Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

WAWASAN ILMU SOSIAL MENUJU GLOBAL

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Wawasan Ilmu Sosial


yang dibimbing oleh Ibu Nailul Insani, S.pd., M.sc

disusun oleh :
ANITA LAILATU NI’MAH 170721636600
AYU ALFIYAH 170721636540
BAYU KRISNAVIANTO 170721636570
CHOLIFATUL ROFI’AH SYAH L 170721636575
CYNDI KURNIAWATI 170721636665
DESMA ANJAR S.RD.P 170721636616

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
MARET 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi
pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Malang, 1 Maret 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ i

Daftar Isi .................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang…………………………………………………………………………………………………….....4

Rumusan Masalah………………………………………………………………………………………………....5

Tujuan.......................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu Ssosial…………………………………………………………………………………...6

2.2 Sejarah perkembangan ilmu sosial………………………………………………………………….7

2.3 Perkembangan ilmu sosial secara global………………………………………………………...8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………....14

3.2 Saran…………………………………………………………………………………………………………...…14

Daftar Rujukan…………………………………………………………………………………………………...…15
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial. Setiap orang mempunyai
kecenderungan kuat untuk hidup bersama orang lain dengan kelompok lain. Kehidupan
berkelompok (bermasyarakat) itu didorong oleh nalurinya untuk mempertahankan hidup
diri dan kelompoknya, sebagaimana terlihat pada makhluk hidup lain. Naluri itu
diwujudkan dalam memenuhi kebutuhan hidup, baik yang bersifat jasmaniah (makan,
pakaian, perumahan, kesehatan) maupun kebutuhan rohaniah (pendidikan, hiburan,
keagamaan).
Ilmu sangat diperlukan manusia sebagai dasar untuk penyelidikan, penemuan dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan. Dalam halnya ilmu
sosial, dimana ilmu ini dijadikan istilah dan nama baku yang berlaku di seluruh dunia.
Ilmu sosial dapat dipelajari dari mulai sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Ilmu ini
sangat diperlukan karena banyaknya fenomena-fenomena di masyarakat yang dapat
dikaji, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial.
Ilmu sosial terus mengalami perkembangan yang semakin kuat dengan perubahan
dan tantangan zaman. Ilmu sosial mulai berkembang pada abad 19 saat terjadi perubahan
tatanan masyarakat pasca revolusi industri, meleburnya batas-batas wilayah negara pasca
Perang Dunia II, dan adanya globalisasi.
Ilmu-ilmu sosial mempelajari perilaku manusia dalam kehidupannya bersama orang
lain (masyarakat) sedangkan “ilmu” kemanusiaan mempelajari hasil ciptaan dan
perbuatan manusia, baik yang berwujud (ilmu pengetahuan, agama). Ilmu sosial
mempelajari yang mempelajari manusia dalam kelompok ialah sosiologi.
Seperti halnya yang dikemukan oleh Bung Hatta sebagai salah seorang founding
father (Abdullah, 2006: 6-26) beliau berpendapat bahwa ilmu sosial memiliki peran tiga
wajah yaitu yang pertama sebagai critical discourse, academic enterprise, dan applied
science. Dalam critical discourse memiliki pengertian wacana kritis yang artinnya pada
kajian ini membahas tentang apa adanya yang keabsahannya tergantung pada kesetiaan
pada prasyarat sistem rasionalitas yang kritis dan pada konvensi akademis yang berlaku.
Sedangkan pada academic enterprise memiliki arti bagaimana semestinya, dalam bahasa
Taufik Abdullah ilmu sosial tampil sebagai tetangga dekat dengan ideologi, sebagai
sistematis strategis dari sistem nilai dan filsafat sebagai pandangan hidup yang
kenyataannya sarat dengan nilai (Abdullah, 2006: 10-11). Berbeda lagi dengan applied
science yang memiliki arti bahwa dalam ilmu sosial itu diperlukan untuk mewujudkan
sesuatu yang dicita-citakan contohnya kemakmuran, maupun mengurangi atau
meniadakan sesuatu yang tidak diinginkan contohnya kemiskinan.
Dapat dilihat dari pendapat Soekanto (2003:6) bahwa Ilmu sosial merupakan ilmu
yang mempunyai elemen dan sifat yang sama yaitu dinamis dan akumulatif, senantiasa
berubah dan selalu dapat ditelaah. Sifat ilmu sosial yang dinamis dan akumulatif itulah
yang membuat ilmu itu semakin berkembang dan meluas setiap harinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian ilmu sosial ?
2. Apakah yang melatar belakangi munculnya teori sosial ?
3. Bagaimana perkembangan ilmu sosial secara global ?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian ilmu sosial
2. Menjelaskan sejarah perkembangan munculnya teori ilmu sosial
3. Mendeskripsikan perkembangan ilmu sosial secara global
BAB II

