Addison Disease
Addison Disease
PENDAHULUAN
1
Prevalensi di Indonesia belum diketahui akibat sulitnya mendeteksi
penyakit ini, namun di bagian IKA RSCM Jakarta sejak tahun 2003-2008 telah
ditemukan 3 anak yang diduga mengalami kelainan ini. Penyakit ini sukar
dideteksi karena gejalanya tidak khas.3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
3
Etiologi
Pada abad lalu, insufisiensi adrenal primer paling sering disebabkan oleh infeksi
tuberculosis. Di negara yang kejadian tuberkulosisnya masih tinggi seperti di
Indonesia, perlu dipertimbangkan sebagai penyebab penyakit Addison, tetapi di
negara maju seperti Amerika, tuberculosis sudah amat jarang bahkan sudah tidak
ada sama sekali.4
Epidemiologi1
Penyakit Addison sangat jarang terjadi. Pada studi retrospektif yang dilakukan di
US, didapatkan bahwa prevalensi insufisiensi adrenal pada anak lebih banyak,
kira-kira sama dengan hyperplasia adrenal kongenital. Insufisiensi adrenal
sekunder hingga hyperplasia adrenal kongenital terjadi kira-kira 1 per 16.000
bayi. Dibeberapa studi yang dilakukan di Britania, dilaporkan prevalensi
insufisiensi adrenal yaitu 110 kasus per juta jiwa untuk seluruh umur. Lebih dari
90% kasus disebabkan oleh autoimun. Secara global, penyebab tersering dari
insufisiensi adrenal adalah infeksi tuberculosis, yang jika dihitung insidensi akibat
infeksi ini kira-kira 5-6 kasus per juta per tahun.
4
Tidak ada ras tertentu yang khusus mengalami penyakit ini, namun jenis kelamin
dan usia memberikan perbedaan. Penyakit Addison lebih sering terjadi pada
perempuan daripada laki-laki, karena insufisiensi ini terkait oleh
adrenoleukodistrofi jarang terjadi pada laki-laki karena terkait dengan X-linked.
Penyebab kongenital, seperti hipoplasi adrenal dan defek respeptor ACTH sering
terjadi pada anak.
Patofisiologi
Defisiensi Mineralokortikoid
Sewaktu cairan ekstrasel berkurang, volume plasma akan turun, konsentrasi sel
darah merah meningkat dengan nyata, curah jantung menurun, dan pasien akan
meninggal karena renjatan. Kematian ini biasanya terjadi pada penderita yang
tidak diobati empat hari sampai dua minggu setelah penghentian total sekresi
mineralokortikoid.
5
Defisiensi Glukokortikoid
Pigmentasi melanin
Gejala lain pada kebanyakan pasien penyakit Addison adalah pigmentasi melanin
di membrane ukosa dan kulit. Melanin ini tidak selalu dideposisi dengan benar
namun kadangkalan dideposisi dalam bentuk bercak dan khususnya terdapat
dibagian kulit yang tipis misalnya di membrane mukosa bibir dan kulit tipis
puting susu. Penyebab deposisi melanin diduga sebagai berikut. Bila sekresi
kortisol ditekan, maka umpan balik normal terhadap hipotalamus dan kelenjar
hipofisis anterior juga akan tertekan, karena itu menimbulkan kecepatan sekresi
ACTH yang luar biasa bersamaan dengan sekresi MSH yang sangat banyak yang
menyebabkan timbulnya sebagian besar efek pigmentasi sebab ACTH dapat
merangsang pembentukan melanin oleh melanosit dengan cara yang sama seperti
yang dilakukan oleh MSH.
6
Manifestasi Klinis
Pasien biasanya menunjukkan tampakan defisiensi glukokortikoid dan
mineralkortikoid. Gejala yang predominan sangat bergantung pada durasi
penyakit.1
A. Presentasi Akut
- Pasien pada keadaan krisis adrenal sering terjadi mual yang mencolok,
muntah, dan kolaps vaskuler. Hal ini memungkinkan terjadinya sianotik
dan syok.
- Gejala pada abdomen biasanya berupa mirip dengan gejala akut abdomen.
- Pada keadaan hemoragi adrenal akut pasien merasakan nyeri panggul dan
mual yang disertai hiperpireksia atau tanpa hiperpireksia.
B. Presentasi Kronis
7
- Temuan kulit lainnya seperti vitiligo paling sering terlihat pada
hiperpigmentasi pada Addison yang idiopatik. Hal ini merupakan akibat
dampak destruksi autoimun pada melanosit.
Hiperpigmentasi di
dentogingival
Hiperpigmentasi pada
membrane mukosa bibir
8
- Pasien dengan diabetes yang terkontrol, bisa berkembang menjadi
penurunan kadar insulin dan terjadinya episode hipoglikemia karena
peningkatan sensitivitas insulin.
- Impotensi dan penurunan libido terjadi pada pasien pria terutama pasien
dengan penurunan fungsi testikuler.
