Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN
Kelenjar getah bening termasuk dalam susunan retikuloendotel, yang tersebar di seluruh
tubuh. Kelenjar inimempunyai fungsi penting berupa barier atau filter terhadap kuman-
kuman/bakteri-bakteri yang termasuk ke dalam badan dan barier pula untuk sel-sel tumor ganas
(kanker). Disamping itu bertugas pula untuk membentuk sel-sel limfosit darah tepi. Limfadenitis
adalah peradangan kelenjar getah bening (kelenjar limfe) regional dari lesi primer akibat adanya
infeksi dari bagian tubuh yang lain.
Streptokokus dan bakteri staphylococcal adalah penyebab paling umum dari limfadenitis,
meskipun virus, protozoa, rickettsiae, jamur, dan basil TB juga dapat menginfeksi kelenjar getah
bening. Streptokokus dan bakteri penyebab adalah pagar staphylococcal limfadenitis Umum,
meskipun virus, protozoa, rickettsiae, jamur, dan TBC juga dapat menginfeksi kelenjar getah
bening.
Penyakit yang melibatkan kelenjar getah bening di seluruh tubuh termasuk
mononucleosis, infeksi sitomegalovirus, toksoplasmosis, dan brucellosis. Gejala awal
limfadenitis adalah pembengkakan kelenjar yang disebabkan oleh penumpukan cairan jaringan
dan peningkatan jumlah sel darah putih akibat respon tubuh terhadap infeksi. Pembesaran
kelenjar terjadi karena adanya hiperplasia limfoid dan terbentuknya tuberkel, kemudian terjadi
granulasi kronis, di kelenjar terjadi nekrosis dan perkejuan. Kelenjar dapat membesar dan
melekat satu dengan yang lainnya serta melekat dengan jaringan sekitarnya, kemudian terjadi
perkejuan selanjutnya terbentuk abses.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI LIMFADENITIS
Limfadenitis adalah peradangan pada satu atau beberapa kelenjar getah bening.
Peradangan tersebut akan menimbulkan hiperplasia kelenjar getah bening hingga terasa
membesar secara klinik. Kemunculan penyakit iniditandai dengan gejala munculnya benjolan
pada saluran getah bening misalnya ketiak, leher dan sebagainya. Kelenjar getah bening yang
terinfeksi akan membesar dan biasanya teraba lunak dan nyeri. Kadang-kadang kulit diatasnya
tampak merah dan teraba hangat.

2.2 ETIOLOGI LIMFADENITIS


Limfadenitis bisa disebabkan oleh infeksi dari berbagai organisme yaitu bakteri,virus,
protozoa, riketsia atau jamur. Streptokokus dan bakteri staphylococcal adalah penyebab paling
umum dari limfadenitis, meskipun virus, protozoa, rickettsiae, jamur, dan basil TB juga dapat
menginfeksi kelenjar getah bening. Ciri khasnya, infeksi tersebut menyebar menuju kelenjar
getah bening dari infeksi kulit, telinga, hidung, atau mata atau dari beberapa infeksi seperti
infectious mononucleosis, infeksi cytomegalovirus, infeksi streptococcal, tuberculosis, atau
sifilis. Infeksi tersebut bisa mempengaruhi kelenjar getah bening atau hanya pada salah satu
daerah pada tubuh.

2.3 EPIDEMIOLOGI LIMFADENITIS


Dari studi di belanda terdapat 2.556 kasus limfadenitis, 10% dirujuk kepada subspesialis,
3.2% membutuhkan biopsy dan 1.1% mwngalami keganasan. Studi kedokteran keluarga di
Amerika Serikat tiga dari 238 pasien limfadenitis yang mengalami komplikasi yang berat.
Penderita limfadenitis di RSUP H.Adam Malik Sumatera Utara pada tahun 2011 dengan
rentang 20 – 50 tahun, yaitu 74 dengan jenis kelamin terbanyak adalah wanita. Dari hasil
penelitian ini juga diperoleh bahwa sebagian besar limfadenitis ada mengalami gejala sistemik.
Berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan 13 orang memiliki pembesaran kelenjar berdiameter
≥ 2cm, 12 orang memiliki pembesaran kelenjar yang multiple, 17 orang memiliki pembesaran
kelenjar dengan konsistensi kenyal, 16 orang memiliki pembesaran kelenjar tanpa disertai
adanya ulkus, dan 12 orang memiliki pembesaran kelenjar tanpa disertai adanya nyeri.
2.4 PATOFISIOLOGI LIMFADENITIS

