Anda di halaman 1dari 27

4 Macam Struktur Amina

22 Apr,2015 tatangsmaLeave a comment


Gugus fungsional amina mengandung atom nitrogen dengan pasangan
elektron. Dengan demikian, kelompok ini turunan dari amonia, di mana satu
atau lebih atom hidrogen telah digantikan oleh substituen yang mengandung
karbon. Senyawa dengan kelompok nitrogen melekat pada karbonil dalam
struktur yang disebut sebagai amida, dan mereka memiliki struktur R-CO-
NR’R “. Kelompok Amina terikat pada aromatik (siklik terkonjugasi) struktur
yang dikenal sebagai amina aromatik. Struktur aromatik efektif menurunkan
alkalinitas amina, sementara kehadiran gugus amina secara signifikan
mengurangi reaktivitas cincin karena elektron efek menyumbangkan. Awalan
“amino” atau akhiran “-amina” digunakan ketika penamaan amina majemuk.
Suatu senyawa organik dengan beberapa kelompok amino disebut diamina,
triamin, tetramina, dll

Struktur amina
Amina umumnya disusun dalam kategori berdasarkan lingkungan ikatan
mereka yaitu:

 Amina primer adalah amina yang memiliki satu atom hidrogen mereka tiga
digantikan oleh alkil atau substituen aromatik .
 Amina sekunder adalah amina yang memiliki dua substituen dan satu
hidrogen terikat pada nitrogen.
 Amina tersier adalah amina yang hidrogen telah sepenuhnya digantikan
oleh substituen organik.
 Amina siklik adalah amina yang nitrogen telah dimasukkan ke dalam
struktur cincin, efektif sehingga baik amina sekunder atau tersier.
Amina siklik
Struktur umum amina mengandung atom nitrogen, sebuah pasangan
elektron, dan tiga substituen. Namun, adalah mungkin untuk memiliki empat
substituen organik pada nitrogen, menjadikannya sebagai kation amonium
dengan pusat nitrogen dikenakan.

https://tatangsma.com/2015/04/4-macam-struktur-amina.html

ata Nama, Sifat, Cara Membuat Struktur Amina Dan


Amida

Amina terbagi menjadi tiga golongan, yaitu :

a. Amina Primer

Amina primer memiliki gugus –RNH2. Amina primer dapat dibentuk dari reaksi asam basa
reversible (dapat balik) antara garam etilamonium bromida dengan amonia berlebih. Amonia
akan mengambil satu atom hidrogen dari ion etilamonium, sehingga terbentuk amina primer,
yaitu etilamina.

Selain itu, amina primer juga dapat dibentuk dari gugus nitro yang direduksi.
b. Amina Sekunder

Amina sekunder memiliki gugus –R2NH. Amina sekunder dapat dibentuk dari reaksi asam basa
reversible antara dietilamonium bromida dengan amonia berlebih. Amonia akan mengambil satu
atom hidrogen dari ion dietilamonium, sehingga terbentuk amina sekunder, yaitu dietilamina.

c. Amina Tersier

Amina tersier memiliki gugus –R3N. Amina tersier dapat dibentuk dari reaksi asam basa
reversible antara trietilamonium bromida dengan amonia berlebih. Amonia akan mengambil
satu atom hidrogen dari ion trietilamonium, sehingga terbentuk amina tersier, yaitu trietilamina.

Sifat-Sifat Amina

- Amina primer memiliki bau seperti amonia (NH3), sedangkan amina sekunder dan amina
tersier memiliki bau amis.

- Pada suhu kamar, amina berbobot molekul rendah dan berupa gas atau cairan. Amina
berbobot molekul rendah dapat larut dalam air dan mudah menguap. Amina primer lebih mudah
menguap daripada amina sekunder dan amina primer.

- Jika jumlah atom karbon kurang dari enam, amina akan mudah larut dalam air. Jadi, semakin
pendek rantai karbonnya, maka amina akan semakin mudah larut dalam air. Dengan kata lain,
amina berantai pendek bersifat lebih polar.
- Amina yang tidak larut dalam air akan lebih mudah larut dalam asam karena terjadinya
pembentukan garam yang mudah larut dalam air.

