikasi yang sesuai dengan kaidah
akademik dan menjunjung tinggi etika bangsa
Indonesia; (5) Sarana dan prasarana yang
memadai; dan (6) Dukungan penganggaran
kegiatan kemahasiswaan yang memadai.7
7Ibid.
27
BAB III
PENINGKATAN ANGKA PARTISIPASI
KASAR UNTUK MENYIAPKAN POOLS OF
LEADERS
A. Latar Belakang
Isu Angka Partisipasi Kasar (APK) perlu dicermati
dengan perspektif yang luas terbuka. Secara
kuantitatif, Indonesia sedang mengalami
peningkatan jumlah penduduk usia kerja yang
diproyeksikan akan mencapai puncaknya pada
tahun 2040 (Adioetomo dan Pardede, 2018)
dimana Indonesia akan punya sekitar 216.240.000
orang usia produktif. Pada tahun 2045, 66,6% dari
total penduduk diperkirakan berada dalam usia
produktif. Ini merupakan bonus demografi yang
harus dimanfaatkan. Peluang untuk memanfaatkan
bonus demografi ini waktunya terbatas, dan
periode terbesar diproyeksikan akan bisa dinikmati
antara tahun 2020 - 2030 (Bank Dunia, 2011).
28
sangat strategis. Namun fakta menunjukkan
bahwa APK pendidikan tinggi Indonesia tahun
2017 baru mencapai 33,37% (7.249.903 mahasiswa
usia 19-23 tahun). Artinya, masih ada sekitar
14.477.397 anak yang seharusnya berada di
bangku kuliah namun tidak kuliah. Padahal
Indonesia per Mei 2018 memiliki perguruan tinggi
(PT) sebanyak 4.607 dengan jumlah mahasiswa
8.388.763 (Kemenristekdikti, 2018), walaupun
memang dengan kualitas dan kapasitas yang
sangat beragam.
29
proses pembelajaran jarak jauh yang berkualitas
tinggi dengan memanfaatkan the best possible
educational technology. Penerapan teknologi
digital telah merevolusi model dan pendekatan
pembelajaran dari model tradisional di dalam
kelas ke model yang mudah diakses dimanapun
dan kapanpun. Pendidikan menjadi tersedia di
berbagai tempat dan tidak dibatasi oleh dinding-
dinding kelas.
30
Namun tentu saja peningkatan APK harus
dilakukan secara prudent, dengan prasyarat pokok
tidak boleh menurunkan mutu. Oleh sebab itu,
faktor pemampu untuk dapat menyelenggarakan
pendidikan tinggi yang bermutu harus menjadi
fokus prioritas, khususnya terkait SDM (dosen,
tenaga kependidikan dan mahasiswa sebagai co-
creator sekaligus subyek pembentuk capaian
pendidikan), kurikulum, sarana dan prasarana, TIK
dan sistem informasi, anggaran, dan mitra
strategis. Semua inputs tersebut harus dikelola
secara serius dan bersungguh-sungguh, melalui
sistem kebijakan, peraturan, norma dan tata nilai
dalam susasana akademik yang kondusif dan
proses bisnis yang baik.
31
B. Usulan Kerangka Sistem Pendidikan
Tinggi Terbuka Nasional
32
ringkas Gambar 3.1 berikut menunjukkan alur
pikiran ini.
33
SPTT Terpadu sekaligus akan menjangkau
masyarakat umum (di samping yang berstatus
sebagai mahasiswa) untuk mendapatkan layanan
Pendidikan tinggi. Hal ini secara langsung
merupakan penunaian amanat UUD 1945.
34
endorsement) kepada PT agar mulai
mengimplementasikan konsep RPL, khususnya RPL
yang diperoleh melalui kesertaan pada MOOCs
yang diselenggarakan penyelenggara manapun,
dalam dan luar negeri. Dengan demikian, PT tidak
akan ragu memberikan pengakuan hasil belajar
masyarakat dari MOOCs (bersertifikat) yang
kemudian akan mengurangi beban pengambilan
matakuliah dari PT yang bersangkutan. Secara
perlahan, PT didorong untuk mengurangi
penyelenggaraan matakuliah tertentu dan
dihimbau mengambil dari MOOC terseleksi
sehingga menurunkan biaya penyelenggaraan dari
sisi institusi, di samping juga institusi dapat
menggunakan sisa sumberdayanya untuk
melayani mahasiswa dalam jumlah yang lebih
tinggi.
