Anda di halaman 1dari 11

Tipe Hutan Hujan Tropis dan Persebarannya di Indonesia

1
Aldita Nurul Burhan, 2 Alfi Husein Maharato, 3 Ayu Alfiyah, 4 Cyndi Kurniawati, 5 Desma Anjar
Setyowati Rismadini Putri
1
Alamat Korespondensi : ayuallfiyah99@gmail.com

Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang

Jl. Semarang No.5 Sumbersari, Kota Malang, Jawa Timur

ABSTRAK

Hutan Tropika basah atau sering juga ditulis sebagai hutan hujan tropis merupakan bioma
berupa hutan yang selalu basah atau lembab, yang dapat ditemui di wilayah sekitar
khatulistiwa; yakni kurang lebih pada lintang 0°–10° ke utara dan ke selatan garis
khatulistiwa. Indonesia merupakan salah satu daerah yang memiliki Hutan Hujan Tropis
dengan cakupan wilayah di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Memiliki
berbagai karakteristik dan keanekaragaman vegetasi yang berbeda-beda di setiap wilayahnya.
Hutan Hujan Tropis di Indonesia terdiri dari 10 jenis yaitu Hutan Hujan Pegunungan Tinggi,
Hutan Hujan Pegunungan Rendah, Hutan Tropis Dataran Rendah, Hutan Subalpin, Hutan
Pantai, Hutan Mangrove, dan Hutan Rawa. Secara umum persebaran hutan hujan tropis di
Indonesia dibagi menjadi 3 wilayah persebaran yaitu hutan hujan tropis barat, hutan hujan
tropis wilayah timur, dan wilayah peralihan. Hutan Hujan Tropika terbentuk di wilayah
beriklim tropis, dengan curah hujan tahunan minimum berkisar antara 1,750 millimetre
(69 in) dan 2,000 millimeter (79 in). Sedangkan rata-rata temperatur bulanan berada di atas
18 °C (64 °F) di sepanjang tahun.

Kata kunci : hutan hujan, persebaran, vegetasi

ABSTRACT

Wet tropical forests or often also written as tropical rain forests are biomes in the form of
ever wet or humid forests, which can be found in the area around the equator; that is
approximately at latitude 0 ° –10 ° to the north and south of the equator. Indonesia is one of
the regions that has Tropical Rain Forests with coverage areas on the islands of Sumatra,
Kalimantan, Sulawesi and Papua. Has a variety of characteristics and diversity of vegetation
that varies in each region. Tropical Rainforest in Indonesia consists of 10 types, namely High
Mountains Rainforest, Low Mountains Rainforest, Lowland Tropical Forest, Sub alpin
Forest, Coastal Forest, Mangrove Forest, and Swamp Forest. In general, the distribution of
tropical rain forests in Indonesia is divided into 3 distribution areas, namely the western
tropical rainforest, the eastern tropical rainforest, and the transitional region. Tropical Rain
Forests are formed in tropical regions, with minimum annual rainfall ranging from 1,750
millimeters (69 in) and 2,000 millimeters (79 in). While the average monthly temperature is
above 18 ° C (64 ° F) throughout the year.
Keywords: rainforest, distribution, vegetation

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan
tumbuhan lainnya. Hutan menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan,
hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
lainnya tidak dapat dipisahkan. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah
yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink),
habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu
aspek biosfer Bumi yang paling penting.

Hutan Tropika basah atau sering juga ditulis sebagai hutan hujan tropis adalah bioma
berupa hutan yang selalu basah atau lembab, yang dapat ditemui di wilayah sekitar
khatulistiwa; yakni kurang lebih pada lintang 0°–10° ke utara dan ke selatan garis
khatulistiwa. Hutan-hutan ini didapati di Asia, Australia, Afrika, Amerika Selatan, Amerika
Tengah, Meksiko dan Kepulauan Pasifik. Hutan hujan tropika terbentuk di wilayah-wilayah
beriklim tropis, dengan curah hujan tahunan minimum berkisar antara 1;750 milimeter (69 in)
dan 2;000 milimeter (79 in). Sedangkan rata-rata temperatur bulanan berada di atas 18 °C (64
°F) di sepanjang tahun. Hutan hujan tropika merupakan vegetasi yang paling kaya, baik
dalam arti jumlah jenis makhluk hidup yang membentuknya, maupun dalam tingginya nilai
sumberdaya lahan (tanah, air, cahaya matahari) yang dimilikinya. Hutan dataran rendah ini
didominasi oleh pepohonan besar yang membentuk tajuk berlapis-lapis (layering), sekurang-
kurangnya tinggi tajuk teratas rata-rata adalah 45 m (paling tinggi dibandingkan rata-rata
hutan lainnya), rapat, dan hijau sepanjang tahun.
Indonesia merupakan salah satu daerah yang memiliki Hutan Hujan Tropis dengan
cakupan wilayah di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Memiliki berbagai
karakteristik dan keanekaragaman vegetasi yang berbeda-beda di setiap wilayahnya. Hutan
hujan tropis di Indonesia terdiri dari 10 jenis yaitu Hutan Hujan Pegunungan Tinggi, Hutan
Hujan Pegunungan Rendah, Hutan Tropis Dataran Rendah, Hutan Subalpin, Hutan Pantai,
hutan mangrove, dan hutan rawa.