- Semakin panjang rantai karbonnya, maka titik didih dan titik leleh amina semakin meningkat.

- Amina bersifat basa lemah dalam larutan air.

- Amina merupakan zat yang tidak berwarna.

- Amina cenderung menerima satu proton (H+) dari air dalam reaksi asam basa reversible. Jika
amina mengikat proton, maka akan membentuk garam amonium.

- Amina yang memiliki asam konjugat lebih lemah dan derajat keasaman yang lebih rendah,
maka sifat basanya lebih kuat.

- Jika amina mengikat empat gugus alkil atau aril, maka akan membentuk garam amonium
kuartener.

Tata Nama Amina

- Untuk gugus NH2 mendapat nama amino. Jika gugus NH2 lebih dari satu, maka diberi imbuhan
di-, tri- dan seterusnya.

Penamaannya dengan menulis angka untuk posisi gugus NH2 terlebih dahulu, lalu diikuti nama
amino ditulis dan diakhiri dengan nama gugus lain.
Contoh :

Keterangan Gambar :

Gambar 1 : 1,3-diaminopropana

Gambar 2 : 1,5-diaminopentana

Gambar 3 : 2,4,6-triaminofenol

- Jika terdapat gugus –OH, maka nama gugus alkana diganti dengan akhiran –ol dan gugus -
NH2disebut amino. Nama gugus –OH disebut lebih dulu dan diikuti kata amino.

Contoh :

Metanolamino

Etanolamino

- Nama amina primer jenuh diturunkan dari nama alkana yang mana akhiran -a diganti dengan
akhiran -amina. Di depan nama amina primer terdapat angka yang menentukan posisi gugus -
NH2.
Contoh :

Keterangan Gambar :

Gambar 1 : Metanamina

Gambar 2 : 2-propanamina

Gambar 3 : 1-propanamina

Gambar 4 : 3-butanamina

* Nama alkana sesuai dengan jumlah atom karbon (gugus -NH2 tidak dihitung).

* Angka di depan nama amina primer jenuh menunjukkan posisi gugus –NH2.

- Nama amina primer tak jenuh adalah dengan mengganti akhiran -a pada nama alkena
menjadi akhiran -il dan diikuti dengan nama amina.

Contoh :
Keterangan Gambar :

Gambar 1 : 5-heksenilamina

Gambar 2 : 2-propenilamina

Angka di depan nama amina primer tak jenuh menunjukkan posisi ikatan rangkap.

- Jika terdapat substituen pada amina primer jenuh maupun tak jenuh, nama substituen
berserta posisinya diletakkan di depan nama amina primer.

Jika substituen lebih dari satu dan tidak sejenis, maka disusun berdasarkan urutan abjad.

Jika substituen lebih dari satu dan sejenis, maka mendapat imbuhan di-, tri- dan seterusnya.

Contoh :

Keterangan Gambar :
Gambar 1 : 2-etil-3-metil butanamina

Gambar 2 : 2,2-dimetil-5-heksenilamina

- Jika terdapat gugus -NH, maka termasuk amina sekunder. Untuk penamaannya mendapat
awalan N diikuti nama gugus alkil yang terikat pada gugus -NH dan diakhiri dengan nama
alkana+amina.

Contoh :

Keterangan Gambar :

Gambar 1 : N-metilpropanamina

Gambar 2 : N-propilbutanamina

Gambar 3 : N-propil-2-butanamina

Gambar 4 : N-metil-2-butanamina

Angka dua di depan nama alkana+amina merupakan posisi gugus –NH.

- Jika terdapat substituen yang tidak terikat pada gugus –NH, maka nama substituen ditulis
lebih dulu.
Tetapi, jika substituen terikat pada gugus –NH dan substituen tersebut sejenis dengan gugus
alkil yang terikat pada gugus –NH, maka penulisnya diawali dengan N,posisi substituen.

Contoh :

Keterangan Gambar :

Gambar 1 : 3-metil-N-propil butanamina

Gambar 2 : N,4-dimetil-2-pentanamina

Gambar 3 : N-3-dietil-2-pentanamina

Gambar 4 : N-5-dimetil-2-heksanamina

- Jika hanya terdapat gugus –N, maka termasuk amina tersier. Penamaannya diawali dengan
N,N diikuti nama kedua gugus alkil yang terikat pada gugus –N.