35
2) penugasan dengan pendampingan.
36
D. Kesimpulan
37
yang berlandaskan kebijakan yang menjamin
legalitas pelaksanaan merupakan kunci terciptanya
suatu Sistem Pendidikan Tinggi Terbuka dan
Terpadu yang berpotensi meningkatkan kapasitas
sistem pedidikan tinggi untuk peningkatan APK
secara signifikan. Di era Revolusi Industri 4.0 yang
ditandai dengan otomatisasi berbagai mekanisme
atas fasilitasi integrasi berbagai sistema dan
perangkat elektronik, IoT, dan big data, tidak bisa
lain, kombinasi modus pendidikan jarak jauh dan
tatap muka serta konvergensi sistem pendidikan
formal, non-formal, dan informal menjadi suatu
keniscayaan. Indonesia perlu dan harus bergerak
ke arah ini. Hanya dengan membuka sistem
pendidikan tinggi yang ada saat ini menjadi suatu
sistem yang inklusif untuk seluruh warga negara,
maka Negara menjadi hadir menunaikan amanat
UUD 45 yang menjamin bahwa pendidikan adalah
hak seluruh warga negara.
38
BAB IV
INTEGRASI NILAI DAN SPIRITUALITAS
DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN
TINGGI
39
seseorang untuk belajar sepanjang masa (lifelong
education).
Oleh karenanya, STEM perlu didampingi dan
dilengkapi dengan SMAC, yaitu Social, Media,
Analytics dan Cloud. Bertemunya STEM dan SMAC
ada di humanities (humaniora). IDCP adalah upaya
Majelis Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan untuk menyempurnakan bobot
kurikulum yang dulunya terlalu terfokus pada
Knowledge, Skill dan Attitude akan dilengkapi
dengan bobot Value (nilai) dan Spiritualitas
(spirituality). Bagaimana melekatkan pendidikan
humanities untuk semua mata kuliah pada semua
program studi pada era seperti itu? Bagaimana
metode dan pendekatan yang diperlukan untuk
melekatkan, menanamkan, dan mengembangkan
nilai-nilai kehidupan (lifevalues) dan spiritualitas
(spirituality) dalam proses pendidikan di
perguruan tinggi? Perguruan tinggi adalah tempat
dan kesempatan terakhir bagi para calon
pemimpin negeri yang akan datang (pool of the
next leaders) untuk membentuk karakter, akhlak
mulia, sikap (attitude), perilaku luhur (behaviour)
dalam konteks negara-bangsa Indonesia dan
sekaligus juga sebagai warga dunia. Tulisan ini
dimaksudkan sebagai media berbagi, tukar-
menukar pengalaman tentang permasalahan
tersebut sekaligus memberi dorongan kepada
40
generasi pemimpin perguruan tinggi era sekarang
dan lebih-lebih yang akan datang bahwa mereka
dapat berbuat sesuatu, optimis dan mampu
berpikir positif-kreatif mengatasi permasalahan
yang dihadapi jaman sekarang dan akan datang
berbasis keluasan ilmu, wawasan, pengalaman,
keteladanan dan kearifan lokal (local wisdom).
Nilai-nilai yang melekat pada IDCP dalam setiap
mata kuliah di tanah air Indonesia, antara lain
adalah nilai-nilai dasar yang disingkat dengan
akronim SEMANGAT dan SEJAHTERA. Nilai-nilai
yang terhimpun dalam kluster SEMANGAT adalah
nilai-nilai yang menggambarkan cara atau ways
bagaimana kehidupan yang baik dan terpuji
dijalani dan ditempuh, sedangkan nilai-nilai yang
terhimpun dalam kluster SEJAHTERA adalah nilai-
nilai tujuan atau goals dari kehidupan baik itu
sendiri. Hubungan antara kedua kluster tersebut
tidak bisa dipisahkan, ibarat sekeping mata uang
dengan dua permukaan. Dapat dibedakan tetapi
tidak dapat dipisahkan
SEMANGAT SEJAHTERA
• Saintifik • Spiritual
• Energetik • Empati
• Musyawarah • Jujur
• Aktif-Kreatif • Amanah
• Nasionalis • Harmoni
41
• Gotong-royong • Tanggungjawab
• Agamis • Etis
• Tangguh • Rendah hati
• Adil
42
3. Musyawarah (berkonsultasi dan berembuk
dengan pihak lain untuk memecahkan
masalah baik dalam kehidupan berkeluarga,
bermasyarakat, beragama maupun bernegara;
tidak egoistik dan egosentris, terbuka,
mendengar masukan dari kawan berembuk).
