Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sel merupakan unit dasar kehidupan. ada makhluk hidup yang hanya terdiri
dari sel tunggal seperti bakteri ada juga makhluk hidup lain yang multisel seperti
manusia memiliki 30 triliun sel yang diorganisasikan ke dalam jaringan (Bolsover et
al, 2004). Untuk sel tunggal ada yang hidup secara invidu atau terisolasi ada yang
hidup secara berkoloni Lodish et al, 2013). Sel uniselular atau multiselular memiliki
ciri-ciri makhluk hidup seperti mengalami metabilisme, pertumbuhan, perkembangan
juga berkembangbiak (Böhmer et al, 2010).
Secara umum sel tersusun atas nucleus, sitoplasma dan membrane sitoplasma.
Namun, ada beberapa sel yang memiliki perbedaan dalam hal organela penyusunnya.
Hal ini bergantung pada jenis selnya (Böhmer et al, 2010). Berdasarkan nucleus dan
struktur penyusun lainnya, maka sel dapat dibedakan menjadi 2 yakni sel prokariotik
dan eukariotik. Sel prokariotik memiliki satu DNA sirkular yang tidak dapat
dipisahkan dari sitoplasma dan membrane. Sedangkan sel eukariotik memiliki
nukleus yang dipisahkan dari sitoplasma (Böhmer et al., 2010).
Antara sel eukariotik yang memiliki perbedaan paling terlihat ada apda sel
hewan dan tumbuhan. Sel tumbuhan tersebut tertutup oleh dinding sel sehingga
memberi bentuk pada sel. Sedangkan pada sel hewan tidak memiliki dinding sel
sehingga selnya lebih fleksibel,. Sel tumbuhan sering mengandung lebih dari satu
vakuola yang pada akhirnya menempati 75% dari volume sel (Bolsover et al., 2004).
Sel tersidi atas 90% cairan yang disebut dengan sitoplasma. Sitoplasma
tersebut tersusun atas beberapa elemen dan molekul. Elemen penyunnya terdiri atas
59% hydrogen, 24% oksigen, 11% karbon, 4% nitrogen dan 2% elemen lain seperti
fosfor, sulfur dan lainnya. Sedangkan molekul penyusunnya terdiri atas 50% protein,
15% asam nukleat, 15% karbohidrat, 10% lemak dan 10% yang lain (Bolsover et al,
2004).
Perkembangan ilmu juga mempengaruhi pengetahuan yang saat ini dimiliki.
Salah satunya perkembangan dalam mengamati sel. Kehidupan di dalam sel saat ini
diketahui bahwa dipengaruhi oleh konsep kimia dan fisika. Konsep kimia dan fisika
ini yang harus diketahui seperti apa dan bagimana dapat mempengaruhi sel

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan lata belakang rumusan masalah penulisan makalah ini ialah.
1. Bagaimanakah sel di dalam kehidupan?
2. Bagaimanakah Aktivitas Sel pada proses hidup di dalam sel?
3. Bagaimanakah konsep kimia pada proses hidup di dalam sel?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan makalah ialah.
1. Untuk mengetahui sel di dalam kehidupan
2. Untuk mengetahui konsep aktivitas pada proses hidup di dalam sel
3. Untuk mengetahui konsep kimia pada proses hidup di dalam sel

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Sel
Sel merupakan unit dasar kehidupan. ada makhluk hidup yang hanya terdiri
dari sel tunggal seperti bakteri ada juga makhluk hidup lain yang multisel seperti
manusia memiliki 30 triliun sel yang diorganisasikan ke dalam jaringan (Bolsover et
al, 2004). Untuk sel tunggal ada yang hidup secara invidu atau terisolasi ada yang
hidup secara berkoloni (Lodish et al, 2013). Sel uniselular atau multiselular memiliki
ciri-ciri makhluk hidup seperti mengalami metabilisme, pertumbuhan, perkembangan
juga berkembangbiak (Böhmer et al, 2010).

