Bab 11 Keputihan-Dikonversi
Bab 11 Keputihan-Dikonversi
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keputihan
1. Pengertian Keputihan
Keputihan dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau
fluor albus, yaitu keluarnya cairan dari vagina (Ababa, 2003). Leukore
adalah semua pengeluaran cairan dari alat genetalia yang bukan darah
tetapi merupakan manifestasi klinik berbagai infeksi, keganasan atau
tumor jinak organ reproduksi. Pengertian lebih khusus keputihan
merupakan infeksi jamur kandida pada genetalia wanita dan disebabkan
oleh organisme seperti ragi yaitu candida albicans (Manuaba, 2001).
Keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu keputihan
normal (fisiologis) dan keputihan abnormal (patologis). Keputihan normal
dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar
fase sekresi antara hari ke 10-16 saat menstruasi, juga terjadi melalui
rangsangan seksual. Keputihan abnormal dapat terjadi pada semua alat
genitalia (infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahim, rahim dan
jaringan penyangga, dan pada infeksi penyakit hubungan seksual)
(Manuaba, 2001).
Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan suatu gejala.
Gejala keputihan tersebut dapat disebabkan oleh faktor fisiologis maupun
faktor patologis. Gejala keputihan karena faktor fisiologis antara lain : a).
Cairan dari vagina berwarna kuning; b). Tidak berwarna, tidak berbau,
tidak gatal; c). Jumlah cairan bisa sedikit, bisa cukup banyak Gejala
keputihan karena faktor patologis antara lain : a). Cairan dari vagina keruh
dan kental; b). Warna kekuningan, keabu-abuan, atau kehijauan; c).
Berbau busuk, amis, dan terasa gatal; d). Jumlah cairan banyak (Katharini,
2009).
7
8
2. Penyebab Keputihan
Keputihan bukan merupakan penyakit tetapi hanya suatu gejala
penyakit, sehingga penyebab yang pasti perlu ditetapkan. Oleh karena itu
untuk mengetahui adanya suatu penyakit perlu dilakukan berbagai
pemeriksaan cairan yang keluar dari alat genitalia tersebut. Pemeriksaan
terhadap keputihan meliputi pewarnaan gram (untuk infeksi jamur),
preparat basah (infeksi trikomonas), preparat KOH (infeksi jamur), kultur
atau pembiakan (menentukan jenias bakteri penyebab), dan pap smear
(untuk menentukan adanya sel ganas) (Manuaba, 2001).
Menurut Ababa (2003), penyebab paling sering dari keputihan
tidak normal adalah infeksi. Organ genitalia pada perempuan yang dapat
terkena infeksi adalah vulva, vagina, leher rahim, dan rongga rahim.
Infeksi ini dapat disebabkan oleh:
a. Bakteri (kuman)
1). Gonococcus
Bakteri ini menyebabkan penyakit akibat hubungan seksual,
yang paling sering ditemukan yaitu gonore. Pada laki-laki
penyakit ini menyebabkan kencing nanah, sedangkan pada
perempuan menyebabkan keputihan.
2). Chlamydia trachomatis
Keputihan yang ditimbulkan oleh bakteri ini tidak begitu
banyak dan lebih encer bila dibandingkan dengan penyakit
gonore.
3). Gardnerella vaginalis
Keputihan yang timbul oleh bakteri ini berwarna putih
keruh keabu-abuan, agak lengket dan berbau amis seperti ikan,
disertai rasa gatal dan panas pada vagina.
b. Jamur Candida
Candida merupakan penghuni normal rongga mulut, usus
besar, dan vagina. Bila jamur candida di vagina terdapat dalam jumlah
banyak dapat menyebabkan keputihan yang dinamakan kandidosis
9
d. Virus
Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh Virus
Herpes Simplex (VHS) tipe 2 dan Human Papilloma Virus (HPV).
Infeksi HPV telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker
serviks, penis, dan vulva. Sedangkan virus herpes simpleks tipe 2
dapat menjadi faktor pendamping.
Keluhan yang timbul pada infeksi VHS tipe 2 berupa rasa
terbakar, nyeri, atau rasa kesemutan pada tempat masuknya virus
tersebut. Pada pemeriksaan tampak gelembung–gelembung kecil
berisi vesikel (cairan), berkelompok, dengan dasar kemerahan yang
cepat pecah dan membentuk tukak yang basah. Kelenjar limfe
setempat teraba membesar dan nyeri. Pada perempuan, penyakit ini
dapat disertai keluhan nyeri sewaktu kencing, keputihan, dan radang
di mulut rahim. Pencetus berulangnya penyakit ini adalah stres,
aktivitas sek, sengatan matahari, beberapa jenis makanan, dan
kelelahan.