Pembahasan

2.1. Pengertian ilmu sosial

Istilah sosial (social dalam bahasa inggris) dalam ilmu sosial memiliki arti yang
berbeda-beda, misalnya istilah sosial dalam sosialisme dengan istilah departemen sosial,
jelas kedua-duanya menunjukan makna yang berbeda. Menurut Soekanto (1986:11),
apabila istilah sosial pada ilmu sosial menunjuk pada objeknya, yaitu masyarakat.
Sedangkan sosialisme adalah suatu ideologi yang berpokok pada prinsip pemilikan
umum atas alat-alat produksi dan jasa-jasa dalam bidang ekonomi menurut ( Fairchild,
1964:296 ). Dan istilah sosial pada departemen sosial, menunjukkan pada kegiatan-
kegiatan di lapangan sosial. Pengertian ilmu sosial secara umum ilmu sosial adalah ilmu
yang mempelajari perilaku manusia dalam kehidupannya bersama orang lain atau
masyarakat atau kehidupan bersama. Dengan demikian, ilmu sosial mempelajari
bagaimana hubungan manusia manusia dengan manusia dan bagaimana hubungan
manusia dengan lingkungannya.

Perbedaan utama antara ilmu sosial dengan ilmu lain adalah objeknya. Objek ilmu
alam adalah fisik sedangakan objek ilmu sosial adalah manusia dan hubungannya dengan
lingkungannya. Lingkungan dalam konteks ini dapat berarti manusia lain atau objek fisik
di sekitar manusia.

Ilmu sosial mengkaji perilaku manusia yang bermacam-macam, misalnya perilaku


manusia dalam hubungannya dengan manusai lain, baik pribadi atau kelompok
melahirkan ilmu sosiologi, perilaku manusia pada masa lalu, melahirkan ilmu sejarah,
perilaku manusia kaitannya dengan kejiwaannya melahirkan ilmu psikologi, perilaku
manusia kaitannya dengan pemenuhan kebutuhannya melahirkan ilmu eknomi dan
sebagainya. Semua perilaku tersebut merupakan gejala sosial yang menjadi wilayah
kajian utama ilmu-ilmu sosial dan hal inila yang membedakan ilmu-ilmu alam dan ilmu-
ilmu sosial.
2.2 Sejarah perkembangan ilmu sosial

Menurut Wallerstien, perkembangan ilmu sosial dimulai sejak masa Yunani dan
Romawi kuno. Proses institusionalisasi pada abad 19 terdapat 5 kota yang mempunyai
aktivitas sosial ilmu yaitu, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, America Serikat. Disiplin ilmu
sosial yang pertama kali mencapai eksistensi institusional otonom adalah ilmu Sejarah,
walaupun banyak sejarawan banyak yang menolak label ilmu sosial. Ilmu sejarah
memang suatu praktik yang sudah berlangsung lama, dan terminologi sejarah itu sudah
sangat kuno.