Jika kedua gugus alkil berbeda jenis, maka penamaannya berdasarkan urutan abjad.
Jika kedua gugus alkil sejenis, maka nama gugus alkil mendapat imbuhan di-, tri- dan
seterusnya.

Contoh :

Keterangan Gambar :

Gambar 1 : N-(2-kloroetil)-N-etil-butanamina

Gambar 2 : N-etil-N-metil-propanamina

Gambar 3 : N,N-dietil-butanamina

Gambar 4 : N,N-dietil-2-propanamina

Gambar 5 : N-N-dimetil-3-heksanamina

- Jika terdapat substituen, maka substituen ditulis lebih dulu.

Contoh :
3-kloro-N,N-dimetil-propanamina

Cara Membuat Struktur Amina

Amina Primer

- Perhatikan nama alkananya terlebih dahulu untuk mengetahui jumlah atom karbon pada rantai
induk.

- Perhatikan angka di depan nama alkana + amina. Jika tidak ada berarti gugus –NH2 terletak
pada posisi 1. Tarik garis dari atom karbon yang menunjukkan posisi gugus –NH2.

- Perhatikan angka di depan nama substituen yang menunjukkan atom karbon yang mengikat
substituen tersebut dan tarik garis dari atom karbon tersebut.

Amina Sekunder

- Perhatikan nama alkananya terlebih dahulu untuk mengetahui jumlah atom karbon pada rantai
induk.

- Perhatikan angka di depan nama rantai induk. Jika tidak ada berarti gugus –NH terletak pada
posisi 1. Tarik garis dari atom karbon yang menunjukkan posisi gugus –NH.

- Perhatikan nama gugus alkil setelah huruf N. Jika metil, maka hanya tarik garis lurus dari
gugus –NH dengan arah yang berlawanan dengan rantai induk.

- Untuk substituen, perhatikan angka setelah huruf N atau angka terdepan pada nama
senyawa. Jika terdapat angka setelah huruf N, maka struktur substituen sejenis dengan struktur
gugus alkil yang terikat pada gugus –NH.
Amina Tersier

- Perhatikan nama alkananya terlebih dahulu untuk mengetahui jumlah atom karbon pada rantai
induk.

- Perhatikan angka di depan nama alkana+amina. Jika tidak ada berarti gugus -N terletak pada
posisi 1.

- Perhatikan nama gugus alkil setelah huruf N pertama dan kedua. Buat dua buah struktur
gugus alkil dengan menarik garis dari atom N dengan arah yang berbeda walaupun gugus alkil
sejenis.

- Jika terdapat nama substituen (di depan huruf N), perhatikan angka di depan nama substituen
yang menunjukkan posisi atom karbon yang terikat dengan substituen tersebut. Tarik garis dari
atom karbon tersebut.

Amida memiliki gugus karbonil (C=O) yang berikatan dengan gugus –NH2. Amida merupakan
senyawa turunan dari asam karboksilat yang mana gugus –OH pada asam karboksilat diganti
dengan gugus –NH2.

Amida dapat dibentuk dari dehidrasi garam amonium melalui proses pemanasan atau distilasi.
Sebaliknya, amida primer yang dipanaskan dalam larutan asam akan membentuk asam
karboksilat dan garam amonium.

Selain itu, amida juga dapat dibentuk dari pemanasan asam dengan urea pada suhu 120 oC
dan reaksi hidrolisis dari senyawa nitril.

Berbagai reaksi suatu senyawa dengan amonia juga dapat menghasilkan Amida, seperti reaksi
anhidrida asam dengan amonia, reaksi ester dengan amonia dan reaksi asam klorida dengan
amonia.

Hidrolisis basa pada amida primer akan menghasilkan garam karboksilat dan amonia. Hidrolisis
basa pada amida sekunder akan menghasilkan garam karboksilat dengan amina.

Amida primer memiliki gugus -RCONH2.

Amida sekunder memiliki gugus -R2CONH.

Amida tersier memiliki gugus -R3CON.

Di mana R merupakan atom halogen, gugus alkil atau gugus aril.

Sifat-Sifat Amida

- Sangat polar.

