Anda di halaman 1dari 44

SKRIPSI

Efektifitas Teknik Back Effluerage Massage

Pada Tingkat Nyeri Kala 1 Persalinan Normal

Di Klinik Bunafsi Wonogiri

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Sahid Surakarta

Oleh :

MONIKA INTAN ASTARI

NIM. 2018122004

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS, TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan merupakan waktu yang ditunggu-tunggu setelah 9 bulan mengandung.

Pada ibu yang akan menghadapi proses persalinan tidak jarang diikuti dengan perasaan

cemas atau takut, salah satu faktor saat menghadapi proses persalinan adalah bayangan

akan rasa nyeri yang dihadapi para ibu saat menjalani proses persalinan. Kemajuan

persalinan pada kala I fase aktif merupakan saat yang paling melelahkan, berat, dan

kebanyakan ibu mulai merasakan sakit atau nyeri, dalam fase ini kebanyakan ibu

bisa berdampak meningkatnya sekresi adrenalin. Salah satu efek adrenalin adalah

kontraksi pembuluh darah sehingga suplai oksigen ke janin menurun. Penurunan

aliran darah juga menyebabkan melemahnya kontraksi rahim dan berakibat

memanjangnya proses persalinan hingga dapat menyebabkan persalinan lama.

Proses persalinan identik dengan rasa nyeri yang akan dijalani. Secara

fisiologis nyeri terjadi ketika otot-otot rahim berkontraksi sebagai upaya membuka

servik dan mendorong kepala bayi kearah panggul. Nyeri pada persalinan kala I

merupakan proses fisiologis yang disebabkan oleh proses dilatasi servik, hipoksia otot

uterus saat kontraksi, iskemia korpus uteri dan peregangan segmen bawah rahim dan

kompresi saraf di servik. Nyeri persalinan dapat menimbulkan stres yang menyebabkan

pelepasan hormon yang berlebihan seperti katekolamin dan steroid. Hormon ini dapat

menyebabkan terjadinya ketegangan otot polos dan vasokonstriksi pembuluh

darah.Hal ini dapat mengakibatkan penurunan kontraksi uterus, penurunan sirkulasi

uteroplasenta, pengurangan aliran darah dan oksigen ke uterus, serta timbulnya

iskemia uterus yang membuat impuls nyeri bertambah banyak (Oktarina, 2016).
Nyeri persalinan merupakan suatu kondisi yang fisiologis. Nyeri persalinan

merupakan perasaan tidak menyenangkan yang terjadi selama proses persalinan. Nyeri

yang tidak teratasi dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi karena nyeri

menyebabkan pernafasan dan denyut jantung ibu akan meningkat yang menyebabkan

aliran darah dan oksigen ke plasenta terganggu (Wahyuningsih, 2014).

Menurut World Health Organization (2018) derajat kesehatan di Indonesia masih

rendah karena pada kenyataanya angka kematian ibu melahirkan berada diangka 305 per

1000 kelahiran hidup. Rejeki (2013) menyatakan bahwa hanya 15% persalinan yang

berlangsung tanpa nyeri atau nyeri ringan, 35% persalinan disertai nyeri sedang, 30%

persalinan disertai nyeri hebat, 20% persalinan disertai nyeri sangat hebat.

Rasa nyeri saat melahirkan bersifat unik dan berbeda pada tiap individu. Nyeri

persalinan merupakan respon stimulasi persyarafan yang disebabkan adanya kontraksi

uterus dan kerusakan jaringan selama persalinan serta kelahiran melalui vagina. Nyeri

selama persalinan mempengaruhi kondisi psikologis ibu, persalinan, dan kesejahteraan

janin. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pendidikan persalinan yang aman bagi ibu

dan bayi mulai dikembangkan. Beberapa bentuk persalinan yang sudah dikembangkan

adalah persalinan dengan cara cesarea dan waterbirth. Kedua jenis persalinan tersebut

cenderung menjadikan ibu bersalin tidak mengalami nyeri yang sangat hebat dalam

persalinan. Namun dampak perkembangan tersebut terjadinya lonjakan biaya yang

dibutuhkan untuk melakukan persalinan.

Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan. Salah satu

metode efektif yang digunakan untuk mengurangi nyeri persalinan adalah dengan teknik

pijat yang merupakan salah satu metode nonfarmakologis yang dilakukan untuk

mengurangi nyeri persalinan. Penerapan terapi nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri

pada persalinan merupakan metode yang harus dikembangkan, hal ini secara tidak
langsung akan membantu ibu bersalin dalam mengatasi nyeri akibat persalinan yang

terjadi dan menekan resiko terjadinya komplikasi akibat persalinan yang terjadi.

Disamping itu, penerapan terapi nonfarmakologis juga dapat membantu menurunkan

angka kejadian persalinan dengan cesarea yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Intervensi yang termasuk dalam pendekatan nonfarmakologis adalah analgesia psikologis

yang dilakukan sejak awal kehamilan, relaksasi, terapi aroma, hipnosis, akupuntur, yoga,

dan pijat (Gadysa, 2013).

Pijat merupakan salah satu cara mengurangi nyeri karena proses pemijatan dapat

menghambat sinyal nyeri, ibu bersalin yang mendapatkan pijatan selama 20 menit selama

proses persalinan akan lebih terbebas dari rasa sakit. Hal ini disebabkan karena pemijatan

merangsang tubuh untuk melepaskan endorphin yang berfungsi sebagai pereda rasa sakit

dan menciptakan perasaan nyaman. Pemijatan secara lembut membantu ibu untuk

merasakan lebih segar, rileks, dan nyaman dalam persalinan (Angraeni, 2012).

Effleurage adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut, lambat, dan panjang

atau tidak putus-putus. Pada kala 1 fase laten (pembukaan 0-3 cm) dan fase aktif

(pembukaan 4-7 cm) aktifitas yang bisa dilakukan oleh pasien persalinan adalah

effluerage. Teknik effluerage merupakan aplikasi dari Gate Control Theory karena pada

teknik ini dilakukan stimulasi kulit dengan cara memijat permukaan tubuh yang hasilnya

akan lebih maksimal bila dilakukan tanpa penghalang berupa pakaian. Kekuatan

penekanan saat effluerage berbeda pada masing-masing ibu bersalin (Reeder, 2011).

Teknik ini telah dilakukan pada penelitian Ellysusilawati (2017) tentang

“Pemberian Teknin Effluerage Massage Dan Teknik Massage Conterpressure Terhadap

Rasa Nyeri Persalinan Normal Pada Primigravida Di Langsa” dengan hasil bahwa ada

pengaruh teknik effluerage massage terhadap nyeri persalinan.


Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Klinik Bersalin Bunafsi

Wonogiri, dari hasil wawancara kepada 10 ibu yang pernah mengalami persalinan dan

melewati kala 1 fase laten, 8 diantaranya mengatakan ketika merasakan nyeri hanya

melakukan pergantian posisi miring kanan dan miring kiri atau mengusap perut, namun

para ibu tidak mengerti secara menyeluruh tentang tindakan sentuhan ringan atau

massage. Melihat kondisi tersebut maka peneliti ingin mengetahui efektifitas teknik back

effluerage massage pada tingkat nyeri kala 1 persalinan normal di klinik bersalin bunafsi

wonogiri.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Peneliti ingin mengetahui “Efektifitas Teknik Back Effluerage Massage Pada Tingkat

Nyeri Kala 1 Persalinan Normal Di Klinik Bunafsi Wonogiri?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektifitas Teknik Back

Effluerage Massage Pada Tingkat Nyeri Kala 1 Persalinan Normal Di Klinik Bunafsi

Wonogiri

2. Tujuan Khusus

a. Mendiskripsikan karakteristik (usia, pendidikan, dan pekerjaan) variabel yang

diteliti.

b. Mengidentifikasi intensitas nyeri persalinan kala 1 yang diberikan massage

effluerage.
c. Mengidentifikasi intensitas nyeri persalinan kala 1 yang tidak diberikan massage

effluerage.

d. Menganalisa keefektifan massage effluerage terhadap intensitas nyeri persalinan

kala 1.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran secara

teoritis terutama pada lembaga pelayanan kesehatan dan dapat dijadikan sebagai

dokumen bahan bacaan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Meningkatkan pengetahuan dan aplikasi tindakan pemberian asuhan keperawatan

bagi tenaga kesehatan yang lebih baik pada pasien ibu bersalin.

b. Bagi Profesi Keperawatan

Memberikan sumbangsih dalam peningkatan pengetahuan tentang efektifitas

teknik back effluerage massage pada tingkat nyeri kala 1 persalinan normal dan

menambah referensi bagi tenaga kesehatan atau perawat.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pustaka dan berguna

bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Universitas Sahid Surakarta. Selain itu

hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi lebih lanjut dan

memberikan kontribusi empiris bagi para peneliti dikemudian hari.

d. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman yang berharga dalam memperluas wawasan dan

pengetahuan tentang efektifitas teknik back effluerage massage pada tingkat nyeri

kala 1 persalinan normal.


e. Bagi penelitian selanjutnya

Penelitian ini dapat menambah dan mengembangkan tentang efektifitas

massage untuk mengurangi rasa nyeri persalinan, selain itu dapat dijadikan

sebagai referensi bagi peneliti berikutnya yang memiliki ketertarikan yang sama

atau sejenis.

E. Keaslian Penelitian

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang dapat dijadikan acuan untuk memperkuat

penelitian ini, antara lain:

Tabel 1.1. Hasil Penelitian yang Relevan


Peneliti dan Judul Metode dan Hasil Persamaan Perbedaan
Halimatus (2017) Desain penelitian Quasi Persamaannya Perbedaan
Back Effluerage eksperiment dengan adalah pada metode penelitian
massage (BEM) rancangan one group dan rancangan terdahulu
terhadap nyeri pretest posttest. Populasi penelitian serta dengan
dan tekanan darah 30 ibu melahirkan. Teknik penggunaan penelitian saat
ibu bersalin kala analisis data dependent t- variabel penelitian ini adalah
1. test. Hasil pelitian yaitu massage berfokus pada
menyebutkan bahwa: effluerage dan ibu penurunan skala
Ada perbedaan nyeri ibu bersalin kala 1. nyeri kala 1.
bersalin dan tekanan
darah sebelum dan
sesudah dilakukan BEM
(p-value = 0,016).
Herlina (2014), Jenis penelitian quasi Persamaannya Perbedaan pe-
yang meneliti eksperimen dengan adalah pada metode nelitian terda-
tentang efektifitas rancangan one group dan rancangan hulu dengan
massage pretest – posttest control penelitian serta penelitian saat
effluerage dan group. Sampel 32 orang. penggunaan ini, penelitian
massage Teknik analisis data variabel penelitian terdahulu
counterpressure dengan uji t-test. dengan
terhadap Hasil penelitian: menggunakan 2
penurunan nyeri hasil Uji Statistik massage yaitu
persalinan. didapatkan nilai (P massage
value 0,000) maka dapat effluerage dan
disimpulkan bahwa massage
tehnik Massage counterpressure.
Effleurage lebih efektif
dari pada tehnik Massage
Conterpressure dalam
mengurangi nyeri
persalinan normal kala I
fase aktif
Dyah Ayu.,& Vita Jenis penelitian pre Persamaannya Perbedaannya
Triani. (2018). eksperimen dengan adalah pada jenis adalah pada
Aplikasi teknik rancangan one group penelitian dan populasi dan
effluerage sebagai pretest & post test design. rancangan teknik sampel
Sampel 30 orang dengan penelitian, variabel dimana pada
penatalaksanaan
teknik purposive penelitain dan penelitian
nyeri persalinan sampling. Teknik analisis teknik analisis data terdahulu
ibu bersalin di dengan uji t test. dengan uji paired dengan
bidan praktek Hasil penelitian hasil Uji simple t-test. concecutive
mandiri Statistik sampling..
kecamatan didapatkan nilai (P
Tumbalang. value 0,01) maka dapat
disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan skala
nyeri setelah dilakukan
tehnik Massage
Effleurage pada kelompok
perlakuan dan pada
kelompok control
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Persalinan

a. Definisi

Persalinan normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir dengan

letak belakang kepala tanpa melalui alat – alat atau pertolongan istimewa serta

tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24

jam ( Winkjosastro, 2012).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasol konsepsi ( janin dan uri ) yang

telah cukup bulan atau dapat hidup ke dunia luar dari rahim maupun di luar

kandungan melalui jalan keluar atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan

( Manuaba, 2010).

Persalinan adalah rangkaian proses berakhir dengan pengeluaran hasil

konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati yang

ditandai dengan perubahan progresif pada servik dan diakhiri dengan pelahiran

plasenta (Simkin, 2014).

Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta dan membran

dari dalam lahir melalui jalan lahir. Serangkaian kejadian yang berakhir dengan

pengeluaran bagi yang cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan

selaput janin dari tubuh ibu ( Bobak, I, 2006).

b. Teori Penyebab Persalinan

1) Teori Prostaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga aterm

meningkat, lebih-lebih sewaktu partus. Prostaglandin dianggap dapat memicu

terjadinya persalinan ( Winkjosastro, 2012).

2) Teori Reseptor Oksitoksin dan Kontraksi Braxton Hiks

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise parst posterior. Perubahan

keseimbangan estrogen dan progresteron dapat mengubah sensivitas otot

rahim, sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks. Menurunnya

konsentrasi progresteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat

meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dimulai (Winkjosastro, 2012).

3) Teori Keregangan

Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot

rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter dan mengakibatkan

degenerasi (Winkjosastro, 2012).