Gambar 1: Patofisiologi Limfadenitis


Kelenjar getah bening (KGB) adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh. Tubuh kita memiliki kurang lebih sekitar
600 kelenjar getah bening, namun hanya di daerah sub mandibular, ketiak atau lipat paha yang teraba normal pada orang sehat.
Terbungkus kapsul fibrosa yang berisi kumpulan sel-sel pembentuk pertahanan tubuh dan merupakan tempat penyaringan antigen
(protein asing) dari pembuluh-pembuluh getah bening yang melewatinya. Pembuluh-pembuluh limfe akan mengalir ke kelenjar
getah bening sehingga dari lokasi kelenjar getah bening akan diketahui aliran pembuluh limfe yang melewatinya. Oleh karena
dilewati oleh aliran pembuluh getah bening yang dapat membawa antigen dan memiliki sel pertahanan tubuh maka apabila ada
antigen yang menginfeksi maka kelenjar getah bening dapat menghasilkan sel-sel pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk
mengatasi antigen tersebut sehingga kelenjar getah bening membesar.
Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel-sel pertahanan tubuh yang berasal dari kelenjar
getah bening itu sendiri seperti limfosit, sel plasma, monosit dan histiosit atau karena datangnya sel-sel peradangan (neutrofil)
untuk mengatasi infeksi di kelenjar getah bening (limfadenitis), infiltrasi sel-sel ganas atau timbunan dari penyakit metabolite
macrophage (gaucher disease). Dengan mengetahui lokasi pembesaran kelenjar getah bening maka kita dapat mengarahkan
kepada lokasi kemungkinan terjadinya infeksi atau penyebab pembesaran kelenjar getah bening. Benjolan, bisa berupa tumor
baik jinak atau ganas, bisa juga berupa pembesaran kelenjar getah bening. Kelenjar ini ada banyak sekali di tubuh kita, antara lain
di ujudaerah leher, ketiak, dalam rongga dada dan perut, di sepanjang tulang belakang kiri dan kanan sampai mata kaki. Kelenjar
getah bening berfungsi sebagai penyaring bila ada infeksi lokal yang disebabkan bakteri atau virus. Jadi, fungsinya justru sebagai
benteng pertahanan tubuh.
Jika tidak terjadi infeksi, kemungkinan adalah tumor. Apalagi bila pembesaran kelenjar didaerah-daerah tersebut di
atas, pertumbuhannya cepat dan mudah membesar. Bila sudah sebesar biji nangka, misalnya, bila ditekan tidak sakit, maka perlu
diwaspadai. Jalan terbaik, adalah dilakukan biopsy di kelenjar tersebut. Diperiksa jenis sel-nya untuk memastikan apakah sekedar
infeksi atau keganasan. Jika tumor dan ternyata ganas, pembesaran kelenjar akan cepat terjadi. Dalam sebulan, misalnya sudah
membesar dan tak terasa sakit saat ditekan. Beda dengan yang disebabkan infeksi, umumnya tidak bertambah besar dan jika
daerah di sekitar benjolan ditekan,terasa sakit.
Peningkatan ukuran kelenjar getah bening disebabkan
1. Multiplikasi sel-sel di dalam node, termasuk limfosit, sel plasma, monosit, histiosit
2. Infiltrasi sel dari luar nodus seperti sel ganas atau neutrofil
3. Pengeringan infeksi (misalnya abses) ke kelenjar getah bening lokal.

2.5 PATOGENESIS LIMFADENITIS


a. Kelenjar getah bening
Kelenjar getah bening (KGB) adalah agregat nodular jaringan limfoid yang terletak
sepanjang jalur limfe di seluruh tubuh. Sel dendritik membawa antigen mikroba dari epitel dan
mengantarkannya ke kelenjar getah bening yang akhirnya dikonsentrasikan di KGB. Dalam
KGB ditemukan peningkatan limfosit berupa nodus tempat proliferasi limfosit sebagai respons
terhadap antigen.

