Anda di halaman 1dari 5

INDUSTRI UNGGAS LOKAL (Ayam buras, itik dan puyuh)

DISUSUN
OLEH:

Nama : Rahmat yusman


Nim : I011191056
Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Peternakan
Fakultas : Peternakan

UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
Jalan Terjal Pengembangan Unggas Lokal

Unggas Lokal Merupakan Salah Satu Kekayaan Keanekaragaman Hayati di


Indonesia

POULTRY INDONESIA – Jakarta, Unggas lokal yang dimiliki Indonesia—dalam


berbagai macam jenisnya—mampu meramaikan bisnis perunggasan Tanah Air.
Potensi unggas lokal sebagai bahan pangan tetap terjaga hingga kini. Bahkan,
banyak pengusaha yang telah menjalankan bisnis kuliner berbahan unggas lokal
dengan skala besar. Hadirnya unggas lokal juga mampu menciptakan diversifikasi
protein hewani bagi masyarakat sebagai upaya peningkatan kualitas gizi.
Permintaan masyarakat terhadap unggas lokal juga cenderung meningkat dari
waktu ke waktu.

Baca Juga : Ayam Lokal : Sejarah, Istilah, dan Arah Pengembangannya

Bila meninjau pada sektor permintaan, unggas lokal berada pada jalur yang
potensial. PT Sumber Unggas Indonesia sebagai salah satu perusahaan
pembibitan pernah merilis data peningkatan potensi pasar unggas lokal, dalam
hal ini ayam kampung. Menurut perusahaan tersebut, pasar ayam kampung
meningkat hingga dua kali lipat setiap tahunnya. Namun, berdasarkan Statistik
Peternakan dan Kesehatan Hewan yang diterbitkan oleh Kementerian Pertanian,
populasi ayam bukan ras (buras) mengalami pertambahan yang tidak terlalu
signifikan dalam tiga tahun terakhir. Pergerakan jumlah populasi secara berturut-
turut adalah 285 juta ekor (2015), 294 juta ekor (2016) dan sebanyak 310 juta
ekor (2017). Peningkatan populasi juga terjadi pada bebek dan puyuh meski
jumlahnya tidak terlalu tinggi.

UPAYA PENGEMBANGAN

Balai Penelitian Ternak (Balitnak) di Ciawi, Bogor, bisa dibilang sebagai pionir
dalam pengembangan unggas lokal. Bermacam penelitian yang dilakukan sampai
saat ini telah menghasilkan jenis unggas lokal yang unggul dan potensial. Salah
satu hasil kerja yang tercipta dari proses penelitian intensif itu adalah itik peking-
mojosari putih (PMP). Jenis ternak yang satu ini digadang-gadang mampu
menghasilkan karkas ukuran besar bagi konsumen dengan daging berkualitas
tinggi. Tak hanya itu, hadirnya itik PMP diharapkan mampu mengurangi
penggunaan itik tipe petelur dalam penyediaan daging itik, demi melindungi
sumber daya genetik itik tersebut dari kepunahan.
“Keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia tiada terbilang. Salah satu
anugerah itu terwujud dalam bentuk unggas lokal yang berharga. Sayangnya,
sehimpun problematik masih menghadang dalam upaya pengembangan. Perlu
perhatian bersama demi terciptanya unggas lokal yang berjaya di tanah
sendiri.”
Bukan hanya itik, Balitnak juga telah berinovasi pada jenis ayam kampung. Dua
jenis yang masyhur hasil penelitian Balitkan adalah ayam sentul terseleksi (SenSi)
dan ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB). Berdasarkan keterangan Balitnak,
ayam SenSi merupakan karya pertama peneliti breeding ayam lokal. Galur baru ini
merupakan salah satu galur murni (pure line) ayam lokal pedaging unggul, yang
dapat dimanfaatkan sebagai ayam niaga (final stock) dan atau sebagai ayam tetua
(parent stock).

Pada tahun 2017, ayam SenSi telah ditetapkan sebagai galur ayam lokal
pedaging asli Indonesia dengan SK Menteri Pertanian Nomor
39/Kpts/PK.020/1/2017, tentang Pelepasan Galur Ayam SenSi-1 Agrinak. Ayam
SenSi memiliki keunggulan dalam efisiensi budi daya dan produktivitas dalam
menghasilkan telur. Sementara itu, ayam KUB dihasilkan dari seleksi ayam
kampung dari berbagai daerah di Indonesia. Seleksi ini telah dilakukan selama
enam generasi, di mana pada satu generasi memerlukan waktu selama 12-18
bulan. Tak ayal bila ayam ini memiliki keunggulan dari segi warna bulu, bobot
badan, serta ketahanannya terhadap penyakit. Ayam KUB ini lebih dulu tercipta
daripada ayam SenSi. Adam, Domi

Artikel ini adalah cuplikan dari artikel yang telah dimuat di Majalah Poultry
Indonesia Edisi Juli 2018 di halaman 70 dengan judul “Jalan Terjal Pengembangan
Unggas Lokal”. Untuk berlangganan atau informasi lebih lanjut silahkan mengirim
email ke: sirkulasi@poultryindonesia.com atau hubungi 021-62318153
RESUME
Seperti yang kita ketahui unggas lokal sangat berperan penting dalam dunia
perindustrian tanah air.Dimana unggas lokal bisa menjadi usaha bisnis kuliner
dengan skala yang besar.Dengan ini secara tidak langsung, unggas lokal dapat
menciptakan diversifikasi protein hewani bagi masyarakat sebagai upaya
peningkatan kualitas gizi. Keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia tiada
terbilang. Salah satu anugerah itu terwujud dalam bentuk unggas lokal yang
berharga. Sayangnya, sehimpun problematik masih menghadang dalam upaya
pengembangan. Dalam hal ini,kita perlu perhatian bersama demi terciptanya
unggas lokal yang berjaya di tanah sendiri.Menurut beberapa perusahaan-
perusahaan yang bergerak di bidang perunggasan, pasar ayam kampung
meningkat hingga dua kali lipat setiap tahunnya. Namun, berdasarkan Statistik
Peternakan dan Kesehatan Hewan yang diterbitkan oleh Kementerian Pertanian,
populasi ayam bukan ras (buras) mengalami pertambahan yang tidak terlalu
signifikan dalam tiga tahun terakhir. Pergerakan jumlah populasi secara berturut-
turut adalah 285 juta ekor (2015), 294 juta ekor (2016) dan sebanyak 310 juta
ekor (2017). Peningkatan populasi juga terjadi pada bebek dan puyuh meski
jumlahnya tidak terlalu tinggi.Dengan ini kita harus mengembangkan unggas yang
dapat berpeluang besar dalam bisnis kuliner di tanah air yaitu: ayam buras,itik
dan puyuh.Karena selain ayam lokal,unggas-unggas ini bisa juga meraut
keuntungan di perindustrian tanah air di bidang kuliner.Dengan cara
pengembangan unggas kita dapat meningkatkan nilai jual si unggas dan dapat
bersaing dengan unggas-yang lebih laku di bisnis kuliner Indonesia.
Keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia tiada terbilang. Salah satu
anugerah itu terwujud dalam bentuk unggas lokal yang berharga. Sayangnya,
sehimpun problematik masih menghadang dalam upaya pengembangan. Perlu
perhatian bersama demi terciptanya unggas lokal yang berjaya di tanah
sendiri.Jadi menurut saya kita harus mengembangkan ternak lokal agar industri
ternak Indonesia bisa menjadi industri yang berskala tinggi di tanah air

Anda mungkin juga menyukai