4) Teori Berkurangnya Nutrisi

Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh Hippokrates untuk

pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan

segera dikeluarkan (Winkjosastro, 2012).

c. Tahap Persalinan

1) Kala I

Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks

mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah

kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran-pergeseran, ketika serviks

mendatar dan membuka. Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi

uterus dan pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).

Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
a) Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai

sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara

bertahap sampai pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam.2.

b) Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6 jam

dan dibagi dalam 3 subfase.

a.Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.

b.Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam, pembukaan

berlangsung cepat menjadi 9 cm.

c.Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan jadi 10 cm

atau lengkap.

Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus

umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali atau

lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih) dan

terjadi penurunan bagian terbawah janin. Berdasarkan kurve Friedman,

diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1 cm/jam dan pembukaan

multigravida 2 cm/ jam. Mekanisme membukanya serviks berbeda antara

primigravida dan multigravida. Pada primigravida, ostium uteri internum

akanmembuka lebih dulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis,

kemudian ostium internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan

eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam waktu yang

sama (Murray, 2013).

2) Kala II

Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran. Gejala utama dari kala

II adalah:
a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan

durasi 50 sampai 100 detik

b) Menjelang akhir I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran

cairan secara mendadak

c) Ketuban pecah pada pembukaan mendeteksipembukaan lengkap

diikuti dengan keinginan mengejan, karena tertekannya fleksus

frankenhauser.

d) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi

sehingga terjadi: kepala membuka pintu, subocciput bertindak

sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi,

hidung dan muka serta kepala seluruhnya.

e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu

penyesuaian kepala pada punggung

3) Kala III

Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit.

Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada lapisan

Nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat

diperkirakan dengan memperhatikan tanda- tanda:

a) Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim

b) Tali pusat bertambah panjang

c) Terjadi perdarahan

Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan pada

fundus uteri. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah

bayi lahir (Murray, 2013).


4) Kala IV

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan

postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang

dilakukan adalah pemeriksaan ttv, kontraksi uterus dan perdarahan

(Murray, 2013).

2. Nyeri Persalinan

a. Definisi

Nyeri merupakan suatu yang tidak menyenangkan dan disebabkan oleh

stimulus spesifik seperti mekanik, termal, kimia, atau elektrik pada ujung-

ujung saraf serta tidak dapat diserahkan kepada orang lain. Nyeri bersifat

subjektif dan hanya pasien yang dapat merasakan adanya nyeri.Perawat dapat

mengetahui adanya nyeri dan keluhan pasien dan tanda umum atau respon

fisiologis tubuh pasien terhadap nyeri.Keluhan dan respon tubuh terhadap

nyeri dapat berupa pasien tampak meringis kesakitan, nadi meningkat,

berkeringat, napas cepat, pucat, berteriak, menangis, dan tekanan darah

meningkat (Judha, 2012).

Nyeri merupakan bagian integral dari persalinan melahirkan, nyeri

persalinan sebagai kontraksi myometrium, merupakan proses fisiologis dalam

intensitas yang berbeda pada masing-masing individu. Nyeri merupakan

rangsangan tidak enak yang menimbulkan rasa takut dan khawatir.Dalam

persalinan, nyeri yang timbul mengakibatkan kekhawatiran dan biasanya

menimbulkan rasa takut dan stress yang dapat mengakibatkan pengurangan

aliran darah ibu-janin.Nyeri persalinan disebabkan adanya regangan segmen

bawah rahim dan serviks serta adanya ischemia otot rahim

(Andarmoyo, 2013).
b. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri Persalinan

1. Internal

a) Pengalaman Nyeri

Pengalaman melahirkan sebelumnya dapat mempengaruhi

respon ibu terhadap nyeri. Ibu yang mempunyai pengalaman nyeri

yang tidak menyenangkan dan sangat menyakitkan serta sulit dalam

persalinan sebelumnya, perasaan cemas dan takut pada persalinan

sebelumnya akan mempengaruhi sensitifitasnya terhadap nyeri yang

dirasakan (Bobak, I, 2006).

b) Usia

Kondisi psikologi yang masih cenderung naik dan turun saat

usia muda bisa memicu terjadinya kecemasan yang tinggidan nyeri

yang dirasakan lebih berat.

c) Persiapan Persalinan

Persiapan persalinan diperlukan untuk mengurangi perasaan

takut dan cemas akan nyeri yang dirasakan saat persalinan, sehingga ibu

yang akan bersalin dapat memilih metode atau teknik latihan yang

dapat mengurangi kecemasan dan nyeri yang dirasakan (Andarmoyo,

2013).

d) Emosi

Perasaan cemas dan takut dalam menghadapi persalinan secara

fisiologi dapat menyebabkan kontraksi uterus menjadi terasa semakin

nyeri dan sakit (Andarmoyo, 2013).

2. Eksternal
a) Agama

Semakin kuat kualitas keimanan seseorang, mekanisme

pertahanan tubuh terhadap nyeri semakin baik karena berkaitan dengan

kondisi psikologis yang relatif stabil (Sondakh, 2013).

b) Budaya

Budaya mempunyai pengaruh bagaimana seseorang berespon

terhadap nyeri.

c) Dukungan Sosial dan Keluarga

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada

anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan,

bantuan, dan perlindungan. Walaupun klien tetap merasakan nyeri,

tetapi akan menurangi rasa kesepian dan ketakutan (Sondakh, 2013).

d) Sosial Ekonomi

Tersedianya sarana dan lingkungan yang baik dapat

membantu mengatasi rangsang nyeri yang dialami. Keadaan ekonomi

yang kurang, pendidikan yang rendah, informasi yang minimal dan

kurang sarana kesehatan yang memadai akan menimbulkan ibu kurang

mengetahui bagaimana mengatasi nyeri yang dialami dan masalah

ekonomi berkaitan dengan biaya dan persiapan persalinan sering

menimbulkan kecemasan tersendiri dalam menghadapi persalinan

(Sondakh, 2013).

e) Komunikasi

Komunikasi tentang penyampaian informasi yang berkaitan

dengan hal-hal seputar nyeri persalinan, bagaimana mekanismenya, apa


penyebabnya, cara mengatasi dan apakah hal ini wajar akan

memberikan dampak yang positif terhadap manajemen nyeri.

Komunikasi yang kurang akan menyebabkan ibu dan keluarga tidak

tahu bagaimana yang harus dilakukan jika mengalami nyeri saat

persalinan (Sondakh, 2013).