b. System limfatik-resirkulasi limfosit


Sirkulasi darah ada dibawah tekanan dan komponennya (plasma) masuk dinding kapiler
yang tipis ke jaringan sekitar. Cairan ini disebut cairan interstisial yang membasahi semua
jaringan dan sel. Bila cairan ini tidak dikembalikan ke sirkulasi dapat terjadi edema,
pembengkakan progresif yang dapat mengancam nyawa. Hal itu tidak terjadi oleh karena cairan
dikembalikan ke darah melalui dinding venul. Jadi system tersebut menampung cairan yang dari
pembuluh darah dan masuk ke dalam jaringan dan mengembalikannya ke pembuluh darah.
Sel limfosit, SD, makrofag dan sel lainnya juga dapat masuk melalui dinding tipis sel
endotel yang longgar dari pembuluh limfe primer dan masuk ke dalam arus limfe. Antigen asing
yang masuk ke dalam jaringan akan ditangkap oleh sel system imun dan dibawa ke berbagai
jaringan limfoid regional yang teroganisasi seperti KGB. Jadi system limfatik juga berperan
sebagai alat transport limfosit dan antigen dari jaringan ikat ke jaringan limfoid yang
teroganisasi, tempat limfosit diaktifkan.1
Keuntungan dari resirkulasi limfosit ialah bahwa sewaktu terjadi infeksi non-spesifik,
banyak limfosit akan terpajan dengan antigen/kuman. Keuntungan lain dari resirkulasi limfosit
ialah bahwa bila ada organ limfoid misalnya limfa yang deficit limfosit karena infeksi, radiasi
atau trauma. Limfosit dari jaringan limfoid lainnya melalui sirkulasi akan dapat dikerahkan
kedalam organ limfoid tersebut dengan mudah.
Sel T naïf (Sel matang yang belum terpajan dengan antigen dan belum berdiferensiasi)
cenderung meninggalkan sirkulasi darah dan menuju kelenjar getah bening dalam daerah sel T.
SD/APC dari berbagai bagian tubuh yang membawa antigen juga berimigrasi dan masuk ke
dalam kelenjar getah bening dan mempresentasikan antigen ke sel T. sel T yang diaktifkan
SD/APC tersebut keluar dari kelenjar limfoid dan melalui aliran darah bergerak ke tempat infeksi
dan bekerja sebagai sel efektor. Tidak seperti leukosit, limfosit terus menerus di resirkulasikan
melalui darah dan limfe ke berbagai organ limfoid.

1. HEV-tempat ekstravasasi limfosit


Beberapa tempat di endotel vascular dalam venul poskapilar berbagai organ limfoid
terdiri atas sel khusus, gemuk dan tinggi yang disebut HEV. Sel-selnya berlainan sekali dengan
sel endotel yang gepeng yang membatasi kapiler lainnya. Setiap organ limfoid sekunder, kecuali
limpa mengandung HEV.1
HEV mengekspresikan sejumlah besar molekul adhesi. Seperti sel endotel vascular lainnya,
HEV mengekspresikan CAM family selektin (selektin E dan P), family musin (GlyCAM-1 dan
CD34) dan superfamily immunoglobulin (ICAM-1, ICAM-2. ICAM-3, VCAM-1 dan
MAdCAM-1) beberapa molekul adhesi disebut adresin vascular, oleh karena berperan dalam
mengarahkan ekstravasasi berbagai populasi limfosit dalam resirkulasi ke organ limfoid khusus.1

2. Homing atau trafficking


Pada keadaan normal terjadi lintas arus limfosit aktif terus menerus melalui kelenjar getah
bening, tetapi bila ada antigen masuk, arus limfosit dalam kelenjar getah bening akan berhenti
sementara. Sel yang antigen spesifik akan ditahan dalam kelenjar getah bening. Dalam
menghadapi antigen tersebut, kelenjar dapat membengkak seperti yang sering ditemukan pada
infeksi. Hal tersebut merupakan hal yang esensial untuk respons imun yang efektif terhadap
antigen asing.
Limfosit cenderung berimigrasi ke tempat-tempat yang selektif. Homing mukosa adalah
kembalinya sel limfoid reaktif imunologis ke asalnya di folikel mukosa. Hal tersebut
terjadi melalui ikatan antara molekul adhesi dan kemokin, reseptor yang mengarahkan berbagai
populasi limfosit ke jaringan limfoid khusus atau inflamasi yang disebut dengan
reseptor homing. L-selektin atau CD62L adalah molekul pada permukaan limfosit yang berperan
pada homing limfosit. Adresin mukosa adalah salah satu adresin yang mengikat integrin pada sel
T yang memilih homing di saluran cerna. Reseptor pada permukaan limfosit tersebut akan
memberikan arah dan tujuan kembali ke plak peyer. Limfosit yang awalnya disensitasi oleh
antigen di plak peyer akan diaktifkan dan memproduksi sel memori yang akan berimigrasi
kembali ke tempat yang semula mensensitasinya.