4. Aktif-Kreatif (melakukan suatu pekerjaan
dengan sungguh-sungguh dan gembira; tidak
mudah menyerah dan putus asa; tidak pasif
dan pasrah).
5. Nasionalis (sadar sepenuhnya sebagai warga
negara Indonesia, mempunyai jiwa bela
negara, dan konsisten dalam menerapkan
nilai-nilai Pancasila; tidak tergoda oleh
ideologi negara dan bangsa lain yang tidak
cocok dengan sejarah berdirinya negara
kesatuan republik Indonesia; tidak melanggar
nilai-nilai yang disepakati para pendiri bangsa
dan negara Indonesia; a faithful patriotic dan
bukannya a religious nationalism).
6. Gotong-royong (semua masalah baik
menyangkut pembangunan dan perbaikan
ekonomi, sosial, politik, budaya, ilmu
pengetahuan dipikul dan dipecahkan secara
bersama-sama; bekerja bersama tim; bukan
menjadi superman tetapi superteam).
7. Agamis (taat beragama sesuai dengan
keimanan dan kepercayaan masing-masing;
43
saling menghargai dan hormat menghormati
(respect) antar berbagai pemeluk agama dan
penghayat kepercayaan yang ada).
8. Tangguh (kuat, disiplin, ulet, tidak suka
mengeluh dalam menghadapi berbagai
persoalan dan cobaan dalam menjalani
kehidupan; bukan bermental complainer (suka
mengeluh) tapi bermental problem solver
(pemecah masalah).
44
altruistik. Budaya dan adat istiadat Indonesia
terlalu kaya untuk dirinci kekayaan nilai
spiritual dan kearifan lokal (local wisdom) yang
dimiliki dalam kluster spiritual ini; tidak
materialistik dan hedonistik).
2. Etis (berakhlak mulia; berbudi pekerti luhur;
santun terhadap sesama manusia meskipun
berbeda etnis, suku, ras, agama dan
golongan).
3. Jujur (tidak suka berbohong dalam menjalani
kehidupan pribadi, keluarga, bermasyarakat,
beragama dan berbirokrasi dalam kehidupan
bernegara; tidak koruptif dalam mengatur dan
menggunakan keuangan negara, dana
organisasi, partai, perusahaan).
4. Amanah (dapat dipercaya; trustworthy).
5. Harmoni (hidup dengan sesama manusia dan
alam semesta. Dapat bekerja sama dengan
berbagai golongan dan kelompok dalam
masyarakat, saling menghargai, toleran, damai
dan rukun; menjaga kelestarian alam
lingkungan).
6. Tanggungjawab (mampu memikirkan dan
mengkalkulasi implikasi dan konsekwensi dari
perbuatan atau tindakan yang dilakukan dan
perkataan atau ucapan yang dilontarkan dan
bersedia mempertanggungjawabkan akibat
45
yang ditimbulkan; tidak memviralkan berita
yang belum teruji kebenarannya (hoax)).
7. Empati (dapat merasakan yang dirasakan
orang lain; tenggang rasa; menjauhi prasangka
dan buruk sangka terhadap orang, golongan
dan kelompok lain karena kita juga tidak suka
diperlakukan dengan cara yang sama;
kecerdasan kolektif).
8. Rendah hati (santun, tidak angkuh; sombong;
tinggi hati).