- Pada pasien wanita, biasanya mengeluhkan riwayat amenorea karena efek
kombinasi penurunan berat badan dan penyakit autoimun kronis yang
menyebabkan ovarian failure. Hiperprolaktinemia dapat terjadi karena
respon steroid yang mengkontribusi pada kerusakan fungsi gonad
sehingga terjadi amenorea.
Pemeriksaan Penunjang1
Pemeriksaan kadar elektrolit
9
steroidogenik, terutama 21-hidroksilase, seringditemukan pada penyakit autoimun
adrenal.2
Insulin-toleransi test
Pencitraan
Ketika penyakit Addison tidak jelas autoimun, radiografi dada dilakukan
untuk melihat tuberculosis, infeksi jamur atau kanker sebagai kemungkinan
penyebab. CT scan abdomen akan menunjukkan adrenal nonkalsifikasi kecil pada
penyakit Addison autoimun. Pembesaran adrenal sekitar 85% dari kasus karena
metastasis atau penyakit granulomatosa. Kalsifikasi dicatat sekitar 50% dari
penyakit Addison tuberkulosa tetapi dapat juga terlihat perdarahan, infeksi jamur,
pheochromocytoma, dan melanoma.1
Penegakan Diagnosis
Penegakan diagnosa sangat bergantung dari tampakan klinis dan keluhan-keluhan
yang dialami oleh pasien.
A. Anamnesis
Penyakit Addison bisa timbul dengan keluhan lelah, pingsan, mual, muntah,
depresi, pusing postural, mialgia, intoleransi dingin, penurunan berat badan
atau jika berat terdapat krisis addisonian yaitu, syok, takikardi, vasokontriksi,
bingung.2
10
2. Adakah riwayat keganasan? (metastasis adrenal?)
3. Adakah riwayat TB?
4. Adakah riwayat penyakit autoimun lain?
5. Adakah bukti penyakit hipofisis (hipopituitarisme)?
Pemeriksaan Fisik
Diagnosis Banding
Penyakit Addison mungkin sulit dibedakan dengan kondisi lain. Dokter
harus mempertimbangkan insufisiensi adrenal (Addison disease) dengan
diagnosis penyakit lain dengan gejala fatigue kronik, anoreksia, vomiting, diare,
penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya, dehidrasi, hipoglikemia
dan hipotensi. Kondisi lain yang harus dipertimbangkan yaitu defek reseptor
ACTH autoimun, adrenoleukodistrofi dan adrenomyeloneuropati, sindrom
poliglandular autoimun endokrinopati, infeksi adrenalitis (hubungannya dengan
infeksi HIV atau tuberculosis, perdarahan adrenal, hyperplasia lipoid adrenal dan
penyakit Wolman.
11
Manajemen dan Penanganan1
Setelah hasil elektrolit, kadar gula darah, kortisol dan kadar ACTH
didapatkan, berikan glukokortikoid jika diduga ada penyakit Addison. 1
Resusitasi cairan
12
Pada pasien hipotensi, berikan NaCl secara cepat 20 ml/kg bolus dalam satu jam
pertama. Jika pasien tetap hipotensi, berikan NaCl 20 ml/kg bolus dalam satu jam
kedua. 1
Koreksi hipoglikemia
Jika pasien hipoglikemia, berika 2 ml/kg dextrose 25% dalam aquadest (D25W)
atau 4 ml/kg dextrose 10% dalam aquades (D10W) dapat mengoreksi
hipoglikemia. Persiapkan dextrose 5 % (D5W) untuk mencegah hipoglikemia
lanjutan. 1
Administrasi glukokortikoid
Long-term monitoring
13
pertumbuhan dan perkembangan, karena pemberian glukokortikoid yang
berlebihan dapat mengurangi kecepatan pertumbuhan.1
Hidrokortison yang tersedia yaitu tablet 5 mg, 10 mg, dan 20 mg. Obat ini
direkomendasi untuk terapi long-term karena potensi relative rendah. 1
Pasien dengan insufisiensi adrenal primer (penyakit Addison) yang juga memiliki
defisiensi mineralokortikoid membutuhkan fludkortisone 0,1-0,2 mg/hari. Pasien
muda harus diberikan NaCl adekuat (2-4 g/hari) menetralkan kekurangan garam.
Dosis glukokortikoid
Komplikasi
Hipotensi, syok, hipoglikemia dan kematian merupakan komplikasi primer
dari insufisiensi adrenal (Addison disease). Oleh karena itu, terapi glukokortikoir
oral harian dapat menyebabkan supresi iatrogenic dari aksis hipotalamus-
pituitary-adrenal dalam 2 minggu. Efek dapat dirasakan dalam minggu sampai
bulan, bergantung terhadap durasi paparan dosis farmakologik dari
glukokortikoid. Komplikasi dari pemberian glukokortikoid berlebihan sebagai
berikut:2
14
- Gagal tumbuh
- Obesitas
- Striae
- Osteoporosis
- Kelemahan otot
- Hipertensi
- Hiperglikemia
- Katarak
Sedangkan komplikasi pemberian mineralokortikoid berlebihan yaitu hipertensi
dan hypokalemia.2
Prognosis1
15
REFERENSI
16