2.6 KLASIFIKASI LIMFADENITIS


Sebagian besar kasus merupakan respon jinak terhadap infeksi lokal atau sistemik.
Sebagian besar anak dengan limfadenitis menunjukkan kecil, teraba serviks, ketiak, dan kelenjar
getah bening inguinal. Kurang umum adalah pembesaran suboksipital atau postaurikular node.
Supraklavikula, epitrochlear, dan poplitea kelenjar getah bening teraba jarang terjadi, seperti
yang diperbesar node mediastinum dan perut.
Limfadenitis dapat mempengaruhi node tunggal atau sekelompok node (adenopati
daerah) dan dapat unilateral atau bilateral. Onset dan perjalanan limfadenitis mungkin akut,
subakut, atau kronis.
jenis lymphadenitis:
1. Lymphadenitis disebabkan oleh virus:
Infectious mononucleosis lymphadenitis
Cytomegalovirus (CMV) lymphadenitis
Herpes simplex virus lymphadenitis
Varicella-herpes zoster lymphadenitis
Vaccinia lymphadenitis
Measles lymphadenitis
Human immunodeficiency virus (HIV) lymphadnitis, with and without salivary gland
invovlvement
Human immunodeficiency virus (HIV) lymphadnitis of salivary gland invovlvement
2. Lymphadenitis disebabkan oleh bakteri:
Non-specific acterial lymphadenitis (common, non-specific species)
Cat-scratch lymphadenitis (Afipia felis)
Bacillary angiomatosis of lymph nodes (Bartonella henselae and B. quintana)
Lymphogranuloma venereum lymphadenitis (Chlamydia trachomatis)
Syphilitic lymphadenitis (Trapenosoma pallidum)
Lymphadenitis of Whipple disease

3. Lymphadenitis disebabkan oleh mycobacteria:


Mycobacterium tuberculosis lymphadenitis (TB)
Atypical mycobacterial lymphadenitis
Mycobacterium avium-intracellulare lymphadenitis
Mycobacterium leprae lymphadenitis
Miscellaneous mycobacterial lymphadenitis

4. Lymphadenitis disebabkan oleh jamur


Cryptococcus lymphadenitis
Histoplasma lymphadenitis
Coccidioidomycosis lymphadenitis
Pneumocystis lymphadenitis

5. Lymphadenitis disebabkan oleh protozoa


Toxoplasma lymphadenitis
Leishmania lymphadenitis
Filaria lymphadenitis

6. Others
Malaioplakia (most common in the mesenteric lymph nodes)
2.7 MANIFESTASI KLINIS LIMFADENITIS
Kelenjar getah bening yang terserang biasanya akan membesar dan jika diraba terasa
lunak dan nyeri, selain itu gejala klinis yang timbul adalah demam, nyeri tekan, dan tanda
radang. Kulit di atasnya terlihat merah dan terasa hangat, pembengkakan ini akan menyerupai
daging tumbuh atau biasa disebut dengan tumor. Dan untuk memastikan apakah gejala-gejala
tersebut merujuk pada penyakit limfadenitis maka perlu adanya pengangkatan jaringan
untuk pemeriksaan di bawah mikroskop.
Limfadenitis pada taraf parah disebut limfadenitis kronis. Limfadenitis ini terjadi ketika
penderita mengalami infeksi kronis, misal pada kondisi ketika seseorang dengan faringitis kronis
akan ditemukan pembesaran kelenjar getah bening leher (limfadenitis). Pembesaran di sini
ditandai oleh tanda radang yang sangat minimal dan tidak nyeri. Pembesaran kronis yang
spesifik dan masih banyak di Indonesia adalah akibat tuberkulosa. Limfadenitis tuberkulosa ini
ditandai oleh pembesaran kelenjar getah bening, padat/keras, multiple dan dapat berhubungan
satu sama lain.
Limfadenitis tuberculosa pada kelenjar getah bening dapat menjadi besar
dan berhubungan sehingga leher penderita itu bias disebut seperti bull neck. Pada keadaan seperti
ini kadang-kadang sulit dibedakan dengan limfoma malignum. Limfadenitis tuberkulosa
diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologi, terutama yang tidak disertai oleh
tuberkulosa paru.

