Anda di halaman 1dari 11

PEMERINTAH KABUPATEN PULANG PISAU

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


PULANG PISAU
Jl. WAD Duha,Komplek Perkantoran Kabupaten Pulang Pisau, 74811 Kal-Teng

KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PULANG PISAU
Nomor : 440/704/SK/RSUD-PP/I-2019

TENTANG
PANDUAN TRANSPORTASI RUJUKAN PASIEN
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PULANG PISAU

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PULANG PISAU,

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit


Umum Daerah Pulang Pisau, maka diperlukan panduan transportasi
rujukan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Pulang Pisau
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a diatas, maka perlu menetapkan keputusan direktur tentang
panduan transportasi rujukan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah
Pulang Pisau
Mengingat : 1. Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Pemerintah No. 32Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 001 Tahun 2012 tentang Sistem
Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1438/Menkes/Per/IX/2010
tentang Standar Pelayanan Kedokteran.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PULANG


PISAU TENTANG PANDUAN TRANSPORTASI RUJUKAN PASIEN DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PULANG PISAU

KESATU : Menetapkan Panduan Transportasi Rujukan Pasien Pada Rumah Sakit


Umum Daerah Pulang Pisau sebagai mana tercantum dalam lampiran
keputusan ini
KEDUA : Pembinaan dan pengawasan Panduan Transportasi Rujukan Pasien
pada Rumah Sakit Umum Daerah Pulang Pisau dilaksanakan oleh
Direksi Rumah Sakit Umum Daerah Pulang Pisau
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila
dikemudian hari terdapat kesalahan akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya

Ditetapkan : Pulang Pisau


di
Pada : tanggal bulan tahun
tanggal 8 Januari 2019

Plt. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah


Pulang Pisau,

dr. MULIYANTO BUDIHARDJO, M.Hlth.Sc.


Pembina Utama Muda
NIP. 19610826 199703 1 002
PANDUAN TRANSPORTASI RUJUKAN DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PULANG PISAU

1. Latar Belakang
Di Rumah Sakit banyak terjadi pemandangan yang sering kita lihat seperti
pengangkatan pasien yang darurat atau kiritis, karena itu pengangkatan penderita
membutuhkan cara-cara tersendiri. Setiap hari banyak penderita diangkat dan
dipindahkan dan banyak pula petugas paramedik/penolong yang cedera karena
salah mengangkat.
Keadaan dan cuaca yang menyertai penderita beraneka ragam dan tidak ada
satu rumus pasti bagaimana mengangkat dan memindahkan penderita saat
mengangkat dan memindahkan penderita.
Tranportasi bukanlah sekedar mengantar pasien ke rumah sakit. Serangkaian
tugas harus dilakukan sejak pasien dimasukkan ke dalam ambulans hingga diambil
alih oleh pihak rumah sakit.
Pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit, pasti akan mengalamai proses
pemindahan dari ruang perawatan ke ruang lain seperti untuk keperluan medical
check up, ruang operasi, dll. Hal ini akan mengakibatkan resiko low back point baik
bagi pasien maupun bagi perawat. Bila pasien akan melakukan operasi biasanya
akan dipindahkan ke ruang transit sebelum masuk ke ruang operasi.

2. Pengertian Transportasi Pasien


Transportasi pasien adalah sarana yang digunakan untuk mengangkut
penderita/korban dari lokasi bencana ke sarana kesehatan yang memadai dengan
aman tanpa memperberat keadaan penderita ke sarana kesehatan yang memadai.
Seperti contohnya alat transportasi yang digunakan untuk memindahkan korban
dari lokasi bencana ke RS atau dari RS yang satu ke RS yang lainnya. Pada setiap
alat transportasi minimal terdiri dari 2 orang para medik dan 1 pengemudi (bila
memungkinkan ada 1 orang dokter).
Prosedur untuk transport pasien antara lain yaitu :
Prosedur Transport Pasien :
1. Lakukan pemeriksaan menyeluruh.
2. Pastikan bahwa pasien yang sadar bisa bernafas tanpa kesulitan setelah
diletakan di atas usungan. Jika pasien tidak sadar dan menggunakan alat
bantu jalan nafas (airway).
3. Amankan posisi tandu di dalam ambulans.
4. Pastikan selalu bahwa pasien dalam posisI aman selama perjalanan ke rumah
sakit.
5. Posisikan dan amankan pasien.
6. Selama pemindahan ke ambulans, pasien harus diamankan dengan kuat ke
usungan.
7. Pastikan pasien terikat dengan baik dengan tandu. Tali ikat keamanan
digunakan ketika pasien siap untuk dipindahkan ke ambulans, sesuaikan
kekencangan tali pengikat sehingga dapat menahan pasien dengan aman.
8. Persiapkan jika timbul komplikasi pernafasan dan jantung.
9. Jika kondisi pasien cenderung berkembang ke arah henti jantung, letakkan
spinal board pendek atau papan RJP di bawah matras sebelum ambulans
dijalankan.
10. Melonggarkan pakaian yang ketat.
11. Periksa perbannya.
12. Periksa bidainya
13. Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien
14. Naikkan barang-barang pribadi.
15. Tenangkan pasien.

