KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PULANG PISAU
Nomor : 440/704/SK/RSUD-PP/I-2019
TENTANG
PANDUAN TRANSPORTASI RUJUKAN PASIEN
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PULANG PISAU
MEMUTUSKAN :
1. Latar Belakang
Di Rumah Sakit banyak terjadi pemandangan yang sering kita lihat seperti
pengangkatan pasien yang darurat atau kiritis, karena itu pengangkatan penderita
membutuhkan cara-cara tersendiri. Setiap hari banyak penderita diangkat dan
dipindahkan dan banyak pula petugas paramedik/penolong yang cedera karena
salah mengangkat.
Keadaan dan cuaca yang menyertai penderita beraneka ragam dan tidak ada
satu rumus pasti bagaimana mengangkat dan memindahkan penderita saat
mengangkat dan memindahkan penderita.
Tranportasi bukanlah sekedar mengantar pasien ke rumah sakit. Serangkaian
tugas harus dilakukan sejak pasien dimasukkan ke dalam ambulans hingga diambil
alih oleh pihak rumah sakit.
Pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit, pasti akan mengalamai proses
pemindahan dari ruang perawatan ke ruang lain seperti untuk keperluan medical
check up, ruang operasi, dll. Hal ini akan mengakibatkan resiko low back point baik
bagi pasien maupun bagi perawat. Bila pasien akan melakukan operasi biasanya
akan dipindahkan ke ruang transit sebelum masuk ke ruang operasi.
Transport intra hospital pasien kritis harus mengikuti beberapa aturan, yaitu:
1. Koordinasi sebelum transport
Informasi bahwa area tempat pasien akan dipindahkan telah siap untuk
menerima pasien tersebut serta membuat rencana terapi
Dokter yang bertugas harus menemani pasien dan komunikasi antar dokter
dan perawat juga harus terjalin mengenai situasi medis pasien
Tuliskan dalam rekam medis kejadian yang berlangsung selama transport dan
evaluasi kondisi pasien
6. Tujuan Rujukan
Tujuan system rujukan adalah agar pasien mendapatkan pertolongan pada
fasilitas pelayanan keseshatan yang lebih mampu sehinngga jiwanya dapat
terselamtkan, dengan demikian dapat meningkatkan AKI dan AKB
7. Cara Merujuk
Langkah-langkah rujukan adalah :
1. Menentukan kegawat daruratan penderita
a. Level 0:
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang rawat biasa di unit/
rumah sakit yang dituju; biasanya tidak perlu didampingi oleh dokter, perawat, atau p
paramedis (selama transfer).
b. Level 1:
Pasien dengan risiko perburukan kondisi, atau pasien yang sebelumnya
menjalani perawatan di High Care Unit (HCU); di mana membutuhkan perawatan di
ruang rawat biasa dengan saran dan dukungan tambahan dari tim perawatan kritis;
dapat didampingi oleh perawat, petugas ambulan, dan atau dokter (selama transfer).
c. Level 2:
Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi lebih ketat, termasuk
penanganan kegagalan satu sistem organ atau perawatan pasca-operasi, dan
pasien yang sebelumnya dirawat di HCU; harus didampingi oleh petugas yang
kompeten, terlatih, dan berpengalaman (biasanya dokter dan perawat / paramedis
lainnya).
d. Level 3:
Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut (advanced respiratory
support) atau bantuan pernapasan dasar (basic respiratory support) dengan
dukungan / bantuan pada minimal 2 sistem organ, termasuk pasien-pasien yang
membutuhkan penanganan kegagalan multi-organ; harus didampingi oleh petugas
yang kompeten, terlatih, dan berpengalaman (biasanya dokter anestesi dan perawat
ruang intensif / IGD atau paramedis lainnya).
Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus
dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan kasus mana yang
boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.