2.8 ANAMNESIS LIMFADENITIS


a. Keluhan Utama :
Pembengkakan Kelenjer di bagian bawah Regio Supra Clavicula Dekstra. Bengkaknya
sebesar telur puyuh , lunak serta nyeri bila di tekan.
b. Keluhan penyerta dari limfadenitis ialah :
· Adanya luka perih berdenyut biasanya muncul pada daerah sellulitis
· Anoreksia
· Malaise
· Menggigil dan demam 37,8° - 40°C.
· Takikardia
· Terdapat garis merah pada kulit mulai dari luka sampai ke limfonodi regional, biasanya meluas
dan lunak akibat keterlibatan limfatik.
· Adakah batuk, nyeri tenggorokan dan ruam.
Penurunan berat badan, demam, keringat malam adalah gejala dari limfoma.
c. Riwayat penyakit
Adanya peradangan tonsil (amandel) sebelumnya mengarahkan kepada infeksi oleh
streptokokus. Adanya infeksi gigi dan gusi dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri anaerob.
Transfusi darah sebelumnya dapat mengarahkan kepada Citomegalovirus, Epstein Barr Virus
atau HIV.
d. Riwayat Obat- Obatan
Riwayat obat-obatan: fenitoin dan isoniazid.
e. Riwayat pekerjaan dan perjalanan
Paparan terhadap infeksi / kontak sebelumnya kepada orang dengan infeksi saluran nafas
atas, faringitis oleh Streptococcus, atau tuberculosis turut membantu mengarahkan penyebab
limfadenitis. Riwayat perjalanan atau pekerjaan, misalnya perjalanan ke daerah-daerah di Afrika
dapat mengakibatkan penyakit Tripanosomiasis, orang yang bekerja dalam hutan dapat terkena
Tularemia.

2.9 PEMERIKSAAN FISIK LIMFADENITIS


Pada pemeriksaan fisik limfadenitis harus dicatat ada tidaknya nyeri tekan, kemerahan,
hangat pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat digerakkan, Apakah ada
fluktuasi, konsistensi apakah keras atau kenyal. Pasien tampak sakit ringan atau berat , demam,
dan pada kulit adakah lesi misalnya selulitis, abses, melanoma.
Periksa dimana kelenjer getah bening yang membesar : Misalnya di bagian bawah Regio
Supra Clavicula Dekstra, KGB di servikal, aksilaris, inguinal, dll.

 Ukuran: Normal bila diameter 0,5 cm (pada lipat paha >1,5cm dikatakan abnormal).

 Nyeri tekan: Umumnya diakibatkan peradangan atau proses perdarahan.


 Konsistensi: Keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat seperti karet
mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan kepada proses infeksi; fluktuatif
mengarahkan telah terjadinya abses/pernanahan.
 Penempelan: Beberapa Kelenjar Getah Bening yang menempel dan bergerak bersamaan
bila digerakkan. Dapat akibat tuberkulosis, sarkoidosis keganasan.

Pembesaran KGB leher bagian posterior terdapat pada infeksi rubela dan mononukleosis.
Pada pembesaran KGB oleh infeksi virus, KGB umumnya bilateral (dua sisi-kiri/kiri dan kanan),
lunak dan dapat digerakkan. Bila ada infeksi oleh bakteri, kelenjar biasanya nyeri pada
penekanan, baik satu sisi atau dua sisi dan dapat fluktuatif dan dapat digerakkan. Adanya
kemerahan dan suhu lebih panas dari sekitarnya mengarahkan infeksi bakteri dan adanya
fluktuatif menandakan terjadinya abses.
Bila limfadenitis disebabkan keganasan, tanda-tanda peradangan tidak ada, KGB keras
dan tidak dapat digerakkan (terikat dengan jaringan di bawahnya). Pada infeksi oleh
mikobakterium pembesaran kelenjar berjalan mingguan-bulanan, walaupun dapat mendadak,
KGB menjadi fluktuatif dan kulit diatasnya menjadi tipis, dan dapat pecah.
Adanya tenggorokan yang merah, bercak-bercak putih pada tonsil, bintik-bintik merah
pada langit-langit mengarahkan infeksi oleh bakteri streptokokus. Pembengkakan pada jaringan
lunak leher (bull neck) mengarahkan kepada infeksi oleh bakteri difteri. Faringitis, ruam-ruam
dan pembesaran limpa mengarahkan kepada infeksi epstein barr virus. Adanya radang pada
selaput mata dan bercak koplik mengarahkan kepada campak.

2.10 PEMERIKSAAN PENUNJANG LIMFADENITIS

1. Hasil Laboratorium pada limfadenitis :

Lekositosis biasanya tanpa perubahan. Pada akhirnya, kultur darah menjadi positif,
umumnya spesies stafilokokus atau streptokokus. Pemeriksaan kultur dan sensitivitas pada
eksudat luka atau pus dapat membantu pengobatan infeksi.