3. Pengukuran Intensitas Nyeri

Individu merupakan penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya

dan karenanya harus diminta untuk menggambarkan dan membuat

tingkatnya (Brunner & Suddarth, 2008). Tingkat nyeri persalinan

digambarkan dengan intensitas nyeri yang dipersepsikan oleh ibu saat

proses persalinan. Intensitas rasa nyeri persalinan bisa ditentukan

dengan cara menanyakan tingkatan intensitas atau merajuk pada skala

nyeri (Judha, 2012).

a) Verbal Descriptor Scale (VDS)

Skala pendeskripsi verbal merupakan sebuah garis yang terdiri

dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak

yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diurutkan dari "tidak

terasa nyeri" sampai "nyeri yang tidak tertahan".Perawat menunjukkan

klien tentang skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas

nyeri terbaru yang dirasakannya.Perawat juga menanyakan seberapa

jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa

tidak menyakitkan.Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah

kategori untuk mendeskripsikan rasa nyeri (Potter &Perry 2005).

b) Visual Analog Scale (VAS)


VAS merupakan suatu garis lurus yang mewakili intensitas

nyeri yang terus menerus. Skala ini memberikankebebasan penuh pads

klien untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS merupakan

pengukur keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat

mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih

satu kata (Potter & Perry 2005).

Penjelasan tentang intensitas digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Visual Analog Scale (VAS)(Potter & Perry 2005).

Intensitas nyeri pada skala 0 tidak terjadi nyeri, intensitas nyeri

pada skala 1 sampai 3, rasa nyeri seperti gatal atau tersetrum atau nyut-

nyutan atau melilit atau terpukul atau perih atau mules. Intensitas nyeri

pada skala 4 sampai 6, seperti ham atau kaku atau tertekan atau sulit

bergerak atau terbakar atau ditusuk-tusuk.Sangat nyeri pada skala 7

sampai 9 tetapi masih dapat dikontrol oleh klien. Intensitas nyeri sangat

berat pads skala 10 nyeri tidak terkontrol (Potter & Perry 2005).

c) Skala Nyeri Oucher

Skala nyeri Oucher merupakan salah satu alat untuk mengukur

intensitas nyeri pada anak, yang terdiri dari dua skala yang terpisah,

yaitu sebuah skala dengan nilai 0-100 pada sisi sebelah kiri untuk anak-

anak yang lebih besar dan skala fotografik dengan enam gambar pada

sisi kanan untuk anak-anak yang lebih kecil. Foto wajah seorang anak

dengan peningkatan rasa tidak nyaman dirancang sebagai petunjuk

untuk memberi anak-anak pengertian sehingga dapat memahami makna


dan tingkat keparahan nyeri (Potter & Perry 2005).

Gambar 2.2 Skala Nyeri Oucher(Potter & Perry 2005).

d) Wong-BakerFACES Pain Rating Scale

Skala ini terdiri dari enam wajah dengan profil kartun yang

menggambarkan wajah dari wajah yang sedang tersenyum hal ini

menunjukkan tidak adanya nyeri kemudian secara bertahap meningkat

menjadi wajah kurang bahagia, wajah yang sangat sedih, sampai wajah

yang sangat ketakutan hal ini menunjukkan adanya nyeri yang sangat

(Potter & Perry 2005).

Gambar 2.3 Wong-Baker FACES Pain


Rating Scale (Potter & Perry 2005).

Keterangan dari gambar diatas adalah angka 0 menunjukkan

sangat bahagia sebab tidak ada rasa sakit, angka 1 menunjukkan sedikit

menyakitkan, angka 2 menunjukkan lebih menyakitkan, angka 3


menunjukkan lebih menyakitkan lagi, angka 4 menunjukkan jauh lebih

menyakitkan dan angka 5 menunjukkan benar-benar menyakitkan.

e) Numerical Rating Scale (NRS)

NRS digunakan untuk menilai intensitas atau keparahan nyeri

dan memberi kebebasan penuh klien untuk mengidentifikasi keparahan

nyeri. NRS merupakan skala nyeri yang popular dan lebih banyak

digunakan di klinik, khususnya pada kondisi akut, mengukur intensitas

nyeri sebelum dan sesudah intervensi teraupetik, mudah digunakan dan

didokumentasikan.

Gambar 2.4 Numerical Rating Scale (NRS)

Intensitas nyeri pada skala 0 tidak terjadi nyeri, intensitas nyeri

ringan pada skala 1 sampai 3, intensitas nyeri sedang pada skala 4

sampai 6, intensitas nyeri berat pada skala 7 sampai 10. Cara

penggunaan skala ini adalah : berilah tanda salah satuangka sesuai

dengan intensitas nyeri yang dirasakan pasien. NRS merupakan skala

pengukuran nyeri yang mudah dipahami oleh pasien, dalam penelitian

ini skala nyeri NRS diberi warna yang berbeda-beda. Oleh karena itu,

skala NRS ini yang akan digunakan sebagai instrumen penelitian

(Potter & Perry 2006). Intensitas skala nyeri dikategorikan sebagai

berikut:

1. 0 = tidak nyeri (hijau), tidak ada keluhan nyeri

2. 1-3 = nyeri ringan (kuning), ada rasa nyeri, mulai


terasadan masih dapat ditahan

3. 4-6 = nyeri sedang (orange), ada rasa nyeri,

terasamengganggu dengan usaha yang cukup

untukmenahannya

4. 7-10 = nyeri berat (merah), ada nyeri, terasa sangat

mengganggu / tidak tertahankan sehingga harus

meringis, menjerit bahkan berteriak.

c. Manajemen Nyeri Non-Farmakologis

a. Aromaterapi

Bau-bauan yang menyenangkan dapat membuat ibu merasa

nyaman serta relaksasi pada tubuh dan fikiran ibu akan mereduksi nyeri

dan cemas, sehingga nyeri akan berkurang (Tamsuri 2007).

b. Relaksasi

Relaksasi adalah metode pengendalian nyeri yang sering

digunakan dan memberikan masukan terbesar bagi seorang wanita.

Dalam pemilihan metode ini perlu dipertimbangkan mengenai di mana

akan mempelajari teknik ini, dan berapa lama akan terus menggunakan

metode ini selama persalinan. Seorang ibu membutuhkan dukungan dan

penguatan dari seorang yang mendampingi persalinan.Bersamaan

dengan pendidikan dan latihan pernapasan, relaksasi telah menjadi

landasan persalinan. Teori yang menyokong penggunaan relaksasi

selama persalinan terletak pads fisiologi sistem saraf otonom (Tamsuri

2007).Relaksasi merupakan teknik pengendalian nyeri dengan

mengajarkan kepada ibu untuk meminimalkan aktivitas simpatis dalam

sistem saraf otonom, sehingga seorang ibu mampu memecah siklus


ketegangan, cemas dan nyeri. Teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri

persalinan telah diteliti dalam sejumlah keadaan patologis, seperti

penelitian yang melibatkan penderita sakit kepala. Relaksasi secara

signifikan dapat menurunkan komponen sensorisrasa nyeri.

c. Massage

adalah penekanan oleh tangan pada otot atau ligamen tanpa

menyebabkan pergeseran sendi atau perubahan posisi untuk

menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi atau meningkatkan sirkulasi

(Henderson & Jones, 2006). Dasar teori massage ini berdasarkan teori

gate control yang dikatakan oleh Melzak dan Wall bahwa sinaps

bekerja seperti pintu masuk untuk mengijinkan impuls masuk ke

otakdisini terjadi peningkatan aktifitas substansia gelatinosa akibat

rangsangan dari akar ganglion dorsalis. Peningkatan aktifitas substansia

gelatinosa ini mengakibatkan tertutupnya pintu, sehingga aktifitas sel T

terhambat dan akan menghambat hantaran nyeri (Sondak, 2013).