9. Adil (berlaku adil dalam berperilaku ekonomi,
sosial, politik, berkeluarga dan bermasyarakat;
adil untuk diri sendiri dalam menjaga
kesehatan, istirahat, makanan; menjauhi
tindakan diskriminasi terhadap golongan lain
yang tidak sepaham, sekeyakinan, seagama,
seorganisasi, sebangsa, difabel atau disable
dan begitu seterusnya).
46
masyarakat, pemerintah, negara, birokrasi akan
rapuh, goyah dan runtuh. Potret manusia
Indonesia yang kurang begitu menggembirakan
mencerminkan ketidak-keterhubungan dan
keterputusan antara satu nilai dan nilai lainnya.
Perpaduan dan titik temu antara nilai-nilai dalam
kluster SEMANGAT dan kluster SEJAHTERA adalah
untuk meraih kemaslahatan, keberkahan dan
kebahagiaan hidup manusia Indonesia seluruhnya,
tanpa terkecuali. Bahagia dan sukses dalam bidang
kehidupan masing-masing adalah cita-cita
manusia Indonesia. Sukses dan bahagia sekaligus,
bukannya sukses tetapi tidak bahagia atau
sebaliknya bahagia tetapi tidak sukses. Tujuan
hidup manusia Indonesia dalam berkeluarga,
bermasyarakat, beragama, berbudaya, berpolitik,
berbangsa dan bernegara tidak lain dan tidak
bukan adalah untuk mencapai kemaslahatan,
keberkahan dan kebahagiaan. Ada nilai
transendentalitas (ruhaniyah; spiritualitas) dan
imanenitas (jasmaniyah) yang terkandung dalam
kata maslahat, berkah dan bahagia. Tanpa
maslahat, berkah dan bahagia, nilai-nilai tersebut
menjadi hampa, tidak bermakna (meaningless).
47
BAB V
ISI KURIKULUM
48
A. Tantangan Yang Dihadapi
49
bekerja di pekerjaan yang potensial akan
diotomasikan. Sedangkan di Amerika Serikat 60,6
juta orang (46% dari total pekerja), ada dalam
lingkungan pekerjaan yang segera diotomasikan.
Sayangnya keadaan Indonesia luput dari
jangkauan laporan MGI ini. Pekerjaan yang
dilaporkan di atas tidak berarti akan musnah,
tetapi cara mengerjakannya akan berubah.
Dengan adanya perubahan otomasi pekerjaan-
pekerjaan di atas, maka 10 ketrampilan yang
disarankan dipunyai oleh para pekerja yang akan
datang adalah:
1. Melakukan pemecahan masalah kompleks
(complex problem solving),
2. Berpikir kritis (critical thinking),
3. Kreativitas (creativity),
4. Pengelolaan manusia (people
management),
5. Koordinasi (coordinating with others),
6. Kecerdasan emosi (emotional
intelligence),
7. Pembuatan keputusan dan
mempertimbangkan (judgment and
decision making),
8. Berorientasi pelayanan (service orientation),
9. Negosiasi (negotiation), dan
10. Kelenturan berpikir (cognitive flexibility).
50
Kurikulum bukan sesuatu yang statis, akan tetapi
dinamis sesuai dengan jaman yang sedang
dilaluinya. Itulah sebabnya PT perlu meninjau
kembali kurikulum yang dipakai agar tetap segar
dan bermanfaat bagi mahasiswa, dosen, dan
institusinya. Kurikulum sifatnya tidak netral, akan
tetapi berpihak. Berpihak kepada siapa atau apa?
Kurikulum dapat berpihak kepada kebutuhan
suatu kelompok dan/atau Negara karena ada
perkembangan dalam kehidupan sosial, politik,
ekonomi, dan budaya. Isi kurikulum PT di
Indonesia pada awal Indonesia merdeka akan lain
sekali dengan Indonesia sesudah 73 tahun
merdeka. Pemerintah Indonesia dengan
Nawacitanya antara tahun 2014 - 2018
mendeklarasikan pembangunan infrastruktur, dan
dimulai tahun 2019 untuk pembangunan sumber
daya manusia. Komitmen untuk membangun
sumberdaya manusia Indonesia akan gayut
dengan kebutuhan RI 4.0 dan RI 5.0.