2. Pemeriksaan Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi yang meliputi pemeriksaan mikroskopis dan kultur. Spesimen
untuk mikrobiologi dapat diperoleh dari sinus atau biopsi aspirasi. Dengan pemeriksaan ini kita
dapat memastikan adanya mikroorganisme pada spesimen.
Kultur (contoh dikirim ke laboratorium dan diletakkan pada kultur medium yang
membiarkan mikroorganisme untuk berkembang) kemungkinan diperlukan untuk memastikan
diagnosa dan untuk mengidentifikasikan organisme penyebab infeksi.
3. Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mengetahui ukuran, bentuk,
dan gambaran mikronodular. USG juga dapat dilakukan untuk membedakan penyebab
pembesaran kelenjar (infeksi, metastatik, lymphoma, atau reaktif hiperplasia).
4. Biopsi
Biopsi adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia
untuk pemeriksaan patologis mikroskopik. Biopsi Aspirasi Jarum Halus (Fine Needle
Aspiration Biopsy/ FNAB), adalah prosedur biopsi yang menggunakan jarum sangat tipis yang
melekat pada jarum suntik untuk menarik (aspirasi) sejumlah kecil jaringan dari lesi
abnormal. Sampel jaringan ini kemudian dilihat di bawah mikroskop.
Biopsi kebanyakan dlakukan untuk mengetahui adanya kanker. Bagian apapun dari
tubuh, seperti kulit, organ tubuh maupun benjolan dapat diperiksa.
Indikasi Fine Needle Aspiration Biopsy :
· Pasien yang menjalani FNAB umumnya dideteksi memiliki massa jaringan lunak di bawah
permukaan kulit atau mukosa selama pemeriksaan klinis. Massa leher dapat dideteksi dengan
teknik ini. Karena massa yang dalam sulit dibiopsi, FNAB dapat sangat membantu.
· Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan biopsi
KGB.
· Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan kepada keganasan.
· KGB yang menetap atau bertambah besar walau dengan pengobatan yang adekuat
mengindikasikan diagnosis yang belum tepat.

5. CT Scan
CT Scan adalah mesin x-ray yang menggunakan komputer untuk mengambil gambar
tubuh untuk mengetahui apa yang mungkin menyebabkan limfadenitis. CT scan dapat digunakan
untuk membantu pelaksanaan biopsi aspirasi kelenjar limfe intratoraks dan intraabdominal. CT
Scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5 mm atau lebih.

2.11 PENATALAKSANAAN LIMFADENITIS


Penatalaksanaan yang spesifik pada Limfadenitis Tidak ada. Limfadenitis dapat terjadi
setelah terjadinya infeksi melalui kulit atau infeksi lainnya yang disebabkan oleh bakteri seperti
streptococcus atau staphylococcus. Terkadang juga dapat disebabkan oleh infeksi seperti
tuberculosis atau cat scratch disease (Bartonella). Oleh karena itu, untuk mengatasi Limfadenitis
adalah dengan mengeliminasi penyebab utama infeksi yang menyebabkan Limfadenitis.
Limfadenitis biasanya ditangani dengan mengistirahatkan ekstremitas yang bersangkutan
dan pemberitan antibiotic, penderita limdafenitis mungkin mengalami pernanahan sehingga
memerlukan insisi dan penyaliran. Limfadenitis spesifik, misalnya oleh jamur atau tuberculosis,
biasanya memerlukan biopsi atau biakan untuk menetapkan diagnosis.
Pengobatan sesuai gejala harus dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Pengobatan gejala harus dimulai segera seperti pemberian:
- Analgesik (penghilang rasa sakit) untuk mengontrol nyeri
- Antipiretik dapat diberikan untuk menurunkan demam
- Antibiotik untuk mengobati setiap infeksi sedang sampai berat
- Obat anti inflamasi untuk mengurangi peradangan
- Kompres dingin untuk mengurangi peradangan dan nyeri
- Operasi mungkin diperlukan untuk mengeringkan abses.
Hindari pemberian aspirin pada anak karena dapat meningkatkan risiko sindrom Reye
pada anak. Kasus limfadenitis mesenterika ringan, tanpa komplikasi dan disebabkan oleh virus
biasanya hilang dalam beberapa hari atau minggu.
Tata laksana pembesaran kelenjar getah bening leher didasarkan kepada penyebabnya.
Banyak kasus dari pembesaran kelenjar getah bening leher sembuh dengan sendirinya dan tidak
membutuhkan pengobatan apa pun selain dari observasi. Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6
minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan biopsy kelenjar getah bening. Biopsy
dilakukan bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan kepada keganasan, kelenjar getah
bening yang menetap atau bertambah besar dengan pengobatan yang tepat, atau diagnosis belum
dapat ditegakkan.
Secara umum pengobatan Limfadenitis yaitu :
A. Pengobatan dilakukan dengan tuberkulositik.bila terjadi abses,perlu dilakukan aspirasi dan bila
tidak berhasil, sebaiknya dilakukan insisi serta pengangkatan dinding abses dan kelenjar getah
bening yang bersangkutan.
B. Pembesaran kelenjar getah bening biasanya disebabkan oleh virus dan sembuh sendiri, walaupun
pembesaran kelenjar getah bening dapat berlangsung mingguan. Pengobatan pada infeksi
kelenjar getah bening oleh bakteri (limfadenitis) adalahanti-biotic oral 10 hari dengan
pemantauan dalam 2 hari pertama flucloxacillindosis : 25 mg/kgBB 4 kali sehari. Bila ada reaksi
alergi terhadap antibiotic golongan penicillin dapat diberikan cephalexin dengan dosis : 25
mg/kgBB(dosis maksimal 500 mg) 3 kali sehari atau erythromycin 15 mg/kgBB (dosis
maksimal : 500 mg) 3 kali sehari.
C. Bila penyebab limfadenopati adalah mycobacterium tuberculosis maka diberikan obat anti
tuberculosis selama 9-12 bulan. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengklasifikasikan
limfadenitis TB kedalam TB di luar paru dengan paduan obat 2RHZE/10RH. British Thoracic Society
Research Committee and Compbell (BTSRCC) merekomendasikan pengobatan selama 9 bulan
dalamregimen 2RHE/7RH.