3. Teknik Pemindahan Pada Pasien


Teknik pemindahan pada klien termasuk dalam transport pasien, seperti
pemindahan pasien dari satu tempat ke tempat lain, baik menggunakan alat
transport seperti ambulance, dan branker yang berguna sebagai pengangkut pasien
gawat darurat.

a. Pemindahan klien dari tempat tidur ke brankar


Memindahkan klien dri tempat tidur ke brankar oleh perawat membutuhkan
bantuan klien. Pada pemindahan klien ke brankar menggunakan penarik atau
kain yang ditarik untuk memindahkan klien dari tempat tidur ke branker.
Brankar dan tempat tidur ditempatkan berdampingan sehingga klien dapat
dipindahkan dengan cepat dan mudah dengan menggunakan kain pengangkat.
Pemindahan pada klien membutuhkan tiga orang pengangkat

b. Pemindahan klien dari tempat tidur ke kursi


Perawat menjelaskan prosedur terlebih dahulu pada klien sebelum
pemindahan. Kursi ditempatkan dekat dengan tempat tidur dengan punggung
kursi sejajar dengan bagian kepala tempat tidur. Emindahan yang aman adalah
prioritas pertama, ketika memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi roda
perawat harus menggunakan mekanika tubuh yang tepat.
c. Pemindahan pasien ke posisi lateral atau prone di tempat tidur
a. Pindahkan pasien dari ke posisi yang berlawanan
b. Letakan tangan pasien yang dekat dengan perawat ke dada dan tangan yang
jauh ari perawat, sedikit kedapan badan pasien
c. Letakan kaki pasien yang terjauh dengan perawat menyilang di atas kaki yang
terdekat
d. Tempatkan diri perawat sedekat mungkin dengan pasien
e. Tempatkan tangan perawat di bokong dan bantu pasien
f. Tarik badan pasien
g. Beri bantal pada tempat yang diperlukan.

4. Jenis-Jenis dari Transportasi Pasien


Transportasi pasien pada umumnya terbagi atas dua : Transportasi gawat darurat
dan kritis .

a. Transportasi Gawat Darurat :


Setelah penderita diletakan diatas tandu (atau Long Spine Board bila diduga
patah tulang belakang) penderita dapat diangkut ke rumah sakit. Sepanjang
perjalanan dilakukan Survey Primer, Resusitasi jika perlu.
Mekanikan saat mengangkat tubuh gawat darurat
Tulang yang paling kuat ditubuh manusia adalah tulang panjang dan yang paling
kuat diantaranya adalah tulang paha (femur). Otot-otot yang beraksi pada tutlang
tersebut juga paling kuat.
Dengan demikian maka pengangkatan harus dilakukan dengan tenaga terutama
pada paha dan bukan dengan membungkuk angkatlah dengan paha, bukan dengan
punggung.
Panduan dalam mengangkat penderita gawat darurat
1. Kenali kemampuan diri dan kemampuan pasangan kita. Nilai beban yang akan
2. diangkat secara bersama dan bila merasa tidak mampu jangan dipaksakan
3. Ke-dua kaki berjarak sebahu kita, satu kaki sedikit didepan kaki sedikit
sebelahnya
4. Berjongkok, jangan membungkuk, saat mengangkat
5. Tangan yang memegang menghadap kedepan
6. Tubuh sedekat mungkin ke beban yang harus diangkat. Bila terpaksa jarak
maksimal tangan dengan tubuh kita adalah 50 cm
7. Jangan memutar tubuh saat mengangkat
8. Panduan diatas berlaku juga saat menarik atau mendorong penderita
b. Transportasi Pasien Kritis :
Definisi pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau
lebih sistem tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring dan terapi.

