Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN JUS BUAH MENGKUDU

(MORINDA CITIFOLIA IINN) TERHADAP PENURUNAN


TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI

DI SUSUN OLEH
Nama :
Nim :
Prodi : D III Keperawatan

Dosen Pembimbing : Bunda Ns.Indaryani, M.Kep

AKADEMI KESEHATAN SAPTA BAKTI BENGKULU


PRODI D III KEPERAWATAN TA. 2019/2020
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Pengkajian tgl : 28-10-2019
Diagnosa medis : CKD
Jam : 15.51 Wib
No RM : 0001794378
1. Pengkajian Keperawatan
a. Biodata
1) Identitas Pasien
Nama : Nn. E
Umur : 19 Tahun
Jenis kelamin : perempuan
Suku/Bangsa : Indonesia
Pend. Terakhir : SMA
Agama : Islam
Status : belum menikah
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Kampung Malegmang II kota Bandung

2) Identitas penanggung jawab


Nama : Tn. H
Umur : 51 Tahun
Hub.Keluarga : Ayah
Telepon :-

b. Keluhan utama
Keluhan utama klien Nn.E adalah mengeluh bengkak pada badan dan
perut, dan mengatakan bahwa ia sering pusing.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan bahwa badannya sudah mebengkak sejak 6 bulan
yang lalu dan perutnya membesar sekitar 2 bulan yang lalu.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
a) Pernah dirawat
Pasien mengatakan bahwa ia pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya dengan penyakit yang diderita ginjal.
b) Riwayat penyakit kronik/menular
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah memiliki riwayat penyakit
kronik maupun menular yang lainnya.
c) Riwayat penyakit alergi
Klien mengatakan selama ini tidak ada alergi baik makanan maupun
obat.
d) Riwayat operasi
Klien tidak pernah di operasi.

3) Riwayat Penyakit Keluarga


Klien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat
penyakit ckd yang sama seperti yang diderita oleh klien pada saat ini.

4) Perilaku yang Mempengaruhi Kesehatan


Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan :
a) Alkohol : Klien mengatakan seblumnya tidak pernah
mengkonsumsi minum-minuman yang berakohol.
b) Merokok : Klien mengatakan seblumnya tidak pernah merokok.
c) Obat : Klien mengatakan seblumnya tidak pernah
mengkonsumsi obat-obatan yang bersifat rutin/sering.
d) Olahraga : Klien mengatakan seblumnya tidak ada waktu
yang dihabiskan khusus untuk berolahraga.

d. Obervasi dan pemeriksaan fisik


1) Pemeriksaan KU dan TTV
a) Keadaan umum : Kesadaran compos mentis.
b) Tanda-tanda vital :
Suhu : 36’6 celcius
Nadi : 80x/menit
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Pernapasan : 20 x/menit
MK : -

2) Pemeriksaan persistem
a) Sistem pernapasan
(1) Pernapasan : 20x/menit
(2) Keluhan : Tidak ada
(3) Pola napas :Teratur
(4) Bentuk dada : Simetris
(5) Suara napas : Vesikuler
(6) Bunyi paru : Redup
(7) Alat bantu napas :Klien tidak menggunakan alat bantu
napas
MK : Tidak ada

b) Sistem kardiovaskuler
(1) TD : 140/80 mmHg
(2) N : 80x/menit
(3) CTR : < 2 detik
(4) Akral : dingin
(5) Bunyi jantung : Normal (lub lub)
(6) Irama jantung : Ireguler
MK : -

c) Sistem persyarafan
(1) Kesadaran : Composmentis
(2) Pupil : Isokor
(3) Sclera : An-anemia
(4) Konjutungtiva : An-anemis
(5) Istirahat/ tidur : 6 jam/hari

MK : tidak ada

d) Sistem Perkemihan
(1) Keluhan kencing : tidak ada
(2) Kemampuan berkemih : mandiri setengah dibantu keluarga
(3) Produksi urin : 2x sehari
(4) Kandung kemih : tidak ada pembesaran
(5) Nyeri tekan : tidak ada
(6) Intake cairan : 60 ml

Mk : -

e) Sistem pencernaan
(1) Mulut : bersih
(2) Mukosa mulut : lembab
(3) Abdomen : membesar
(4) Bab : 1x sehari
(5) Nafsu makan : 3x sehari

Mk : -

f) Sistem penglihatan
(1) Conjungtiva : ananemis
(2) Pupil :isokor
(3) Keluhan nyeri : tidak ada

Mk :-

g) Sistem pendengaran
(1) Keluhan nyeri : tidak ada
(2) Alat bantu dengar : tidak ada

Mk : -

h) Sistem muskuloskeltal dan integumen


(1) Kekuatan otot : 5,5,5,5
(2) Pergerakan sendi : bebas
(3) Kulit : pucat
(4) Turgor : baik
(5) Edema : ada, lokasi, kaki, perut, dan tangan