2.12 PENCEGAHAN LIMFADENITIS


Limfadenitis dapat terjadi setelah terjadinya infeksi melalui kulit atau infeksi lainnya yang
disebabkan oleh bakteri seperti streptococcus atau staphylococcus. Terkadang juga dapat
disebabkan oleh infeksi seperti tuberculosis atau cat scratch disease (Bartonella). Kesehatan
umum yang baik dan kebersihan sangat membantu dalam pencegahan infeksi yang mendasari
limfadenitis.

2.13 KOMPLIKASI LIMFADENITIS


1. Pembentukan abses
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika
bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan
hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih
yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut
dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang
membentuk nanah,yang mengisi rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di
sekitarnya akan terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi
dinding pembatas abses; hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran
infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam, maka infeksi bisa menyebar di dalam tubuh
maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses.1

2. Sepsis (septikemia atau keracunan darah)


Sepsis adalah kondisi medis yang berpotensi berbahaya atau mengancam nyawa, yang
ditemukan berhubungan dengan infeksi yang diketahui atau dicurigai.

3. Fistula (terlihat dalam limfadenitis yang disebabkan oleh TBC)


Limfadenitis tuberkulosa ini ditandai oleh pembesaran kelenjar getah bening, padat/keras,
multiple dan dapat berkonglomerasi satu sama lain. Dapat pula sudah terjadi perkijuan seluruh
kelenjar, sehingga kelenjar itu melunak seperti abses tetapi tidak nyeri. Apabila abses ini pecah
ke kulit, lukanya sulit sembuh oleh karena keluar secara terus menerus sehingga seperti fistula.
Fistula merupakan penyakit yang erat hubungannya dengan immune system / daya tahan tubuh
setiap individual.