1. Keanekaragaman dan Kesamaan Sel


Sel memiliki beragam ukuran dan bentuk yang luar biasa. Di alam terdapat
dua jenis sel yakni prokariotik dan eukariotik. Sel prokariotik terdiri dari ruang
tertutup tunggal yang dikelilingi oleh membran plasma, tidak memiliki nukleus yang
jelas susunan internal yag relatif sederhana. Contoh dari sel prokariotik adalah bakteri
dan alga. Meskipun sel bakteri tidak memiliki ruang yang dibatasi oleh membrane,
banyak prorein terdapat di cairan bagian dalam. Sedangkan sel eukariotik memiliki
nucleus yang dibungkus oleh membrane dan memiliki organela-organela. Bagian sel
yang terletak antara nucleus dan membrane plasma adalah sitoplasma yang terdiri
atas sitosol (fase cair) dan organela.
Karl von Baer menemukan bahwa mamalia berkembang dari telur yang
berasal dari induk betina. Pembuahan sel telur oleh sel sperma kan membentuk zigot,
sel yang berdiameter 200 µm. setiap manusia berawal dari sebagai zigot.
Perkembangan di awali dengan pembuahan sel telur yang menjadi zigot kemudian
mereplikasi menjasi 2, 4 kemudian 8 sel, terbentuk embrio awal. Kemudian berlanjut
dengan proliferasi sel dan berdiferensiasi menjadi sel yang berbeda untuk membentuk
jaringan tubuh.
Membentuk sel yang berbeda (otot, kulit, tulang, saraf, sel darah) tidak cukup
untuk menjadi tubuh manusia. Sel harus diatur dan diorganisir dengan benar kedalam
jaringan, organ dan pelengkap. Manusia memiliki dua tangan dengan sel yang sama,
namun memiliki pengaturan yang berbeda yang berhubungan dengan fungsinya. Selai
pada tangan, banyak sel yang menunjukkan asimetri fungsi maupun struktur yang
berbeda. Hal ini disebut polaritas. Kembar identik terjadi secara alami ketika massa
sel penyusun embrio awal membelah menjadi 2 bagian. Kemudian kedua bagian ini
sam-sama berkembang dan tumbuh menjadi inividu baru. Sel dengan kemampuan
seperti ini desebut sel induk embrionik. Sel induk embrionik ini dapat dikembangkan
di laboratorium dan membentuk menjadi beberapa jenis sel yang berdiferensiasi
sesuai kondisi.

2. Molekul Sel
Sebagian besar isi sel adalah molekul sederhana (misalnya gula sederhana,
asam amino, vitamin) dan ion-ion (seperti natrium, klorida, dan ion kalsium). Tempat
dan konsentrasi molekul sederhana dan ion-ion ini dalam sel dikendalikan oleh
banyaknya protein yang dimasukkan ke dalam membrane sel. Membrane sel
membaewa dan menyalurkan molekul dan ion keluar masuk sel dan organelanya.
Salah satu molekul yang terkenal adalah adenosine tripospat (ATP), yang
menyimpan energy kimia dalam dua ikatan. Sel memecah molekul makanan untuk
diubah menjadi energy dan ATP. Sebagai tambahan, tumbuhan dan beberapa
organisme mampu membuat energy dari sinar matahari untuk membuat ATP yang
disebut fotosintesis.
Sel menghasilkan tiga polimer besar yang biasa disebut makromolekul.
Makromolekul tersebut antara lain polisakarida, protein dan asam nukleat. Sebagai
contoh, gula adalah monomer yang digunakan untuk membentuk polisakarida.
Makromolekul tersebut merupakan komponen penting untuk dinding sel tumbuhan
dan kerangka serangga.
Struktur protein yang beragam memungkinkan untuk memiliki beberapa
fungsi. Protein dapat berfungsi sebagai struktur komponen sel. Ada 20 jenis asam
amino pembentuk protein. Bebrapa protein membawa materi genetic yang disebut
deoksiribonuklueat (DNA). Ada 4 jenis nukleotida yang jika bersama-sama akan
membentuk untaian DNA. Sel menggunakan dua proses ntuk mengubah ikode
informasi DNA menjadi protein yakni prose transkripsi dan proses translasi.
Kesalahan sesekali terjadi secara spontan selama replikasi DNA, menyebabkan
perubahan dalam urutan nukleotida. Perubahan, atau mutasi tersebut, juga dapat
timbul dari radiasi yang menyebabkan kerusakan pada rantai nukleotida atau dari
racun kimia seperti mutasi.