Disiplin ilmu ekonomi juga baru secara formal disebut sebagai disiplin ilmu pada
abad ke 19. Ketika pemberlakuan teori-teori ekonomi liberal ,istilah ekonomi politik
yang populer abad 18 dihapuskan dengan melucuti kata ”Politik”. Para ahli ekonomi
berargumentasi bahwa perilaku ekonomi lebih mencerminkan suatu psikologi
individualistik universal dari pada institusi-institusi yang dikonstruksikan secara sosial
(Supardan ,2007:37) .

Ketika ilmu ekonomi berkembang menjadi disiplin ilmu yang matang di beberapa
perguruan tinggi,pada abad ke-19 berkembang juga disiplin ilmu sosiologi.Auguste
Comte (penemu) berkeyakinan bahwa ilmu tersebut harus menjadi ratu ilmu-
ilmu.Sosiologi merupakan hasil asosiasi-asosiasi reformasi sosial yang agenda utamanya
berkaitan dengan berbagi ketidakpuasan yang disebabkan oleh kekacauan pekerja
percetakan yang semakin besar jumlahnya dikarenakan dari dampak revolusi industri.

Tidak lama setelah itu berkembanglah ilmu politik sebagai ilmu disiplin baru yang
muncul belakangan. Kemunculannya bukan karena subject matter-nya negara
kontemporer dan perpolitikannya, juga bukan karena kurang menyetujui analisis
nomotetis tetapi karena resistensi fakultas-fakultas hukum untuk merebut monopoli di
arena ini.

Keempat ilmu itu telah berhasil menjadi disiplin-disiplin ilmu sosial di universitas
pada abad ke-19 di lima negara yang paling tidak sampai dengan 1945. Pada akhir abad
ke-19 Geografi berhasil merekonstruksikan diri sebagai sebuah disiplin ilmu baru
terutama di beberapa universitas di jerman. Begitupun dengan psikologi yang pada
mulanya merupakan bagian dari filsafat, Psikologi berusaha memisahkan diri dari filsafat
dan menyusun diri ke dalam format ilmiah baru pada abad ke-19 dimana dalam
praktiknya psikologi didefinisikan bukan sebagai ilmu sosial namun lebih dekat kepada
arena medis.

2.3 Perkembangan ilmu sosial secara global

Proses institusional pada abad 19 terdapat lima kota aktivitas sosial ilmu, diantaranya
adalah Inggris, Perancis, Italia dan Amerika Serikat.

A. Perkembangan ilmu sosial di Inggris


Perkembangan ilmu sosial di Inggris di awali dengan adanya revolsi industri.
Revolusi Industri terjadi pada periode antara tahun 1750-1850 di mana terjadinya
perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan,
transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap
kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Revolusi Industri dimulai dari Britania
Raya dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang, dan
menyebar ke seluruh dunia.
Dampak adanya revolusi industri di Inggris ialah revolusi sosial yang memiliki
pengertian serangkaian usaha yang dilakukan oleh Kerajaan Inggris dalam
menanggulangi akibat dari Industrialisasi pasca Revolusi Industri dipelbagai daerah di
Inggris seperti Liverpool, Machester, dan Birmingham serta kota-kota lain di Inggris.
Revolusi sosial merubah susunan masyarakat yang terutama berdasarkan hubungan –
hubungan individu dan milik pribadi, dan mempunyai sistem dan ciri yang khas,
adanya majikan. Revolusi ini mengubah hidup rakyat yang di anggap tidak baik
menjadi baik. Awal mula terjadinya revolusi sosial yaitu revolusi Industri yang
membawa dampak cukup besar terhadap kehidupan sosial di Inggris. Industrialisasi
membuat seluruh elemen masyarakat harus bekerja di pabrik-pabrik untuk
menghasilkan barang produksi. Wanita dan anak-anak dipaksa untuk bekerja 12-18
jam per hari dengan waktu istirahat yang tidak cukup. Mereka bekerja dalam paksaan
dan tekanan, bahkan mendapatkan intimidasi dan tindakan refresif dari pengawas
pabrik. Selain permasalahan ekonomi, permasalahan diskirminasi dan perampasan
hak terjadi dimana-mana. Mereka orang protestan mengalami intimidasi dalam
memperoleh pekerjaan dan tidak diperkenankan menyuarakan hak pilih memilih
anggota parlemen. Eksploitasi besar-besaran di pabrik-pabrik menjurus kepada
praktik perbudakan yang mempekerjakan buruh-buruh dengan jam kerja yang
panjang, dengan istirahat yang sedikit dan upah yang tidak sepadan.