2.14 PROGNOSIS LIMFADENITIS


Prognosis untuk pemulihan adalah baik jika segera diobati dengan pengobatan yang tepat.
Dalam kebanyakan kasus, infeksi dapat dikendalikan dalam tiga atau empat hari. Namun, dalam
beberapa kasus mungkin diperlukan waktu beberapa minggu atau bulan untuk pembengkakan
menghilang, panjang pemulihan tergantung pada penyebab infeksi. Pengobatan yang tidak tuntas
dapat menyebabkan resistensi dan septikemia.
2.15 DIAGNOSIS BANDING LIMFADENITIS
berdasarkan penyebab timbulnya peradangan pada kelenjar getah bening ada pada tabel
di bawah ini ;
Gambar 3 : Diagnosa banding berdasarkan penyebab timbul limfadenitis
Diagnosis banding berdasarkan adanya benjolan :
1. Gondongan : pembesaran kelenjar parotitis akibat infeksi virus, sudut rahang bawah dapat
menghilang karena bengkak
2. Kista duktus tiroglosus : berada di garis tengah dan bergerak dengan menelan
3. Kista dermoid : benjolan di garis tengah dapat padat atau berisi cairan
4. Hemangioma : kelainan pembuluh darah sehingga timbul benjolan berisi jalinan pembuluh
darah, berwarna merah atau kebiruan.
BAB 3
KESIMPULAN
Seorang wanita 24 tahun mengeluh adanya pembengkakan kelenjar di leher bagian bawah
regio supra clavicula dekstra. Bengkaknya sebesar telur puyuh, lunak serta nyeri bila ditekan,
badanya sering terasa hangat dan merasa lemah, selera makan berkurang. Dari data yang
diperoleh, diduga wanita tersebut menderita limfadenitis yaitu suatu peradangan pada kalenjar
getah bening yang disebabakan oleh adanya infeksi mikroorganisme.
Pengobatan sesuai gejala harus dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi,
Pengobatan gejala harus dimulai segera seperti pemberian:
- Analgesik (penghilang rasa sakit) untuk mengontrol nyeri
- Antipiretik dapat diberikan untuk menurunkan demam
- Antibiotik untuk mengobati setiap infeksi sedang sampai berat
- Obat anti inflamasi untuk mengurangi peradangan
- Kompres dingin untuk mengurangi peradangan dan nyeri

Untuk mengidentifikasi mikroorganisme penyebab limfadenitis tersebut maka perlu


dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang seperti biopsi dan kultur.
Penetalaksanaan yang sesuai untuk wanita tersebut adalah :
a. Jika disebabkan oleh infeksi bakteri maka dengan pemberian atibiotik-biotic oral 10 hari dengan
pemantauan dalam 2 hari pertama flucloxacillin dosis : 25 mg/kgBB 4 kali sehari. Bila ada
reaksi alergi terhadap antibiotic golongan penicillin dapat diberikancephalexin dengan dosis : 25
mg/kgBB(dosis maksimal 500 mg) 3 kali sehari atauerythromycin 15 mg/kgBB (dosis
maksimal : 500 mg) 3 kali sehari.
b. Bila disebabkan oleh virus maka cukup dengan istirahat dan diberikan vitamin untuk
meningkatakan imunitas tubuh.
c. Bila penyebab limfadenopati adalah mycobacterium tuberculosis maka diberikan obat anti
tuberculosis selama 9-12 bulan. limfadenitis TB kedalam TB di luar paru dengan paduan obat
2RHZE/10RH.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2011. Swollen Lymph Nodes. (http://www.mayoclinic.com/print/swollen-lymph-


nodes/DS00880/METHOD=print&DSECTION=all Accessed on Mei 26th, 2013.)
2. Baratawidjaja. G. K, Rengganis Iris. 2012. Imunologi Dasar, Jakarta, Balai Penerbit FKUI
3. Gleadle, Jonathan. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik (2007). Penerbit Erlangga,
Jakarta, Hal: 86
4. Limfadenitis. Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16862/4/Chapter%20II.pdf. Accessed on
Mei 26th, 2013.
5. Ioachim HL, Ratech H.(2002). Ioachim's Lymph Node Pathology. 3rd edition, Lippincott
Williams & Wilkins, from,
http://moon.ouhsc.edu/kfung/JTY1/HemeLearn/CapsuleSumary/Lymphadenopathy-M.htm,26
mei 2013
6. Limfadenitis. Available at: PDPI. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia 2006. Indah Offset Citra Grafika, 2006. In
sitehttp://www.scribd.com/doc/81071297/Limfadenitis-Tuberkulosis. Accessed on Mei26th,
2013.
7. M. Tierney, Jr., MD , Lawrence, McPhee, MD, Strphen, Papadakis, MD, Maxine. Buku 2
Penyakit Dalam Diagnosis & Terapi Kedokteran. Penerbit Salemba Medika , Jakarta.
8. Partridge E.(2012).Lymphadenitis. from http://emedicine.medscape.com/article/960858-
overview,26 mei 2013
9. R.Sjamsuhidajat, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah-Edisi 3. Jakarta: EGC. Hal.465
10. Sambandan et al. Cervical Lymphadenopathy- A Review. Department of Medicine, India.
11. Tierney, Lawrence M., et al. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Penyakit Dalam Buku 2. Jakarta:
Salemba Medika. 2003.

Anda mungkin juga menyukai