Massage adalah salah satu metode non farmakologi yang dapat

dilakukan untuk mengurangi nyeri dalam persalinan. Pijatan atau usapan

yang lembut dapat membuat ibu merasa nyaman dan rileks selama

persalinan yang disebabkan karena tubuh melepaskan hormon

endorphin yang dapat menciptakan perasaan nyaman dan enak,

endorphin juga sebagai pereda sakit yang alami (Pane, 2014).

d. Imajinasi

Imajinasi terbimbing melibatkan wanita yang menggunakan

imajinasi untuk mengontrol nyerinya. Hal ini dicapai dengan

menciptakan bayangan yang mengurangi keparahan nyeri atau yang


terdiri dari pengganti yang lebih dapat diterima dan tidak nyeri. Oleh

karena keterlibatan aktif ibu sangat penting dalam, teknik ini, sehingga

dapat mengembangkan rasa yang dapat mengendalikan nyeri yang

selanjutnya mempermudah relaksasi (Pane, 2014).

e. Musik

Terapi musik digunakan untuk terapi keadaan kronis yang

menggambarkan gangguan emosional.Namun penggunaannya dalam

persalinan kurang dipublikasikan dengan baik. Kerja musik membantu

wanita dalam menghadapi nyeri persalinannya, yang memberikan efek

distraksi (Pane, 2014).

d. Cara Farmakologi

Terdapat beberapa obat yang dapat digunakan untuk menanggulangi

nyeri persalinan.Umumnya pemakaian obat-obat digunakan pada awal fase

aktif kala I yaitu pembukaan mulut rahim sudah 3 cm (Afiyanti, 2014).

Penatalaksanaan farmakologis nyeri persalinan antara lain:

1) Analgesia narkotik (Mereperidine, Nalbuphine, Butorphanol,

Morfm Sulfate Fentanyln)

Efektif untuk menurunkan nyeri berat, nyeri persisten, dan nyeri

rekurent.Meperidin merupakan obat narkotik yang sering

digunakan.Analgesi narkotik bermanfaat terutama saat persalinan

berlangsung sangat cepat dari yang diperkirakan dan bayi lahir saat efek

narkotik berada di puncak.

2) Analgesia regional (Epidural, spinal dan kombinasinya)

Analgesia regional merupakan pilihan yang dapat digunakan untuk

wanita yang memiliki masalah pernafasan berat, atau menderita penyakit


hati, ginjal atau penyakit metabolik.Keuntungannya adalah pemberiannya

dan tidak terjadi hipoksia janin bila tekanan darah dipertahankan dalam

keadaan normal (Afiyanti, 2014).

3. ILA (Intra Thecal Labor Analgesia)

Tujuan utama tindakan ILA (Intra Thecal Labor Analgesia)ialah untuk

menghilangkan nyeri persalinan tanpa menyebabkan blokmotorik, sakitnya

hilang tapi mengedannya bisa, yangdapat dicapai dengan menggunakan

obat-obat anesthesia.Keuntungan yang dapat diperoleh dari program ILA

cepat dan memuaskan. Mula kerja cepat, memberikan analgesia penuh dan

blok bilateral serta ketinggian blok dapat diatur. Keamanan dosis yang

digunakan sangat kecil, sehingga resiko toksisitas karena anestetik lokal,

seperti total spinal, tidak berarti atau tidak ada sama sekali. Fleksibel, pasien

dalam fase laten persalinan dapat diberikan fentanil atau sulfentanil

intrathecal (single shot) dan dibiarkan berjalan jalan. Pada multipara

dengan pembukaan serviks diatas 8 cm dapat diberikan dosis tunggal

petidin atau gabungan narkotik dan anestetik lokal intrathecal untuk

menghasilkan analgesia yang cepat dan penuh selama fase aktif persalinan

dan kelahiran (Afiyanti, 2014).

4) Anestesia lokal (infiltrasi lokal dengan injeksi lidochaine pada

perineum dan blok syaraf pudendal)

Bermanfaat pada persalinan kala II, pada episiotomy dan pada

persalinan.Blok syaraf pudendal tidak menghilangkan nyeri yang berasal

dari kontraksi rahim, tetapi dapat menghilangkan rasa nyeri di klitoris, labia

mayora, labia monora dan perineum (Ardiyanti, 2014).


5) Anesthesia umum (Thiopental intravena)

Anesthesia umum jarang digunakan untuk indikasi melahirkan

pervaginam bila tanpa komplikasi.Anesthesia ini digunakan jika ada

kontraindikasi bila pasien menolak terhadap analgesia atau Aromaterapi

(Ardiyanti, 2014).

3. Massage Effleurage

Massage effleurage adalah pijatan lambat perut atau bagian tubuh lain

selama kontraksi. Ibu yang bersalin belajar untuk melakukan effleurage

menggunakan kedua tangan dalam gerakan melingkar (Murray, 2013). Teknik

ini menimbulkan efek relaksasi, dengan menggunakan usapan lembut dan

ringan tanpa tekanan kuat, melibatkan interaksi yang kuat antara pikiran, tubuh

dan jiwa. Massage effleurage dapat dikaitkan dengan teori gate control, dimana

teori ini mengatakan bahwa sentuhan dan nyeri jika dirangsang bersamaan,

sensasi sentuhan akan berjalan ke otak dan menutup pintu gerbang pada otak,

sehingga ada pembatasan persepsi pada nyeri. Sentuhan ringan ini juga

mempunyai efek distraksi dan meningkatkan hormon endorphin sehingga ibu

yang mengalami nyeri pada persalinan merasakan kenyamanan karena adanya

relaksasi otot (Pane, 2014).

