(APPC 3702)
Dosen Pembimbing:
Oleh:
M. Isra’I Rahman
(1610120310005)
BANJARMASIN
SEPTEMBER
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, karunia hidayah dan Ridho-Nya kepada penulis selama
menyusun dan menyelesaikan makalah seminar ini dengan judul: ‘’ANALISIS
KEMAMPUAN REPRESENTASI PESERTA DIDIK SMA DAN GAYA
BELAJAR DENGAN MODEL INQUIRY BASE LEARNING PADA MATERI
STRUKTUR ATOM’’
Tidak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada:
Penulis,
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................. Error! Bookmark not defined.
ii
BAB III PEMBAHASAN ........................................ Error! Bookmark not defined.
3.2 Hubungan Inquary Based Learning dengan Gaya Belajar ................. Error!
Bookmark not defined.6
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu sains yang memuat fakta,
konsep, hukum dan teori yang diperoleh melalui proses dan analisis ilmiah yang
hamper keseluruhan bersifat abstrak (Fahmi & Irhasyuarna, 2017). Materi kimia
sebagian besar dapat dipahami dengan eksperimen, tetapi yang bersifat abtrak dan
teoritis sulit dipahami jika hanya mengandalkan dari informasi guru. Struktur Atom
merupakan materi dasar pembelajaran kimia SMA/MA yang bersifat teoritis dan
abstrak.
Kimia dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit khususnya bagi peserta
didik yang baru mengenal dunia kimia. Hal ini disebabkan karena kebanyakan
materi pembelajaran kimia selalu berdasarkan fakta, konsep dan prosedural,
karakteristik pembelajaran kimia tergolong konsep yang abstrak oleh sebab itu
peserta didik sulit memahami materi kimia. Salah satunya materi dasar kimia yaitu
struktur atom, dimana materi ini membutuhkan kemampuan daya nalar yang tinggi.
Konsep representasi kimia merupakan alternative cara dalam memahami kimia
lebih mudah (Widyasari, Indrianti & Mulyani, 2018).
Struktur Atom sangat berkaitan dengan multiple representasi di mana
bentuk representasi yang memadukan antara teks, gambar nyata, atau grafik.
Pembelajaran dengan multiple representasi diharapkan mampu untuk
menjembatani proses pemahaman Peserta didik terhadap konsep-konsep kimia.
Representasi kimia dikembangkan berdasarkan urutan dari fenomena yang dilihat,
persamaan reaksi, model atom dan molekul, dan symbol (Amalia, 2018).
1
2
Belajar merupakan salah satu hal yang penting untuk mencapai tujuan
pendidikan. Belajar merupakan salah satu aspek yang berperan penting untuk
membentuk pribadi manusia. Belajar merupakan interaksi manusia dengan alam
sekitarnya. Dari pandangan tersebut maka beberapa ahli memberikan definisi
mengenai belajar.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar mengajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan,
pemahaman,sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, dan lain-lain. Slameto
(2003) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Belajar juga boleh dikatakan sebagai suatu proses interaksi antara diri
manusia dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep
ataupun teori. Proses interaksi itu sendiri meliputi dua hal, yaitu proses internalisasi
dari sesuatu ke dalam diri pebelajar dan dilakukan secara aktif, dengan segenap
panca indera ikut berperan. Proses internalisasi dan keaktifan pebelajar dengan
segenap panca indera perlu ada pengembangannya yakni melalui proses yang
disebut dengan sosialisasi yaitu menginteraksikan atau menularkan ke pihak.
Dalam proses sosialisasi, karena berinteraksi dengan pihak lain tentu akan
melahirkan suatu pengalaman. Dari pengalaman satu ke pengalaman lain inilah
yang nantinya akan menyebabkan perubahan pada diri seseorang.
7
8
proses belajar mengajar disekolah yang dinyatakan dengan skor prestasi belajar
yang diukur dengan tes pemahaman konsep.