Mk : kelebihan volume cairan

i) Sistem integumen
(1) Penilaian resiko dekubitus
(a) Persepsi sensori :4
(b) Kelembapan :3
(c) Aktivitas :2
(d) Mobilisasi :3
(e) Nutrisi :2
(f) Gesekan/pergeseran : 3
Nilai : 17

Mk : tidak ada
(2) Sistem endokrin
(1) Pembesaran kalenjar tiroid : tidak ada
(2) Pembesaran kalenjar getah bening : tidak ada

e. Pengkajian psikososial
1) Persepsi klien terhadap penyakitnya : cobaan tuhan
2) Ekspresi klien terhadap penyakitnya : murung
3) Reaksi saat interaksi : kooperatif
4) Gangguan konsep diri : tidak

f. Pengkajian spiritual
1) Kebiasaan beribadah
a) Sebelum sakit : sering
b) Setelah sakit : kadang-kadang

g. Personal hygine
1) Kebersihan diri : cukup bersih
2) Kemampuan klien : dibantu sebagian
3) Ganti pakaian : dibantu keluarga
4) Makan : mandiri

h. Pemeriksaan penujang
2. Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Data
Tabel 4.1 Analisa Data
No Data Senjang Etiologi Masalah
1. Ds : angiotensin II Hipervolemi
Klien mengatakan perut merangsang korteks a
dan badannya adrenal
membengkak

Do :
- Terjadi odema di aldosteron
bagian perut, kaki meninkatkan retensi
dan tangan cairan
- Berat badan
meningkat
- Hemoglobin
menurun volume interstisil
meningkat

odema

kelebihan cairan

2 DS : pasien mengatakan Fungsi eritropin


kepala pusing menurun
DO : ↓
- akral teraba Eritrosit
dingin ↓
- Warna kulit pucat Produksi hemoglobin
- Terjadi edema menurun
- Hb : 6.4 g/dL ↓
Oksihemoglobin
menurun

Penurunan suplai O2
keperifer

Sianosis perifer,
perubahan karakteristik
kulit

Crt > 2 detik

Perfusi perifer tidak
efektif
b. Rumusan Diagnosa Keperawatan
1) Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
2) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin

3. Intervensi Keperawatan
Tabel 4.2 Intervensi Keperawatan
No DX Keperawatan Tujuan dan KH
1 Hipervolemia Manajemen hipervolemia
berhubungan Observasi
dengan kelebihan - Periksa tanda dan gejala hipervolemia
asupan cairan - Identifikasi penyebab hipervolemia
- Monitor status hemodinamik
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor tanda hemokonsentrasi
- Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik
plasma
- Monitor kecepatan infuse secara ketat
- Monitor efek samping diuretic
Teraupetik
- Timbang berat badan sertiap hari di waktu
yang sama
- Batasi asupan cairan dan garam
- Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat
Edukasi
- Anjurkan melaporkan jikahaluan urin < 0,5
ml/kg/jam dalam 6 jam
- Anjurkan melapor jika bb bertambah 1 kg
dalam sehari
- Ajarkan cara mengkur dan mencatat
asupan dan haluan cairan
- Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretic
- Kolaboran penggantian kehilangan kalium
akibat diuretic
- Kolaborasi pemberian crrt, jika perlu
Intervensi pendukung : dukungan kepatuhan
program pengobatan
Observasi
- Identifikasi kepatuhan menjalani program
pengobatan
Teraupetik
- Buat komitmen menjalani program
pengobatan dengan baik
- Buat jadwal pendampingan keluarga untuk
bergantian menemani pasien selama
menjalani program pengobatan
- Diskusikan hal-hal yang mendukung atau
menghambat berjalnnya program
pengobatan
2 Perfusi perifer Intervensi utama : perawatan sirkulasi
berubugan dengan Observasi
penurunan - Periksa sirkulasi perifer
konsentrasi - Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
hemoglobin - Monitor panas, kemerahan,nyeri dan
bengkak
Teraupetik
- Hindari pemasangan infuse atau
pengambila darah
- Hindari penekanan dan pemasangan
tourniquet
- Lakukan hidrasi
Edukasi
- Anjurkan diet program untuk memperbaiki
sirkulasi
- Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan
Intervensi pendukung : manajemen cairan
Observasi
- Monitor status hidrasi
- Monitor berat badan harian
- Monitor berat badan sebelum dan sesudah
dianalilis
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
- Monitor status hemodinamik
Teraupetik
- Catat intake-output dan hitung balance
cairan
- Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
- Berikan cairan intravena, jika perlu
kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretic, jika perlu.

