Anda di halaman 1dari 11

DAMPAK POLA ASUH PERMISIF ORANGTUA TERHADAP PERILAKU

MEROKOK REMAJA LAKI-LAKI

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Dengan semakin berkembangnya jaman, semakin berkembang pula kemajuan iptek
(ilmu pengetahuan dan teknologi). Seiring dengan perubahan tersebut kehidupan dan sifat
masyarakat juga berubah, begitu pula norma-norma dan nilai-nilai yang dianut masyarakat
mulai bergeser. Perubahan dan pergeseran tersebut juga mempengaruhi perilaku remaja pada
masa sekarang. Pergeseran terjadi karena pengaruh perubahan sosial dalam kehidupan
masyarakat.
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia, dimana
individu belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk didalam interaksi dengan
kelompoknya, maka orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan remaja. Di
dalam keluarga anak untuk pertama kalinya mulai mengenal aturan-aturan, norma, nilai yang
mengatur hubungan atau interaksi antar anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya,
terutama hubungan orang tua dan anak. Walaupun teman-teman sebaya juga memegang
peranan penting,akan tetapi intinya terletak pada pendidikan dirumah. Pola pendidikan yang
di laksanakan oleh orang tua merupakan pemegang peranan utama, sehingga menghasilkan
remaja yang patuh atau menentang .
Orangtua memiliki peranan penting dalam memberikan perhatian pada anak-anaknya.
Selain di rumah,juga di sekolah anak mengembangkan segala aspek pada dirinya secara fisik,
emosional dan intelektual untuk pertama kalinya. Kadang orang tua terlalu banyak menuntut
kepada remaja dan tidak memberi kesempatan kesempatan untuk berkembang sendiri sesuai
dengan inisiatif dan pola pikirnya. Namun ada pula orang tua yang terlalu sedikit dalam
memberikan rangsangan, anjuran atau bimbingan yang di butuhkan oleh remaja. Hurlock
(1993:115) Pada dasarnya tipe-tipe pola asuh orang tua dapat dibedakan menjadi tiga
macam,yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh permisif dimana masing-
masing pola memiliki pengertian dan ciri-ciri tersendiri.
Masalah yang di hadapi oleh keluarga sekarang ini kebanyakan disebabkan oleh
kesibukan-kesibukan orang tua. Orangtua yang memiliki pekerjaan formal seringkali terikat
dengan tuntutan jam kerja yang sangat padat, sehingga tidak adanya waktu untuk
memperhatikan anak. Selain itu orangtua yang memiliki pekerjaan informal, biasanya harus
bekerja lebih giat untuk memenuhi kebutuhan keluarga, apalagi dengan meningkatnya
persaingan dalam dunia usaha seperti sekarang ini. Dengan bekerjanya di luar rumah dan
kegiatan anak di sekolah maupun di luar sekolah, waktu bersama semakin sedikit akibatnya
komunikasi terhadap anak berkurang, bahkan tidak sedikit yang tidak memperhatikan sama
sekali atau mendidik dengan cara memberi kebebasan secara mutlak kepada anak. Sehingga
dalam hal ini dengan kesibukan orang tua dan kurangnya komunikasi dengan anak, dalam
keluarga akan menimbulkan pola asuh permisif.
Pola asuh permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas pada anak untuk
berperilaku sesuai keinginanya sendiri. Orangtua tidak pernah memberikan aturan dan
pengarahan kepada anak,semua keputusan di serahkan kepada anak terhadap pertimbangan
orang tua. Anak tidak tahu apakah perilakunya benar atau salah, akibatnya anak akan
berperilaku sesuai dengan keinginanya sendiri, tidak peduli apakah hal itu sesuai dengan
norma-norma masyarakat atau tidak.
Hurlock (1993:125), orangtua yang permisif adalah orang tua yang memberikan
kebebasan secara penuh kepada anak untuk mengambil keputusan dan melakukannya serta
tidak pernah memberikan penjelasan atau pengarahan kepada anak dan hampir tidak pernah
ada hukuman atau hadiah, sehingga metode disiplin permisif berate sedikit disiplin atau tidak
ada disiplin. Hurlock (Ihromi 1999:51) pola ini di tandai oleh sikap orang tua yang
membiarkan anak mencari dan menemukan sendiri tata cara yang memberi batasan-batasan
dari tingkah lakunya. Pada saat terjadi hal yang berlebihan barulah orang tua bertindak. Pada
pola ini pengawasan menjadi sangat longgar.
Pada saat di terapkan pola asuh permisif, anak akan merasa bahwa orang tua tidak
peduli dengan segala perilaku yang dilakukan, bahkan orang tua tidak pernah memberikan