- Mudah larut dalam air karena mudah membentuk ikatan hidrogen dengan air. Semakin
pendek rantai karbon, maka semakin mudah larut dalam air.

Tetapi, kurang larut jika dibandingkan dengan amina dan asam karboksilat karena amida
mudah menerima maupun menyumbangkan atom hidrogen.

- Metanamida berwujud cair pada suhu kamar.

- Etanamida berwujud kristal, tidak berwarna, berbau seperti tikus dan mudah menyerap uap
air, sehingga kristal etanamida sering terlihat basah.
- Amida yang memiliki gugus N-H memiliki titik didih dan titik leleh lebih tinggi daripada amida
yang memiliki gugus NR. Titik didih dan titik leleh amida lebih tinggi daripada ukuran
molekulnya karena adanya ikatan hidrogen antar molekul.

- Amida memiliki gugus asil. Adanya gugus asil menyebabkan amida mudah mengalami
substitusi nukleofilik.

- Amida bersifat reaktif karena adanya gugus karbonil.

Tata Nama Amida

- Nama amida primer berasal dari nama IUPAC dari Asam karboksilat yang mana akhiran -oat
diganti dengan -amida, kecuali Asam asetat yang dapat langsung diberi akhiran amida menjadi
asetamida.

Contoh :

Metanamida

Etanamida

- Untuk penomoran, gugus -CONH2 mendapat nomor satu.

- Jika terdapat substituen pada amida primer, nama substituen ditulis lebih dulu.

Jika substituen lebih dari satu dan tidak sejenis, maka penyusunannya berdasarkan urutan
abjad.

Jika substituen lebih dari satu dan sejenis, maka nama substituen mendapat imbuhan di-, tri-
dan seterusnya.

Contoh :
Keterangan Gambar :

Gambar 1 : 2-etil-3-metil pentanamida

Gambar 2 : 2,2-dimetil heksanamida

Ingat, gugus –CONH2 selalu mendapat nomor 1!.

- Penamaan amida sekunder diawali dengan huruf N dan diikuti dengan nama gugus alkil

Contoh :

Keterangan Gambar :

Gambar 1 : N-metil propanamida


Gambar 2 : N-propil propanamida

- Jika amida sekunder memiliki substituen yang sejenis dengan gugus alkil, maka posisi
substituen ditulis setelah huruf N dan karena substituen sejenis dengan gugus alkil yang terikat
pada gugus -NH, maka dapat diberi imbuhan di-, tri- dan seterusnya.

Contoh :

Nama senyawa dengan bentuk struktur di atas adalah N,3-dimetil heksanamida.

- Jika amida sekunder memiliki substituen yang tidak sejenis dengan gugus alkil yang terikat
pada gugus -NH, maka penamaannya berdasarkan urutan abjad dari nama gugus alkil.

Contoh :

Nama senyawa dengan bentuk struktur di atas adalah N-etil-2-metil-butanamida.

- Penamaan amida tersier diawali dengan dua huruf N. Jika gugus alkil yang terikat pada atom
N tidak sejenis, maka penamaan gugus alkil disusun berdasarkan urutan abjad yang mana
setiap nama gugus alkil diawali huruf N.

Contoh :
Nama senyawa dengan bentuk struktur di atas adalah N-etil-N-propil propanamida.

Tetapi, jika gugus alkil yang terikat pada atom N sejenis, maka nama gugus alkil mendapat
imbuhan di-, tri- dan seterusnya.

Contoh :

Nama senyawa dengan bentuk struktur di atas adalah N,N-dimetil metanamida.

- Jika amida tersier memiliki substituen, maka nama substituen ditulis lebih dulu.

Contoh :

Nama senyawa dengan bentuk struktur di atas adalah 2-etil-N,N-dimetil butanamida.

https://ratukemalalaura.blogspot.com/2018/06/tata-nama-sifat-membuat-struktur-amina-dan-
amida.html
Pengertian, Rumus Umum dan Jenis-jenis Senyawa Amina
Senyawa Amina – Salah satu golongan penting lainnya dari senyawa karbon yang serupa dengan
eter atau alkohol yaitu senyawa amina. Di antara sejumlah golongan senyawa organik yang memiliki
sifat basa, yang terpenting adalah amina. Di samping itu sejumlah amina memiliki keaktifan faali
(fisiologis), misalnya efedrina berkhasiat sebagai peluruh dahak, meskalina yang dapat
mengakibatkan seseorang berhalusinasi, dan amfetamina yang mempunyai efek stimulant.
Kelompok senyawa alkaloid yang berasal dari tumbuhan secara kimia juga merupakan bagian dari
golongan basa organik amina.

