T
PANGKALAN TNI AL BIAK
Nomor : Kep / 80 / I / 2019
RUMKITAL dr. R. GANDHI A.T
Tanggal : 03 Januari 2019
BAB I
DEFINISI
A. Pengertian
Penyelenggaraan makanan bagi pasien dengan resiko nutrisi di rumah sakit
adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan
pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam rangka pencapaian status
kesehatan yang optimal melalui pemberian diit yang tepat sesuai dengan terapi
nutrisinya. Dalam hal ini termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan dan evaluasi
serta dicatat dalam rekam medis.
B. Tujuan
Penyelenggaraan makanan di Rumkital dr. R. Gandhi A.T dilaksanakan
dengan tujuan untuk menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan jumlah yang
sesuai kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai bagi pasien yang
membutuhkannya sesuai dengan terapi gizinya.
BAB II
RUANG LINGKUP
1
Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit terdiri dari :
asuhan gizi rawat inap, penyelenggaraan makanan dan penelitian dan
pengembangan gizi. Untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien, maka perlu
Asuhan Gizi yang bertugas menyelenggarakan pelayanan rawat inap.
Asuhan gizi merupakan sarana dalam upaya pemenuhan zat gizi pasien.
Pelayanan gizi rawat inap sering disebut juga dengan Terapi Gizi Medik. Pelayanan
kesehatan paripurna seorang pasien rawat inap , secara teoritis memerlukan tiga
jenis asuhan (care) yang pada pelaksanaannya dikenal sebagai pelayanan (service).
Ketiga jenis asuhan tersebut adalah :
1. Asuhan Medik
2. Asuhan Keperawatan
3. Asuhan Gizi.
Tujuan utama Asuhan Gizi adalah memenuhi kebutuhan zat gizi pasien secara
optimal baik berupa pemberian makanan pada pasien yang dirawat. Untuk mencapai
tujuan tersebut diperlukan kerjasama tim yang terdiri dari unsur terkait untuk
melaksanakan urutan kegiatan, yang dikelompokkan menjadi 5 (lima) kegiatan,
yaitu:
1. Membuat diagnosis masalah gizi.
2. Menentukan kebutuhan terapi gizi.
Dalam pelaksanaan asuhan gizi, penentuan terapi gizi pasien perlu
mempertimbangankan 3 (tiga) macam kebutuhan, yaitu :
a) Penggantian (replacement)
b) Pemeliharaan (maintenance)
c) Penambahan akibat kehilangan (loss) yang berkelanjutan dan untuk
pemulihan jaringan dengan berpedoman kepada :
1) Zat gizi (bahan makanan)
2) Tepat formula
3) Tepat bentuk
4) Tepat cara pemberian
5) Tepat dosis dan waktu
3. Memilih dan mempersiapkan bahan/makanan/formula khusus (oral,
enteral dan perenteral) sesuai kebutuhan.
4. Melaksanakan pemberian makanan.
2
5. Evaluasi/pengkajian gizi dan pemantauan
BAB III
TATA LAKSANA
Pasien Masuk RS
Tahap
3
Penapisan R Rawat Inap
Tahap
Pasien
Pengkajian Beresiko Pengkajian Gizi
Masalah Gizi
_________
Perencanaan Perencanaan
Makanan Biasa Makanan Khusus
Tahap Pemantauan
Pemantauan
Monev
YA
Penyesuaia
Masalah
n
Gizi
Diet
TIDAK TIDAK
YA
Rawat Jalan
Rawat Jalan
YA
Dirawat
?
TIDAK
Masalah
Gizi
YA
TIDAK
D. Asuhan Gizi
6
Asuhan gizi merupakan sarana dalam upaya pemenuhan zat gizi pasien.
Pelayanan gizi rawat inap sering disebut juga dengan Terapi Gizi Medik.
Gbr. 3
MEKANISME ASUHAN GIZI DI RUMAH SAKIT
1. Diagnosis
Masalah Gizi
4. Pelaksanaan 3. Persiapkan
Pemberian Zat Gizi Makanan/Gizi
Oral/Enteral/Parental Medisinal
7
Salah satu upaya untuk pemantapan pelaksanaan asuhan gizi, dapat
dibentuk suatu Panitia/Komite Asuhan Gizi oleh pimpinan RS yang terdiri dari
unsur pengelola RS dan kelompok profesional yang terkait dengan pengelolaan
dan pelaksanaan asuhan gizi. Secara garis besar panitia/komite ini mempunyai
tugas membantu pimpinan RS sebagai pemerhati masalah gizi pasien dan
memberi masukan untuk penyempurnaan peaksanaan asuhan gizi. Sedangkan
untuk pelaksanaan asuhan gizi dibentuk Tim Asuhan Gizi di masing-masing
unit pelayanan.