Multi bentuk representasi adalah perpaduan antara teks, gambar nyata, atau
grafik. Sehingga yang dimaksud dengan pembelajaran berbasis multiple
representasi adalah suatu model pembelajaran yang menggabungkan antara
teks/verbal, gambar, grafik dalam suatu pembelajaran. Informasi atau materi
pembelajaran melalui teks dapat diingat dengan baik jika disertai dengan gambar.
Penyajian multiple representasi menurut Waldrip (2006) dapat dikelompokkan
secara khusus seperti pengetahuan tentang gambar, model tabel, grafik, dan
diagram.
Siswa belajar dengan cara yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya.
Sehingga representasi yang berbeda cocok untuk gaya belajar yang berbeda pula.
2) Visualisasi otak
Kuantitas fisik dan konsep sering dapat dilihat dan dipahami lebih baik
dengan menggunakan representasi yang nyata.
13
siswa yaitu: dapat memperoleh pengetahuan penting tentang diri sendiri, memahami
kekuatan dan kelemahan dalam belajar, mengingat, dan memecahkan masalah,
meningkatkan motivasi belajar, meningkatkan penghargaan diri dan kepercayaan
diri, menciptakan lingkungan belajar yang sesuai dengan gaya belajar siswa
(Siagian & Tanjung, 2012).
2.5 Model Pembelajaran Inquiry Based Learning
2.5.1 Pengertian model pembelajaran inquiry based learning
Inquiry berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat,
dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan
penyelidikan. Inquiry juga dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari
tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah
pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap obyek
pertanyaan. Dengan kata lain, inquiry adalah suatu proses untuk memperoleh dan
mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk
mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan
masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Jauhar, 2011).
Model inquiry based learning merupakan pengajaran yang mengharuskan peserta
didik mengolah pesan sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-
nilai. Dalam model ini peserta didik dirancang untuk terlibat dalam melakukan
inkuiri. Model pengajaran inquiry based learning merupakan pengajaran yang
terpusat pada peserta didik. Dalam pengajaran ini peserta didik lebih aktif belajar
(Wahyudin, Sutikno, & Isa, 2010).
Robert B. Sund dan Leslie W. Trowbridge (1973) menyatakan bahwa ada
tiga macam model pembelajaran Inquiry yaitu: (a) Inquiry Terbimbing (Guided
Inquiry), (b) Inquiry Bebas (Free Inquiry), (c) Inquiry Bebas yang Dimodifikasi
(Modified Free Inquiry). Model Inquiry yang akan dipaparkan dalam makalah ini
adalah free inquiry (Inquiry bebas). Pemilihan ini dilakukan dengan pertimbangan
bahwa model Inquiry bebas ini perlu diterapkan agar peserta didik dapat berperan
aktif secara maksimal dalam menemukan inti pembelajaran.
2.5.2 Ciri-ciri dan prinsip model pembelajaran inquiry
Menurut Tabany (2014) pembelajaran inquiry memiliki 3 ciri-ciri, yaitu:
16
1) Seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan.
2) Menekankan kepada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk mencari
dan menemukan.
3) Tujuan dari pembelajaran inquiry yaitu mengembangkan kemampuan
berpikir secara sistematis, logis, dan kritis.
Adapun prinsip-prinsip pembelajaran Inquiry menurut Hosnan (2014)
antara lain:
1) Berorientasi pada pengembangan intelektual atau kemampuan berpikir
2) Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi
antara peserta didik maupun interaksi peserta didik dengan pendidik,
bahkan interaksi antara peserta didik dengan lingkungan.
3) Prinsip bertanya yaitu pentingnya peran pendidik yang harus dilakukan
sebagai penanya.
4) Prinsip belajar untuk berpikir, bukan hanya mengingat sejumlah fakta,
melainkan belajar adalah proses mengembangkan potensi seluruh otak.
5) Prinsip keterbukaan yaitu pembelajaran bermakna yang menyediakan
berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan
kebenarannya.