Meskipun dunia berubah dan pelaksanaan
pekerjaan-pekerjaan yang akan datang juga
berubah, isi kurikulum dapat merujuk kepada
kearifan lokal untuk memberikan muatan nilai-nilai
yang relevan bagi institusi Negara atau manusia
pada umumnya. Misalnya nilai-nilai yang
ditanamkan oleh Ki Hadjar Dewantara, atau para
arif cendekia Indonesia yang lain. Isi kurikulum
51
juga perlu memperhatikan koneksitas antara
konteks keIndonesiaan masa kini dengan tuntutan
jaman yang akan datang.
Isi kurikulum dalam sebuah PT sebaiknya
terkoneksi secara terpadu. Terkoneksi dalam hal
ini diartikan sebagai terkoneksi: 1) antar disiplin; 2)
antara PT dengan dunia yang lebih luas; 3) antara
penelitian dan pengajaran; 4) antara teori dan
praktek; 5) antara mahasiswa dengan dosennya; 6)
antara jatidiri mahasiswa (interior being) dengan
dunia di luar dirinya yang lebih luas; 7) antara
mahasiswa dengan mahasiswa lain; 8) antara
mahasiswa dengan disiplin ilmunya, artinya secara
otentik dan intim terkoneksi secara epistemologi
dan ontology; 9) antara bermacam komponen
dalam kurikulum (termasuk delivery nya); 10)
antara kemajemukan pemahaman mahasiswa akan
dunia; 11) antara berbagai area atau komponen
dalam PT, yaitu sebuah organisasi kompleks yang
membentuk PT; dan 12) antara berbagai aspek di
masyarakat, terutama hal-hal yang berkaitan
dengan proses pembelajaran.
B. Perkembangan Visioner
52
kesiapan mereka dalam menghadapi perubahan
sekarang ini. Hal ini terungkap dalam telaah Aoun
(2017) yang ujungnya adalah sebuah tantangan
bagi perguruan-perguruan tinggi dunia, seperti: a)
apakah perguruan tinggi siap untuk mengubah
robot menjadi cobot (collaborative robot), dimana
robot tidak dipandang lagi sebagai kompetitor
manusia, tetapi mitra bekerja yang mendukung
manusia untuk menciptakan dunia menjadi lebih
modern, ramah, aman ditinggali dan aman secara
ekologi; b) apakah perguruan tinggi mampu
menjawab munculnya hybrid jobs yang menuntut
kemampuan pemrograman teknologi atau analisis
data dengan ketrampilan-ketrampilan lain. Sebuah
kombinasi kemampuan baru yang rumit, yang
membutuhkan kurikulum yang lain dari yang
sudah ada.
Al-Khalili (2017) menuliskan pengalamannya
sebagai presiden salah satu PT ternama di Amerika
Serikat dalam buku: What’s Next? Even Scientists
Can’t Predict the Future – or Can They?
mengetengahkan pendapat Sir William Osler di
awal abad 20, bahwa selama hidup manusia akan
terpapar oleh penyakit infeksi. Sampai tahun 2014
berturut-turut dunia terpapar oleh virus SARS
(2003), flu babi (2009), dan Ebola (2014).
Diperlukan riset dan ilmu baru dengan kurikulum
baru yang melibatkan banyak ilmu-ilmu
53
pendukung dari yang semula hanya ilmu
kedokteran dan ilmu farmasi. Dibutuhkan ilmu
biologi, ilmu konseling genetika, ilmu-ilmu sosial,
ilmu hukum, dan ilmu Etika, dan ilmu agama.
Bioetika, akan menjadi ilmu yang semakin penting,
dimana selain membahas masalah kesehatan, juga
pencemaran lingkungan, penemuan material
cerdas (smart materials) dan sebagainya, yang
terkait dengan kehidupan umat manusia.
Selain daripada itu ada beberapa tulisan lain dari
bukunya Al-Khalili yang mungkin belum
terpikirkan oleh kita semua, yakni tentang
Transhumanisme. Dinyatakan ada sedikitnya
empat transhumanisme yang radikal, yaitu: (1)
peningkatan kebahagiaan; (2) pengubahan
kepribadian agar lebih bermoral; (3) perpanjangan
usia; dan (4) peningkatan kecerdasan. Uraian
singkat dari setiap transhumanisme tersebut
adalah sebagai berikut ini.