Agar kegiatan asuhan gizi berjalan dengan optimal, maka perlu dukungan
pimpinan RS, komite medik dan staf serta adanya koordinasi dan komunikasi
antar anggota tim. Oleh karena itu di Rumkital Gandhi A.T perlu dibentuk Tim
Asuhan Gizi sesuai dengan struktur organisasi di Rumkital Gandhi A.T.
Komite Medik
b) Nutrisionis/ Dietisien
1) Mengkaji status gizi pasien berdasarkan data rujukan
8
2) Melakukan anamnesis riwayat diit pasien
3) Menerjemahkan rencana diit ke dalam bentuk makanan yang
disesuaikan dengan kebiasaan makan serta keperluan terapi
4) Memberikan saran kepada dokter berdasarkan hasil
pemantauan/evaluasi terapi gizi
5) Memantau masalah yang berkaitan dengan asuhan gizi
kepada pasien, bersama dengan perawat ruangan
6) Memberikan penyuluhan, motivasi dan konseling gizi pada
pasien dan keluarga
7) Melakukan kunjungan keliling (visite) baik sendiri maupun
bersama Tim Asuhan Gizi kepada pasien
8) Mengevaluasi status gizi pasien secara berkala, asupan
makanan, dan bila perlu melakukan perubahan diit pasien
berdasarkan hasil diskusi dengan Tim Asuhan Gizi
9) Mengkomunikasikan hasil terapi gizi kepada semua anggota
Tim Asuhan Gizi
10) Berpartisipasi aktif dalam pertemuan/diskusi dengan dokter,
perawat, anggota tim asuhan gizi lain, pasien dan keluarganya, dalam
rangka evaluasi keberhasilan pelayanan gizi
11) Menentukan rencana diit awal/sementara bilamana belum ada
penentuan diit dari dokter
12) Melakukan pemantauan interaksi obat dan makanan bersama
dengan Tim Asuhan Gizi lainnya
c) Perawat
1) Melakukan kerjasama dengan dokter dan nutrisionis/dietisien
dlam memberikan pelayanan gizi kepada pasien
2) Membantu pasien pada waktu makan
3) Melakukan pengukuran antropometri untuk menentukan dan
mengevaluasi status gizi pasien
4) Bersama dengan nutrisionis/dietisien memantau masalah-
masalah yang berkaitan dengan asuhan gzi kepada pasien
5) Melakukan pemantauan, mencatat dan melaporkan asupan
makanan dan respon klinis pasien terhadap diit yang diberikan
9
d) Farmasi
1) Melaksanakan permintaan obat dan cairan parenteral
berdasarkan resep dokter
2) Mendiskusikan keadaan atau hal-hal yang dianggap perlu
dengan tim, termasuk interaksi obat dan kesehatan
3) Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan obat
dan cairan parenteral oleh pasien bersama perawat
4) Jika perlu, mengganti bentuk obat dari jenis yang sama sesuai
dengan persetujuan dokter
5) Bersama dengan nutrisionis/dietisien melakukan pemantauan
interaksi obat dan makanan
UNSUR PEN.
NO KEGIATAN MEKANISME
TERKAIT JAWAB
1 Penentuan Status Gizi
a. Klinis Dilakukan untuk setiap pasien Dokter Dokter
baru dan dimonitor setiap hari
b. Deteksi Dilakukan pada saat pasien Dokter Dokter &
baru masuk Karu
c. Subyektif Asesmen/skrining nutrisi Perawat Karu
(SGA) awal (2 parameter subyektif :
penurunan BB & nafsu makan)
10
Asesmen/skrining lanjut Dietisien/ Dietisien/
(formulir SGA) Nutrisionis Nutrisionis
d. Antropometri di Penimbangan dilakukan Perawat/ Karu
ukur BB dan seminggu sekali Dietisien /
TB/PB Nutrisionis
e. Laboratorium Glukosa darah, Hb, urine Dokter/ Dokter/
lengkap, feses Analis Analise
f. Anamnesis Wawancara Dietisien / Dietisien /
riwayat gizi Nutrisionis Nutrisionis
2 Intervensi
a. Klinis Mengatasi semua gejala Dokter/ Dokter
penyakit (hipoglikemia, Perawat
hipotermia, dehidrasi, infeksi,
dll)
b. Diit Menentukan diit Dokter/ Dietisien/
Pemantauan Dietisien/ Nutrisionis/
Nutrisionis/ Perawat
Konsumsi makanan Perawat
Status gizi
Penyuluhan gizi
Pemberian diit
Persiapan pulang
Pencatatan gizi
3 Pelaporan Berdasarkan rekam medik : Dokter/ Dokter/
Ruang rawat jalan Dietisien/ Dietisien/
Nutrisionis/ Nutrisionis/
Ruang rawat inap
Perawat Karu
3. Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan Dan Rawat Inap
Dalam pelayanan gizi rumah sakit, Asuhan Gizi dapat dilaksanakan
kepada pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
a) Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan
Asuhan Gizi Rawat Jalan adalah serangkaian proses kegiatan
pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai dari perencanaan diit,
pelaksanaan konseling diit hingga evaluasi rencana diit kepada pasien
rawat jalan.