Penyebab lain keputihan selain infeksi (Katharini, 2009) antara
lain :
a. Benda asing dalam vagina
Benda asing di vagina akan merangsang produksi cairan yang
berlebihan. Pada anak–anak, benda asing dalam vagina berupa biji–
bijian atau kotoran yang berasal dari tanah. Pada perempuan dewasa
benda asing dapat berupa tampon, kondom yang tertinggal didalam
akibat lepas saat melakukan senggama, cincin pesarium yang dipasang
pada penderita hernia organ kandungan (prolaps uteri), atau adanya
IUD pada perempuan yang ber-KB spiral.
Cairan yang keluar mula–mula jernih dan tidak berbau. Tetapi
jika terjadi luka dan infeksi dengan jasad renik normal yang biasanya
hidup di vagina, keputihan menjadi keruh dan berbau, tergantung
penyebab infeksinya.
11
sabun non parfum saat mandi untuk mencegah timbulnya iritasi pada
vagina; 4). Menghindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan
yang mengandung deodoran dan bahan kimia terlalu berlebihan,
karena hal itu dapat mengganggu pH cairan kewanitaan dan dapat
merangsang munculnya jamur atau bakteri; 5). Setelah buang air
besar, bersihkan dengan air dan keringkan dari arah depan ke belakang
untuk mencegah penyebaran bakteri dari anus ke vagina; 6). Menjaga
kuku tetap bersih dan pendek. Kuku dapat terinfeksi Candida akibat
garukan pada kulit yang terinfeksi. Candida yang tertimbun dibawah
kuku tersebut dapat menular ke vagina saat mandi atau cebok.
b. Memperhatikan pakaian, diantaranya: 1). Apabila celana dalam yang
dipakai sudah terasa lembab sebaiknya segera diganti dengan yang
kering dan bersih; 2). Menghindari pemakaian pakaian dalam atau
celana panjang yang terlalu ketat karena dapat meningkatkan
kelembaban organ kewanitaan; 3). Tidak duduk dengan pakaian basah
(misalnya: selesai olahraga dan selesai renang karena jamur lebih
senang pada lingkungan yang basah dan lembab; 4). Menggunakan
pakaian dalam dari bahan katun karena katun menyerap kelembaban
dan menjaga agar sirkulasi udara tetap terjaga.
c. Mengatur gaya hidup, diantaranya: 1). Menghindari seks bebas atau
berganti–ganti pasangan tanpa menggunakan alat pelindung seperti
kondom; 2). Mengendalikan stres; 3). Rajin berolahraga agar stamina
tubuh meningkat untuk melawan serangan infeksi; 4). Mengkonsumsi
diet yang tinggi protein. Mengurangi makanan tinggi gula dan
karbohidrat karena dapat mengakibatkan pertumbuhan bakteri yang
merugikan; 5). Menjaga berat badan tetap ideal dan seimbang.
Kegemukan dapat membuat kedua paha tertutup rapat sehingga
mengganggu sirkulasi udara dan meningkatkan kelembaban sekitar
vagina; 6). Apabila mengalami keputihan dan mendapatkan
pengobatan antibiotik oral (yang diminum) sebaiknya mengkonsumsi
antibiotik tersebut sampai habis sesuai dengan yang diresepkan agar
14
bakteri tidak kebal dan keputihan tidak datang lagi; 7). Apabila
mengalami keputihan yang tidak normal segera datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan agar segera mendapatkan penanganan dan tidak
memperparah keputihan.
Menurut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mencegah
keputihan antara lain :
a. Menjaga kebersihan organ genitalia. Salah satunya dengan mengganti
pakaian dalam dua kali sehari.
b. Dalam keadaan haid atau memakai pembalut wanita, mengunakan
celana dalam harus yang pas sehingga pembalut tidak bergeser dari
belakang ke depan.
c. Cara cebok / membilas yang benar adalah dari depan kebelakang. Jika
terbalik, ada kemungkinan masuknya bakteri atau jasad renik dari
dubur ke alat genitalia dan saluran kencing.
d. Menghindari penggunaan celana dalam yang ketat atau dari bahan
yang tidak menyerap keringat seperti nilon, serta tidak memakai
celana yang berlapis–lapis atau celana yang terlalu tebal karena akan
menyebabkan kondisi lembab disekitar genitalia. Keadaan yang
lembab akan menyuburkan pertumbuhan jamur. Usahakan memakai
celana dalam dari bahan katun atau kaos.
e. Usahakan tidak memakai celana dalam atau celana orang lain. Karena
hal ini memungkinkan terjadinya penularan infeksi jamur Candida,
Trichomonas, atau virus yang cukup besar.