4. Impelementasi Keperawatan
Tabel 4.3 Implementasi Keperawatan
No Hari/ Diagnosa implementasi Respon hasil Evaluasi
tanggal
1 Hipervolemia - Memeriksa tanda - Klien S : klien
berhubngan dan gejala mengetahui mengatakan
dengan hipervolemia tanda dan badannya
kelebihan gejalanya bengkak
asupan - Mengidentifikasi - Klien
penyebab mengetahui O : tubuh
cairan hipervolemia penyebab klien
penyakitnya tampak
- Memonitor intake - Pasien bengkak
dan output cairan mencatat
intake dan A : maslah
- Memonitoring output cairan belum
kecepatan infus - Klien teratasi
secara ketat memperhatik P : lanjutkan
an cairan intervensi
infusnya
- Menimbang berat - Klien I:
badan setiap hari menimbang Membatasi
di waktu yang bb setiap asupan
sama hari cairan
- Membatasi - Klien
asupan cairan dan membatasi E: badan
garam asupan pasien
minumnya masih
- Menganjurkan - Klien bengkak
melaporkan jika bb mencatat jika
R : pantau
bertambah 1 kg terjadi
cairan
dalam sehari penambhan
infuse
bb
secara ketat
- Menganjurkan - Klien
melaporkan jika memahamin
haluan urin < 0.5 ya
ml/kg/jam dalam 6
jam
- Mengajarkan cara - Klien
mengatasi cairan mengetahui
cara
mengatasi
- Mengkolaborasi cairan
- Klien
penggantian
kehilangan kalium mengetahui
akibat diuretic obat yang
diberikan
- Mendiskusikan - Klien
mengetahui
hal-hal yang dapat
mendukung atau program
menghambat pengobatan
berjalannya
program
pengobatan
- Menginformasikan - Klien
yang akan mengetahui
diperoleh jika manfaat dari
teratur menjalani pengobatan
program
pengobatan
2 Perfusi - Memeriksa faktor - Klien S : klien
perifer tidak resiko gangguan mengetahui mengatakan
efektif sirkulasi penyebab tubuhnya
bengkak
berhungan - Memonitoring gangguan
dngan pnas, kemerhan sirkulasi O : klien
penurunan nyeri atau - Klien tmpak pucat
konsentrasi bengkak mengontrol Hb : 6.4
heoglobin - Menganjurkan penyebab g/dL
diet program bengkak
untuk - Klien A : maslah
belum
memperbaiki mematuhi
teratasi
sirkulasi program diet
- Memonitoring - Klien P : lanjutkan
berat badan menimbang intervensi
harian berat badan
- Memonitoring setiap hari I : tranfusi
berat badan - Klien darah
sebelum dan memantau bb
E : hb
sesudah analisis - Klien masih
- Memonitoeing mengetahui rendah
hasil laboratorium hasil
- Mencatat intake- laboratorium R : kontrol
output dan - Klien hb
menghitung mencatat
balance cairan minum dan
- Memberikan urinnya
cairan sesuai - Klien
kebutuhan menerima
asupan
cairan
3 Hipervolemia - memonitoring intake - klien S : klien
berhubngan dan output cairan mencatat mengatakan
dengan - memonitoring pemasukan tubuhnya
kelebihan kecepatan infuse dan masiih
asupan - membatasi asupan pengeluaran bengkak
cairan cairan cairan
- klien O : adanya
mengetahui edema di
kecepatan kaki dan
infuse tangan
- klien
A ; maslah
membtasi belum
cairan teratasi

P ; lanjutkan
intervensi

I:
membatasi
asupan
cairan

E : tubuh
klien masih
bengkak

R : control
pemasukan
cairan

4 Perfusi - memonitoring panas, - klien s: klien


perifer tidak kemerrahan, nyeri mengontrol mengatakan
efektif atau bengkak penyebab masih
berhubungan - memonitoring berat bengkak pusing
dengan badan - Klien
penurunan - memonitoring hasil menimbang o ; klien
konsentrasi laboratorium berat badan tampak
hemoglobin - klien mencatat setiap hari pucat
intake –output cairan - Klien a : masalah
- klien menerima mengetahui belum
asupan cairan hasil teratasi
laboratorium
- Klien p : lanjutkan
mencatat intervensi
intake-output
cairan I:
- Klien
E ; klien
menerima masih
asupan pusing
cairan
R:

1. Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.10 Evaluasi Keperawatan
Hari/tanggal diagnosa Evaluasi Paraf
Hipervolemia S : klien mengatakan bengkak
berhubungan pada tubuhnya mulai berkurang
dengan O : edema pada tubuh berkurang
kelebihan A : masalah teratasi sebagian
asupan cairan P : intervensi dihentikan
Perfusi perifer S : klien mengatakan pusingnya
tidak efektif berkurang
berhubungan O : klien tampak tenang
dengan A : masalah teratasi
penurunan P : intervensi dihentikan
konsentrasi
hemoglobin

1. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas tentang persamaan dan kesenjangan
teori yang ada dengan data yang di dapat dari pelaksanaan Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah pada Tn. A Dengan Kasus Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu pada tahun 2017 yang dimulai dari
tanggal 5-8 juni 2017. Pembahasan akan diuraikan langkah demi langkah
yangmeliputi pengkajian. Diagnosa keperawatan, intervensi, implentasi dan
evaluasi.
A. Pengkajian Keperawatan
Tahap pengkajian keperawatan adalah suatu proses yang sistematis
dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data tentang klien. Proses
pengumpulan data ini mencakup pengumpulan data dari sumber primeratau
klien secara langsung (Potter & Perry, 2005). Pada pengkajian ini
ditemukan beberapa persamaaan dan kesenjangan antara teori yang ada
dan kasus.
Pada keluhan utama yang di dapatkan pada kasus Tn. A mengatakan
nyeri kepala. Hal tersebut sama seperti yang ada di teori dimana keluhan
utama pada penderita hipertensi adalah nyeri kepala. Adanya keluhan nyeri
kepala pada pasien hipertensi ini menurut Smeltzer & Bare (2002) karena
adanya penyempitan pembuluh darah yang dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan tekanan darah vasculer celebral secara tidak adekuat. Akibat
dari peningkatan tekanan darah vasculer celebral tersebut sehingga
menekan serabut saraf otak yang dapat menyebabkan nyeri kepala pada
pasien hipertensi. Nyeri kepala yang dirasakan pada klien dengan
hipertensi tidak cukup diatasi dengan analgetik, akan tetapi harus diatasi
dengan cara menurunkan tekanan darah yang merupakan penyebab utama
nyeri tersebut. Nyeri kepala yang terus-menerus ini membuat klien merasa
membutuhkan pertolongan pelayanan kesehatan, sehingga klien biasanya
akan mengunjungi pelayanan kesehatan terdekat.
Selain nyeri kepala klien juga mengeluh tengkuk terasa kaku. Hal
tersebut sama seperti yang ada di teori dimana keluhan utaman pada
penderita hipertensi adalah tengkuk terasa kaku. Menurut Gunawan (2007),
kekakuan pada tengkuk yang dirasakan pada pasien dengan hipertensi
disebabkan oleh adanya tekanan darah yang meningkat akibat jantung
memompa darah lebih cepat sehingga otot-otot yang dekat dengan jantung
terutama otot di daerah leher menjadi tegang.
Pada riwayat kesehatan dahulu pada Tn. A, didapatkan pada saat
pengkajian BB 90 kg dan TB 145 cm setelah dihitung IMT pada Tn. Aadalah
37,97 (normal 18,5-22,9) yang menunjukan bahwa Tn. A tersebut termasuk
klasifikasi berat badan yang melebihi batas rentang normal (obesitas).
Menurut Widharto (2007), Seseorang yang mengalami obisitas memakan-
makanan yang banyak mengandung kolesterol dapat menimbulkan
terjadinya penimbunan lemak di sepanjang pembuluh darah. Sehingga
akan berpontensi mengalami penyempitan dan sumbatan pembuluh darah
oleh lemak yang dapat memacu jantung untuk memompa darah lebih kuat
lagi, yang mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan
darah(hipertensi). Penelitian ini sejalan dengan teori bahwa salah satu
pencetus hipertensi primer itu bisa disebabkan oleh adanya kegemukan
atau obesitas, hal ini dapat dilihat pada woc Nanda NIC NOC (2013). Selain
itu juga pada Tn. A tidak ditemukan riwayat penyakit yang dapat
mencetuskan penyakit hipertensi seperti diabetes melitus, gangguan ginjal,
dan lain-lain. Serta klien juga tidak memiliki alergi, riwayat penyakit kronik
maupun penyakit menular lainnya.
Pada riwayat kesehatan keluarga, ditemukan riwayat penyakit yang
sama yaitu hipertensi pada ibu klien. Menurut teori yang diungkapkan oleh
watson (2006), bahwa faktor pencetus dari hipertensi primer salah satunya
dari hipertensi primer salah satunya disebabkan oleh keturunan. Dapat
disimpulkan bahwa kromosom X yang dibawa dari ibu merupakan
pembawa atau karier dari hipertensi yang diturunkan oleh klien Tn. A.
Penyakit hipertensi yang dialami oleh Tn. A berpengaruh pada jumlah
jam tidur. Sebelum sakit jumlah jam tidur 7-8 jam per hari, saat sakit jumlah
jam tidurnya 5-6 jam per hari. Klien mengekuh kesulitan memulai tidur
karena nyeri kepala. Menurut syaifuddin (2006), rasa nyeri ituditimbulkan
oleh saraf nosieptor yang stimulasi akibat peningkatan dari tekanan
vascular carebral. Pola tidur yang buruk pada pasien hipertensi dapat
menimbulkan gangguan kesimbangan fisiologis dan psikologis seseorang,
sehimgga dapt meningkatkan resiko tekanan darah kembali meningkat atau
lebih meningkatkan lagi pada hipertensi. Besarnya berpengaruh pola tidur
diarahkan pada organyang mempunyai pengaruh besar terhadap tekanan
darah (Gangwisch, dkk, 2006).
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan darah pada Tn. A diatas
normal yaitu 170/100 mmHg. Tanda dan gejala utama pada penderita
hipertensi saat pengkajian tanda-tanda vital ditemukan adanya peningkatan
tekanan darah sistol > 140 dan diastol > 90 mmHg (Arita Murwani, 2011).
Sedangkan pada pemeriksaan yang lainnya seperti nadai 85 x/m,
pernapasan 24 x/m, dan suhu 36’ celcius masih dalam rentang normal.
Menurut Muttaqin (2006), nyeri yang dirasakan oleh klien dapat
mempengaruhi nilai TTV, semakin tinggi intensitas nyeri yang dirasakan
klien maka akan semakin tinggi nilai TTV dari rentang normal kecuali nadi,
suhu dan pernapasan.

