Anda di halaman 1dari 6

Penelitian batuan metamorf terutama didasarkan kepada perubahan sifat-sifat fisika, sifat

optic dan sifat kimia dari mineral-mineral yang terbentuk secara sedimentasi ataupun secara
pembekuan dibandingkan setelah adanya perubahan menjadi batuan ubahan (metamorphic
rocks). Hal ini sesuai dengan namanya yang berasal dari perkataan yunani “metamorfisme” yang
berarti berubah bentuk. Macam-macam metamorfisme:

METAMORFISME KATAKLASTIK (Cataclastic metamorphism)

Terkadang proses deformasi mekanik pada metamorfisme dapat berlangsung tanpa disertai
rekristalisasi kimia. Meskipun jarang terjadi, walaupun terjadi sifatnya hanya setempat saja.
Misalnya batuan yang berbutir kasar seperti granit jika mengalami diferensial stress yang kuat,
butirannya akan hancur menjadi lebih halus. Apabila ini terjadi pada batuan yang bersifat regas
(britle) mengalami stress namun tidak hancur dan berlanjut pada proses metamorfisme maka
butiran dan fragmen batuannya akan menjadi lonjong (elongated), dan berkembanglah foliasi.

METAMORFISME KONTAK (Contact metamorphism)

Metamorfisme kontak terjadi akibat adanya intrusi tubuh magma panas pada batuan yang dingin
dalam kerak bumi. Akibat kenaikan suhu, maka rekristalisasi kimia memegang peran utama.
Sedangkan deformasi mekanik sangat kecil, bahkan tidak ada, karena stress disekitar magma
relatif homogen. Batuan yang terkena intrusi akan mengalami pemanasan dan termetamorfosa,
membentuk suatu lapisan di sekitar intrusi yang dinamakan aureole metamorphic (batuan
ubahan). Tebal lapisan tersebut tergantung pada besarnya tubuh intrusi dan kandungan H2O di
dalam batuan yang diterobosnya.

METAMORFISME REGIONAL (Regional metamorphism)

Batuan metamorf yang dijumpai di kerak bumi dengan penyebaran sangat luas sampai puluhan
ribu kilometer persegi, dibentuk oleh metamorfisme regional dengan melibatkan deformasi
mekanik dan rekristalisasi kimia sehingga memperlihatkan adanya foliasi. Batuan ini umumnya
dijumpai pada deretan pegunungan atau yang sudah tererosi, berupa batu sabak (slate), filit, sekis
dan gneiss.

KOMPOSISI MINERAL BATUAN METAMORF


Mineral – mineral yang biasa dijumpai dalam batuan metamorf dan kenampakannya dalam
sayatan tipis yaitu;
1. Kuarsa : bentuk mineral kuarsa pada batuan metamorf yaitu pipih atau menkristal tak
beraturan.
2. Mika : bentuk pipih dan melembar halus, dapat memberikan warna interferensi yang akan
lebih gelap.
3. Klorit : berwarna hijau pada saat nikol sejajar, sudut gelapan 20-90, belahan 1 arahbentuk
fibrous.
4. Andalusit : warna transparan sampai dengan merah, sudut gelapan 900, relief tinggi,
pleokroisme dwikroik.
5. Silimanite : warna absorbsi tidak berwarna, bentuk prismatic panjang berserabut, Sudut
gelapan 450, jenis gelapan simetris.
6. Kyanite : warna transparan sampai biru muda, bentuk plate tabular, relief tinggi,
pleokroisme monokroik, sudut belahan membentuk 850 dengan panjang Kristal
7. Garnet : warna coklat muda pada saat nikol sejajar, nikol silang berwarna hitam, bentuk
krisral dodechahedral-trapezohedron, relief sangat tinggi, belahan 2 arah, pecahan tidak
rata.
8. Cordierit : warna transparan, bentuk Kristal prismatic pendek, relief rendah, sudut
pemadaman 900, kembaran polisintetik.
9. Straulite : warna kuning muda pada saat nikol sejajar, nikol silang berwarna hitam, relief
tinggi, dijumpai adanya inklusi kuarsa.
10. Sphene : warna transparan, bentuk euhedral berbentuk seperti ketupat, relief tinggi, jenis
gelapan simetris.

Struktur Batuan Metamorf


Adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi unit
poligranular batuan tersebut. (Jacson, 1997). Secara umum struktur batuan metamorf dapat
dibadakan menjadi struktur foliasi dan nonfoliasi (Jacson, 1997).

1. Struktur Foliasi
Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa. Foliasi ini dapat terjadi karena
adnya penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-lapisan (gneissoty), orientasi butiran
(schistosity), permukaan belahan planar (cleavage) atau kombinasi dari ketiga hal tersebut
(Jacson, 1970). Struktur foliasi yang ditemukan adalah :
1a. Slaty Cleavage
Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus (mikrokristalin) yang
dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar yang sangat rapat, teratur dan sejajar.
Batuannya disebut slate (batusabak).

Gambar Struktur Slaty Cleavage dan Sketsa Pembentukan Struktur

1b. Phylitic
Srtuktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat rekristalisasi yang
lebih besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih dengan mineral granular. Batuannya
disebut phyllite (filit).

Gambar Struktur Phylitic


1c. Schistosic
Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatic atau lentikular
(umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang sampai kasar. Batuannya disebut schist
(sekis).

Gambar Struktur Schistosic dan Sketsa Pembentukan Struktur

1d. Gneissic/Gnissose
Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral yang mempunyai bentuk
berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler (feldspar dan kuarsa) dengan mineral-
mineral tabular atau prismatic (mioneral ferromagnesium). Penjajaran mineral ini umumnya
tidak menerus melainkan terputus-putus. Batuannya disebut gneiss.

Gambar Struktur Gneissic dan Sketsa Pembentukan Struktur

2. Struktur Non Foliasi


Terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan umumnya terdiri dari butiran-
butiran (granular). Struktur non foliasi yang umum dijumpai antara lain:

2.a Hornfelsic/granulose
Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan equigranular dan umumnya
berbentuk polygonal. Batuannya disebut hornfels (batutanduk)
Gambar Sruktur Granulose

2b. Kataklastik
Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan umumnya
membentuk kenampakan breksiasi. Struktur kataklastik ini terjadi akibat metamorfosa
kataklastik. Batuannya disebut cataclasite (kataklasit).

2c. Milonitic
Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik. Cirri
struktur ini adalah mineralnya berbutir halus, menunjukkan kenampakan goresan-goresan searah
dan belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer. Batiannya disebut mylonite (milonit).

Struktur Milonitic
2d. Phylonitic
Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik tetapi umumnya telah
terjadi rekristalisasi. Cirri lainnya adlah kenampakan kilap sutera pada batuan yang ,mempunyai
struktur ini. Batuannya disebut phyllonite (filonit)

Tekstur Batuan Metamorf


Merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan orientasi butir
mineral dan individual penyusun batuan metamorf. Penamaan tekstur batuan metamorf
umumnya menggunakan awalan blasto atau akhiran blastic tang ditambahkan pada istilah
dasarnya. (Jacson, 1997).

1. Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir


Berdasarkan butirnya tekstur batuan metmorf dapat dibedakan menjadi:
1. Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata
2. Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.

2. Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal


Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:

1. Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang kristal itu sendiri.
2. Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang permukaannya sendiri dan sebagian
oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.
3. Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain disekitarnya.
Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:

1. Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk euhedral.


2. Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk anhedral

Anda mungkin juga menyukai