Tujuannya adalah untuk memberikan pelayanan gizi keppada pasien
rawat jalan agar memperoleh asupan makanan yang sesuai dengan
kondisi kesehatannya. Pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian
kegiatan meliputi:
1) Pengkajian Status Gizi
11
(a) Antropometri
Antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pada
setiap pasien dilakukan pengukuran antropometri Tinggi Badan
(TB)/Panjang Badan (PB) dan Berat Badab (BB). Pada kondisi
tinggi badan paien tidak dapat diukur, dapat dilakukan pengukuran
rentang lengan atau separuh rentang lengan atau tinggi lutut.
Pengukuran antropometri lain seperti Lingkar Lengan Atas (LiLA),
skin fold thickness, Lingkar Kepala (LK), Lingkar Dada (LD), Rasio
Lingkar Pinggang Pinggul (RLPP) dapat dilakukan sesuai
kebutuhan.
(c) Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya
kelainan biokimia dalam rangkanmendukung diagnosa penyakit
serta menegakkan masalah gizi pasien. Pemeriksaan ini dilakukan
juga untuk menentukan intervensi gizi dan
memonitor/mengevaluasi terapi gizi. Pemeriksaan laboratorium
yang perlu dilakukan antara lain: 1) pemeriksaan darah (Hb,
kolesterol total, HDL, LDL, gula darah, ureum, kreatinin, asam
urat, trigliserida, dll), 2) Urine (glukosa, kadar gula, albumin, dll),
dan 3) feses.
12
Subyektif Global Assessment (SGA) adalah suatu metode
penilaian status gizi yang subyektif, sederhana, murah dan efektif.
Merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang terdiri dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang mencerminkan perubahan
metabolik dan fungsional. Formulir SGA digunakan sebagai
skrining nutrisi pada pasien rawat jalan jika data-data obyektif
tidak dapat diperoleh.
2) Riwayat Gizi
Ada dua anamnesis riwayat gizi pasien yaitu secara kualitatif dan
kuantitatif. Anamnesis riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk
memperoleh gambaran kebiasaan makan/pola makan sehari
berdasarkan frekuensi penggunaan bahan makanan. Anamnesis
secara kuantitatif dapat dilakukan untuk mendapatkan gambaran
asupan zat gizi sehari, dengan cara recall 24 jam, yang diukur dengan
menggunakan food model. Analisis asupan zat gizi menggunakan
“Daftar Padanan/Penukar Bahan Makanan” atau menggunakan
software tertentu, untuk mendapatkan informasi asupan zat gizi dalam
sehari.
Semua data gizi (riwayat gizi, antropometri, klinis, biokimia dan
laboratorium) yang didapat dicatat pada formulir pencatatan gizi (RM
22) dan selanjutnya disimpulkan sebagai hasil kajian untuk digunakan
dalam penentuan rencana diit.
13
karbohidrat, vitamin, mineral, air dan serat); dan kebiasaan
makan/pola makan.
5) Konseling Gizi
Sebelum melaksanakan kegiatan konseling gizi, terlebih
dahulu dibuat rencana konseling, yang mencakup : penetapan tujuan,
sasaran, strategi, materi, metode, penilaian dan tindak lanjut. Tujuan
konseling gizi adalah membuat perubahan pengetahuan, sikap dan
perilaku makan, serta pola makan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Hal ini akan terlihat dari seberapa jauh kepatuhan untuk
melaksanakan diit yang telah ditentukan dan pemecahan masalah
yang timbul dalam melaksanakan rencana diit tersebut. Dalam
melakukan konseling, sebagai seorang konselor makanan,
dietisien/nutrisionis harus mempunyai sikap percaya diri.