Pada persalinan, massage effleurage dilakukan dengan menggunakan

ujung jari yang tidak putus-putus dari permukaan kulit, usapan dilakukan dengan

ringan dan tanpa tekanan yang kuat. Seorang pendamping persalinan yang

melakukan pemijatan bisa melakukan usapan menggunakan ujung- ujung jari

telapak tangan dengan gerak arah membentuk pola gerakan seperti kupu-kupu

pada abdomen seiring dengan pernafasan abdomen (Potter & Perry, 2005).
Teknik tersebut bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah, menghangatkan

otot abdomen, memberi tekanan dan meningkatkan relaksasi fisik

(Ardiyanti, 2014).

a. Manfaat Massage Effleurage

1) Massage atau usapan ringan dapat meningkatkan

produksi oksitosin endogen, sehingga merangsang

kontraksi uterus (Pane, 2014)

2) Massage dapat meningkatkan oksitosin yang bisa

menimbulkan kenyamanan dan kepuasan (Pane, 2014)

3) Sentuhan ringan pada abdomen dapat meningkatkan

kekuatan dan atau frekuensi kontraksi (Pane, 2014)

b. Efek samping Massage Effleurage

Massage effleurage merupakan teknik manajemen nyeri

nonfarmakologi pada persalinan yang tidak membahayakan bagi ibu

maupun janin, tidak memperlambat persalinan, tidak mempunyai efek

alergi ataupun efek obat (Sri Rejeki, 2013).

c. Prosedur Massage Effleurage

1) Atur posisi sesuai kenyamanan ibu

2) Saat timbul kontraksi, kedua telapak ujung jari

tangan diatas simfisis pubis

3) Bersama-sama inspirasi secara perlahan, usapkan

kedua ujung-ujung jari tangan dengan tekanan yang ringan,

tegas dan konstan ke samping abdomen, mengelilingi

samping abdomen menuju ke arah fundus uteri.

4) Setelah sampai di fundus uteri, ekspirasi


perlahan dan usapkan kedua ujung jari tangan tersebut

menuju perut bagian bawah diatas simfisis pubis

melalui umbilicus.

5) Gerakan di ulang ketika kontraksi berlangsung.

6) Pemijat harus memperhatikan respon ibu ketika

dipijat, ketika ibu sudah merasa tidak nyaman atau

kontraksi telah berhenti, maka pijatan dihentikan

(Danuatmadja dan Meliasari, 2004).

Gambar 2.5 Massage Effleurage

d. Mekanisme Peranan Massage Effleurage

Mekanisme penghambatan nyeri persalinan dengan teknik

Effleurage berdasarkan pada konsep teori Gate Control yang

mengatakan bahwa stimulasi serabut taktil kulit dapat menghambat

sinyal nyeri dari area tubuh yang sama atau area lainnya. Stimulasi

serabut taktil kulit dapat dilakukan dengan teknik massage (Sri Rejeki,

2013). Selama kontraksi berlangsung, impuls nyeri berjalan dari uterus

sepanjang serabut saraf C untuk ditransmisikan ke Substansia

Gelatinosa di Spinal Cord dan disampaikan ke Cortex Cerebri untuk

diterjemahkan sebagai nyeri. Stimulasi taktil dengan massage

effleurage menghasilkan pesan yang sebaliknya dikirim lewat serabut


saraf yang lebih besar (Serabut A Delta). Serabut A Delta akan

menutup gerbang sehingga Cortex Cerebri tidak menerima pesan nyeri

karena sudah diblokir oleh stimulasi dengan massage effleurage

sehingga persepsi nyeri berubah, karena serabut dipermukaan kulit

(Cutaneus) sebagian besar adalah serabut saraf yang berdiameter luas

Massage effleurage juga digunakan sebagai distraksi dan menurunkan

transmisi sensorik stimulasi dari dinding abdomen sehingga

mengurangi ketidaknyamanan pada area yang sakit. Sebagai teknik

relaksasi, massage effleurage mengurangi ketegangan otot,

meningkatkan sirkulasi area yang sakit dan mencegah terjadinya

hipoksia (Agraeni, 2012)

Massage dan sentuhan membantu ibu lebih rileks dan nyaman

selama persalinan. Sebuah penelitian menyebutkan ibu yang dipijat

selama 20 menit setiap jam selama tahapan persalinan akan lebih bebas

dari rasa sakit, karena massage (pijat) merangsang tubuh

melepaskan senyawa endhorpin yang merupakan pereda sakit alami

dan menciptakan perasaan nyaman (Wahyuningsih, 2014).


B. Kerangka Teori
Faktor yang
mempengaruhi nyeri Skala nyeri
persalinan: Nyeri

1. Internal

a. Pengalaman
nyeri

b. Usia Manajemen
nyeri
c. Persiapan persalinan
persalinan non- Relaksasi nafas
d. Emosi farmakologis dalam

Massage effleurage
2. Eksternal

a. Agama

b. Budaya

c. Dukungan
sosial dan Penurunan intensitas nyeri
keluarga persalinan normal pada kala I
d. Sosial ekonomi

e. Komunikasi
Bagan 2.1 Kerangka Teori
C. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori di atas, maka dapat dibuat kerangka konsep sebagai

berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Efektifitas Teknik Back Tingkat Nyeri Kala 1


Effluerage Massage Persalinan Normal

Bagan 2.2. Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari penelitian, patokan duga atau dalil

sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian (Notoatmodjo, 2014).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada keefektifitas teknik back effluerage massage terhadap penurunan

intensitas nyeri kala 1 persalinan normal di Klinik Bunafsi Wonogiri.

Ha : Ada keefektifitasan teknik back effluerage massage terhadap penurunan intensitas

nyeri kala 1 persalinan normal di Klinik Bunafsi Wonogiri.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian

quasi eksperimen yang bersifat two group pretest-postest dengan kelompok I adalah

sebagai kelompok intervensi yang dilakukan massage effleurage dan kelompok II adalah

kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan metode massage effleurage serta

dilakukan pengukuran skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan massage effleurage

untuk mengidentifikasi efektifitas massage effleurage terhadap nyeri persalinan kala I

fase laten pada ibu inpartu. Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut:

Pretest Perlakuan Posttest

01 X 02

01 - 02

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Keterangan:

01 : Pretest dilakukan pada kelompok intervensi oleh ibu inpartu yang

mengalami nyeri persalinan sebelum dilakukan massage effleurage.

02 : Post test dilakukan pada kelompok intervensi oleh ibu inpartu yang

mengalami nyeri persalinan sesudah dilakukan massage effleurage.

X : Intervensi (perlakuan massage effleurage).

- : Kontrol (diberikan perlakuan relaksasi nafas).


B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di Klinik Bunafsi Wonogiri.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian telah dilaksanakan pada tanggal.

C. Populasi, Sampel, dan Sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Nursalam, 2013). Populasi yang

diteliti adalah seluruh ibu inpartu kala I yang mempunyai keluhan nyeri persalinan

dengan partus spontan di Klinik Bunafsi Wonogiri, dimana jumlah pasien tersebut

selama tiga bulan terakhir (Oktober – Desember 2019) sebanyak 110 pasien (Data

Rekam Medis di klinik bunafsi wonogiri, 2019), hal ini berarti rata-rata pasien per

bulan sebanyak 36 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi (Nursalam, 2013). Adapun jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah sebagian dari pasien ibu inpartu kala I yang mempunyai keluhan

nyeri persalinan dengan partus spontan di Klinik Bunafsi Wonogiri. Oleh karena

populasi kurang dari 1.000 maka jumlah sampel dapat ditentukan dengan rumus

Slovin sebagai berikut:

n = N
1 + N . d²

Keterangan :

n = Besar sampel yang diperlukan


N = Jumlah populasi

d = Kesalahan maksimum yang diperbolehkan 5% (0,05)

Perhitungan :
n = 110
1 + 110 . 0,05²

= 110
1 + 110 . 0,025

= 110
3.75

= 29,333 ≈ 30

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan sampel 29,333 kemudian sampel

dibulatkan menjadi 30 responden.

3. Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik purposive sampling dengan menetapkan terlebih dahulu kriteria

inklusi yang telah ditetapkan (sampel berdasarkan kriteria/ criterion based sampling)

(Afiyanti & Rachmawati, 2014).

a. Kriteria inklusi kelompok intervensi dan kelompok kontrol:

1) 1) Ibu multigravida

2) Ibu dengan kehamilan aterm (37-41 minggu).

3) Ibu inpartu kala I fase laten

4) Ibu dengan suami yang bersedia mendampingi persalinan.

5) Usia 20-37 tahun

b. Kriteria Eksklusi Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol:

1) Ibu yang tidak mengalami nyeri persalinan

2) Ibu inpartu yang mengalami distosia saat kala I fase laten

3) Ibu hamil yang mengalami kontraksi palsu

D. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan berubahnya nilai dari

variabel terikat dan merupakan variabel bebas, dalam penelitian ini adalah tindakan

back effluerage massage

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang diduga nilainya akan berubah karena

pengaruh dari variabel bebas. Variabel terikat dalam hal ini adalah ibu inpartu kala I

yang mempunyai keluhan nyeri persalinan.

E. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana

caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga definisi

operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain

yang ingin menggunakan variabel yang sama (Nursalam, 2013). Definisi operasional

dalam penelitian ini dapat dikemukakan dalam tabel 3.2. berikut :

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Skala


Variabel Suatu tindakan Lembar 1)Massage -
Independent: massage yang Observasi effleurage
dilakukan dari atas dikatakan sesuai
Pemberian simfisis pubis ke arah dan tepat apabila
Massage pusat lalu melingkar dilakukan sesuai
Effleurage keluar abdomen dengan SOP massage
2 atau 1 tangan secara effleurage
searah
2)Massage
effleurage
dikatakan tidak
sesuai apabila
tidak dilakukan
sesuai SOP
massage
effleurage
Ketidaknyamanan Skala NRS Skala nyeri: -
Variabel karena rasa sakit yang 1. 0= tidak nyeri
Dependent: dialami ibu (hijau), tidak ada
keluhan nyeri
ibu inpartu 2. 1-3 = nyeri
kala I yang ringan (kuning),
mempunyai ada rasa nyeri,
keluhan nyeri mulai terasadan
persalinan. masih dapat
ditahan
3. 4-6 = nyeri
sedang (orange),
ada rasa nyeri,
terasamenggangg
u dengan usaha
yang cukup untuk
menahannya
4. 7-10 = nyeri
berat (merah), ada
nyeri, terasa
sangat
mengganggu,
tidak tertahankan
sehingga harus
meringis, menjerit
bahkan berteriak.

F. Instrumen Penelitian

Jenis instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa

kuesioner demografi, lembar observasi dan skala nyeri NRS. Dengan penjabaran

sebagai berikut:

1. Kuesioner Demografi

Kuesioner demografi bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden,


kuesioner demografi ini meliputi pertanyaan umur, pendidikan, pekerjaan dan

paritas.

2. Lembar Observasi Massage Effleurage

Lembar observasi massage effleurage berisi prosedur pelaksanaan metode

massage effleurage yang akan dilakukan kepada ibu yang merasakan nyeri

pada kala I fase laten dan selanjutnya diobservasi oleh peneliti. Lembar

observasi pelaksanaan metode massage effleurage dalam bentuk tabel dan

selanjutnya diisi oleh peneliti.

3. Skala nyeri NRS

Skala nyeri Numerical Rating Scale (NRS) berisi penilaian numerik dari

0-10 yang diberikan kepada ibu inpartu kala I fase sebelum dan sesudah

diberikan massage effleurage maupun yang tidak diberikan perlakuan

massage effleurage dan selanjutnya diisi oleh peneliti setelah ibu inpartu

mengatakan intensitas nyeri yang dirasakan.

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah salah satu rangkaian kegiatan penelitian setelah

pengumpulan data. Data yang masih mentah (raw data) perlu diolah sehingga

menjadi informasi yang akhirnya dapat digunakan untuk menjawab tujuan

penelitian (Notoatmojo, 2014). Tahap-tahap pengolahan data antara lain:

a. Editing
Hal yang harus diperhatikan dalam editing apakah pertanyaan telah

terjawab dengan lengkap, apakah catatan sudah jelas dan mudah dibaca, dan

apakah coretan yang ada sudah diperbaiki. Selain itu, peneliti perlu juga untuk

memeriksa apakah isian formulir atau kuesioner sudah lengkap, jelas, relevan

dan konsisten (Notoatmojo, 2014).

b. Coding

Coding adalah kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka. Coding juga dapat dikatakan sebagai usaha memberi kode-

kode tertentu pada jawaban responden (Afiyanti, 2014).

c. Processing

Mengentry data merupakan kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam tabel atau database computer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat table

kontingensi. Processing ini merupakan langkah agar data yang sudah di-entry

dapat dianalisis (Wasis, 2013).

d. Cleaning

Pembersihan data atau cleaning adalah pengecekan kembali data yang

sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Cara-cara dalam

membersihkan data yaitu mengetahui missing data, mengetahui variasi data

dan mengetahui konsistensi data (Wasis, 2013).,

2. Analisa Data
Penelitian ini menggunakan análisis:

a. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik tiap variabel yang diteliti. Bentuknya tergantung pada jenis data,

untuk data numerik digunakan nilai mean, median, standar deviasi, inter kuartil

range dan minimal maksimal. Pada data kategorik (usia, tingkat pendidikan,

dan sosial ekonomi) peringkasan data hanya menggunakan distribusi

frekuensi dengan ukuran presentase atau proporsi (Afiyanti, 2014).

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan apabila diinginkan analisis hubungan antara

dua variabel, untuk mengetahui hubungan dua variabel tersebut biasanya

digunakan pengujian statistik. Jenis uji statistik yang digunakan bergantung

pada jenis data atau variabel yang dihubungkan (Afiyanti, 2014).

Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji t-dependent. Uji t-

dependent merupakan uji parametrik yang digunakan untuk melihat hubungan

data numerik pada variabel terapi massage effleurage dan variabel karakteristik

individu dengan variabel tingkat nyeri pada persalinan kala I. Hasil analisis berupa p-

value. Sebelum data diuji dengan uji t-dependent, harus dilakukan uji normalitas

terlebih dahulu yaitu jika data <50 maka digunakan uji normalitas Saphiro

Wilk dan jika data >50 maka digunakan uji normalitas Kolmogorov Smirnov.