Transhumanisme pertama berkaitan dengan
kebahagiaan. Modernisasi juga menyebabkan
ketidakbahagiaan. Dengan kematangan
perkembangan teknologi dan ilmu genetika,
maka akan dimungkinkan mengkreasikan manusia
yang lebih berbahagia. Calon bayi hasil
eksperimen ini dipastikan akan menjadi manusia
yang berbahagia kelak, sebelum dimasukkan ke
dalam rahim calon ibunya. Bila eksperiman
54
kebahagiaan ini dikembangkan, maka di masa
yang akan datang, akan tercipta manusia bumi
yang semuanya berbahagia.
Transhumanisme yang kedua adalah pengubahan
kepribadian manusia. Tujuannya adalah manusia
yang lebih bermoral. Penelitian transhumanis
sudah menemukan bahwa kepribadian dan
moralistas manusia ditentukan oleh gennya.
Dengan demikian, seperti halnya Kebahagiaan,
maka gen ini dapat diubah saat dilakukan
experimen oleh ahli biologi gen. Perilaku manusia
dan personality traits mempunyai komponen gen.
Dengan rekayasa genetika kita bisa memilih dan
memilah gen yang menguntungkan kehidupan
manusia yang akan datang.
Transhumanisme ketiga adalah perpanjangan usia.
Rerata panjang usia manusia di dunia saat ini
adalah 71,5 tahun. Selama kehamilan dan saat bayi
dan anak-anak, diupayakan kesehatan prima
sehingga kemungkinan bayi hidup lama bisa
terjadi. Dengan diketemukannya sel punca
(stemcells), maka tubuh manusia bisa dibuat sehat
dan berumur sepanjang mungkin melalui
penggantian sel-sel tubuh atau organ-organ
tubuh manusia.
Transhumanisme terakhir adalah peningkatan
kecerdasan. Pemikirannya, bila dunia ini diisi
55
dengan semakin banyak manusia yang intelijen,
maka dunia akan lebih cepat majunya. Dengan
otak manusia yang lebih besar, maka harapannya
manusia akan lebih cerdas. Manusia yang
berkepala besar ini dijuluki “Homo Bigheadus”,
meminjam istilah antropologi manusia. Ilmu
neurosains, termasuk neuropsikologi, sudah
banyak menemukan bahwa area tertentu korteks
manusia berfungsi mengurus aktivitas kognitif
manusia, yang dipakai untuk berpikir,
memecahkan masalah, mempertimbangkan,
menahan diri dari perilaku tak terpuji (korupsi,
membunuh, dsb). Eksperimen di laboratorium
untuk pemuliaan tanaman masih banyak yang
gagal. Bahan-bahan eksperimen kemudian dapat
dibuang di keranjang sampah, dan dimulai
eksperimen yang lain lagi. Namun, apakah proses
seperti itu juga akan dilalui untuk menciptakan
Homo Bigheadus?
Transhumanisme hanyalah salah satu contoh
perkembangan dan dampaknya dari
perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang
akan datang. Hasil kloning domba yang bernama
Dolly di tahun 1996, dan belum lama ini
keberhasilan rekayasa genetika di Tiongkok sudah
memicu penolakan dari ilmuwan dunia. Isu
utamanya adalah Etika. Beberapa contoh
penolakan itu akan diulas sedikit di sini. Yang
56
pertama, adalah Leon Kass, seorang pimpinan
Bioetika, mengatakan bahwa transhumanisme itu
adalah sebuah keangkuhan diri ilmuwan. Untuk
mencapai suatu kemajuan, harus dengan upaya
dan pengorbanan yang panjang. Contohnya
adalah peraih hadiah Nobel. Tentang halnya
transhumanisme itu, maka upaya dan
pengorbanan panjang sudah diserahkan kepada
teknologi semata, tidak lagi terlihat upaya
manusia. Keberatan yang kedua dihadirkan oleh
Francis Fukuyama, yang mengkhawatirkan
transhumanisme ini akan merusak ekualitas
manusia bila berhadapan dengan kehidupan
politik modern. Dapat disimpulkan di sini, bahwa
revisi, adaptasi ataupun perubahan isi kurikulum
ke depan harus selalu dilakukan agar perguruan
tinggi selalu dalam keadaan up-to-date dengan
kemajuan di dunia.