Senyawa Amina

Pengertian Senyawa Amina


Senyawa amina adalah turunan amonia yang satu atau lebih atom hidrogennya digantikan oleh gugus alkil.

Perlu dipahami bahwa senyawa amina merupakan senyawa Karbon mengandung Nitrogen.
Gugusan amino mengandung nitrogen terikat, kepada satu sampai tiga atom karbon (tetapi bukan
gugusan karbonil). Apabila salah satu karbon yang terikat pada atom nitrogen adalah karbonil,
senyawanya adalah amida, bukan amina.

Lihat juga: Penurunan Titik Beku Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit.

Rumus Umum Amina


Untuk rumus umum dari senyawa amina yaitu: R–NH2
Namun untuk beberapa jenis amina akan memiliki rumus yang berbeda dengan rumus umum
senyawa amina.
Jenis-jenis Senyawa Amina
Terdapat tiga jenis amina sesuai dengan jumlah atom H yang dapat digantikan oleh gugus alkil,
yaitu amina primer (R–NH2), amina sekunder (R2–NH), dan amina tersier (R3–N).

1. Untuk amina primer (R-NH2) yang merupakan gugus fungsi yang namanya diambil dari
rantai alkana yang mendapatkan imbuhan "-amina" (contoh: CH3NH2 Metil amina). Jika
dibutuhkan, maka posisi berikatan juga diberi imbuhan: CH3CH2CH2NH2 1-propanamina,
CH3CHNH2CH3 2-propanamina. Imbuhan di depan adalah "amino-".
2. Untuk amina sekunder (rumus umum R-NH-R), rantai karbon terpanjang akan terhubung
dengan atom nitrogen dan menjadi nama utama amina tersebut, rantai yang lainnya dinamai
dengan gugus alkil, lokasi gugus yang berikatan dengan gugus fungsi diberi huruf miring N:
CH3NHCH2CH3 disebut dengan N-methiletanamida.
3. Untuk amina tersier (R-NR-R) juga dinamai mirip: CH3CH2N(CH3)CH2CH2CH3 disebut N-etil-
N-metilpropanamida. Juga, nama gugus alkil diurutkan sesuai alfabet.
Tata nama trivial untuk ketiga senyawa tersebut diturunkan dari nama gugus alkilnya. Contoh:

Penataan nama secara sistematis (IUPAC), amina primer diturunkan dari alkana dengan
menambahkan kata –amino. Nomor atom karbon terkecil diberikan kepada atom karbon yang
mengikat gugus –NH2.

Contoh:

Senyawa amina dianggap turunan dari amonia sehingga sifat-sifatnya ada kemiripan dengan
amonia. Amina adalah basa lemah yang dapat mengikat proton (H+) membentuk garam amonium.
Misalnya, trimetilamina bereaksi dengan asam membentuk kation trimetilamonium.
(CH3)3N + H+ →(CH ) NH
3 3
+

Garam dari trimetilamonium lebih larut dalam air daripada amina yang sederajat. Reaksinya dapat
digunakan untuk melarutkan amina lain dalam larutan air. Garam amonium dari senyawa amina
berperan penting dalam obat-obatan yang tergolong daftar G (psikotropika). Misalnya, kokain
dipasarkan berupa garam hidroklorida berbentuk kristal padat berwarna putih. Obat batuk de
tromethorphan hidrobromine dibuat dalam bentuk garam amonium bromida.

Pada panel counter farmasi biasanya disediakan sampel garam amonium dari amina yang
digunakan untuk meyakinkan bahwa obat-obatan tersebut larut dalam air.