2.5.3 Kelebihan dan kelemahan Inquiry based learning
Pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, peran guru lebih aktif
sebagai pemberi pengetahuan bagi peserta didik, guru dianggap sebagai sumber
informasi, sedangkan peserta didik hanya sebaga subjek yang harus menerima
materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Akibatnya peserta didik memiliki
banyak pengetahuan tetapi tidak pernah dilatih untuk menemukan pengetahuan dan
konsep sehingga peserta didik cenderung lebih cepat bosan dalam mengikuti
pelajaran, serta cepat lupa dengan materi pelajaran yang diajarkan. Masalah
demikian dapat diatasi dengan cara menerapkan model Inquiry Based Learning
dalam kegiatan pembelajaran, karena dengan pendekatan ini peserta didik
dilibatkan secara aktif dalam kegiatan. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa
model Inquiry Based Learning mempunyai banyak kelebihan dibandingkan
17
b. Proton
Keberadaan proton dapat dibuktikan oleh Eugen Goldstein melalui
percobaan dengan tabung Crookes. Pada gambar tabung crookes, Goldstein
membuat lubang pada katoda kemudian diisi gas hidrogen bertekanan rendah.
Setelah dihubungkan dengan sumber arus listrik searah bertegangan tinggi, pada
bagian belakang katoda terbentuk seberkas sinar.
Tabung sinar terusan dapat dilihat pada Gambar 2.3.
atas partikel netral yang mempunyai massa sedikit lebih besar daripada massa
proton. Chadwick menyebutnya neutron (Chang, 2013).
Perkembangan model atom
a. Model Atom Dalton
Pada abad kelima SM, filusuf Yunani Democritus mengungkapkan
keyakinannya bahwa semua materi terdiri atas partikel yang sangat kecil dan tidak
dapat dibagi lagi, dan diberi nama atomos (berarti tidak dapat dibelah atau dibagi).
Pada tahun 1808 John Dalton merumuskan definisi yang presisi tentang blok
penyusun materi yang tidak dapat dibagi lagi atau disebut atom.
Hasil karya Dalton menandai bahwa awal era modern dalam bidang kimia.
Hipotesis tentang sifat materi yang merupakan landasan teori atom Dalton dapat
dirangkum sebagai berikut:
1) Unsur tersusun atas partikel yang sangat kecil, yang disebut atom. Semua
unsur tertentu adalah identik, yaitu mempunyai ukuran, massa, dan sifat
kimia yang sama. Atom satu unsur tertentu berbeda dari atom semua unsur
yang lain.
2) Senyawa tersusun atas atom-atom dari dua unsur atau lebih.
3) Dalam reaksi kimia terjadi reaksi pemisahan, penggabungan, atau
penyusunan ulang atom-atom, reaksi kimia tidak mengakibatkan penciptaan
atau pemusnahan atom-atom (Chang, 2013).
a. Model Atom Thomson
J.J. Thomson melakukan penyelidikan terhadap atom dengan menggunakan
tabung sinar katoda. Dengan alat ini Thomson menemukan elektron sebagai
partikel sub atomik dalam atom pada 1896. Sinar dari katoda dilewatkan melalui
celah sempit pada anoda. Pada daerah tertentu dari tabung dipasang pelat deflektor
yang dihubungkan dengan kutub baterai. Jika hubungan dengan baterai pada pelat
deflaktor diputuskan, maka jalannya sinar katoda adalah lurus. Tetapi ketik baterai
dipasang, maka sinar katoda dibelokkan pada daerah tersebut mendekati kutub
positif baterai. Percobaan ini membuktikan bahwa sinar katoda bermuatan negatif.
Hal ini disajikan dalam Gambar 2.4.
22
energi yang akhirnya akan jatuh ke dalam inti. Hal ini adalah tidak mungkin terjadi
karena atom itu stabil lagi pula model ini tidak dapat memperoleh data dari
penelitian spektrum atom unsur- unsur.
c. Model Atom Bohr
Rutherford menyatakan bahwa atom dibangun oleh inti atom bermuatan
positif dikelilingi oleh elektron bermuatan negatif. Elektron dalam atom tidak diam,
melainkan berputar secara kontinu mengelilingi inti atom dengan percepatan tetap.