Dengan adanya permasalahan tersebut Pemerintah dan Parlemen Kerajaan Inggris


kemudian mengeluarkan serangkaian kebijakan yang berpengaruh terhadap kehidupan
sosial-budaya-politik sebagai berikut :

1. Catholic Emancipation Bill (1829), berisi ketentuan bahwa kaum Protestan dan
Katolik mempunyai hak yang sama untuk menjadi anggota parlemen dan pegawai
negeri.
2. Reform Bill (1832), berisi ketentuan bahwa perwakilan di parlemen sesuai dengan
jumlah penduduk, hak pilih ditentukan berdasar atas pembayaran pajak, serta daerah
kosong harus dihapuskan perwakilannya.
3. Abolition Bill (1833), berisi ketentuan penghapusan perbudakan di Inggris dan
koloninya.
4. Factory Act (1833), berisi ketentuan bahwa anak-anak yang berumur di bawah
sembilan tahun tidak boleh bekerja sebagai buruh perusahaan, mereka hanya boleh
bekerja selama sembilan jam dan mendapat pendidikan selama dua jam dari majikan.
5. Poor Law (1834), berisi ketentuan tentang pendirian rumah kerja bagi pengemis dan
penganggur, rumah perawatan bagi orang cacat, dan pemberian bantuan bagi mereka
yang tidak bekerja karena lanjut usia.
6. Corn Law (1815 – 1846), berisi ketentuan tentang larangan impor gandum dari luar
negeri.
7. Berlaku untuk semua buruh melalui jalan perundingan dengan majikan. Sejak
berdirinya serikat pekerja, kondisi kehidupan buruh mulai dapat terjamin.

B. Perkembangan ilmu sosial di Perancis

Perkembangan ilmu sosial di Perancis diawali dengan adanya peristiwa


revolusi perancis. Revolusi perancis terjadi pada abad ke 18 bersamaan dengan
revolusi industri di Inggris. Namun lebih tepatnya revolusi perancis terjadi pada Mei
1789, saat raja Luis terpakasa memanggil Dewan Perwakilan Rakyat untuk bersidang
yang sebelumnya tidak pernah bersidang sejak tahun 1614. Masa dalam sejarah
Perancis antara tahun 1789 dan 1799 di mana para demokrat dan pendukung
republikanisme menjatuhkan monarki absolut di Perancis dan memaksa Gereja
Katolik Roma menjalani restrukturisasi yang radikal. Banyak penyebab yang melatar
belakangi terjadinya revolusi Perancis antara lain kemarahan terhadap kekuasaan raja
yang mutlak atau absolut, situasi ekonomi yang buruk, kebencian terhadap intoleransi
agama, ketidakstabilan dan diskriminasi hak, golongan bangsawan dan kaum
rohaniwan memiliki hak-hak istimewa, seperti memungut pajak, tidak dikenai pajak,
dan memiliki tanah, sebaliknya rakyat kecil malah diberati pajak, dan lain-lain.
Penyebab yang paling mendominasi terjadinya revolusi di Perancis adalah
keserakahan Raja Louis XVI dan Maria Antoinette ( istri Raja Louis XVI ), yang
mempergunakan uang rakyat untuk kepentingan pribadinya. Ia juga mengatakan:
“L'etat c'est moi” yang berarti “Negara adalah saya!” yang merupakan
semboyannya yang paling terkenal.