Sifat-Sifat Amina
 Amina primer dengan berat molekul rendah berupa gas atau cairan yang mudah menguap.
Pada umumnya mempunyai bau seperti amonia.
 Amina sekunder dan tersier berbau seperti ikan (amis), tetapi penguapannya lebih rendah
daripada amina primer.
 Fenilamina murni berupa minyak tak berwarna, tetapi akibat oksidasi fenilamina sering
ditemukan berwarna kekuningan.
 Fenilamina sedikit larut di dalam air, sedangkan amina primer yang lebih rendah larut dalam
air.
Beberapa sifat fisika amina ditunjukkan pada tabel Titik Didih dan Kelarutan dalam Air Senyawa
Amina berikut:
Demikian penjelasan mengenai Senyawa Amina yang dapat kami bagikan pada ksempatan kali ini,
jadi intinya Amina dapat dianggap sebagai turunan amonia dengan satu atau lebih ikatan N–H
diganti oleh ikatan N–C. Semoga bermanfaat.

http://www.rumuskimia.net/2017/11/senyawa-amina.html

AMINA
Karbon, hidrogen, dan oksigen merupakan toga unsur yang paling lazim terdapat dalam sistem
kehidupan. Nitrogen merupakan unsur ke empat. Amina adalah senyawa organik yang
mengandung atom-atom nitrogen trivalent, yang terikat pada satu atom karbon atau lebih : RNH2,
R2NH atau R3N.

Klasifikasi dan Tata Nama Amina

Amina dapat dikelompokkan sebagai primer, sekunder atau tersier, menurut banyaknya
substituent alkil atau aril yang terikat pada nitrogen.

Suatu nitrogen amina dapat memiliki empat gugus atau atom yang terikat padanya dalam hal
nitrogen itu merupakan bagian dari suatu ion positif. Senyawa-senyawa ion ini terbagi dalam
dua kategori. Jika satu ayau lebih yang terikat ialah H, maka senyawa ini disebut garam amina.
Jika keempat gugus itu alkil atau aril, maka senyawa itu disebut garam ammonium kuartener.

Garam amina :

Garam ammonium kuartener


Amina sederhana biasanya diberi nama berdasarkan sistem gugus-fungsional. Gugus alkil atau
aril disbut terlebih dahulu, kemudian ditambahkan akhiran –amina.

Diamian diberi nama alkane induknya (dengan angka awalan yang sesuia) yang diikuti dengan
akhiran –diamina.

Jika lebih dari satu tipe gugus alkil terikat pada nitrogen gugus alkil terbesar dianggap sebagai
induk. Gugus alkil tambahan dinyatakan dengan awalan N-alkil-.

Jika terdapat kefungsionalan yang dimiliki prioritas tata nama yang lebih tinggi, maka digunakan
awalan amino.

Sifat Fisis Amina


Amina membentuk ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen N-HN lebih lemah daripada ikatan hidrogen
O-HO karena N kurang elektronegarif dibandingkan dengan O dank arena itu ikatan NH kurang
polar. Pengikatan hidrogen yang lemah antara molekul amina menyebabkan titik didihnya berada
antara titik didih senyawa tanpa ikatan hidrogen dan dan senyawa berikatan hidrogen kuat
dengan bobot molekul yang bersamaan.

Amina berbobot molekul rendah larut dalam air karena membentuk ikatan hidrogen dengan air.
Amina tersier maupun amina sekunder dan primer dapat membentuk ikatan hidrogen karena
memiliki pasangan elektron menyendiri yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan hidrogen
dengan air.

Tabel. Sifat Fisis beberapa amina

Nama Struktur Titik Didih oC Kelarutan dalam air

Metilamina CH3NH2 -6.3 ∞

Dimetilamina (CH3)2NH 7.5 ∞

Trimetilamina (CH3)3N 3 ∞

Etilamina CH3CH2NH2 17 ∞

Benzilamina C6H5CH2NH2 185 ∞

Anilina C6H5NH2 184

Pembuatan Amina

Teknik pembuatan amina dapat dibagi kedalam tiga kategori umum.

Substitusi nukleofilik :
Reduksi :

Penataan ulang amida

Kebasaan Amina

Dalam larutan air suatu amina bersifat basa lemah dan menerim sebuah proton dari air dalam
suatu reaksi asam-basa yang reversible. Suatu amina yang merupakan basa yang lebih kuat akan
mempunyai asam konjugat yang jauh lebih lemah dan karenanya pKa yang lebih rendah.