3. Tugas Sel
Sebagian besar sifat struktural dan fungsional sel tergantung pada protein. Jadi
supaya sel bekerja dengan baik, banyak protein yang menyusun berbagai bagian
harus dibawa dari tempat protein dibuat ke tempat yang tepat. Beberapa protein
dibuat di ribosom. Protein dikeluarkan dari sel dan sebagian besar dikeluarkan dari
protein membrane. Hal ini membuat ribosom berkerjasama sengan reticulum
endoplasma. Rantai protein dibuat di reticulum endoplasma kemudian dipindah ke
apparatus golgi. Kemudian dimodifikasi sebelum ke tujuan terakhir.
Sel berkomunikasi dengan mengirimkan sinyal yang bisa diterima dan
diterjemahkan oleh sel yang lain. Kemudian sel dengan memiliki protein reseptor
mampu mendeteksi sinyal untuk mentrasnmisikannya ke dalam sel untuk
memberikan respon. Respon paling cepat terhadap sinyal biasanya melibatkan
perubahan tempat atau aktifitas protein sebelumnya. Kemampuan sel untuk
mengirim dan merespon sinyal sangat dibutuhkan untuk perkembangan.

B. Aktivitas Sel
Pada dasarnya, setiap sel hanyalah kompartemen yang di dalamnya bersifat
cair, dan dibatasi dari lingkungan luar oleh membran sel (membran plasma).
Membran plasma berfungsi untuk mencegah keluar masuknya molekul secara bebas.
Membran plasma dan membran seluler lain tersusun oleh dua lapisan molekul
fosfolipid. Molekul bipartite yang memiliki ujung hidrofilik dan ujung hidrofobik.
Ujung hidrofilik mengarah keluar dan ujung hidrofobik mengarah ke bagian dalam
sel.
Beberapa lipid lain seperti kolesterol, dan beberapa jenis protein termasuk
komponen kerangka fosfolipid. Molekul lipid dan beberapa protein dapat
mengambang di bidang membran, memberikan karakter pada cairan membran.
Fluiditas ini memungkinkan sel untuk berubah bentuk dan bahkan bergerak. Namun,
perlekatan beberapa protein membran ke molekul lain di dalam atau di luar sel
membatasi gerakan sel. Seluruh kompartemen sel sebagai pabrik yang didedikasikan
untuk mempertahankan kesejahteraan sel. Banyak aktivitas seluler dilakukan secara
molekuler, beberapa ditempatkan di sitosol dan beberapa di organel sel.