Pada saat menjelang revolusi banyak kerusuhan-kerusuhan yang terjadi yang


dilakukan oleh rakyat karena pada saat itu terjadi perebutan kudeta antara rakyat dan
rajanya. Puncak kemarahan rakyat terjadi pada tanggal 14 Juli 1849 yang ditandai
dengan penyerangan atas penyerbuan dan sekaligus meluluhlantahkan penjara
Bastille. Hari itu pula merupakan awal dimulainya revolusi Perancis, yang kelak juga
menjadi inspirasi revolusi di sejumlah negara Eropa dan juga revolusi
industri. Penjara ini merupakan lambang kekuasaan dan kesewenangan Raja
Louis. Setelah itu, Kerajaan Perancis diubah menjadi sebuah republik dan diperintah
oleh pemerintahan Terror atau Reign of Terror (suatu sistem pemerintahan dengan
cara-cara diktator). Kemudian, pada tahun 1795 sistem pemerintahan Terror itu
dibentuk sistem pemerintahan Directorie (1795-1799), tetapi tidak berhasil mengatasi
kekacauan-kekacauan yang terjadi di Perancis.

Kemudian Revolusi Perancis berhasil ditaklukkan oleh Napoleon Bonaparte,


lalu Ia di angkat menjadi kaisar Perancis. Revolusi berhasil menguasai istana, pada
tanggal 16 Januari 1793 M. Raja Louis XVI dipenggal dengan pisau Guillotine,
kemudian menyusul Maria Antoinette. Perancis di bawah pemerintahan revolusioner
membentuk negara, dengan tentara milisi dipimpin Napoleon Bonnaparte yang
bersemboyan liberte, egalite, dan fraternette yang diabadikan pada warna bendera
biru-putih-merah. Pada perang koalisi VI, tahun 1814, Perancis dikalahkan oleh
pasukan koalisi dan Napoleon dibuang ke pulau Elba. Pada tahun 1815 Napoleon
meloloskan diri dan terjadi perang koalisi ke VII, akhirnya Perancis dapat dikalahkan
kembali dan Napoleon dibuang ke pulau St. Helena.

Revolusi Perancis membawa pengaruh yang sangat luas , secara politis


lahirnya paham-paham baru seperti liberalism, demokrasi, dan nasionalisme sebagai
perkembangan dari semboyan revolusi liberte, egalite, dan fraternette. berakhirnya
Revolusi Perancis, semua orang berharap bahwa kesamaan (egalite), persaudaraan
(fraternite), dan kebebasan liberte) yangmenjadi semboyan revolusi benar-benar akan
terwujud. Ketiga semboyan itu memiliki kaitan yang erat satu sama
lain.

Namun, dalam kenyataannya berbeda dengan apa yang diharapkan. Revolusi


memang telah mendatangkan perubahan, namun pada saat yang sama juga telah
mendatangkan kekuatiran yanglebih besar. Apa sesungguhnya yang terjadi adalah
timbulnya anarki (situasi tanpaaturan) dan kekacauan (chaos) yang lebih besar setelah
terjadinya Revolusi Perancis. Banyak sekali ketegangan-ketegangan pada saat itu
seperti pendiskriminasian terhadap orang miskin. August Comte adalah orang yang
pertama kali membuat deskipsi ilmiah atas situasi sosial seperti ini. Dialah yang
pertama kali menggunakan kata "sosiologi". Walaupun sosiologi muncul pada abad
ke-19 pada masanya August Comte, akan tetapi perhatian terhadap mayarakat sudah
ada sebelum abad 19, hanya saja masih berupa pemikiran-pemikiran dan belum
menjadi suatu ilmu. Contohnya Aristoteles (384-322 SM), didalam
bukunya politics, Aristoteles mengadakan suatu analisis mendalam terhadap lembaga-
lembaga politik dalam masyarakat, abad ke-17 ditandai tulisan Hobbes (1588-1679)
yang berjudul The Leviathan, inti ajarannya di ilhami oleh hukum alam, fisika dan
matematika. Dia beranggapan bahwadalam keadaan alamiah, kehidupan manusia
didasarkan pada keinginan-keinginan yangmekanis, sehingga manusia selalu ingin
berkelahi, akan tetapi mereka mempunyai pikiran bahwa hidup damai dan tentram
jauh lebih baik, awal abad ke-19 munculah ajaran Saint Simon (1760-1825) yang
terutama mengatakan bahwa manusia hendaknya dipelajari dalam kehidupan
berkelompok. Muncullah di abad ke-19 namaAuguste Comte yang telah menulis
beberapa buah buku yang berisikan tentang pendekatan-pendekatan umum untuk
mempelajari masyarakat. Nama yang dipakai pada saat itu adalah "sosiologi" (1839)
yang berasal darikata latin sociusyang berarti "kawan", "teman", "masyarakat" dan
dari kata yunani logos yang berarti "kata", "berbicara". Jadi sosiologi adalah berbicara
tentang masyarakat.Lahirnya sosiologi, tercatat pada 1842,