Sifat-sifat struktural yang sama yang mempengaruhi kuat asam relatif dari asam karboksilat dan
fenol juga mempengaruhi kuat basa relatif dari amina

1. Jika amina bebas terstabilkan relatif terhadap kationnya, maka maka amina itu merupakan
basa yang lebih lemah
2. Jika kation itu terstabilkan relatif terhadap amina bebasnya, maka amina itu adalah basa yang
lebih kuat.

Kelarutan amina dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Gugus pelepas elektron, pada nitrogen akan menaikan kebasaan dengan cara menyebarkan
muatan positif dalam kation. Dengan penyebaran muatan positif, kation itu terstabilkan relatif
terhadap amina bebas. Oleh karena itu, kuat basa bertambah dalam deret NH3,CH3NH2, dan
(CH3)2
2. Kation terstabilkan oleh bertambahnya solvasi. Dalam hai ini, pelarut membantu
menyebarkan muatan positif.
3. Hibridisasi atom nitrogen dalam senyawa nitrogen juga mempengaruhi kuat basa. Suatu
molekul dengan suatu nitrogen sp2 kurang basa karena elektron-elektron menyendiri lebih
kuat terikat, dan senyawa nitrogen bebas lebih terstabilkan.
4. Resonansi juga mempengaruhi kuat basa suatu amina. Dimana amian yang memiliki kebasaan
yang tinggi karena dipengaruhi oleh terstabilkannya suatu resonansi.

Reaksi Substitusi Dengan Amina


Penggunaan amina dalam sintesis

Sintesis senyawa yang mengandung nitrogen mendapatkan perhatian khusus dari para ahli kimia
organik yang berkecimpung dalam farmakologi dan ilmu pngetahuan biologis lainnya, karena
banyak biomolekul yang mengandung nirogen. Sebagian besar yang digunakan untuk
mensintesis senyawa nitrogen dari amina telah dibahas dalam buku lain.

Banyak reaksi amina adalah hasil serangan nukleofilik oleh elektron menyendiri dari nitrogen
amina. Reaksi substitusi suatu amina dengan alkil halida adalah suatu contoh dari amina yang
bertindak sebagai suatu nukleofil. Amina dapat juga digunakan sebagai nukleofil dalam reaksi
substitusi asil nukleofilik. Jika derivat asam karboksilat merupakan reagensia karbonilnya, maka
diperoleh amida sebagai produk. Jika reaksi karbonil berupa aldehid atau keton, produknya
dalah imina (dari amina primer, RNH2) atau suatu enamina (dari suatu amina sekunder, R2NH).

-NR3+OH–) merupakan suatu teknik sintetik lain. Eliminasi Hofmann dari amonium kuarter
hidroksida, lebih berguna sebagai suatu alat analitis dari pada suatu alat sintetik, karena
dihasilkan campuran alkena. (juga, suatu reaksi eliminasi alkil halida merupakan jalur yang lebih
mudah menuju alkena di laboratorium). Bahkan spektroskopi nmr telah lebih bayak digunakan
sebgai suatu alat bantu dalam suatu struktur dari pada eliminasi Hofmann. Di pihak
lain,pengubahan suatu arilamina menjadi garam diazonium yang disusul reaksi substitusi, sangat
berguna dalam sitesis organik, dan untuk memeriksa tipe senyawa yang mudah diperoleh dari
garam arildiazonium.
Enantiomer tunggal dari amina kristal lazim dijumpai dalam tumbuhan. Karena kebasaannya,
beberapa amina ini dapat digunakan untuk memisahkan asm-asam karboksilat rasimik. Dua
diantaranya ialah striknina (strychnine) dan brusina (brucine), keduanya dapat diisolasi dari biji
bidara laut (strychnos nux-vomica; kedua senyawa itu merupakanstimulan yang bersifat racun
dalam sistem syaraf pusat). Berikut adalah beberapa senyawa yang dapat diperoleh dari amina:

1. Garam amina
2. Amida
3. Imida
4. Enamina
5. Garam arildiazonium
6. Alkena

https://rismahardiyantibachtiar.wordpress.com/2015/12/26/amina/

Anda mungkin juga menyukai