1. Sel Membentuk dan Mendegradasi Banyak Molekul dan Struktur


Sel sebagai penghasil zat kimia terbesar, menghasilakan sebagian besar
molekul komplek dari bahan kimia sederhana. Kegiatan sintesis seluruhnya di dukung
oleh energi kimia yang diekstrak dari gula dan lemak atau sinar matahari, pada sel
tumbuhan, ATP disimpan sebagai seluruh cadangan energi kimia. Pada sel hewan dan
sel tumbuhan, sebagian besar ATP diproduksi oleh mesin molekuler terbesar yaitu
pada kloroplas dan mitokondria. Hal serupa juga terjadi pada sel bakteri, dimana ATP
juga diproduksi oleh kloroplas dan mitokondria yang terletak di membran plasma
(Lodish et al, 2013).
Sel perlu memecah bagian yang sudah rusak menjadi bagian-bagian kecil
untuk di daur ulang. Kegiatan tersebut dilakukan oleh lisosom yang merupakan
organel penghasil enzim pendegradasi. Bagian dalam lisosom memiliki pH 5, 100
kali lebih asam dibandingan dengan daerah sitosol. Keadaan tersebut membantu
proses pemecahan oleh enzim lisosomal, yang dirancang khusus untuk berfungsi pada
situasi asam/pH rendah. Kerja lisosom dibantu oleh organel sel lain yang disebut
dengan peroksisom. Peroksisom berfungsi untuk memecah komponen lipid pada
membran dan detoksifikasi zat kimia (Lodish et al, 2013).
Lysosom, berasal dari bahasa Yunani yang artinya badan pemecah, bentuknya
seperti vesikel, bulat seperti bola, merupakan kantong. Dihasilkan oleh RE kasar dan
badan Golgy, badan Golgy membentuk tunasyang kemudian dilepaskan tunas
tersebut, tuanas tersebut adalah lysosom. Di dalam lisosom berisi enzim-enzim
hidrolitik yang fungsinya mencernak bahan makanan yang masuk ke dalam sel atau
makromolekul, selain itu lysosom juga menghancurkan organella yang rusak.

2. Sel Hewan Menghasilkan Lingkungan Luar dan Perlekatannya


Hewan multiseluler yang paling sederhana adalah sel tunggal yang tertanam
dalam jeli protein dan polisakarida yang disebut matriks ekstraseluler. Sel mampu
menghasilkan dan mengeluarkan bahan-bahan ini, sehingga mampu membentuk
lingkungannya sendiri. Kolagen, protein tunggal paling melimpah di dunia hewan,
adalah komponen utama dari matriks ekstraseluler di sebagian besar jaringan. Pada
hewan, bantal matriks ekstraseluler dan melumasi sel. Matriks khusus, terutama yang
kuat, yaitu lamina basal, membentuk lapisan pendukung yang mendasari lapisan sel
berbentuk lembaran dan membantu mencegah sel terkoyak (Lodish et al, 2013).
Sel-sel dalam jaringan hewan "direkatkan" bersama oleh molekul celladhesion
(CAMs) yang tertanam dalam membran permukaannya. Beberapa CAM mengikat
satu sama lain; jenis lain mengikat sel ke matriks ekstraseluler, membentuk unit
kohesif. Sel tumbuhan tingkat tinggi mengandung molekul yang relatif sedikit; alih-
alih, sel-sel tumbuhan secara kaku diikat menjadi satu dengan cara saling mengunci
dari dinding sel-sel tetangga. Sitosol pada sel hewan atau tumbuhan yang berdekatan
sering dihubungkan oleh "jembatan" yang secara fungsional serupa tetapi berbeda
secara struktural yang disebut gap junction pada hewan dan plasmodesmata pada
tanaman. Struktur ini memungkinkan sel untuk bertukar molekul kecil termasuk
nutrisi dan sinyal, memfasilitasi fungsi sel yang terkoordinasi dalam jaringan.