57
BAB VI
PENDEKATANDAN DAN METODE
PEMBELAJARAN
58
Dewantara, (c) belajar sepanjang hayat lintas
generasi, (d) cara pembelajaran yang baik antara
generasi Z dengan generasi alpha, (e) pendekatan,
strategi, metode pembudayaan nilai dan
spiritualitas, dan (f) langkah ke depan.
59
mata kuliah. Pada posisi pertama, ing ngarsa sung
tuladha, yaitu dosen bertindak sebagai pemberi
contoh. Dosen memberikan ceramah tentang
materi perkuliahan dan mahasiswa sebagai
pendengar. Oleh karena efektivitas ceramah hanya
sekitar 10% maka cukup dilakukan pada awal
perkuliahan. Posisi kedua, diharapkan para
mahasiswa telah mengorganisir dirinya menjadi
grup-grup belajar bersama, antara mahasiswa
yang satu dengan yang lain saling memperkuat
dan bersinergi dalam pembelajaran. Pada posisi ini
dosen berfungsi sebagai motivator, ing madya
mangun karsa, agar setiap grup dapat memiliki
semangat tinggi belajar kontekstual dengan
dorongan dari dalam (internal driven). Terakhir,
pada posisi ketiga mahasiswa telah matang
dengan semangat internal dalam grup sehingga
dapat menunjukkan kemampuan puncaknya
masing-masing dalam menemukan solusi
tantangan pembelajaran sesuai yang diarahkan
silabus. Pada posisi ketiga ini posisi dosen adalah
tut wuri handayani.
60
persoalan nyata dalam praktik pengetahuan yang
dipelajari pada mata kuliah bersangkutan. Cara
pembelajaran sepanjang hayat tersebut juga
diupayakan agar mahasiswa saat lulus pendidikan
tinggi memiliki gairah untuk berjasa kepada
masyarakat, bangsa, dan negara.
61
level perguruan tinggi, yaitu: (1) keteladanan, (2)
dialogis, argumentatif, kritis, (3) multi-reference
dan multi-perspektif, (4) plural, multikultural dan
inter-cultural, dan (5) desain membentuk kembali
karakter (reshaping behaviour). Uraiannya adalah
sebagai berikut.
62
dalam dari manusia yaitu consciousness
(kesadaran) dan awareness (kesadaran pribadi).
63
yang dimiliki sajalah yang paling benar
(kebenaran tunggal; moral monism) ke pluralisme
(banyak tata cara dan aturan moral yang dimiliki
berbagai etnis, agama, suku, ras namun terpisah
antara satu dan yang lain), kemudian berubah ke
cara berpikir yang bercorak multikultural, cross-
cultural dan bahkan inter-cultural.
64
meningkatkan kualitas nilai dan spiritual bagi
calon pemimpin bangsa di masa mendatang.
65
EPILOG
66
diantaranya tersusun dari komponen-komponen
penghayatan atas makna kerangka tindakan
mengikuti kata-kata kunci dengan huruf-huruf
depan tertulis pada dua kata, yaitu SEMANGAT
SEJAHTERA. Makna kata kunci tersebut diuraikan
dalam bab empat buku ini.
67
efektif dan efisien bagi penciptaan model
perancangan dan implementasi proses pendidikan
terbaik di institusi yang dipimpinnya.
Pendekatan manajemen pendidikan tinggi berbasis
model-model yang mengintegrasikan kegunaan
kemajuan teknologi informasi dan sejenisnya dapat
ditelusuri dalam bab tiga.
68
konsep merupakan jawaban terbaik terhadap
dinamika gelombang revolusi industri 4.0 dan
antisipasi kehadiran gelombang revolusi industri 5.0
yang akan datang.
69
dalam proses menempatkan perguruan tingginya
pada posisi terbaik yang paling memungkinkan
dalam berbagai keterbatasan yang dimiliki.
70
Daftar Pustaka
71
KONTRIBUTOR
72