Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah seseorang terkena botulisme, yaitu:
Jika ingin mengonsumsi makanan kalengan, masaklah makanan tersebut dengan cara
memasak pada suhu di atas 100 derajat Celsius, selama 20-100 menit, tergantung kepada
jenis makanannya.
Hindari mengonsumi makanan dengan kemasan yang sudah rusak, makanan diawetkan
yang sudah berbau, makanan yang disimpan pada suhu yang tidak sesuai, serta makanan
kedaluwarsa.
Jangan berikan madu pada bayi di bawah usia 1 tahun, meskipun dalam jumlah sedikit.
Hal ini karena madu diketahui mengandung spora bakteri C. botulinum.
Jangan menggunakan NAPZA, terutama heroin, baik dengan cara dihirup maupun
disuntik. Perlu diketahui, penggunaan jarum suntik yang steril tidak dapat mencegah
botulisme. Hal ini karena kontaminasi bakteri penyebab botulisme bukan pada jarum
suntiknya, namun pada heroin itu sendiri.
1. Kondisi Kaleng
Makanan kaleng yang sudah mulai mengalami kerusakan atau kebusukan dapat dilihat dari
kondisi kaleng yang sudah mengalami penggembungan. Namun, ada juga yang tidak terdekteksi
dari luar, karena kedua ujung kaleng datar. Kerusakan produk makanan kaleng yang perlu
diwaspadai, dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Flat Sour, permukaan kaleng tetap datar tapi produknya sudah bau asam yang menusuk. Ini
disebabkan aktivitas spora bakteri tahan panas yang tidak terhancurkan selama proses sterilisasi.
Flipper, permukaan kaleng kelihatan datar, namun bila salah satu ujung kaleng ditekan, ujung
lainnya akan cembung.
Springer, salah satu ujung kaleng sudah cembung secara permanen, sedang ujung yang lain
sudah cembung. Jika ditekan akan cembung ke arah berlawanan.
Soft Swell, kedua ujung kaleng sudah cembung, namun belum begitu keras sehingga masih bisa
ditekan sedikit ke dalam.
Hard Swell, kedua ujung permukaan kaleng cembung dan begitu keras sehingga tidak bisa
ditekan ke dalam oleh ibu jari.
2. Tempat yang tidak ada udara (anaerobik)