C. Perkembangan ilmu sosial di Italia


Perkembanagn ilmu sosial di Italia di awali dengan adanya masa renaisansce yang
berarti kelahiran kembali (rebirth). Istilah ini biasanya digunakan oleh para ahli
sejarah untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual yang terjadi di
Eropa, khususnya di Italia sepanjang abad ke 15 dan ke 16.

Dampak dari renaisance adalah:

1. Adanya perubahan dalam bidang agama dan ilmu pengetahuan. Di mana terjadi
pembagian dalam ilmu pengetahuan seperti ilmu lain mulai lepas dari ilmu agama
dan falsafahnya, misalnya ilmu sosial : ilmu bumi, ilmu sejarah dll. Begitu juga
dengan ilmu eksak seperti ilmu alam.
2. Kebangunan kembali dari peradaban. Zaman ini membongkar hasil peradaban
Yunani-Romawi.
3. Renaissance telah membentuk masyarakat perdagangan yang berdaya maju.
Keadaan ini telah melemahkan kedudukan dan kekuasaan golongan gereja yang
senantiasa berusaha menyekat perkembangan ilmu dan masyarakat di Eropa.
4. Tumbuhnya kebebasan, kemerdekaan, dan kemandirian individu.
5. Renaissance telah melahirkan tokoh-tokoh perubahan di Eropa. Antara lain tokoh
perubahan terkenal itu adalah William Harvey yang telah memberi sumbangan
dalam kajian peredaran darah. Renaissance telah melahirkan masyarakat yang lebih
progresif dan wujud semangat mandiri sehingga membawa kepada aktivitis
penjelajahan dan kemajuan
6. Mendorong pencarian daerah baru sehingga berkobarlah era penjelajahan samudera.