HASIL TELAAH

A. Persebaran Hutan Hujan Tropis di Indonesia


Hutan ini menyimpan lebih dari setengah jumlah spesies hewan dan tumbuhan yang
ada di dunia. Keanekaragaman hayati hutan jenis ini sangat tinggi. Sebagai gambaran, hutan
hujan tropis di Amerika Selatan memiliki densitas keanekaragaman hayati 100-300 spesies
setiap hektar. Sekitar 70% diantaranya berupa jenis-jenis tumbuhan. Secara umum persebaran
hutan hujan tropis di Indonesia dibagi menjadi 3 wilayah persebaran yaitu hutan hujan tropis
barat, hutan hujan tropis wilayah timur, dan wilayah peralihan.

1. Hujan hutan tropis wilayah barat

Wilayah ini mencakup pulau Kalimantan, Pulau Sumatra dan Pulau Jawa. Di wilayah
ini spesies pohon yang dominan yaitu arti famili Dipterocarpacaeae.

2. Hutan hujan tropis wilayah timur

Kawasan yang termasuk hutan hujan tropis di wilayah timur yaitu Pulau-pulau yang
pernah tergabung dengan benua Australia yaitu antara lain Papua, Maluku, dan pulau
pulau kecil disekitarnya. Sebagian besar famili yang menghuni wilayah ini
yaitu Myrtaceae dan Araucariaceae.

3. Hutan hujan tropis wilayah peralihan

Wilayah ini merupakan perpaduan dari dua kawasan lainnya yaitu wilayah barat yang
mendapat pengaruh dari Asia dan wilayah timur yang dipengaruhi Australia, meliputi
Sulawesi dan Nusa Tenggara. Di wilayah ini terdapat jenis Flora dari barat dan jenis
Flora dari timur. Famili yang menghinu kawasan ini antara lain Verbenaceae,
Myrtaceae, dan Araucariaceae.
Persebaran hutan hujan tropis di Indonesia pada dasarnya berada di pulau-pulau besar seperti
Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.

Gambar 2. Sebaran hutan hujan tropis

(sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Tropical_rainforest)