B. Diagnosa Keperawatan
Pada konsep teori yang dikemukakan oleh NANDA NIC NOC (2013)
diagnosa yang muncul pada pasien hipertensi antara lain :
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload
ditandai dengan dyspnea dan tampak tekanan darah meningkat.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan gejala penyakit
(hipertensi) ditandai dengan mengeluh sulit tidur, tidak mampu rileks
(tampak meringis atau merintih)
3. Gangguan perfusi jaringan seebral ditandai dengan hipertensi
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan mengeluh lelah dan
frekuensi jantung meningkat > 20% dan kondisi istrahat.
5. Resiko ketidakseimbangan cairan ditandai dengan penyakit ginjal dan
kelenjar.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada Tn. A ditemukan diagnosa :
Menurut SDKI (2017), gangguan rasa nyaman berhubungan dengan
gejala penyakit (hipertensi) ditandai dengan mengeluh sulit tidur dan tidak
mampu rilrks (tampak meringis). Diagnosa ini muncul pada Tn. A karena
hasil dari pengkajian ditemukan keluhan bahwa klien mengeluh nyeri
kepala, bertambah nyeri jika beraktifitas. Rasa nyeri seperti tertusuk-tusuk
yang terasa diseluruh bagian kepala sampai ke ubun-ubun dengan skala
nyeri 6 dan nyerinya terjadi saat siang hari ataupun malam hari. Hal
tersebut sama dengan teori yang menjelaskan pada penderita hipertensi
akan mengeluh nyeri pada daerah kepala. Setiap individu mengalami dan
mengekspresikan nyeri dengan caranya sendiri, menggunakan adaptasi
sosio kultural dan merupakan keadaan yang subjektif dimana seseorang
akan memperlihatkan ras ketidaknyamanan secara verbal maupun non
verbal dan bisa juga keduanya. Diagnosa ini sebagai diagnosa perioritas
utama karena saat pengkajian yang paling pasien keluhkan adalah nyeri
pada daerah kepalanya.
Secara teori menurut NANDA NIC NOC (2013) terdapat diagnosa,
penurunan curah jantung berhubungan dengan afterload ditandai dengan
dyspnea dan tampak tekanan darah meningkat, risiko perfusi serebral tidak
efektif di buktikan dengan hipertensi, intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigeen ditandai
dengan mengeluh lelah dan frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi
istirahat dan resiko ketidakseimbangan cairan ditandai dengan penyakit
ginjal dan kelenjar. Diagnosa ini tidak bisa diangkat karena data ya g
menunjukakan diagnosa tersebut tidak ada.
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload
ditandai dengan dyspnea dan tampak tekanan darah meningkat. Diagnosa
ini tidak bisa ditegakkan karena pada penderita hipertensi akan
menunjukkan data mayor dyspnea dan tekanan darah menurun, data minor
tidak ada. Sedangkan data objektifnya menunjukan pulmonary vascular
resistence menurunkan tidak ditemukan pada Tn. A.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan mengeluh lelah dan
frekuensin jantung meningkat > 20% dari kondisi istrahat. Diagnosa ini tidak
bisa ditegakkan karena pada penderita hipertensi akan menunjukkan data
manyor mengeluh lelah disertai data objektifnya frekuensi jantung
meningkat > 20% dari kondisi istrahat. Intoleransi aktivitas ini berkaitan
dengan gagal jantung kongestif. Hal ini tidak ditrmukan oleh Tn. A.
Resiko ketidakseimbangan cairan dibuktikan dengan penyakit ginjal
dan kelenjar. Diagnosa ini tidak bisa ditegakkan karena pada penderita
hipertensi akan ditemukan faktor resikonya yaitu penyakit ginjal dan
kelenjar, dimana pada kondisi ini terjadi ketidakseimbangan cairan yang
berkait dengan penyakit ginjal dan kelenjar. Hal ini tidak ditemukan saat
pengkajian pada Tn. A.