B. Perilaku Kebersihan
Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik
yang diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak
luar. Perilaku terdiri dari persepsi (perseption), respon terpimpin (guided
respon), mekanisme (mechanisme), dan adopsi (adoption) (Notoatmodjo,
2003). Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
15
atau rangsangan dari luar. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini,
maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas
pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat
diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata
atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek yang mudah dan dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain.
Selain itu, Skinner (dalam Notoatmodjo, 2003) juga mengemukakan
bahwa perilaku adalah hasil hubungan antara stimulus (perangsang) dan
respon (tanggapan). Dalam perilaku kesehatan, respon seseorang terhadap
stimulus akan berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, serta lingkungan. Sedangkan perilaku orang terhadap penyakit
adalah cara manusia berespon, baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan
mempersepsikan tentang suatu penyakit yang ada pada dirinya dan diluar
dirinya) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit tersebut maupun secara
aktif yaitu dengan melakukan tindakan tersebut.
Determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku
merupakan hasil dari berbagai faktor baik internal maupun eksternal
(lingkungan). Faktor internal mencakup pengetahuan, persepsi, emosi, dan
motivasi, yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan
faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik, seperti
manusia dan sosial ekonomi (Notoadmodjo, 2003). Perilaku manusia dapat
dilihat dari tiga aspek yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial.
Secara lebih terperinci perilaku manusia merupakan refleksi dari
berbagai gejala kejiwaan, seperti: pengetahuan, sikap, keinginan, kehendak,
16
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi bersikap. Misalnya seorang ibu
yang mengajak ibu yang lain (tetangganya) untuk pergi
menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang
gizi, adalah suatu bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai
sikap positif terhadap gizi anak.
4. Bertanggung Jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun
mendapat tantangan dari orang lain.
Faktor-faktor mempengaruhi pembentukan sikap menurut
Azwar (1998) antara lain :
1. Pengalaman Pribadi
Apa yang dialami seseorang akan mempengaruhi penghayatan
dalam stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar
dalam pembentukan sikap, untuk dapat memiliki tanggapan dan
penghayatan seseorang harus memiliki tanggapan dan
penghayatan seseorang harus memiliki pengamatan yang berkaitan
dengan obyek psikologis. Menurut Breckler dan Wiggins (Azwar,
1998) bahwa sikap yang diperoleh lewat pengalaman akan
menimbulkan pengaruh langsung terhadap perilaku berikutnya.
Pengaruh langsung tersebut dapat berupa predisposisi perilaku
yang akan direalisasikan hanya apabila kondisi dan situasi
memungkinkan.
2. Orang lain
Seseorang cenderung akan memiliki sikap yang disesuaikan atau
sejalan dengan sikap yang dimiliki orang yang dianggap
berpengaruh antara lain adalah ; Orang tua, teman dekat, teman
sebaya, rekan kerja, guru, suami atau istri.
22
3. Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup akan mempengaruhi pembentukan
sikap seseorang.
4. Media Massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi,
radio, surat kabar, mempunyai pengaruh yang cukup besar
terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Dalam
membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarah
pada opini yang kemudian dapat mengakibatkan adanya landasan
kognisi sehingga mampu membentuk sikap.
5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan
keduanya meletakkan dasar dan pengertian dan konsep moral
dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk antara
sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari
pendidikan dan pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
6. Faktor Emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi, yang berfungsi
sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan
sikap yang sementara dan segera berlalu. Begitu frustasi telah
hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap lebih persisten dan
bertahan lama (Mar’at, 1984).
Sikap terhadap keputihan merupakan reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seseorang terhadap materi tentang keputihan.
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesucian reaksi
terhadap stimulus tertentu, yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus social.
23
remaja tahap awal (usia 10-14 tahun), remaja tahap menengah (usia 15-16
tahun), dan remaja tahap akhir (usia 17-21 tahun).