3. Perubahan Bentuk dan Perpindahan Sel


Meskipun pada umumnya bentuk sel bulat ternyata bentuk asli sel lebih rumit
daripada yang sering digambarkan. Bentuk yang rumit tersebut dipengaruhi oleh
kerangka sel atau disebut dengan sitoskeleton. Sitoskeleton mencegah membran
plasma sel-sel hewan agar tidak lembek. Selain itu sitoskeleton berfungsi dalam
penggerak sel dan pengangkutan vesikel, kromosom, dan makromolekul intraseluler.
Sitoskeleton dapat dihubungkan melalui permukaan sel ke matriks ekstraseluler atau
ke sitoskeleton sel lain, sehingga membantu membentuk jaringan.Semua filamen
sitoskeletal adalah polimer panjang subunit protein. Sistem rumit mengatur perakitan
dan pembongkaran sitoskeleton, sehingga mengontrol bentuk sel. Dalam beberapa sel
sitoskeleton relatif stabil, tetapi pada yang lain mengalami perubahan bentuk secara
terus menerus (Lodish et al, 2013).
Penyusutan sitoskeleton di beberapa bagian sel dan pertumbuhannya di bagian
lain dapat menghasilkan perubahan bentuk yang terkoordinasi yang menghasilkan
penggerak sel. Misalnya, sel dapat mengirimkan ekstensi yang menempel ke
permukaan atau ke sel lain dan kemudian menarik kembali tubuh sel dari ujung
lainnya. Karena proses ini berlanjut karena perubahan terkoordinasi dalam
sitoskeleton, sel bergerak maju. Sel bisa bergerak dengan kecepatan 20 m / detik.
Penggerak sel digunakan selama perkembangan embrio hewan multiseluler untuk
membentuk jaringan dan selama masa dewasa untuk mempertahankan diri melawan
infeksi, mengangkut nutrisi, dan menyembuhkan luka. Proses ini tidak memainkan
peran dalam pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan multiseluler karena sel-sel
tumbuhan baru dihasilkan oleh pembelahan sel yang ada dan berbagi dinding sel.
Akibatnya, perkembangan tanaman melibatkan pembesaran sel tetapi tidak
pergerakan sel dari satu posisi ke posisi lain (Lodish et al, 2013).

4. Kemampuan Sel dalam Menerima dan Mengirimkan Informasi


Sel hidup terus-menerus memonitor lingkungannya dan menyesuaikan
aktivitas dan komposisinya sendiri. Sel juga berkomunikasi dengan sengaja
mengirimkan sinyal yang dapat diterima dan ditafsirkan oleh sel lain. Sinyal-sinyal
semacam itu umum tidak hanya di dalam organisme individual, tetapi juga di antara
organisme. Sel memiliki banyak protein reseptor untuk mendeteksi sinyal dan
menguraikan jalur untuk mentransmisikannya di dalam sel untuk membangkitkan
respons. Kapan saja, sel mungkin hanya dapat merasakan beberapa sinyal di
sekitarnya, dan bagaimana sel merespons sinyal dapat berubah seiring waktu. Dalam
beberapa kasus, ketika sel menerima satu sinyal akan membuat sel merespon sinyal
yang berbeda berikutnya dengan cara tertentu (Lodish et al, 2013).
Perubahan di lingkungan (misal, Kenaikan atau penurunan nutrisi tertentu
atau tingkat cahaya) dan sinyal yang diterima dari sel lain mewakili informasi
eksternal yang harus diproses sel. Respons paling cepat terhadap sinyal-sinyal
semacam itu umumnya melibatkan perubahan lokasi atau aktivitas protein yang sudah
ada sebelumnya (Lodish et al, 2013).
Kemampuan sel untuk mengirim dan merespons sinyal sangat penting untuk
perkembangan. Banyak sinyal perkembangan penting adalah protein yang
dikeluarkan oleh sel-sel tertentu pada waktu dan tempat tertentu dalam organisme
yang sedang berkembang. Seringkali sel penerima mengintegrasikan banyak sinyal
dalam memutuskan bagaimana berperilaku, misalnya, untuk berdiferensiasi menjadi
jenis jaringan tertentu, untuk memperpanjang proses, untuk mati, untuk mengirim
kembali sinyal konfirmasi, atau untuk migrasi (Lodish et al, 2013).
Fungsi sekitar separuh protein pada manusia, cacing gelang, ragi, dan
beberapa organisme eukariotik lainnya telah diprediksi berdasarkan analisis sekuens
genomik (Bab 9). Analisis tersebut telah mengungkapkan bahwa setidaknya 10–15
persen protein dalam fungsi eukariota berfungsi sebagai sinyal ekstraseluler yang
disekresikan, reseptor sinyal, atau protein transduksi sinyal intraseluler, yang
meneruskan sinyal melalui serangkaian langkah yang berujung pada respons seluler
tertentu (misalnya, peningkatan sintesis glikogen). Jelas, pensinyalan dan transduksi
sinyal adalah aktivitas utama sel (Lodish et al, 2013).