B. Karakteristik Hutan Hujan Tropis


Hutan hujan tropika terbentuk di wilayah beriklim tropis, dengan curah hujan
tahunan minimum berkisar antara 1,750 millimetre (69 in) dan 2,000 millimeter (79 in).
Sedangkan rata-rata temperatur bulanan berada di atas 18 °C (64 °F) di sepanjang tahun.
Hutan basah ini tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian sekitar 1.200 mdpl, di atas
tanah yang subur atau relatif subur, kering (tidak tergenang air dalam waktu lama), dan
tidak memiliki musim kemarau yang nyata (jumlah bulan kering < 2).
Hutan hujan tropika merupakan vegetasi yang paling kaya, baik dalam arti jumlah
jenis makhluk hidup yang membentuknya, maupun dalam tingginya nilai sumberdaya
lahan (tanah, air, cahaya matahari) yang dimilikinya. Hutan dataran rendah ini
didominasi oleh pepohonan besar yang membentuk tajuk berlapis-lapis (layering),
sekurang-kurangnya tinggi tajuk teratas rata-rata adalah 45 m (paling tinggi
dibandingkan rata-rata hutan lainnya), rapat, dan hijau sepanjang tahun. Ada tiga lapisan
tajuk atas di hutan ini:
 Lapisan pohon-pohon yang lebih tinggi, muncul dan menonjol di atas atap tajuk
(kanopi hutan) sehingga dikenal sebagai “sembulan” (emergent). Sembulan ini bisa
sendiri-sendiri atau kadang-kadang menggerombol, namun tak banyak. Pohon-pohon
tertinggi ini bisa memiliki batang bebas cabang lebih dari 30 m, dan dengan lingkar
batang hingga 4,5 m.
 Lapisan kanopi hutan rata-rata, yang tingginya antara 24–36 m.
 Lapisan tajuk bawah, yang tidak selalu menyambung. Lapisan ini tersusun oleh
pohon-pohon muda, pohon-pohon yang tertekan pertumbuhannya, atau jenis-jenis pohon
yang tahan naungan.
 Kanopi hutan banyak mendukung kehidupan lainnya, semisal berbagai jenis epifit
(termasuk anggrek), bromeliad, lumut, serta lumut kerak, yang hidup melekat di cabang
dan rerantingan. Tajuk atas ini demikian padat dan rapat, membawa konsekuensi bagi
kehidupan di lapis bawahnya. Tetumbuhan di lapis bawah umumnya terbatas
keberadaannya oleh sebab kurangnya cahaya matahari yang bisa mencapai lantai hutan,
sehingga orang dan hewan cukup leluasa berjalan di dasar hutan.
Ada dua lapisan tajuk lagi di aras lantai hutan, yakni lapisan semak dan lapisan
vegetasi penutup tanah. Lantai hutan sangat kurang cahaya, sehingga hanya jenis-jenis
tumbuhan yang toleran terhadap naungan yang bertahan hidup di sini; di samping jenis-
jenis pemanjat (liana) yang melilit batang atau mengait cabang untuk mencapai atap
tajuk. Akan tetapi kehidupan yang tidak begitu memerlukan cahaya, seperti halnya aneka
kapang dan organisme pengurai (dekomposer) lainnya tumbuh berlimpah ruah.
Dedaunan, buah-buahan, ranting, dan bahkan batang kayu yang rebah, segera menjadi
busuk diuraikan oleh aneka organisme tadi. Pemakan semut raksasa juga hidup di sini.
Pada saat-saat tertentu ketika tajuk tersibak atau terbuka karena sesuatu sebab
(pohon yang tumbang, misalnya), lantai hutan yang kini kaya sinar matahari segera
diinvasi oleh berbagai jenis terna, semak dan anakan pohon; membentuk sejenis rimba
yang rapat.
C. Fungsi Hutan Hujan Tropis
Hutan hujan berfungsi bagi ekosistem global. Hutan hujan:
 menyediakan rumah bagi banyak tumbuhan dan hewan
 melindungi dari banjir, kekeringan, dan erosi;
 Sumber dari obat-obatan dan makanan;
 Menyokong kehidupan manusia suku pedalaman dan menjadi tempat menarik
untuk dikunjungi
 Hutan hujan membantu menstabilkan iklim dunia dengan cara menyerap
karbon dioksida dari atmosfer. Pembuangan karbon dioksida ke atmosfer
dipercaya memberikan pengaruh bagi perubahan iklim melalui pemanasan
global.