C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan merupakan langkah selanjutnya setelah penyusunan
diagnosa keperwatan, perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang digunakan untuk menanggulangi masalah. Dalam
penyusunan rencana keperawatn perlu ditentukan tujuan dan kriteria hasil.
Diagnosa yang ditemukan pada Tn. A yaitu gangguan rasa nyaman
berhubungan dengan geala penyakit (hipertensi) ditandai dengan mengeluh
sulit tidur dan tidak mampu rileks (tampak meringis). Tujuan yang
diharapkan pada diagnosa ini yaitu setelah diberikan asuhan keperawtan
selama 4 hari dalam 1 minggu diharapkan rasa nyerinya hilang atau
berkurang. Serta masalah keperawata lainya teratasi. Dengan kriteria hasil
tanda-tanda vital dalam rentang normal, skala nyeri berkurang dari6 ke 0,5,
klien tidak tampak meringis, rasa kaku di tengkuk menghilang atau
berkurang, intoleransi aktivitas tidur baik. Pada kasus klien Tn. A dengan
hipertensi, penulis melakukan peranya ssebagai care giver yaitu melakukan
tindakan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi. Diagnosa yang diangkat pada kasus
Tn. A adalah gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
(hipertensi) ditandai dengan mengeluh sulit tidur, dan tidak rileks (tampak
meringis) intervensi yang dilakukan pada diagnosa ini yaitu observasi tanda-
tanda vital, lakukan pengkajian nyeri (PQRST), tentukan dampak dari
pengalaman nyeri (misalnya tidur), anjurkan istrahat atau tidur untuk
mengurangi nyeri , gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengentahui
pengalaman nyeri.
Selain itu perawat juga melakukan perannya sebagai independen
pada Tn. A dimana dalam menjalankan perannya sebagai independen
penulis memberikan penyuluhan kesehatan pada klien Tn.A tentang
hipertensi dan jus buah mengkudu dalam menurunkan tekanan darahnya.
Dalam kasus Tn.A intervensi yang tidak dilakukan yaitu amati isyarat
non verbal dari ketidak nyamanan, kaji faktor yang dapat meringankan atau
memperburuk rasa nyeri pada pasien, dan kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan (misalnya
pencahayaan, suhu kamar dan kebisingan).

D. Implementasi Keperawatan
Pada tahap implementasi keperawatan, pemulihan kebutuhan klien
dilakukan dengan diagnosa yang ditemukan dalam kasus. Pelaksanaan
perencanaan asuhann keperawatan dapat dilaksannakan berdasarkan
acuan tindakan seperti yang tertuang dalam konsep teori. Rencana asuhan
keperawatan disesuaikan dengan kebutuhan klien dan dilakukan selama 4
hari dalam 1 minggu pada tanggal 06-09 juni 2017. H55Implementasi yang
terfokus pada tujuan dan kriteria hasil asuhan keperawatan yang telah
dibuat pada tahap intervensi.
Implementasi pertama yang dilakukan adalah memeriksa tanda-tanda
vital yang dilakukan pada tanggal 06-09. Selama 4 hari perawatan hasilnya
pengukuran menunjukkan perbaikan tanda-tanda vital pada Tn.A terutama
pada tekanan darah. Sedangkan hasil pengukuran nadi, pernapaan dan
suhu masih stabil (masih dalam batas normal) sejak mengukuran hasil
pertama sampai hari ke lima.
Hasil pengkajian darah Tn.A mengalami penurunan selama perawa.
Penurunan tekanan darag tersebut terjadi karena adanya pengaruh dari
pemmberian terapi komplementer dengan jus buah mengkudu. Menurut
Tony (2014), buah mengkudu dapat menurunkan tekanan darah karena di
dalam buah mengkudu terdapat zar scopoletin dan xeronin yang dapat
melebarkan pembuluh darah, dan zat anti oksidan yang mampu menekan
produksi radikal hidroksil yang reaktif pada hipertensi.
Dalam penelitian ini pemberian jus buah mengkudu sebanyak 50
cc/ml dengan pemberian 2x1, 30 menit sebelum sarapan pagi dan 30 menit
sebelum makan malam yang diberikan sejak tanggal 6-9 juni 2017.
Pemberian jus buah mengkudu 30 menit sebelum sarapan pagi dan 30
menit sebelum makan malam ini untuk memaksimalkan absorbsi jus buah
mengkudu secara sempurna saat sebelum makan. Penurunan tekanan
darah (sistol) terjadi sejak pemberian setelah 2 hari oemberian yaitu 10
mmHg, sedangkan penurunan tekanan darah (diastol) terjadi sejak
pemberian setelah 1 hari pemberian 10 mmHg. Respon terhadap pemberian
jus buah mengkudu setiap individu dapat berbeda-beda tergantung pada
faktor-faktor yang mempengaruhi seperti kondisi stresss, pola hidup
(makanan, olahraga, istrahat), hormonal, dan lain-lain.
Berdasrkan hasil penelitian (suidah,2011) bahwa terdapat pula
perubhan tekanan darah sebelum dan setelah dilakukan intervensi
pemberian buah mengkudu telah mengalami penurunan sebanyak 5.934
mmHg setelsh 1 hari pemberian. Hal ini didukung pula oleh penelitian yang
serupa seperti yang dilakukan oleh (Salomon, 2003)bahwa terdapat
perubahan penurunan tekanan darah sebelum dan setelah diakukan
intervensi pemberian ekstrak buah mengkudu telah mengalami penurunan
sebanyak 20/30 mmHg setelah 12 minggu masa pengujian.
Implementasi berikutnya adalah melakukan pengkajian myeri
(PQRST) dan menentukan dampak dari pengalaman nyeri terdapat kualitas
hidup (tidur) yang dilakukan dari tanggal 5-9 juni 2017. Selama 4 hari
perawatan hasil pengukuran menunjukkan perbaikan nyeri (PQRST) pada
Tn. A terutama pada skala nyeri.
Rasa nyeri itu ditimbulkan oleh saraf nosiseptor yang ditrimulus akibat
peningkatan dari tekanan vascular cerebral (Syaifuddin, 2006). Nyeri ini
dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien terutama pada pola istrahat/tidur.
Pada kasus ini pola tidurnya menjadi 5-6 jam per hari. Perubahan jumlah
jam sirkulasi tidur seseorang berpengaruh pada laju metabolisme. Apabila
metebolisme meningkat dari biasanya makan klien Tn. A akan kehilangan
energi yang dpat menimbulkan keluhan lemah seperti hasil pengkajian yang
ditemukan. Klien Tn. A dianjurkan untuk lebih banyak istrahat yang
diharapakan dapat mengurangi rasa nyeri kepala dan meningkatkan jumlah
jam tidur.
Implemtasi selanjutnya adalah memberikan penyuluhan kesehatan
tentang hipertensi dan jus buah mengkudu untuk menurunkan tekanan
darah yang dilakukan pada tanggal 5-9 juni 2017. Implementasi ini dilakukan
untuk memberikan pengentahuan kepada klien tentang penyakit hipertensi
yang diderita dan untuk memberikan penjelasan bahwa jus buah mengkudu
bisa menurunkan tekanan darah.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan yang
digunakan untuk menentukan beberapa baik rencana keperawatan bekerja
dengan menunjukan respon pasien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
Berikut adalah pembahasan evaluasi dari diagnosa gangguan rasa nyaman
berhubungan gejala penyakit (hipertensi) ditandai dengan mengeluh sulit
tidur, tidak mampu rileks (tampak meringgis).
Sebelum di berikan teraphi komplementer dengan jus buah
mengkudu di dapatkan data subjektifnya yaitu klien mengeluh nyeri kepala,
bertambah nyeri jika beraktivitas. Rasa nyeri seperti tertusuk – tusuk yang
terasa di seluruh bagian kepala sampai ke ubun – ubun dengan skala nyeri
6, dan nyerinya terjadi saat siang hari ataupun malam hari, tengkuk klien
terasa kaku, mudah lelah, klien juga mengeluh sulit untuk memulai tidur dan
klien mengeluh jumlah jam tidur berkurang biasanya 7 sampai 8 jam karena
nyeri kepala menjadi 5 sampai 6 jam perhari. Sedangkan data objektif yang
di dapatkan yaitu expresi wajah klien tambah meringis dan tampak lemah,
TD 170 / 100 mmHg, N 85 x / menit, P 24 x /menit, S 36 C
Setelah di berikan perawatan selama 4 hari dalam satu minggu
dengan menggunakan jus mengkudu terjadi perubahan hasil evaluasi klien
Tn. A. pada tanggal 9 Juni 2017 yaitu klien mengatakan nyeri di kepalanya
sudah tidak ada lagi, tengkuk sudah tidak terasa kaku, klien sudah tidak
lemah lagi, aktivitas istirahat tidurnya sudah terkontrol dengan baik, klien
sudah mengerti bahwa jus buah mengkudu dapat menurunkan tekanan
darah pada hypertensi, dan klien juga mengatakan bahwa ia sudah bisa
membuat jus buah mengkudu secara mandiri di rumah, expresi wajah klien
sudah tidak tampak meringis dan lemah lagi, skala nyeri 4, TD 140 / 80
mmHg, Nadi 84 / menit, pernafasan 24 x / menit, suhu 36’ celcius.