Masa remaja merupakan proses menuju kedewasaan dan anak ingin
mencoba bahwa dirinya sudah mampu sendiri. Masalah yang dapat dijumpai
pada masa remaja adalah perubahan bentuk tubuh, adanya jerawat atau acne
yang dapat menunjukkan gangguan emosional, gangguan miopi, adanya
kelainan kifosis, penyakit infeksi, dan kenakalan pada remaja. Perkembangan
secara khusus pada masa remaja adalah kematangan identitas seksual dengan
dengan berkembangnya organ reproduksinya, merupakan masa krisis identitas
dimana anak memasuki perkembangan dewasa yang akan meninggalkan masa
kanak–kanak dalam pencapaian tugas perkembangannya membutuhkan
bantuan orang lain (Hidayat, 2008). Pada masa remaja proses pertumbuhan
dan perkembangan ditunjukkan dengan terjadinya kematangan dalam
beberapa fungsi seperti endokrin, kematangan fungsi seksual sampai terlihat
masa remaja sudah menunjukkan kedewasaan dalam hidup bermasyarakat.
Peristiwa tersebut dapat terjadi oleh karena peristiwa lingkungan sosial. Pada
masa ini terjadi peristiwa yang sangat penting dan perlu perhatian yaitu
peristiwa pubertas. Peristiwa tersebut akan dialami pada anak laki-laki
maupun perempuan (Hidayat, 2008).
2. Ciri–ciri remaja
Ciri–ciri remaja berdasarkan tahap perkembangannya dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
a. Remaja tahap awal (usia 10-14 tahun), yaitu remaja yang: 1). Berfikir
konkret; 2). Ketertarikan utama ialah pada teman sebaya dengan jenis
kelamin sama, di sisi lain; 3). Mengalami konflik dengan orang tua; 4).
Remaja berperilaku sebagai seorang anak pada waktu tertentu dan sebagai
orang dewasa pada waktu selanjutnya.
b. Remaja tahap menengah (usia 15-16 tahun), yaitu remaja yang: 1).
Penerimaan kelompok sebaya merupakan isu utama dan seringkali
menentukan harga diri; 2) Remaja mulai melamun, berfantasi, dan berfikir
tentang hal–hal yang magis; 3). Remaja berjuang untuk mandiri atau
25
bebas dari orang tuanya; 4). Remaja menunjukkan perilaku idealis dan
narsisistik; 5). Remaja menunjukkan emosi yang labil, sering meledak–
ledak, dan mood sering berubah; 6). Hubungan heteroseksual merupakan
hal yang penting.
c. Remaja tahap akhir (usia 17-21 tahun), yaitu remaja yang: 1). Remaja
mulai berpacaran dengan lawan jenisnya; 2). Remaja mengembangkan
pemikiran abstrak; 3). Remaja mulai mengembangkan rencana untuk masa
depan; 4). Remaja berusaha untuk mandiri secara emosional dan finansial
dari orang tua; 5). Cinta adalah bagian dari hubungan heteroseksual yang
intim; 6). Kemampuan untuk mengambil keputusan telah berkembang; 7).
Perasaan kuat bahwa dirinya dirinya adalah seorang dewasa berkembang.
D. Kerangka Teori
Faktor Pendahulu
(predisposisi) :
Pengetahuan
Sikap
Praktik
Faktor
Pemungkin
(enabling) :
Ketersediaan Kejadian
sarana dan flour albus
prasarana
Faktor Penguat :
Pengaruh teman
Pengaruh media
masa
Pembinaan
tenaga
kesehatan
Keyakinan/
Kepercayaan
nilai-nilai
tradisi
Gambar 2.1 Kerangka teori
Sumber : Notoatmodjo (2003)
26
E. Kerangka Konsep
Pengetahuan
Kejadian
Sikap
flour albus
Praktek
Kebersihan Diri
F. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah
pengetahuan, sikap dan praktek kebersihan diri remaja
2. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah kejadian
flour albus pada remaja.
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kejadian flour albus pada
remaja putri di SMP Negeri 29 Semarang.
2. Terdapat hubungan antara sikap dengan kejadian flour albus pada remaja
putri di SMP Negeri 29 Semarang.
3. Terdapat hubungan antara praktek kebersihan diri dengan kejadian flour
albus pada remaja putri di SMP Negeri 29 Semarang.