E. Tumbuhan Penyusun Hutan Hujan Tropis


Tumbuhan utama penyusun hutan hujan tropis yang basah (lembab), biasanya
terdiri atas tujuh kelompok utama, yaitu:
1. Pohon-pohon Hutan
Pohon-pohon ini merupakan komponen struktural utama, kadang-kadang untuk
mudahnya dinamakan atap atau tajuk (canopy). Kanopi ini terdiri dari tiga tingkatan, dan
masing-masing tingkatan ditandai dengan jenis pohon yang berbeda. Tingkatan A
merupakan tingakatan tumbuhan yang menjulang tinggi, dengan ketinggian lebih dari 30
meter. Dicirikan dengan jarak antar pohon yang agak berjauhan dan jarang. Tingkatan B
memiliki ketinggian antara 15-30 meter, kanopi bersifat kontinu (bersambung) dan
membentuk sebuah massa yang dapat disebut sebagai sebuahatap (kanopi). Sedangkan
tingkatan C dengan ketinggian antara 5-15 meter. Tingkatan ini dicirikan dengan bentuk
pohon yang kecil dan langsing, serta memiliki tajuk yang sempit meruncing. Tingkatan-
tingkatan kanopi hutan hujan tropis sebenarnya sukar sekali dtentukan secara pasti,
pengamatan tingkatan kanopi di atas hanyalah bersifat kausal saja.
2. Terna
Pada bagian hutan yang kanopinya tidak begitu rapat, memungkinkan sinar
matahari dapat tembus hingga ke lantai hutan. Pada bagian ini banyak tumbuh dan
berkembang vegetasi tanah yang berwarna hijau yang tidak bergantung pada bantuan dari
luar. Tumbuhan yang demikian hidup dalah iklim yang lembab dan cenderung bersifat
terna seperti paku-pakuan dan paku lumut (Selagenella spp.) dengan bagian dindingnya
sebagian besar terdiri dari tumbuhan berkayu. Terna dapat membentuk lapisan tersendiri,
yaitu lapisan semak-semak (D), terdiri dari tumbuhan berkayu agak tinggi. Lapisan
kedua yaitu semai-semai pohon (E) yang dapat mencapai ketinggian 2 meter.
3. Tumbuhan Pemanjat
Tumbuhan ini bergantung dan menunjang pada tumbuhan utama dan memberikan
hiasan utama pada hutan hujan tropis. Tumbuhan pemanjat ini lebih dikenal dengan
sebutanLiana. Tumbuhan ini dapat tumbuh baik, besar dan banyak, sehingga mampu
memberikan salah satu sifat yang paling mengesankan dari hutan hujan tropis. Tumbuhan
ini dapat berbentuk tipis seperti kawat atau berbentuk besar sebesar paha orang dewasa.
Tumbuhan ini seperti menghilang di dalam kerimbunan dedaunan atau bergantungan
dalam bentuk simpul-simpul tali raksasa.
4. Epifita
Tumbuhan ini tumbuh melekat pada batang, cabang atau pada daun-daun pohon,
semak, dan liana. Tumbuhan ini hidup diakibatkan oleh kebutuhan akan cahaya matahari
yang cukup tinggi. Beberapa dari tipe ini hidup di atas tanah pada pohon- pohon yang
telah mati. Tumbuhan ini pada umumnya tidak menimbulkan pengaruh buruk terhadap
inang yang menunjangnya. Tumbuhan ini pun hanya memainkan peran yang kurang
berarti dalam ekonomi hutan.
5. Pencekik Pohon
Tumbuhan pencekik memulai kehidupannya sebagai epifita, tetapi kemudian
akar- akarnya menancap ke tanah dan tidak menggantung lagi pada inangnya. Tumbuhan
ini sering membunuh pohon yang semula membantu menjadi inangnya. Tumbuhan
pencekik yang paling banyak dikenal dan melimpah jumlahnya, baik dari segi jenis
ataupun populasinya, adalah Fircus spp. yang memainkan peranan penting baik dalam
ekonomi maupun fisiognomi hutan hujan tropis. Biji-biji dari tumbuhan pencekik ini
berkecambah diantara dahan-dahan pohon besar yang tinggi atau semak yang merupakan
inangnya. Pada stadium ini tumbuhan pencekik masih berupa epifit, namun akar-akarnya
bercabang-cabang dan menujam ke bawah melalui batang- batang inangnya hingga
mencapai tanah. Kemudian batang-batang pohon itu tertutup dan terjalin oleh akar-akar
tumbuhan pencekik dengan sangat kuat. Setelah beberapa waktu tertentu inang pohon
pun akan mati dan membusuk meninggalkan pencekiknya. Sementara itu tajuk tumbuhan
pencekik menjadi besar dan lebat.
6. Saprofita
Tipe tumbuhan ini mendapatkan zat haranya dari bahan organik yang telah mati
bersama-sama denganparasit-parasit. Tumbuhan ini merupakan komponen heterotrof
yang tidak berwarna hijau di hutan hujan tropis. Jenis tumbuhan ini terdiri atas cendawan
atau jamur (fungi), dan bakteri. Tumbuhan ini dapat membantu terjadinya penguraian
organik, terutama yang hidup di dekat permukaan lantai hutan. Namun beberapa jenis
anggrek tertentu, suku Burmanniaceae dan Gentianaceae, jenis-jenis Triuridaceae dan
Balanophoraceae yang sedikit mengandung klorofil dapat hidup dengan cara saprofit
yang sama. Tumbuhan ini banyak ditemukan pada lantai hutan yang memiliki rontokkan
daun-daun yang cukup tebal dan terjadi pembusukkan yang nyata. Tumpukan dedaunan
tersebut dapat dijumpai pada rongga-rongga atau sudut-sudut diantara akar-akar banir
pohon-pohon.
7. Parasit
Jenis tumbuhan ini biasanya mengambil unsur hara dari pohon inangnya untuk
kelangsungan hidupnya. Tumbuhan ini hidupnya hanya untuk merugikan tumbuhan
inangnya. Tumbuhan ini dapat berupa cendawan dan bakteria yang digolongkan dalam 2
sinusia penting. Pertama adalah parasit akar yang tumbuh di atas tanah dan yang kedua
adalah setengah parasit (hemiparasit) yang tumbuh seperti epifita di atas pohon. Parasit
akar jumlahnya sangat sedikit dan tidak seberapa penting artinya, namun bila dikaji
secara mendalam akan sangat menarik sekali. Hemiparasit yang bersifat seperti epifit
jenisnya sangat banyak sekali dan jumlahnyanya pun melimpah ruah serta banyak
dijumpai di seluruh hutan hujan tropis. Kebanyakan hemiparasit adalah dari suku benalu
(Loranthaceae).