14
3) Penentuan macam dan jenis diit sesuai dengan penyakitnya dan cara
pemberian makanan
4) Konseling gizi
5) Evaluasi dan tindak lanjut pelayanan gizi
(c) Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya
kelainan biokimia dalam rangkanmendukung diagnosa penyakit serta
menegakkan masalah gizi pasien. Pemeriksaan ini dilakukan juga
untuk menentukan intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi terapi
gizi. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan antara lain: 1)
pemeriksaan darah (Hb, kolesterol total, HDL, LDL, gula darah,
ureum, kreatinin, asam urat, trigliserida, dll), 2) Urine (glukosa, kadar
gula, albumin, dll), dan 3) feses.
15
(d) Subyektif Global Assessment (SGA)
Subyektif Global Assessment (SGA) adalah suatu metode
penilaian status gizi yang subyektif, sederhana, murah dan efektif.
Merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang terdiri dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang mencerminkan perubahan
metabolik dan fungsional. Formulir SGA digunakan sebagai skrining
lanjut setelah pasien diketahui beresiko malnutrisi dari skrining nutrisi
awal yang dikerjakan oleh perawat pada saat pasien masuk
perawatan.
2) Riwayat Gizi
Setiap pasien rawat inap akan dianalisis mengenai kebiasaan makan
sebelum dirawat yang meliputi asupan zat gizi, pola makan, bentuk dan
frekuensi makan, serta pantangan makan. Asupan zat gizi diukur dengan
menggunakan model makanan (food model) dan selanjutnya dianalisis zat
gizinya dengan menggunakan Daftar Analisa Bahan Makanan atau Daftar
Padanan/Penukar Bahan Makanan.
Analisis asupan gizi memberikan informasi perbandingan antara
asupan dengan kebutuhan gizi dalam sehari. Setiap pasien rawat inap
akan dianamnesis untuk mengetahui asupan makanan sebelum dirawat
yang meliputi: asupanzat gizi, pola makan, bentuk dan frekuensi makan
serta pantangan makanan. Semua data antropometri, klinis dan biokimia
yang didapat dicatat pada formulir pencatatan gizi (RM 16). Kajian data
gizi dapat juga dilakukan melalui penggunaan perangkat lunak (software),
contohnya “NutriClin” yang dapat memberi informasi tentang status gizi,
hasil anamnesis dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG) dan
saran diet sesuai dengan kondisi pada saat melakukan konseling.
NutriClin dirancang dan dikembangkan oleh Direktorat Gizi Masyarakat
Unit Pelayanan Gizi Rumah Sakit atau Poliklinik Gizi, sehingga
diharapkan proses lebih cepat dengan hasil kajian yang lebih akurat.
16
memperhatikan kebutuhan untuk penggantian zat gizi (replacement),
kebutuhan harian, kebutuhan tambahan karena kehilangan (loss) serta
tambahan untuk pemulihan jaringan atau organ yang sedang sakit.
Perhitungan ini dapat menggunakan software seperti NutriClin.
17
proses penyembuhan dan status gizi pasien. Pemantauan tersebut
mencakup antara lain perubahan diit, bentuk makanan, asupan makanan,
toleransi terhadap makanan yang diberikan, mual, muntah, keadaan klinis
difekasi, hasil laboratorium dan lain-lain.
Tindak lanjut yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan sesuai
dengan hasil evaluasi pelayanan gizi antara lain perubahan diit yang
dilakukan dengan mengubah preskripsi diet sesuai kondisi pasien. Apabila
perlu, dilakukan kunjungan ulang atau kunjungan rumah.
Untuk pasien yang dirawat walaupun tidak memerlukan diet khusus
tetapi tetap perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi “Hospital
Malnutrition” terutama pada pasien-pasien yang mempunyai masalah
dalam asupan makanannya seperti adanya mual, muntah, nafsu makan
rendah, dsb.
Pemantauan berat badan dan status gizi perlu dlakukan secara rutin,
sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya. Pada pasien anak,
pemantauan berat badan sebaiknya dilakukan setiap hari.
BAB IV
DOKUMENTASI
Setiap pemberian asuhan gizi mulai dari tahap penapisan, tahap pengkajian,
intervensi, evaluasi dan pelaporan harus dicatat di rekam medis.
19
PANDUAN PASIEN YANG BERESIKO
MENDAPAT TERAPI GIZI
DAFTAR ISI
Halaman
21