Transport intra hospital pasien kritis harus mengikuti beberapa aturan, yaitu:
1. Koordinasi sebelum transport
 Informasi bahwa area tempat pasien akan dipindahkan telah siap untuk
menerima pasien tersebut serta membuat rencana terapi
 Dokter yang bertugas harus menemani pasien dan komunikasi antar dokter
dan perawat juga harus terjalin mengenai situasi medis pasien
 Tuliskan dalam rekam medis kejadian yang berlangsung selama transport dan
evaluasi kondisi pasien

2. Profesional beserta dengan pasien: 2 profesional (dokter atau perawat) harus


menemani pasien dalam kondisi serius.
 Salah satu profesional adalah perawat yang bertugas, dengan pengalaman
CPRatau khusus terlatih pada transport pasien kondisi kritis
 Profesioanl kedua dapat dokter atau perawat. Seorang dokter harus
menemanipasien dengan instabilitas fisiologik dan pasien yang membutuhkan
urgent action
3. Peralatan untuk menunjang pasien
 Transport monitor
 Blood presure reader
 Sumber oksigen dengan kapasitas prediksi transport, dengan tambahan
cadangan30 menit
 Ventilator portable, dengan kemampuan untuk menentukan volume/menit,
pressure FiO2 of 100% and PEEP with disconnection alarm and high airway
pressure alarm.
 Mesin suction dengan kateter suction
 Obat untuk resusitasi: adrenalin, lignocaine, atropine dan sodium bicarbonat
 Cairan intravena dan infus obat dengan syringe atau pompa infus dengan
baterai
 Pengobatan tambahan sesuai dengan resep obat pasien tersebut
4. Monitoring selama transport.
Tingkat monitoring dibagi sebagai berikut: Level 1=wajib,level 2=Rekomendasi kuat,
level 3=ideal
 Monitoring kontinu: EKG, pulse oximetry (level 1)
 Monitoring intermiten: Tekanan darah, nadi , respiratory rate (level 1 pada
pasien pediatri, Level 2 pada pasien lain).
5. Transport Pasien Rujukan
Rujukan adalah penyerahan tanggung jawab dari satu pelayanan kesehatan
ken pelayanan kesehatan lainnya. Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu
system jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadnya
penyerangan tanggung jawab secara timbale-balik atas masalah yang timbul, baik
secara vertical maupun horizontal ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten,
terjangkau, rasional, da tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.

6. Tujuan Rujukan
Tujuan system rujukan adalah agar pasien mendapatkan pertolongan pada
fasilitas pelayanan keseshatan yang lebih mampu sehinngga jiwanya dapat
terselamtkan, dengan demikian dapat meningkatkan AKI dan AKB

7. Cara Merujuk
Langkah-langkah rujukan adalah :
1. Menentukan kegawat daruratan penderita
a. Level 0:
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang rawat biasa di unit/
rumah sakit yang dituju; biasanya tidak perlu didampingi oleh dokter, perawat, atau p
paramedis (selama transfer).
b. Level 1:
Pasien dengan risiko perburukan kondisi, atau pasien yang sebelumnya
menjalani perawatan di High Care Unit (HCU); di mana membutuhkan perawatan di
ruang rawat biasa dengan saran dan dukungan tambahan dari tim perawatan kritis;
dapat didampingi oleh perawat, petugas ambulan, dan atau dokter (selama transfer).
c. Level 2:
Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi lebih ketat, termasuk
penanganan kegagalan satu sistem organ atau perawatan pasca-operasi, dan
pasien yang sebelumnya dirawat di HCU; harus didampingi oleh petugas yang
kompeten, terlatih, dan berpengalaman (biasanya dokter dan perawat / paramedis
lainnya).
d. Level 3:
Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut (advanced respiratory
support) atau bantuan pernapasan dasar (basic respiratory support) dengan
dukungan / bantuan pada minimal 2 sistem organ, termasuk pasien-pasien yang
membutuhkan penanganan kegagalan multi-organ; harus didampingi oleh petugas
yang kompeten, terlatih, dan berpengalaman (biasanya dokter anestesi dan perawat
ruang intensif / IGD atau paramedis lainnya).
Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus
dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan kasus mana yang
boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.