Kemudian jika data tidak terdistribusi normal maka uji bivariat menggunakan

uji Wilcoxon (Wasis, 2013).

I. Jalannya Penelitian
1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan meliputi : penyusunan proposal, ujian proposal,

beserta surat ijin baik dari program studi ilmu keperawatan Universitas

Sahid Surakarta maupun dari Klinik Bersalin Bunafsi Wonogiri. Setelah

proposal dinyatakan layak dilanjutkan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Tahap Pra Penelitian

1) Peneliti mengajukan surat permohonan ijin untuk

melakukan penelitian yang di tujukan ke Direktur

Klinik Bersalin Bunafsi Wonogiri.

2) Dari Klinik Bersalin Bunafsi Wonogiri, peneliti

mendapatkan perijinan untuk melakukan penelitian

pada tanggal 2019.

3) Peneliti menentukan responden dari populasi yang

ada di Klinik Bersalin Bunafsi Wonogiri, yaitu

sebanyak 33 responden.

b. Tahap Penelitian

1) Melakukan identifikasi terhadap ibu yang akan

melahirkan yang sesuai dengan kriteria inklusi

dibantu oleh bidan jaga di klinik Wijaya Kusuma

untuk menentukan pembukaan, kontraksi dan

pencatatan data pasien. Jika pembukaan 0-3cm dan


kontraksi muncul tiap 10 menit sekali selama 20-30

detik, maka pasien masih dalam kala I fase laten,

pengambilan data status pasien yang menunjukkan

ibu multípara dan tidak terjadi his palsu atau

komplikasi lainnya masuk kriteria inklusi peneliti.

2) .Jika peneliti sudah mencocokkan pasien dengan

kriteria inklusi, maka peneliti datang kepada ibu

inpartu dan suami yang mendampingi ibu inpartu

tersebut untuk memperkenalkan diri serta

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada

suami dan juga istri yang sedang menghadapi

proses melahirkan

3) Peneliti meminta persetujuan (informed consent)

kepada responden yang sesuai dengan kriteria

inklusi. Bagi responden yang menyetujui langsung

tanda tangan.

4) Setelah suami yang mendampingi ibu inpartu

menandatangani informed consent, peneliti

selanjutnya memberi penjelasan mengenai prosedur

massage effleurage terhadap ibu dan suami dengan

menggunakan kedua tangan peneliti dan perut

peneliti sebagai contoh perlakuan massage. Ketika

ibu dan suami mengatakan paham dengan apa yang

dijelaskan peneliti, suami langsung melakukan


perlakuan massage effleurage kepada ibu inpartu

ketika tanda-tanda kontraksi telah muncul.

Penjelasan mengenai prosedur massage effleurage

ini berlangsung selama ±3 menit kepada ibu, suami

dan keluarga di kelompok intervensi. Peneliti juga

menjelaskan kepada kelompok control mengenai

perlakuan teknik nafas dalam yang didampingi

suami dan keluarga.

5) Peneliti mengisi lembar data demografi yang terdiri

dari inisial nama, usia, pendidikan dan pekerjaan.

6) Peneliti mengkaji derajat nyeri yang dialami

responden pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol sebelum dilakukan intervensi dengan

menggunakan skala pengukuran nyeri NRS dan

diisi langsung oleh peneliti setelah responden

menunjukkan angka berapa nyeri yang dirasakan.

7) Ketika tanda-tanda kontraksi telah muncul,

tindakan massage segera dilakukan oleh suami atau

keluarga yang mendampingi. Massage effleurage

dilakukan hanya ketika kontraksi muncul (20-30

detik) dan berhenti dilakukan ketika kontraksi

hilang atau ketika ibu sudah merasa tidak nyaman

Perlakuan tarik nafas dalam yang didampingi oleh

suami juga diberlakukan untuk kelompok kontrol.


Pada kelompok kontrol, relaksasi nafas dalam juga

dilakukan hanya ketika kontraksi muncul dan

berhenti setelah kontraksi telah hilang.

8) Peneliti mengamati dan mengontrol setiap

langkah-langkah tindakan massage effleurage yang

dilakukan oleh suami atau keluarga yang

mendampingi kepada istri yang sedang mengalami

kontraksi dan mencatat dalam checklist prosedur

perlakuan massage effleurage.

9) Peneliti mengkaji kembali derajat nyeri yang

dialami responden kelompok intervensi dan

kelompok kontrol dengan cara pasien sendiri yang

akan memilih ada ditingkat berapa nyeri kontraksi

yang sedang dirasakan ketika tindakan massage

effleurage telah diberikan dalam keadaan kontraksi

dengan menggunakan skala pengukuran nyeri NRS

dan peneliti melingkari tingkatan nyeri yang

dirasakan setelah responden menunjukkan angka

berapa nyeri yang dirasakan.

10) Pengukuran skala nyeri dilakukan hanya pada satu

kali perlakuan massage effleurage

11) Menganalisis data yang sudah terkumpul dan

disajikan dalam bentuk tabel.


H. Etika Penelitian

Menurut Nursalam (2013), etika dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Lembar persetujuan responden (Informed Consent)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.Informed consent

tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan.Jika responden tidak bersedia, maka

peneliti harus menghormati hak responden. Informasi yang harus ada dalam

informed concent tersebut antara lain: partisipasi responden, tujuan dilakukan

tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan,

potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang

mudah dihubungi, dan lain-lain.

2. Tanpa Nama (Anonymity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan

atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

3. Kerahasiaan (confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian.

4. Keadilan (justice)

Justice adalah keadilan, peneliti memperlakukan semua responden

dengan baik dan adil, semua responden mendapatkan perlakuan yang sama dari

penelitian yang dilakukan peneliti.

5. Beneficence dan Nonmaleficence

Penelitian ini tidak membahayakan partisipan dan peneliti telah

berusaha melindungi partisipan dari bahaya ketidaknyamanan (protection from

discomfort).Peneliti menjelaskan tujuan, manfaat, penggunaan alat instrumen

untuk mengumpulkan data, dan penggunaan data penelitian sehingga dapat

dialami oleh partisipan dan bersedia menandatangani serat ketersediaan

berpartisipasi atau Informed Consent.Selama proses penelitian berlangsung

peneliti memperhatikan beberapa hal yang dapat merugikan partisipan antara

lain kenyamanan, dan perubahan perasaan. Apabila kondisi tersebut

membahayakan kondisi partisipan maka peneliti menghentikan penelitian atau

observasi terlebih dulu dan memulainya lagi ketika kondisi sudah stabil dan

partisipan siap untuk menjawab atas pertanyaan peneliti.

Anda mungkin juga menyukai