2. Keterbatasan Penelitian
1. Kelemahan pada penelitian yaitu dalam penelitian ini telah terjadi proses
oksidasi terhadap jus buah mengkudu yang dapat di lihat dari warna yang
kecoklatan. Dan penelitian ini tidak memperhatikan perubahan – perubahan
yang terjadi pada jus buah mengkudu, yang dapat mempengaruhi
manfaatnya terhadap tekanan darah.
2. Kelemahan penelitian ini juga terdapat pemilihan dalam buah mengkudu
belum matang sempurna. Sedangkan menurut penelitian Soedah ( 2011 ),
buah mengkudu yang di gunakan adalah buah mengkudu yang berwarna
kuning matang.
3. Kelemahan lain dalam penelitian ini adalah saat pembuatan jus buah
mengkudu penelitian mencampurkan air tidak sesuai penelitian
sebelumnya. Seharusnya dalam pembuatan jus buah mengkudu dalam
penelitian ini tidak menggunakan air.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Fokus utama pengkajian pada penelitian ini adalah pengkajian
gangguan rasa nyaman dimana pada kasus didapatkan keluhan
yaitu nyeri kepala dengan skala nyeri 6, tengkuk terassa kaku,
kesulitan dalam memulai tidut, serta pola aktivitas tidurnya
terganggu yang biasanya pola tidurnya 7-8 jam per hari karena
nyeri kepala pola aktivitasnya menjadi 5-6 jam per hari. Nyeri
kepala ini di sebabkan karena adanya penyempitan pembuluh
darah, sedangkan tengkuk terasa kaku disebabkan karena dialami
oleh Tn A ini dicetuskan oleh faktor keturunan dan obesitas.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tn A yang muncul pada saat
pengkajian adalah gangguan rasa nyaman berhubungan dengan
gejala penyakit (hipertensi) ditandai dengan mengeluh sulit tidut,
tidak mampu reliks (tampak meringgis). Sedangkan menurut
NANDA NIC NOC (2013) diagnosa yang sering muncul pada
pasien dengan hipertensi tidak hanya diagnosa gangguan rasa
nyaman, tetapi ada diagnosa lain yaitu penurunan curah jantung
berhubungan dengan perubahan aferload ditandai dengan
dsypnea dan tampak tekanan darah meningkat, resiko perfusi
serebral tidak efektif dibuktikan dengan hipertensi, intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen ditandai dengan mengeluh lelah dan
frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istrahat dan resiko
ketidakseimbangan cairan ditandai dengan penyakit ginjal dan
kelenjar. Diagnosa ini tidak bisa ditegakkan karena data yang
mendukung diagnosa tidak ditemukan pada klien Tn A.
3. Intervensi Keperawatan
Pada kasus klien Tn A dengan hipertensi, penulis melakukan
perannya sebagai care giver dimana pada perannya tersebut
penulis memberikan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi sampai evaluasi.
Sedangkan intervensi yang dilakukan pada diagnosa gangguan
rasa nyaman yaitu observasi tanda-tanda vital, dilakukan engkajian
nyeri (PQRST), tentukan dampak dari pengalaman nyeri (misalnya
tidur), anjurkan istrahat atau tidur untuk mengurangi nyeri, gunakan
teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri.
Selain itu perawat juga melakukan perannya sebagai independen
pada Tn A dimana dalam menjalankan perannya sebagai
indeoenden [enulis memberikan penyuluhan kesehatan kepada
klien Tn A tentang hipertensi dan jus buah mengkudu, serta
memberikan terapi komplementer dengan jus buah mengkudu
dalam menurunkan tekanan darahnya.
4. Impelemtasi Keperawatan
Ada & implementasi yang dilakukan pada Tn. A yaitu
memeriksan tanda-tanda vital, melakukan pengkajian (PQRST),
mentukan dampak dari pengalaman nyeriterhadap kualitas hidup
(misalnya tidur), mengajurkan istirahat atau tidur untuk mengurangi
nyeri, memberikan penyuluhan kesehatan tentang hipertensi dan
jus buah mengkudu, serta memberikan terapi komplementer
dengan menggunakan jus buah mengkudu sebanyak 50cc/ml 2
kali sehari, 30 menit sebelum sarapan pagi dan 30 menit sebelum
makan malam, buah mengkudu yang digunakan adalah buah yang
belum matang sempurna. Buah mengkudu ini dapat menurunkan
tekanan darah karena di dalam buah mengkudu tersebut terdapat
zat scopoletin dan xeronin yang mampu melebarkan pembuluh
darah.

5. Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan intervensi yang dilakukan adalah setelah 4 hari
dalam 1 minggu tekanan darah dialami Tn. A mengalami
penurunan, dimana sebelum diberikan pemberian jus buah
mengkudu tekanan darah 170/100 mmHg, terapi setelah 4 hari
pemberian jus buah mengkudu tekanan darah pada Tn A turun
menjadi 140/80 mmHg.

B. Saran
Setelah penulisan melakukan asuhan keperawatn pada pasien denga
hipertensi, penulis memberikan usulan dan masukan yang positif
khususnya dibidang kesehatan antara lain :
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat mengguanakan hasil penelitian ini sebagai
sumber informasi dalam perawatan dan penanganan dalam
menurukan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan
menggunakan terapi komplementer dengan jus buah mngkudu
sebanyak 50cc/ml, dengan menggunakan buah mengkudu yang
matang sempurna, dan dianjurkan setelah sediaannya sudah jadi
langsung diminum untuk mencegah terjadinya perubahan warna
pada sediaan jus buah mngkudu.

2. Bagi Pemgembangan Ilmu Keperawatan


Menambah keluasan ilmu dibidang keperawatan medikal bedah
dengan pelaksanaan Asuhan Keperawatan dalam Jus Buah
Mengkudu
(Morinda Citrifolia Linn) terhadap penurunan tekanan darah pada
pasien hipertensi.

3. Bagi Perawat
Dapat mengembangkan asuhan keperwatan komplementer
dengan menggunakan jus buah mengkudu atau mengunakan
terapi herbal yang lainnya, yang telah diuji secara ilmiah.

4. Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasiikan hasil riset
keperawatan khususnya studi kasus tentang Asuhan Keperawatan
dalam Pemberian Jus Mengkudu (Morinda Citrifolia Linn) terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.

5. Bagi Penelitaan
Diharapkan untuk penelitian selanjutnya lebih memperhatikan
keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian untuk menjalankan
asuhan keperawatan medikal bedah agar tidak terulang lagi.

Anda mungkin juga menyukai