2. Menentukan tempat rujukan


Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang
mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan
tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
a. Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
b. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan
dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
c. Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila
penderita tidak mungkin dikirim.
5. Persiapan penderita (BAKSOKUDA)
6. Pengiriman Penderita
7. Tindak lanjut penderita :
a) Untuk penderita yang telah dikembalikan
b) Harus kunjungan rumah, penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi
tidak melapor

8. Kompetensi Pendamping Pasien dan Peralatan yang harus dibawa Selama


Transfer
a. Kompetensi SDM untuk transfer intra Rumah Sakit
PETUGAS KETRERAMPILAN PERALATAN
PASIEN
PENDAMPING YANG DIBUTUHKAN UTAMA
DERAJAT  Transporter Bantuan Hidup Dasar (
0  Perawat BHD)
DERAJAT  Transporter  Bantuan Hidup Dasar  Oksigen
1  Perawat atau/dan  Pelatihan tabung gas  Suction
dokter  Pemberian obat-  Tiang infus
obatan portabel
 Ketrampilan suction  Pompa infus
 Kenal akan tanda dengan baterai
deteriorasi  Oksimetri
denyut
DERAJAT  Transporter  Semua ketrampilan  Semua
2  Perawat atau/dan diatas, ditambah, peralatan di
dokter yang  Pengalaman dalam atas,
berkompentensi perawatan intensif ditambah;
menangani pasien (oksigenasi, sungkup  Monitor EKG
kritis pernapasan, dan tekanan
defibrillator, monitor) darah
 Defibrillator
DERAJAT  Transporter Perawat :  Monitor ICU
3  Perawat atau/dan  Perawat dengan portabel yang
dokter yang pengalaman kerja lengkap
berkompentensi dinas di IGD/ICU  Ventilator atau
menangani pasien minimal 2 tahun peralatan
kritis  Sudah lulus Diklat transfer yang
Blue Team Lanjutan memenuhi
 Sudah lulus Diklat standar
BTCLS minimal
Dokter :
 Pernah bertugas di
IGD/ ICU minimal 6
bulan
 Sudah lulus diklat
ATLS dan atau
ACLS
 Sudah lulus diklat
Blue Team Lanjutan

TRANSFER INTRA – RUMAH SAKIT


a. Standar : Pemantauan minimal, pelatihan, dan petugas yang
berpengalaman, diaplikasikan pada transfer intra- dan antar- rumah sakit
b. Sebelum transfer, lakukan analisis mengenai risiko dan keuntungannya
c. Sediakan kapasitas cadangan oksigen dan daya baterai yang cukup untuk
mengantisipasi kejadian emergensi
d. Peralatan listrik harus terpasang ke sumber daya (stop kontak) dan
oksigen sentral digunakan selama perawatan di unit tujuan
e. Petugas yang mentransfer pasien ke ruang pemeriksaan radiologi harus
paham akan bahaya potensial yang ada
b. Kompetensi SDM untuk transfer antar rumah sakit
PERALATAN
PETUGAS KETRERAMPILAN YANG UTAMA DAN
PASIEN
PENDAMPING DIBUTUHKAN JENIS
KENDARAAN
DERAJAT 0  Petugas Bantuan Hidup Dasar (  Ambulans
ambulans BHD)  Emergency KIT
 Perawat
DERAJAT 1  Petugas  Bantuan Hidup Dasar  Ambulans
ambulans  Penanganan  Emergency KIT
 Perawat Kegawatdaruratan  Suction
atau/dan
dokter
DERAJAT 2  Petugas  Bantuan Hidup Dasar  Ambulans
ambulans  Diklat Blue Team  Emergency KIT
 Perawat  BTCLS/ATCLS  Alkes : monitor,
atau/dan infus pump,
dokter yang syringe pump
berkompenten  Defibrilator jika
si menangani diperlukan
pasien kritis
DERAJAT 3  Petugas Perawat :  Ambulance
ambulans  Perawat dengan advance
 Perawat pengalaman kerja lengkap
atau/dan dinas di IGD/ICU dengan
dokter yang minimal 2 tahun ventilator
berkompenten  Sudah lulus Diklat Blue portable
si menangani Team Lanjutan  Ambulan AGD
pasien kritis  Sudah lulus Diklat 118 atau
BTCLS sejenisnya
Dokter :
 Pernah bertugas di
IGD/ ICU minimal 6
bulan
 Sudah lulus diklat
ATLS dan atau ACLS
 Sudah lulus diklat Blue
Team Lanjutan

Anda mungkin juga menyukai