D. Perkembangan ilmu sosial di Amerika Serikat


Perkembangan ilmu sosial di Amerika Serikat diawali dengan adanya perang
saudara antara bagian selatan dan utara (Perang Budak, 1861-1865). Keadaan ini
berbeda dengan di Inggris setelah terjadi perang saudara tersebut. Selain itu
masyarakat Amerika hampir semua pendatang dari Eropa dengan berbagai alasan dan
tujuan. Mereka yang datang itu belum merasa sebagai bangsa Amerika Serikat, lagi
pula perbedaan sosial ekonomi sangat besar. Para pakar kemasyarakatan dan
pendidikan berusaha keras untuk menjadikan penduduk sebagai bangsa Amerika.
Salah satu cara ialah dengan memasukan studi sosial sebagai mata pelajaran
disekolah, mula-mula di negara bagian Wiskonsin yang terletak dibagian utara tengah
ini, pada tahun 1892. Setelah diteliti maka pada awal abad ke 20 ini, sebuah Komisi
Nasional dari The National Education Association memberikan rekomendasi tentang
perlunya studi sosial dimasukkan ke dalam kurikulum semua sekolah dasar dan
sekolah menengah Amerika Serikat.
Disamping sebagai reaksi para pakar ilmu sosial terhadap situasi sosial di
Inggris dan Amerika Serikat, pemasukan studi sosial kedalam kurikulum juga sekolah
juga dilatar belakangi keinginan para pakar pendidikan. Karena ingin agar setelah
meninggalkan sekolah dasar atau menengah, anak-anak dapat menjadi warga negara
yang baik, dalam arti mengetahui dan menjalankan hak-hak dan kewajibannya,
mereka mengharapkan lulusan sekolah dasar dan menengah dapat hidup
bermasyarakat secara seimbang, dalam arti memperhatikan kepentingan pribadi dan
masyarakatnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan Ilmu Sosial yang kian pesat menjadikan Ilmu sosial
mengkaji perilaku manusia yang bermacam-macam, mulai dari perilaku
manusia dalam hubungannya dengan manusai lain, baik pribadi atau kelompok
melahirkan ilmu sosiologi, perilaku manusia pada masa lalu, melahirkan ilmu
sejarah, perilaku manusia kaitannya dengan kejiwaannya melahirkan ilmu
psikologi, perilaku manusia kaitannya dengan pemenuhan kebutuhannya
melahirkan ilmu eknomi dan sebagainya. Perbedaan utama antara ilmu sosial
dengan ilmu lain adalah objeknya.
perkembangan ilmu sosial dimulai sejak masa Yunani dan Romawi
kuno. Proses institusionalisasi pada abad 19 terdapat 5 kota yang mempunyai
aktivitas sosial ilmu yaitu, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, America Serikat.
Disiplin ilmu sosial yang pertama kali mencapai eksistensi institusional
otonom adalah ilmu Sejarah, ilmu politik, ilmu ekonomi dan ilmu psikologi.
Proses perkembangan Ilmu Sosial secara global, institusional pada
abad 19 terdapat lima kota aktivitas ilmu sosial, diantaranya adalah Inggris,
Perancis, Italia dan Amerika Serikat. Dengan dimulainnya adannya Revolusi
Industri terjadi pada periode antara tahun 1750-1850 dimana terjadinnya
perubahan -perubahan besar yang dapat mempengaruhi dan memiliki dampak
mendalam pada kondisi sosial,ekonomi dan budaya di dunia.

3.2 Saran

Dalam hal perkembangan Ilmu Sosial yang menjadikan pembeda


antara Ilmu Sosial dengan ilmu lain yaitu dapat dilihat dari objek kajiannya.
Semua perilaku tersebut merupakan gejala sosial yang menjadi wilayah kajian
utama ilmu-ilmu sosial dan hal inilah yang membedakan ilmu-ilmu alam dan
ilmu-ilmu sosial.

Setelah diteliti maka pada awal abad ke 20 ini, sebuah Komisi


Nasional dari The National Education Association memberikan rekomendasi
tentang perlunya studi sosial dimasukkan ke dalam kurikulum semua sekolah
dasar dan sekolah menengah. Pemasukan studi sosial kedalam kurikulum
sekolah juga dilatar belakangi keinginan para pakar pendidikan. Karena ingin
agar setelah meninggalkan sekolah dasar atau menengah, anak-anak dapat
menjadi warga negara yang baik, dalam arti mengetahui dan menjalankan hak-
hak dan kewajibannya, mereka mengharapkan lulusan sekolah dasar dan
menengah dapat hidup bermasyarakat secara seimbang, dalam arti
memperhatikan kepentingan pribadi dan masyarakatnya.
DAFTAR RUJUKAN
 Poerwanto. 1992. Wawasan Ilmu Pengetahuan Sosial
 Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd. 2008. Pengantar Ilmu Sosial
 Supardi. 2015. Dasar-dasar Ilmu Sosial
 https://www.scribd.com/doc/217362385/Pengaruh-Revolusi-
Perancis-Terhadap-Perkembangan-Ilmu-Sosiologi

Anda mungkin juga menyukai