bimbingan dan peranan yang berarti dalam perkembangan anak. Anak beranggapan bahwa
apapun yang di lakukan, tidak ada permasalahan oleh orang tua karena tidak peduli apakah
hal tersebut benar atau salah.
Remaja pada umumnya kurang memiliki kontrol diri atau justru menyalahgunakan
kontrol diri tersebut, dan suka menegakan setandar tingkahlaku sendiri, disamping
meremehkan keberadaan orang lain. Kurang dimilikinya kontrol diri dan adanya penegakan
standar tingkah laku oleh remaja dibutuhkan pihak yang mampu mendukungnya,
membimbing, mengarahkan dan mendorong dirinya kearah kematangan. Namun sering kali
kita jumpai remaja tidak mendapatkan apa yang sebetulnya oleh remaja sendiri. Keadaan
demikian mendorong remaja lebih memilih untuk mendapakanya di luar rumah. Dengan tidak
diperolehnya dukungan dan bimbingan dari keluarga khususnya orang tua, remaja mudah
terjerumus pada hal-hal negative seperti halnya rokok.
Dewasa ini perilaku merokok sudah menjadi perilaku yang umum. Gencarnya
peringatan bahaya rokok ternyata tidak mengurangi jumlah perokok. Jika ada yang berhenti
merokok itu terjadi dalam jumlah yang sedikit, sedangkan jumlah perokok baru akan terus
bertambah. Menghisap rokok atau merokok merupakan suatu adat kebiasaan yang dapat
ditemui diberbagai kalangan dan berbagai wilayah. Rokok menjadi suatu simbol pergaulan.
Remaja beranggapan bahwa merokok akan membawa dampak positif misalnya dapat
menemani dan membantu saat berkosentrasi. Kenyataannya sisi baik itu tidak sebanding
dengan kerugian yang ditimbulkan. Zat yang terkandung dalam rokok mengandung berbagai
faktor resiko bagi kesehatan, membuat si pemakai beresiko tinggi untuk menderita beberapa
penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Berbagai macam penyakit yang erat kaitannya
dengan merokok antara lain kanker paru-paru, kanker, tenggorokan, bronchitis, penyakit
jantung dan penyakit gangguan pernafasan lainnya.
Usia remaja yang sedang mencari jati diri, selau ingin mencoba segala sesuatu yang
belum diketahui dan rasa ingin tahu yang besar, apabila tidak diarahkan pada hal-hal positif
akan menimbulkan tindakan yang merugikan dan beresiko tinggi. Dalam hal ini pola asuh
yang diterapkan orangtua akan berpengaruh besar terhadap perilaku remaja. Berbagai situasi
sulit, dalam keluarga dapat pula mempersulit si remaja untuk mencari “panutan” dalam
keluarganya sendiri yang membuatnya dengan mudah tertarik untuk mencari figur-figur
pengganti diluar keluarga yang berakibat timbulnya pelampiasan seperti merokok.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “DAMPAK POLA ASUH PERMISIF ORANG TUA TERHADAP
PERILAKU MEROKOK REMAJA LAKI-LAKI (Studi Kasus Pada Remaja Laki-Laki yang
Merokok di Desa Trayeman, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal)”.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka permasalahan dari
penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh pola asuh permisif orang tua terhadap perilaku
merokok pada remaja laki-laki yang merokok di Desa Trayeman, Kecamatan Slawi,
Kabupaten Tegal. Untuk menjawab permasalahan tersebut maka disusun pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh pola asuh permisif orang tua pada remaja laki-laki yang merokok di Desa
Trayeman, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal?
2. Apakah penyebab timbulnya perilaku merokok pada remaja laki-laki di Desa Trayeman,
Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal?
C. TUJUAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara pola asuh permisif orang tua terhadap
perilaku merokok pada remaja laki-laki yang merokok di Desa Trayeman, Kecamatan Slawi,
Kabupaten Tegal.
2. Untuk mengetahui penyebab timbulnya perilaku merokok pada remaja laki-laki di Desa
Trayeman, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teroritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan khasanah
ilmu pengetahuan atau wawasan terutama dalam hal pola asuh yang diterapkan oleh orang tua
terhadap perilaku remaja.
2. Manfaat praktis
a. Bagi orang tua , sebagai informasi dalam membimbing dan mengarahkan anak-anaknya
untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
b. Bagi remaja, dapat memberi masukan agar dapat mengembangkan sikap sosial positif dengan
meningkatkan komunikasi dalam keluarga.