5. Sel Mengatur Ekspresi Gen mereka untuk Memenuhi Kebutuhan yang


Berubah
Selain memodulasi aktivitas protein yang ada, sel sering merespons keadaan
yang berubah dan sinyal dari sel lain dengan mengubah jumlah atau jenis protein
yang dikandungnya. Ekspresi gen, keseluruhan proses membaca selektif dan
menggunakan informasi genetik, umumnya dikendalikan pada tingkat transkripsi,
langkah pertama dalam produksi protein. Dengan cara ini sel dapat menghasilkan
mRNA tertentu hanya ketika protein yang dikodekan dibutuhkan, sehingga
meminimalkan energi yang terbuang. Memproduksi mRNA, bagaimanapun, hanya
yang pertama dalam rangkaian peristiwa yang diatur yang bersama-sama menentukan
apakah suatu produk protein aktif dihasilkan dari gen tertentu (Lodish et al, 2013).
Kontrol transkripsi ekspresi gen pertama kali secara tegas ditunjukkan dalam
respon bakteri E. coli usus terhadap berbagai sumber gula. Sel E.coli lebih suka
glukosa sebagai sumber gula, tetapi mereka dapat bertahan hidup dengan laktosa
dalam keadaan darurat. Bakteri ini menggunakan protein penekan pengikat DNA dan
protein pengaktif pengikatan DNA untuk mengubah laju transkripsi tiga gen yang
diperlukan untuk memetabolisme laktosa tergantung pada jumlah relatif glukosa dan
laktosa yang ada (Bab 4). Kontrol ganda positif / negatif dari ekspresi gen tersebut
menyempurnakan peralatan enzimatik sel bakteri untuk pekerjaan yang dihadapi
(Lodish et al, 2013).
Kontrol aktivitas gen dalam sel eukariotik biasanya melibatkan keseimbangan
antara tindakan aktivator transkripsi dan represor. Pengikatan aktivator dengan
sekuens pengatur DNA spesifik yang disebut enhancer mengaktifkan transkripsi, dan
pengikatan represor ke sekuens regulator lainnya yang disebut peredam mematikan
transkripsi (Lodish et al, 2013).
Banyak sinyal eksternal memodifikasi aktivitas aktivator dan represi
transkripsional yang mengontrol gen tertentu. Misalnya, hormon steroid yang larut
dalam lemak, seperti estrogen dan testosteron, dapat berdifusi melintasi membran
plasma dan berikatan dengan reseptor spesifiknya yang terletak di sitoplasma atau
nucleus. Pengikatan hormon mengubah bentuk reseptor sehingga dapat mengikat
urutan penambah spesifik dalam DNA, sehingga mengubah reseptor menjadi
aktivator transkripsi. Dengan jalur transduksi sinyal yang agak sederhana ini, hormon
steroid menyebabkan sel mengubah gen mana yang mereka transkripsi. Karena
hormon steroid dapat bersirkulasi dalam aliran darah, mereka dapat memengaruhi
sifat-sifat banyak atau semua sel dengan cara yang terkoordinasi sementara.
Pengikatan banyak hormon lain dan faktor pertumbuhan terhadap reseptor pada
permukaan sel memicu jalur transduksi sinyal yang berbeda yang juga menyebabkan
perubahan transkripsi gen tertentu. Meskipun jalur ini melibatkan banyak komponen
dan lebih rumit daripada yang mentransduksi sinyal hormon steroid, gagasan
umumnya sama (Lodish et al, 2013).
6. Pertumbuhan dan Pembelahan Sel
Jenis reproduksi paling sederhana mensyaratkan pembelahan sel "induk"
menjadi dua sel "anak". Ini terjadi sebagai bagian dari siklus sel, serangkaian
peristiwa yang mempersiapkan sel untuk membelah diikuti oleh proses pembelahan
yang sebenarnya, yang disebut mitosis. Siklus sel eukariotik umumnya
direpresentasikan sebagai empat tahap. Kromosom dan DNA yang mereka bawa
disalin selama fase S (sintesis). Kromosom yang direplikasi terpisah selama fase M
(mitosis), dengan setiap sel anak mendapatkan salinan setiap kromosom selama
pembelahan sel. Fase M dan S dipisahkan oleh dua tahap gap, fase G1 dan fase G2, di
mana mRNA dan protein dibuat. Pada organisme bersel tunggal, kedua sel anak
sering (meskipun tidak selalu) menyerupai sel induk. Pada organisme multiseluler, sel
punca dapat memunculkan dua sel yang berbeda, satu yang menyerupai sel induk dan
yang lainnya tidak. Pembelahan sel asimetris seperti itu sangat penting untuk