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Hutan Hujan Tropis


Produktivitas ekosistem adalah suatu indeks yang mengintegrasikan pengaruh
kumulatif dari banyak proses dan interaksi yang berlangsung simultan di dalam
ekosistem. Jika produktivitas pada suatu ekosistem hanya berubah sedikit dalam jangka
waktu yang lama maka hal ini menandakan kondisi lingkungan yang stabil, tetapi jika
terjadi perubahan yang dramatis, maka menunjukkan telah terjadi perubahan lingkungan
yang nyata atau terjadi perubahan yang penting dalam interaksi di antara organisme-
organisme yang menyusun ekosistem.
Produktivitas khususnya di wilayah tropis dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain adalah:
a. Suhu dan cahaya matahari
Wilayah hutan hujan tropis menerima lebih banyak sinar matahari tahunan yang
tersedia bagi fotosintesis dibanding dengan wilayah iklim sedang. Hal ini disebabkan
oleh 3 faktor: (1) Kemiringan poros bumi menyebabkan wilayah tropika menerima lebih
banyak sinar matahari dibanding pada atmosfer luarnya dibanding dengan wilayah iklim
sedang. (2) Lewatnya sinar matahari pada atmosfer yang lebih tipis (karena sudut yang
lebih tegak lurus di daerah tropika), mengurangi jumlah sinaran yang diserap oleh
atmosfer.
Di wilayah hutan hujan tropis, 56% sampai dengan 59 % sinar matahari pada
batas atmosfer dapat sampai di permukaan tanah. (3) Masa tumbuh, yang terbatas oleh
keadaan suhu adalah lebih panjang di daerah hutan hujan tropis (kecuali di tempat-
tempat yang sangat tinggi) Suhu yang tinggi dan konstan hampir sepanjang tahun dapat
bermakna musim tumbuh bagi tumbuh-tumbuhan akan berlangsung lama, yang pada
gilirannya akan meningkatkan produktivitas tumbuhan.
b. Curah Hujan
Di daerah hutan hujan tropis jumlah curah hujan per tahun berkisar antara 1600
sampai dengan 4000 mm dengan sebaran bulan basah 9,5-12 bulan basah. Kondisi ini
menjadikan wilayah ini memiliki curah hujan yang merata hampir sepanjang tahun yang
akan sangat mendukung produktivitas. Walaupun memberi dampak positif bagi
produktivitas vegetasi menurut Resosoedarmo et al., (1986) curah hujan yang tinggi akan
menyebabkan tanah- tanah yang tidak tertutupi oleh vegetasi rentan sekali terhadap
pencucian yang akan mengurangi kesuburan tanah dengan cepat. Barbour et al, (1987)
mengatakan bahwa sebagai salah satu faktor siklus hara dalam sistem, pencucian adalah
penyebab utama hilangnya hara dari suatu ekosistem. Hara yang mudah sekali tercuci
terutama adalah Ca dan K.
c. Interaksi Antara Suhu dan Curah Hujan
Interaksi antara suhu yang tinggi dan curah hujan yang banyak yang berlangsung
sepanjang tahun menghasilkan kondisi kelembapan yang sangat ideal bagi vegetasi hutan
hujan tropis untuk meningkatkan produktivitas. Warsito (1999) menjelaskan bahwa
kelembapan atmosfer merupakan fungsi dari lamanya hari hujan, terdapatnya air yang
tergenang, dan suhu. Sumber utama air dalam atmosfer adalah hasil dari penguapan dari
sungai, air laut, dan genangan air tanah lainnya serta transpirasi dari tumbuhan.
Menurut Jordan (1995) tingginya kelembapan pada gilirannya akan
meningkatkan laju aktivitas mikroorganisme. Selain itu, proses lain yang sangat
dipengaruhi oleh proses ini adalah pelapukan tanah yang berlangsung cepat. Pelapukan
terjadi ketika hidrogen dalam larutan tanah bereaksi dengan mineral-mineral dalam tanah
atau lapisan batuan, yang mengakibatkan terlepas unsur-unsur hara . Hara-hara ini ada
yang dapat dengan segera diserap oleh tumbuhan
d. Tanah.
Tanah adalah faktor di daerah tropis yang tidak mendukung tingginya
produktivitas yang tinggi. Tanah di hutan hujan tropis adalah tanah yang berumur
sangat tua, kecuali tanah vulkanik. Periode Pleistocene tidak berpengaruh sama
sekali pada tanah disini, dan kemungkinan besar tanah disini berasal dari periode
Tertiary.
e. Herbivor
Herbivora adalah faktor biotik yang mempengaruhi produktivitas vegetasi.
Sekitar 10 % dari produktivitas vegetasi darat dunia dikonsumsi oleh herbivora
biofag. Persentase ini bervariasi menurut tipe ekosistem darat (Barbour at al.,
1987). Oleh karena produktivitas yang tinggi, maka dapat di antisipasi adanya
potensi yang tinggi untuk terjadi serangan insekta. Namun, sedikit bukti yang ada
sekurang-kurangnya di hutan yang tumbuh secara alami, adanya serangan insekta
pada areal berskala luas. Banyak pohon mengembangkan alat
pelindung terhadap herbivora melalui produksi bahan kimia tertentu yang jika
dikonsumsi oleh herbivora memberi efek yang kurang baik bagi herbivora.