E. PENEGASAN ISTILAH

1. Pengaruh
Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut
membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang (Kamus Besar Bahasa Indonesia
2005:849). Pengaruh di artikan sebagai daya yang ada atau sesuatu yang timbul dari sesuatu
(orang, benda dan sebagainya) yang berkuasa dan menimbulkan kekuatan (Poerwadarminta
1983).

2. Pola Asuh Permisif Orang Tua


Permisif adalah suatu bentuk pola asuh orang tua dimana di dalmanya terdapat aspek-
aspek kontrol yang sangat longgar terhadap anak, hukuman dan hadiah tidak pernah di
berikan, semua keputusan diserahkan kepada anak, orang tua bersikap masa bodoh dan
pendidikan bersifat bebas (Hurlock, 1993:125). Dengan demikian Pola asuh permisif orang
tua dapat diartikan sebagai pola perilaku orang tua dalam berinteraksi dengan anak, yang
membebaskan anak untuk melakukan apa yang ingin dilakukan tanpa mempertanyakan.

3. Perilaku Merokok
Perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh individu yang satu dengan individu
yang lainnya dan bersifat nyata (Sarwono 2000:16). Merokok adalah menghisap rokok,
sedangkan rokok adalah gulung tembakau yang bersifat nipah atau kertas (Poerwadarminta
1983:830).

F. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pola Asuh Permisif Orangtua

1. Pengertian Pola Asuh Permisif Orangtua


Permisif adalah suatu bentuk pola asuh orangtua dimana didalamnya terdapat aspek-
aspek kontrol yang sangat longgar terhadap anak, hukuman dan hadiah tidak pernah di
berikan, semua keputusan di serahkan kepada anak, orang tua bersikap masa bodoh dan
pendidikan bersifat bebas (Hurlock 1993:125).
Pola asuh permisif dapat diartikan sebagai pola perilaku orang tua dalam berinteraksi
dengan anak, yang membebaskan anak untuk melakukan apa yang ingin di lakukan tanpa
mempertanyakan. Pola asuh ini tidak menggunakan aturan-aturan yang ketat bahkan
bimbinganpun kurang diberikan, sehingga tidak ada pengendalian atau pengontrolan serta
tuntutan kepada anak. Kebebasan diberikan penuh dan anak diijinkan untuk member
keputusan untuk dirinya sendiri, tanpa pertimbangan orang tua dan berperilaku menurut apa
yang diinginkannya tanpa ada kontrol dari orang tua. Dengan hal ini anak berusaha belajar
sendiri bagaimana harus berperilaku dalam lingkungan sosial.
Karena kurang adanya arahan, baik yang berlaku dalam lingkungan keluarga maupun
di lingkungan sosial, meskipun sengaja melanggar peraturan, tidak diberlakukan hukuman
dan juga tidak ada hadiah bagi yang berperilaku sosial dengan baik. Jadi orang tua
membiarkan anak berbuat dengan sesuka hati dengan sedikit kekangan, memanjakan dan
memenuhi kehendaknya agar mereka senang. Remaja dengan orang tua permisif cenderung
seenaknya sendiri, kurang bertanggung jawab, manja dan kurang berfikir dalam bertindak
karena remaja tidak diberi bimbingan dan arahan oleh orang tua untuk berperilaku yang baik.
Dalam pola asuh ini orangtua bersifat permisif (serba membolehkan), tidak
mengendalikan, kurang menuntut. Mereka tidak terorganisasi dengan baik atau tidak efektif
dalam menjalankan rumah tangga, lemah dalam mendisiplinkan dan mengajar anak-anak,
hanya menuntut sedikit dewasa dan hanya member sedikit perhatian dalam melatih
kemandirian dan kepercayaan diri. Orang tua dengan pola asuh permisif dibiarkan mengatur
tingkah laku mereka sendiri dan membuat keputusan sendiri.
Hurlock (1999:94) pola asuh permisif tidak menggunakan aturan-aturan ketat bahkan
bimbinganpun jarang sekali di berikan sehingga tidak ada pengendalian dan pengontrolan
serta tuntutan kepada anak. Kebebasan diberikan penuh dan anak diijinkan membuat
keputusan untuk dirinya sendiri tanpa pertimbangan orang tua dan boleh berperilaku menurut
apa yang diinginkan tanpa ada kontrol dari orangtua.

