Rasa syukur yang mendalam kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha
Pemurah, karena berkat kemurahanNya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini sesuai waktu yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahaste
“arti waktu dalam Geologi, skala waktu geologi, serta penentuan umur bumi”.
Makalah ini dibuat dalam rangka selain memenuhi tugas dari mata kuliah
Geologi Umum, namun juga memperdalam pengetahuan mahasiswa mengenai
pentingnya waktu dalam geologi. Karena dengan mempelajari waktu dalam
Geologi, maka kita bisa mengetahui proses-proses atau suatu peristiwa atau
kejadian-kejadian yang pernah terjadi di permukaan bumi ini beberapa juta tahun
yang silam.
Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami ucapkan terima kasih
kepada Ibu guru yang telah memimbing kami selama proses pembelajaran
berlangsung. Serta kepada teman-teman kelompok yang telah berpartisipasi dalam
pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami tentu menyadari masih banyak terdapat
kesalan dan kekurangan di dalamnya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca, agar nantinya makalah ini bisa lebih baik lagi.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Bab I
Pendahuluan
Bab II
Pembahasan
A. Arti Waktu Dalam Geologi
Sebagai landasan prinsip untuk dapat mempelajari ilmu geologi,
bahwasanya Bumi dianggap sebagai suatu benda yang secara diamis berubah
setiap saat. Sehingga salah satu aspek yang khas dalam geologi adalah
menyangkut masalah waktu.
Waktu adalah satuan yang didasarkan atas suatu daur (siklus) dari suatu
gejala perputaran bumi terhadap matahari. Sampai sekarang, belum banyak
diketahui oleh para pakar tentang kapan waktu itu dimulai. Ada pula orang
yang mengatkan bahwa waktu berupa periode selama suatu proses
berlangsung, terjadi perubahan perubahan, atau suatu rangkaian peristiwa yang
tidak dapat ubah lagi. Waktu memegang peranan penting dalam kehidupan
manusia, dalam ilmu pengetahuan, termakasud dalam biologi. Oleh sebab itu,
karena begitu pentingnya mengetahui waktu, manusia berusaha untuk
menciptakan alat pengukur waktu.
Mengingat pentingnya waktu, maka para ahli geologi berusaha menaksir
dan menhitung bumi, umur unit unit batuan, dan semua kejadian yang
berhubungan denagn bumi. Sehingga waktu dalam geologi diperhitungkan
sejak terbentuknya bumi sekitar 450 juta tahun yang lalu.
James Hutton seorang ilmuwan alam pada tahun 1785 untuk pertama
kalinya menegeluarkan suatu pernyataan yang dikenal sebagai doctrine of
uniformitarianisme.
Pendapat paling dominan sebelum abad ke-18 dimiliki oleh kelompok
gereja berdasarkan kajian tekstual terhadap alkitab, mereka menyatakan umur
Bumi tidak lebih tua dari 6.000 tahun. Penciptaan Bumi dan segala isinya
dalam waktu sedemikian singkat dipercaya melibatkan proses katastropis.
Pendapat ini lazim disebut sebagai teori penciptaan. Salah seorang ilmuwan
pendukung teori penciptaan adalah Baron Georges Cuvier (1769-1832).
Pengamatannya terhadap kumpulan fosil pada setiap lapisan batuan
dianggapnya sebagai bukti adanya peristiwa bencana alam bersifat katastropis
yang memusnahkan setiap makhluk hidup di setiap kurun waktu tertentu.
Upaya ilmiah untuk menentukan umur Bumi telah dilakukan oleh beberapa
ilmuwan. Georges Louis de Buffon (1707-1788) menyatakan Bumi mendingin
perlahan-lahan dari suatu bola panas. Dengan membuat percobaan
laboratorium dengan beberapa bola besi berbagai diameter dan dibiarkan
dingin mengikuti temperatur kamar, de Buffon melakukan ekstrapolasi
terhadap diameter Bumi sesungguhnya dan menentukan usia Bumi sekitar
75.000 tahun.
Sekelompok ilmuwan lainnya pada paruh abad ke-18 menghitung
kecepatan pengendapan berbagai sedimen dan melakukan ekstrapolasi terhadap
ketebalan batuan sedimen yang diketahui saat itu, menghasilkan rerata umur
Bumi sekitar 1 juta tahun. John Joly, seorang geolog Irlandia, pada abad ke-19
berasumsi bahwa air laut pada mulanya bersifat tawar namun kemudian
menjadi asin akibat mineral garam yang dibawa oleh sungai. Dengan
menghitung volume seluruh airlaut yang ada di Bumi, dia menentukan waktu
90 juta tahun untuk lautan mencapai kadar salinitas saat ini, yang kemudian
dianggap sebagai umur Bumi. Pada tahun 1785, James Hutton (1726-1797),
seorang geolog Skotlandia, berdasarkan studi detail terhadap singkapan batuan
dan proses alam yang tengah berlangsung saat itu, mengemukakan prinsip
keseragaman (uniformitarianisme). Konsep tersebut menyatakan proses
geologi yang sama telah bekerja pula pada waktu lampau, dan Hutton
menuliskannya sebagai “we find no vestige of a beginning, and no prospect of
an end”. Keunggulan prinsip ini lah yang mengantarkan Hutton sebagai Bapak
Geologi Modern.
Pada tahun 1830, Charles Lyell, seorang murid James Hutton, menerbitkan
buku “Principles of Geology”. Konsep keseragaman menjadi diterima secara
luas oleh kalangan ilmuwan dan usia Bumi yang sangat tua diterima oleh
masyarakat. Kelak, buku tersebut juga sangat mempengaruhi teori evolusi yang
dikembangkan oleh Charles Darwin pada tahun 1859. Lord Kelvin (1824-
1907), seorang fisikawan Inggris yang sangat dihormati, pada tahun 1866
mengklaim telah mematahkan fondasi uniformitarianisme geologi. Beranjak
dari asumsi umum bahwa Bumi berawal dari sebuah bola panas, Kelvin
menghitung usia terbentuknya Bumi berdasarkan suhu leleh batuan, dimensi
Bumi dan koefisien pendinginan. Dia menyatakan umur Bumi tidak mungkin
lebih tua dari 100 juta tahun. Pendapat Kelvin membuat masyarakat ilmuwan
terbelah, antara mendukung konsep Hutton atau menerima kalkulasi Kelvin
(yang tampak sangat logis). Pada akhirnya, kampanye Kelvin selama 40 tahun
harus berakhir dengan ditemukannya unsur radioaktif di penghujung abad ke-
19. Materi radioaktif dipercaya menjaga panas internal Bumi relatif konstan.
Penemuan radioaktif tersebut sekaligus membuat para geolog menghitung
umur batuan secara mutlak dan menemukan bahwa Bumi memang sangat tua.