SIMPULAN
Hutan hujan tropika terbentuk di wilayah beriklim tropis, dengan curah hujan
tahunan minimum berkisar antara 1,750 millimetre (69 in) dan 2,000 millimeter (79 in).
Sedangkan rata-rata temperatur bulanan berada di atas 18 °C (64 °F) di sepanjang tahun.
Hutan basah ini tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian sekitar 1.200 mdpl, di atas
tanah yang subur atau relatif subur, kering (tidak tergenang air dalam waktu lama), dan
tidak memiliki musim kemarau yang nyata (jumlah bulan kering < 2).
Di Indonesia hutan hujan tropis dibagi menjadi 3 wilayah, yaitu wilayah barat
(Sumatera dan Kalimantan), wilayah timur (Papua) dan peralihan (Sulawesi). Memiliki
berbagai karakteristik dan keanekaragaman vegetasi yang berbeda-beda. Hutan hujan
tropis berfungsi sebagai penyumbang oksigen dan menstabilkan iklim dunia yang
seharusnya tetap dijaga kelestariannya.

DAFTAR RUJUKAN

Afriani Wiliskar,Widya.2014.Hutan Hujan Tropis.Universitas Negeri Medan:Sumatera Utara


(Online), (https://www.academia.edu/8327154/Makalah_Hutan_Hujan_Tropis)
diakses pada tanggal 24 Oktober 2018
Ardiananda. 2008. Forest Ecology. Gadjah Mada: Jogjakarta.(Online)
(http://ahmad-zaenudin.blogspot.com/2008/03/hutan-hujan-tropis-di- indonesia-
usaha.html) diakses pada tanggal 24 Oktober 2018
Anonim.2017.Jenis Tumbuhan Hutan Hujan Tropis. (Online),
(https://www.gurugeografi.id/2017/09/jenis-tumbuhan-hutan-hujan-tropis.html).
Diakses 24 Oktober 2018.
Octaviany, Evi. 2017. Bab II Tinjauan Pustaka. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang
(Online), (http://eprints.umm.ac.id/35054/3/jiptummpp-gdl-evioctavia-47864-3-
babii.pdf) Di akses pada tanggal 24 Oktober 2018.

Anda mungkin juga menyukai