2. Aspek-Aspek Pola Asuh Permisif Orangtua


Menurut Baumrind (mussen 1989:399), secara garis besar pola asuh orang tua terdiri
dari empat aspek, antara lain :

a. Kontrol
b. Hukuman dan Hadiah
c. Dominasi
d. Komunikasi

Empat aspek tersebut terdap dalam semua jenis pola asuh, termasuk dalam pola asuh
permisif hanya saja kadarnya yang berbeda.
Proboningrum (1993:23) bahwa aspek-aspek dari salah satu jenis pola assuh, yaitu pola
asuh permisif orangtua, antara lain :
a. Orang tua bersifat toleren terhadap anak
Orang tua tidak peduli dengan tindakan anak yaitu dengan tidak ada batasan atau peraturan-
peraturan tertentu dalam keluarga.
b. Hukuman atau hadiah tidak pernah diberikan
Tidak ada tindakan dari orang tua terhadap sikap anak baik yang bersifat positif maupun
negative, yang berupa hadiah atau hukuman.
c. Komunikasi hampir tidak ada
Orang tua dan anak jarang sekali terjalin komunikasi yang melibatkan kedua belah pihak
yang aktif.
d. Semua keputusan di serahkan kepada anak
Kebebasan di berikan kepada anak sepenuhnya dalma penagmabilan keputusan tanpa
memperhatikan kebutuhannya.
e. Kontrol terhadap anak longgar
Tindakan orang tua yang tidak peduli dengan semua tindakan anak atau sikap anak.

B. Perilaku Merokok
1. Pengertian Perilaku Merokok

Perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh individu yang satu dengan individu
yang lainnya dan bersifat nyata (Sarwono 2000:16).
Secara garis besar perilaku merupakan kesiapan individu untuk bereaksi atau
memberikan tanggapan terhadap stimulus atau rangsang, baik stimulus eksternal maupun
internal, antara individu yang satu dengan individu yang lainnya, yang dapat diobservasi atau
dapat diamati secara umum atau obyektif.

Merokok adalah menghisap rokok, sedangkan rokok adalah gulungan tembakau yang
bersalut nipah atau kertas (Poerwadarminta 1983:830). Merokok adalah sesuatu yang di
lakukan oleh karena berbagai alassan yang berbeda. Beberapa orang meraasa dengan
merokok dapat membuat mereka lebih baik secara fisik untuk sementara. Beberapa orang
yang lain melakukannya untuk menghilangkan kecemasan dan ketegangan tersebut akan
hilang dalam waktu sementara. Merokok merupakan kebiasaan yang tidak baik karena
merokok dapat menimbulkan berbagai macam penyakit yang kemungkinan besar dapat
berakibat fatal pada pemakainya.
Perilaku merokok biasanya dimulai pada masa remaja awal. Kebanyakan mualai
merokok karena ingin mencoba, rasa ingin tahu yang besar membuat melakukannya.
Seseorang merokok dengan berbagai alasan, seperti sebagai penghilang kecemasan, untuk
suatu ketenangan atau hanya untuk santai.
Hurlock (1996:185) mengidentifikasikan masa remaja sebagai fase negative yakni
sebagai fase dimana perilaku remaja mendadak sulit di duga dan seringkali agak melawan
norma sosial yang berlaku. Keadaan demikian akan berpengaruh terhadap sikap dan
prilakunya. Secara global masa remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan
pembagian masa remaja awal antara umur 12-15 tahun, masa remaja pertengahan antara
umur 15-18 tahun, masa remaja akhir antara umur 18-21 tahun.
Perkembangan sosial pada remaja ditandi dengan adanya kecenderungan untuk
memasuki masa kedewasaan, longgarnya ikatan keluarga, karena remaja lebih banyak berada
di luar rumah, dimana hal ini akan mempengaruhi minat dan tingkah laku. Demikian pula bila
temannya mencoba minum alcohol, obat-obatan terlarang, atau rokok, maka remaja
cenderung mengikuti tanpa mempedulikan perasaan sendiri dan akibatnya. Salah satu cirri-
ciri remaja adalah selalu ingin mencoba segala sesuatu yang belum diketahui dan adanya rasa
ingin tahu yang besar.

2. Teori Paradigma Perilaku Sosial


Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada antar hubungan antara
individu dan lingkungannya. Secara singkat pokok persoaalan sosiologi menurut paradigma
ini adalah tingkahlaku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor
lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan
menimbulkan perubahan terhadap tingkahlaku dengan perubahan yang terjadi dalam
lingkungan aktor.

Adapun teori yang termasuk ke dalam paradigma perilaku sosial (Ritzer 2003:73),
antara lain:

1. Teori Behavioral Sociology

Behavioral sociology dibangun dalam rangka menerapkan prinsip-prinsip psikologi


perilaku ke dalam sosiologi. Teori ini memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara
akibat tingkahlaku yang terjadi di dalam lingkungan aktor dengan tingkahlaku aktor. Teori ini
berusaha menerangkan tingkah laku yang terjadi itu melalui akibat-akibat yang mengikutinya
kemudian. Yang menarik perhatian Behavioral Sociology adalah hubungan historis antara
akibat tingkahlaku yang terjadi dalam lingkungan aktor dengan tingkahlaku yang terjadi di
masa lalu mempengaruhi tingkahlaku yang terjadi di masa sekarang. Dengan mengetahui apa
yang diperoleh dari suatu tingkahlaku nyata di masa lalu akan dapat diramalkan apakah
seseorang aktor akan bertingkahlaku yang sama (mengulanginya) dalam situasi sekarang.
Konsep dasar Behavioral Sociology yang menjadi pemahamanya adalah “reinforcement”
yang dapat di artikan sebagai ganjaran (reward). Tak ada sesuatu yang melekat dalam obyek
yang dapat menimbulkan ganjaran. Perulangan tingkahlaku tak dapat dirumuskan terlepas
dari efeknya terhadap perilaku itu sendiri. Perulangan di rumuskan dalam pengertian aktor.
Sesuatu ganjaran yang tak membawa pengaruh terhadap aktor tidak akan diulang.

2. Teori Exchange

Homan (Ritzer 2004:75) Teori Exchange secara garis besarnya sebagai berikut:

a. Jika tingkahlaku atau kejadian yang sudah lewat dalam konteks stimulus dan situasi tertenu
memperoleh ganjaran, mak besar kemungkinan tingkahlaku atau kejadian yang mempunyai
hubungan stimulus dan situasi yang sama akan terjadi atau di lakukan.
b. Menyangkut frekuensi ganjaran yang diterima atas tanggapan atau tingkah laku tertentu dan
kemungkinan terjadinya peristiwa yang sama pada waktu sekarang. Makin sering dalam
peristiwa tertentu tingkahlaku seseorang memberikan ganjaran terhadap tingkah laku orang
lain, makin sering pula orang lain itu mengulang tingkah laku itu.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Merokok


Sarafino (1990:219), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok yaitu:
a. Faktor sosial
Perilaku merokok selain dari teman dekat, orang tua juga berpengaruh besar
munculnya perilaku tersebut. Lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalh
orang tuanya. Melalui lingkungan itulah anak mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan
hidup yang berlaku sehari-hari, sehinga pada akhirnya akan berpengaruh terhadap perilaku
yang dilakukan oleh anaknya.

b. Faktor Psikologis
Jika kebutuhan psikologis dan sosiologis seseorang dapat terpenuhi, maka individu
yang bersangkutan dapat merasa gembira, harmonis dan menjadi orang yang produktif.
Namun sebaliknya jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka tidak ada keputusan dalam
hidup seseorang, ia dapat frustasi, mengalami ketegangan.ada beberapa alasan psikologis
yang menyebakan seseorang merokok, yaitu: untuk relaksasi atau ketenangan, mengurangi
kecemasan dan ketegangan.
c. Faktor Biologis
Perilaku merokok dimulai pada masa awal remaja dan percobaan merokok iyu maju
berkembang menjadi pengguna secara tetap dalam kurun waktu beberapa tahun. Meskipun
biasanya orang kurang dapat menikmati rokok pertamanya karena membuat seseorang
merasa mual dan pening. Tubuh perlu melakukan penyesuaian terhadap zat-zat terkandung di
dalam rokok yang tidak biasa diterimanya, namun lama kelamaan tubuh menjadi terbiasa
setelah mengalami beberapa kali percobaan merokok.
Sarafino (1990:220) mengutarakan merokok pada individu dipengaruhi oleh:
a. Salah satu dari kedua orangtua merokok
b. Orangtua mendukung perilaku merokok anak-anaknya
c. Lebih sering bergaul dengan teman yang merokok
d. Pandangan yang positif terhadap rokok

4. Aspek-aspek perilaku merokok


Pada umumnya setiap perilaku dapat digambarkan kedalam tiga dimensi, yaitu:

a. Frekuensi, yaitu sering tidaknya perilaku muncul.


Mungkin cara yang paling sederhana untuk mencata perilaku hanya dengan menghitung
jumlah munculnya perilaku tersebut. Frekuensi sangatlah bermanfaat untuk mengetahui
sejauhmana perilaku merokok seseorang sering muncul atau tidak. Dari frekuensi merokok
seseorang, dapat diketahui perilaku merokok seseorang sebenarnya. Akibatnya, pengumpulan
frekuensi menjadi salah satu ukuran yang paling banyak digunakan untuk mengetahui
seseorang merokok.
b. Aspek lamanya berlangsung, yaitu waktu yang diperlukan seseorang untuk melakukan setiap
tindakan. Jika suatu perilku mempunyai permulaan dan akhir tertentu, tetapi dalam waktu
yang berbeda untuk masing-masing peristiwa, maka pengukuran lamanya berlangsung ini
sangatlah berpengaruh bagi perilaku merokok seseorang, apakah seseorang dalam menghisap
lama atau tidak.
c. Intensitas, yaitu banyaknya daya yang dikeluarkan oleh perilaku tersebut. Aspek intensitas
digunakan untuk mengukur seberapa dalan dan seberapa banyak seseorang menghisap rokok.
Dimensi intensitas mungkin merupakan cara yang paling subyektif dalam mengukur perilaku
merokok seseorang.

G. HIPOTESIS
Hipotesis merupakan kesimpulan sementara dua variabel atau lebih yang akan
memberikan petunjuk cara menguji hipotesis tersebut. Dalam statistic, hipotesis dapat di
artikan sebagai pernyataan statistic tentang parameter populasi. Terdapat dua macam
hipotesis dalam statistic dan penelitian, yaitu hipotesis nol(Ho) dan hipotesis alternative atau
hipotesis kerja (Ha). Hipotesis nol diartikan sebagai tidak adanya perbedaan antara parameter
dengan statistik, sedangkan hipotesis alternative diartikan dengan adanya perbedaan antara
parameter dengan dua statistik (Sugiyono, 2005:82).
Dengan demikian dalam penelitian ini hipotesis akan berbunyi sebagai berikut:
a. Hipotesis nol (Ho) :”tidak ada pengaruh antara pola asuh permisif orangtua dengan perilaku
merokok pada remaja laki-laki yang merokok”
b. Hipotesis alternative/kerja:”terdapat pengaruh antara pola asuh permisif orangtua dengan
perilaku merokok pada remaja laki-laki yang merokok”

Anda mungkin juga menyukai