menghasilkan berbagai jenis sel dalam tubuh (Lodish et al, 2013).
Selama pertumbuhan, siklus sel beroperasi terus-menerus, dengan sel-sel anak
yang baru terbentuk segera memulai jalur mitosis mereka sendiri. Dalam kondisi
optimal bakteri dapat membelah diri untuk membentuk dua sel anak sekali setiap 30
menit. Pada tingkat ini, dalam satu jam satu sel menjadi empat; dalam sehari satu sel
menjadi lebih dari 1014, yang jika dikeringkan akan berbobot sekitar 25 gram.
Namun, dalam keadaan normal, pertumbuhan tidak dapat berlanjut pada tingkat ini
karena pasokan makanan menjadi terbatas (Lodish et al, 2013).
Kebanyakan sel eukariotik membutuhkan waktu lebih lama dari sel bakteri
untuk tumbuh dan membelah. Selain itu, siklus sel pada tumbuhan dan hewan dewasa
biasanya sangat diatur. Kontrol ketat ini mencegah pertumbuhan jaringan yang tidak
seimbang dan berlebihan sambil memastikan bahwa sel yang aus atau rusak diganti
dan sel-sel tambahan dibentuk sebagai respons terhadap keadaan baru atau kebutuhan
perkembangan. Sebagai contoh, proliferasi sel darah merah meningkat secara
substansial ketika seseorang naik ke ketinggian yang lebih tinggi dan membutuhkan
lebih banyak kapasitas untuk menangkap oksigen. Beberapa sel yang sangat khusus
pada hewan dewasa, seperti sel saraf dan sel otot lurik, jarang membelah, jika sama
sekali. Kerusakan mendasar pada kanker adalah hilangnya kemampuan untuk
mengontrol pertumbuhan dan pembelahan sel. Dalam Bab 23, kami memeriksa
peristiwa molekuler dan seluler yang mengarah pada proliferasi sel yang tidak tepat
dan tidak terkontrol (Lodish et al, 2013).
Mitosis adalah proses aseksual karena sel anak membawa informasi genetik
yang sama persis dengan sel orangtua. Dalam reproduksi seksual, fusi dua sel
menghasilkan sel ketiga yang berisi informasi genetik dari setiap sel induk. Karena
fusi semacam itu akan menyebabkan jumlah kromosom yang semakin meningkat,
siklus reproduksi seksual menggunakan jenis pembelahan sel khusus, yang disebut
meiosis, yang mengurangi jumlah kromosom dalam persiapan untuk fusi. Sel dengan
set kromosom lengkap disebut sel diploid. Selama meiosis, sel diploid mereplikasi
kromosomnya seperti biasa untuk mitosis tetapi kemudian membelah dua kali tanpa
menyalin kromosom di antaranya. Masing-masing dari empat sel anak yang
dihasilkan, yang hanya memiliki setengah jumlah kromosom penuh, dikatakan
haploid (Lodish et al, 2013)
Reproduksi seksual terjadi pada hewan dan tumbuhan, dan bahkan pada
organisme bersel tunggal seperti ragi. Hewan menghabiskan banyak waktu dan energi
menghasilkan telur dan sperma, sel-sel haploid, yang disebut gamet, yang digunakan
untuk reproduksi seksual. Seorang wanita akan menghasilkan sekitar setengah juta
telur dalam seumur hidup, semua sel ini terbentuk sebelum dia dilahirkan; seorang
pria muda, sekitar 100 juta sperma setiap hari. Gamet terbentuk dari sel prekursor
kuman diploid, yang pada manusia mengandung 46 kromosom. Pada manusia
kromosom X dan Y disebut kromosom seks karena menentukan apakah seseorang
adalah pria atau wanita. Dalam sel diploid manusia, 44 kromosom yang tersisa, yang
disebut autosom, muncul sebagai pasangan dari 22 jenis yang berbeda. Melalui
meiosis, seorang pria menghasilkan sperma yang memiliki 22 kromosom plus X atau
Y, dan seorang wanita menghasilkan ova (telur yang tidak dibuahi) dengan 22
kromosom plus X. Penggabungan telur dan sperma (pembuahan) menghasilkan telur
yang telah dibuahi. zygote, dengan 46 kromosom, satu pasang masing-masing dari 22
jenis dan sepasang X pada wanita atau X dan Y pada pria. Kesalahan selama meiosis
dapat menyebabkan gangguan akibat jumlah kromosom yang abnormal. Ini termasuk
sindrom Down, yang disebabkan oleh kromosom ekstra 21, dan sindrom Klinefelter,
yang disebabkan oleh kromosom X ekstra (Lodish et al, 2013).