Jika tidak demikian, elektron akan tertarik ke inti. Gerakan elektron mengelilingi
inti merupakan syarat untuk dapat menerangkan spektra atom, seperti spektra
hidrogen.
Model atom Rutherfod tidak dapat menerangkan energi yang dilepaskan
dalam bentuk radiasi, karena pada setiap perputaran elektron dengan percepatan
tetap, elektron akan kehilangan energi yang pada akhirnya akan tertarik ke inti.
Perilaku ini seperti menimbulkan gerakan berbentuk spiral yang berakhir yang
berakhir dengan jatuhnya elektron ke inti. Ada penyataannya atom bersifat mantap
dan stabil.
Pada tahun 1913, Neils Bohr menyatakan bahwa kegagalan tersebut dapat
diperbaiki dengan menerapkan hipotesis Planck tentang mekanika kuantum untuk
menjelaskan model atom. Penjelasan Bohr diungkapkan dengan empat postulat,
sebagai berikut:
1) Hanya ada seperangkat orbit tertentu yang diperbolehkan bagi elektron
dalam atom hidrogen. Orbit ini merupakan keadaan stasioner (menetap)
elektron dan merupakan lintasan elektron dalam mengelilingi inti atom.
Gerakan elektron dalam lintasan stasioner dijelaskan dengan hukum
mekanika klasik.
2) Selama elektron berada dalam lintasan stasioner, energi elektron tetap
sehingga tidak ada energi dalam bentuk radiasi yang dipancarkan atau
diserap oleh atom.
3) Elektron hanya dapat berpindah dari satu lintasan ke lintasan stasioner yang
lain disertai dengan perubahan energi yang besarnya sama dengan
persamaan Planck, ∆E= h v.
24
25
26
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah :
1. Dengan adanya penerapan model inquiry based learning diharapkan peserta
didik dapat menguasai materi struktur atom didalam kemampuan
representasi dan guru dapat memahami gaya belajar yang dimiliki peserta
didik.
2. Model inquiry based learning berpengaruh positif terhadap kemampuan
representasi dan gaya belajar peserta didik.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan uraian makalah ini adalah :
1. Model inquiry memiliki kekurangan harus adanya kesiapan mental pada
peserta didik, perlu adanya proses penyesuaian/adaptasi dari metode
tradisional ke pendekatan ini, dalam mengimplementasikannya,
memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikan
dengan waktu yang telah ditentukan.
2. Model inquiry based learning lebih cocok digunakan pada materi kimia
yang berbasis praktikum
28
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid 1 Edisi Ketiga.
Jakarta: Erlangga.
29
30
Herawati, R.F., Mulyani, S., & Redjeki, T. Pembelajaran Kimia Berbasis Multiple
Representasi Ditinjau Dari Kemampuan Awal Terhadap Prestasi Belajar
Laju Reaksi Siswa Sma Negeri I Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Jespersen, Neil D., Brady James E., dan Hyslop, Alison. 2012. Chemistry The
Molecular Natur of Matter.
Purmadi, A., & Surjono, H.D. (2016) Pengembeangan Bahan Ajar Berbasis Web
Berdasarkan Gaya Belajar Siswa Untuk Mata Pelajaran Fisika.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Purtadi S & Sari P (2009) Analisis Miskonsepsi Konsep Laju Dan Kesetimbangan
Kimia Pada Siswa SMA. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Robert B. Sund, Leslie W. Trowbridge. (1973). Teaching science by inquiry in the
secondary school. Ohio: Columbus, Ohio.
Jespersen, Neil D., Brady James E., dan Hyslop, Alison. 2012. Chemistry The
Molecular Natur of Matter.
Waldrip, B, dkk (2006) “An exploitary study of teachers and student use of multy
modal representations of consepts in primary sciences. 28, (15), 1834-1896.