7. Kematian Sel akibat Serangan yang Memburuk atau Program Internal


Ketika sel-sel dalam organisme multiseluler rusak parah atau terinfeksi virus,
mereka mati. Kematian sel yang diakibatkan oleh peristiwa traumatis seperti itu
berantakan dan seringkali melepaskan sejumlah sel yang berpotensi toksik yang dapat
merusak sel-sel di sekitarnya. Sel juga dapat mati ketika mereka gagal menerima
sinyal yang mempertahankan hidup atau ketika mereka menerima sinyal kematian.
Dalam jenis kematian sel terprogram ini, yang disebut apoptosis, sel yang sekarat
sebenarnya menghasilkan protein yang diperlukan untuk penghancuran diri.
Kematian karena apoptosis menghindari pelepasan sejumlah sel yang berpotensi
toksik (Lodish et al, 2013).
Kematian sel yang terprogram sangat penting untuk perkembangan dan fungsi
tubuh kita yang baik. Selama kehidupan janin, misalnya, tangan kita awalnya
berkembang dengan "anyaman" di antara jari-jari; sel-sel di anyaman kemudian mati
dalam pola teratur dan tepat yang membuat jari dan ibu jari bebas untuk bermain
piano. Sel-sel saraf di otak segera mati jika mereka tidak membuat koneksi listrik
yang tepat atau berguna dengan sel-sel lain. Beberapa limfosit yang berkembang, sel
sistem kekebalan tubuh yang dimaksudkan untuk mengenali protein dan polisakarida
asing, memiliki kemampuan untuk bereaksi terhadap jaringan kita sendiri. Limfosit
self-reactive seperti itu diprogram untuk mati sebelum mereka benar-benar matang.
Jika sel-sel ini tidak disingkirkan sebelum mencapai kematangan, mereka dapat
menyebabkan penyakit autoimun di mana sistem kekebalan tubuh kita
menghancurkan jaringan yang seharusnya dilindungi (Lodish et al, 2013).

Böhmer, Daniel, et al. 4. Introduction To Medical. 2010.


Bolsover, Stephen R., et al. CELL BIOLOGY A Short Course. 2004.
Lodish. Berk. Matsudaira. Kaiser. “Molecular Cell Biology.” Journal of Chemical
Information and Modeling, Fifth, vol. 53, no. 9, 2013,
doi:10.1017/CBO9781107415324.004
Nurhayati, Betty & Darmawati, Sri. 2017. Biologi Sel dan Molekuler. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai