Anda di halaman 1dari 43

KEPERAWATAN JIWA

"ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI”

OLEH :
KELOMPOK 9
D-IV KEPERAWATAN TK 2, SEMESTER IV

1. Ni Made Desi Sugiani (P07120214017)


2. Luh Agustina Rahayu (P07120214030)
3. I Gusti Ayu Indah Juliari (P07120214031)

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


TAHUN AKADEMIK 2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Askep Gangguan Konsep Diri” tepat pada waktunya. Dalam penyelesaian
makalah ini ada beberapa kesulitan yang penulis temukan. Hal ini disebabkan
terbatasnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu, pada kesempatan
yang berbahagia ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan anugrah-Nya kepada pihak
yang telah membantu penyelesaian makalah ini dan semoga makalah ini dapat
berguna untuk memberikan kontribusi dalam mata kuliah Keperawatan Jiwa. Di
samping itu penulis menyadari makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik
dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
kesempurnaannya.

Denpasar, 31 Maret 2016

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................i
Daftar Isi ................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................2
1.3 Tujuan ................................................................................................2
1.4 Manfaat...............................................................................................3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konsep Diri......................................................................4
2.2 Komponen Konsep Diri.....................................................................5
2.3 Jenis-Jenis Konsep Diri......................................................................6
2.4 Perkembangan Konsep Diri...............................................................8
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri..............................11
2.6 Tanda dan Gejala Gangguan Konsep Diri........................................12
2.7 Pohon Masalah Gangguan Konsep Diri...........................................14
2.8 Pemeriksaan Diagnostik Pada Gangguan Konsep Diri.....................15
2.9 Penatalaksanaan Medis Pada Gangguan Konsep Diri......................16
2.10 Pengkajian Keperawatan Pada Pasien Gangguan Konsep Diri.......17
2.11 Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Gangguan Konsep Diri..........21
2.12 Intervensi Keperawatan Pada Pasien Gangguan Konsep Diri.........28
2.13 Implementasi Pada Pasien Gangguan Konsep Diri..........................37
2.14 Evaluasi Pada Pasien Gangguan Konsep Diri..................................37

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................39
3.2 Saran ..................................................................................................41
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep
diri. Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam
setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat
yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan
manusia dari makhluk hidup lainnya. Konsep diri adalah citra subjektif dari
diri dan percampuran yang kompeks dari perasaan, sikap dan persepsi bawa
sadar maupun sadar. Konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang
mempengaruhi manajemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan
orang lain. Kita mulai membentuk konsep diri saat usia muda.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang
merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang
memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia
sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut
kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang
bersangkutan. Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan
yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara
individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan
sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan
individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk
diselesaikan. Ketidaksesuaian antara aspek tertentu dari kepribadian dan
konsep diri dapat menjadi sumber stress atau konflik, maka dari itu sangatlah
penting untuk seorang perawat memahami mengenai konsep diri agar
memudahkan juga dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami gangguan konsep diri. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini
kami membuat makalah mengenai “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Gangguan Konsep Diri”.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari konsep diri?
2. Apa sajakah komponen dari konsep diri?
3. Apa sajakah jenis-jenis dari konsep diri?
4. Bagaimanakah perkembangan konsep diri?
5. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri?
6. Bagaimanakah tanda dan gejala gangguan konsep diri?
7. Bagaimanakah pohon masalah gangguan konsep diri?
8. Bagaimanakah pemeriksaan diagnostik pada gangguan konsep diri?
9. Bagaimanakah penatalaksanaan medis pada gangguan konsep diri?
10. Bagaimanakah pengkajian keperawatan pada pasien gangguan konsep
diri?
11. Apakah diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangguan konsep
diri?
12. Bagaimanakah intervensi keperawatan pada pasien gangguan konsep diri?
13. Bagaimanakah implementasi pada pasien gangguan konsep diri?
14. Bagaimanakah evaluasi pada pasien gangguan konsep diri?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari konsep diri.
2. Untuk mengetahui komponen dari konsep diri.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis dari konsep diri.
4. Untuk mengetahui perkembangan konsep diri.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri.
6. Untuk mengetahui tanda dan gejala gangguan konsep diri.
7. Untuk mengetahui pohon masalah gangguan konsep diri.
8. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada gangguan konsep diri.
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada gangguan konsep diri.
10. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan pada pasien gangguan konsep
diri.
11. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
gangguan konsep diri.
12. Untuk mengetahui intervensi keperawatan pada pasien gangguan konsep
diri.
13. Untuk mengetahui implementasi pada pasien gangguan konsep diri.
14. Untuk mengetahui evaluasi pada pasien gangguan konsep diri.

D. Manfaat Penulisan
Agar mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan dapat menigkatkan
wawasannya mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
konsep diri.
BAB II
LANDASAN TEORI

I. KONSEP DASAR KONSEP DIRI


A. Pengertian
Pengertian konsep diri menurut beberapa ahli :
1. Menurut Hurlock (1999), konsep diri merupakan gambaran seseorang
tentang dirinya, baik yang bersifat fisik maupun psikologis yang
diperoleh melalui interaksinya dengan orang lain.
2. Menurut Cawagas (2004), mengemukakan bahwa konsep diri
menyangkut seluruh pandangan individu akan dimensi fisik,
karakteristik pribadi, motivasi, kelemahan, kepandaian dan kegagalan.
Konsep diri juga dapat diartikan sebagai penilaian keseluruhan
terhadap penampilan, perilaku, perasaan, sikap-sikap, kemampuan
serta sumber daya yang dimiliki seseorang.
3. Menurut Partosuwido (2000), konsep diri adalah cara bagaimana
individu menilai diri sendiri, bagaimana penerimaannya terhadap diri
sendiri sebagaimana yang dirasakan, diyakini, dan dilakukan, baik
ditinjau dari segi fisik, moral, keluarga, personal, dan sosial.
4. Menurut Stuart dan Sundeen (1995), konsep diri didefinisikan sebagai
semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang
mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhhi hubungannya dengan
orang lain.
5. Menurut Potter dan Perry (2005), konsep diri adalah citra mental
seseorang terhadap dirinya sendiri, mencakup bagaimana mereka
melihat kekuatan dan kelemahan pada seluruh aspek kepribadiannya.
Dapat disimpulkan bahwa, konsep diri merupakan cara pandang atau persepdi
terhadap dirinya. Konsep diri mencakup semua persepsi diri, yaitu
penampilan, nilai dan keyakinan yang memengaruhi perilaku. Konsep diri
adalah gagasan kompleks yang memengaruhi :
1. Cara individu berpikir, berbicara, bertindak
2. Cara individu memandang dan memperlakukan orang lain
3. Pilihan yang dibuat seseorang
4. Kemampuan untuk memberi dan menerima cinta
5. Kemampuan untuk bertindak dan untuk mengubah sesuatu
Individu yang memiliki konsep diri positif lebih mampu
mengembangkan dan mempertahankan hubungan interpersonal dan lebih
tahan terhadap penyakit psikologis dan fisik. Individu yang memiliki konsep
diri yang kuat seharusnya lebih mampu menerima atau beradaptasi dengan
perubahan yang mungkin terjadi sepanjang hidupnya.
Sedangkan, individu yang memiliki konsep diri yang buruk dapat
mengungkapkan perasaan tidak berharga, tidak menyukai diri sendiri, atau
bahkan membenci diri sendiri, yang dapat diproyeksikan kepada orang lain.
Individu yang memiliki konsep diri yang buruk dapat merasa sedih atau putus
asa dan dapat menyatakan tidak memiliki energi, bahkan untuk melakukan
tugas yang paling sederhana sekalipun. (Kozier, dkk. 2010)

B. Komponen Konsep Diri


Terdapat empat komponen konsep diri, yaitu :
1. Gambaran Citra Diri
Gambaran atau citra diri (body image) merupakan kumpulan dari sikap
individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Citra diri
mencangkup sikap individu terhadap tubuhnya sendiri, termasuk
penampilan fisik, struktur, dan fungsinya. Perasaan mengenai citra diri
meliputi hal-hal yang terkait dengan seksualitas,femininitas dan
maskualinitas, keremajaan, kesehatan dan kekuatan. Citra mental tersebut
tidak selalu konsisten dengan struktur atau penampilan fisik yang
sesunggunya. Beberapa kelainan citra diri memeliki akar psikolog yang
dalam, misalnya kelainan pola makan seperti anoreksia. Citra diri
mempengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik.
Perubahan perkembangan yang normal seperti pubertas dan penuaan
terlihat lebih jelas terhadap citra diri dibandingkan dengan aspek-aspek
konsep diri lainnya. Selain citra diri juga dipengaruhi oleh nilai sosial
budaya. Budaya dan masyarakat menentukan norma-norma yang diterima
luas mengenai citra diri dan dapat memengaruhi sikap seseorang, misalnya
berat tubuh yang ideal, warna kulit, tindik tubuh serta tato, dan sebagainya.
(Stuart dan Sundeen. 1995).
2. Ideal Diri
Ideal diri merupakan persepsi individu tentang bagaimana ia seharsunya
berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal
tertentu. Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan
diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai- nilai yang ingin di
capai . Ideal diri akan mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang ingin dicapai.
Ideal diri akan mewujudkan cita–cita dan harapan pribadi berdasarkan
norma sosial (keluarga budaya) dan kepada siapa ingin dilakukan. Ideal
diri mulai berkembang pada masa kanak–kanak yang di pengaruhi orang
yang penting pada dirinya yang memberikan keuntungan dan harapan pada
masa remaja ideal diri akan di bentuk melalui proses identifikasi pada
orang tua, guru dan teman. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal
diri yaitu :
a. Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya.
b. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.
c. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang
realistis, keinginan untuk mengklaim diri dari kegagalan, perasan
cemas dan rendah diri.
d. Kebutuhan yang realistis.
e. Keinginan untuk menghindari kegagalan .
f. Perasaan cemas dan rendah diri.
Agar individu mampu berfungsi dan mendemonstrasikan kecocokan antara
persepsi diri dan ideal diri. Ideal diri ini hendaknya ditetapkan tidak terlalu
tinggi, tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi
pendorong dan masih dapat dicapai (Stuart, Sundeen. 1995).
3. Harga Diri
Harga diri (self-esteem) adalah penilaian individu tentang dirinya dengan
menganalisis kesesuaian antara perilaku dan ideal diri yang lain. Harga diri
dapat diperoleh melalui penghargaan dari diri sendiri maupun dari orang
lain. Perkembangan harga diri juga ditentukan oleh perasaan
diterima,dicintai, dihormati oleh orang lain, serta keberhasilan yang pernah
dicapai individu dalam hidupnya. Harga diri yang tinggi yang tinggi
adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat,
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetap merasa
sebagai seorang yang penting dan berharga. (Stuart, Sundeen. 1995).
Penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalaisa
seberapa jauh prilaku sesuai dengan ideal diri, pencapaian cita-cita/
harapan/ideal diri langsung menghasilkan perasaan berharga. Individu
yang mengalami gangguan harga diri maka akan cenderung memiliki
harga diri. Harga diri rendah rendah dapat terjadi secara :
a. Situasional : trauma yang terjadi secara tiba-tiba misalnya : harus
operasi, perceraian, PHK (pemutusan hubungan kerja), malu akibat
diperkosa, dipenjara tiba-tiba.
b. Kronik : perasaan negatif terhadap diri yang berlangsung lama.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap
dirinya. (Wilkinson, Judith M. 2011)
4. Peran Diri
Peran adalah serangkaian perilau yang diharapkan oleh msyarakat yang
sesuai dengan fungsi yang ada dalam masyarakat atau suatu pola sikap,
perilaku, nilai, dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan
posisinya dimasyarakat, misalnya sebagai orang tua, atasan, teman dekat
dan sebagainya. Setiap peran berhubungan dengan pemenuhan harapan-
harapan tertentu. Apabila harapan tersebut dapat dipenuhi, rasa percaya
diri seseorang akan meningkat. Sebaliknya, kegagalan untuk memenuhi
harapann atas peran dapat menyebabkan penurunan harga diri atau
terganggunya konsep diri seseorang. (Stuart, Sundeen. 1995).
Menurut Stuart and Sundeen (1995), penyesuaian individu terhadap
perannya di pengaruhi oleh beberapan faktor, yaitu :
a. Kejelasan prilaku yang sesuai dengan perannya serta pengetahuan
yang spesifik tentang peran yang diharapkan .
b. Konsistensi respon orang yang berarti atau dekat dengan peranannya.
c. Kejelasan budaya dan harapannya terhadap prilaku perannya.
d. Pemisahan situasi yang dapat menciptakan ketidak selarasan.

5. Identitas Diri
Identitas diri adalah penilaian individu tentang dirinya sendiri suatu
kesatuan yang utuh. Identitas mencangkup konsistensi seorang sepanjang
waktu dan dalam berbagai keadaan serta menyiratkan perbedaan dan
keunikan dibandingkan dengan orang lain. Identitas sering kali didapat
melalui pengamatan sendiri dan dari apa yang didengar seorang dari orang
lain mengenai dirinya. Pembentukan identitas sangat diperlukan demi
hubungan yang intim karena identitas seseorang dinyatakan dalam
hubungannya dengan orang lain. Seksualitas merupakan bagian dari
identitas. Identitas seksual merupakan konseptualitas seseorang atas
dirinya sebagai pria atau wanita dan mencangkup orlentasi seksual.
(A.Aziz Alimul, 2008).

C. Jenis Konsep Diri


Dalam perkembangannya konsep diri terbagi dua, yaitu konsep diri positif dan
konsep diri negatif.
1. Konsep Diri Positif
Konsep diri positif menunjukkan bahwa adanya penerimaaan diri dimana
individu dengan konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik sekali.
Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervarisi. Individu yang
memiliki konsep diri positif yang dapat memahami dan menerima
sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri
sehingga evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat
menerima dirinya apa adanya. Individu yang memiliki konsep diri positif
akan merancang tujuan-tujuan yanbg sesuai dengan relatif, yaitu dengan
yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu
menghadapi kehidupan didepannya serta menganggap bahwa hidup adalah
suatu proses penemuan.
Ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri positif antara lain :
a) Yakin akan kemampuannya untuk mengatasi suatu masalah
b) Merasa setara dengan orang lain
c) Menerima pujian dan kritik dengan tanpa merasa malu
d) Menyadari bahwa setiap orang memiliki berbagai perasaan, keinginan
dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat
e) Memperbaiki diri, karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha untuk
mengubahnya.
2. Konsep Diri Negatif
Terdapat dua tipe pada konsep diri negatif, yaitu :
a) Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur,
tidak perasaan, kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-
benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau yang
dihargai dalam kehidupannya.
b) Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini bisa
terjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat keras,
sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya
penyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam pikirannya
merupakan cara hidup yang tepat.
Ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri negatif antara lain :
a) Peka terhadap ktitik
b) Responsif terhadap pujian, meskipun mungkin ia berpura-pura
menghindarinya
c) Merasa tidak disenangi oleh orang lain, sehingga sulit menciptakan
kehangatan dan keakraban dengan orang lain
d) Pesimis terhadap kompetisi. (Tarwoto dan Wartonah. 2003)

D. Perkembangan Konsep Diri


Konsep diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Kita tidak
dilahirkan dengan konsep diri tertentu. Bahkan ketika kita lahir, kita tidak
memiliki konsep diri, tidak memiliki pengetahuan tentang diri, dan tidak
memiliki pengharapan bagi diri kita sendiri, serta tidak memiliki penilaian apa
pun terhadap diri kita sendiri.
Dengan demikian, konsep diri terbentuk melalui proses belajar yang
berlangsung sejak masa pertumbuhan hingga dewasa. Lingkungan,
pengalaman, dan pola asuh orangtua turut memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap pembentukan konsep diri seseorang. Sikap dan respons
orangtua serta lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk
menilai siapa dirinya. Anak-anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola asuh
yang keliru atau negatif, seperti perilaku orangtua yang suka memukul,
mengabaikan, kurang memberikan kasih sayang, melecehkan, menghina, tidak
berlaku adil, dan seterusnya, ditambah dengan lingkungan yang kurang
mendukung, cenderung mempunyai konsep diri yang negatif. Hal ini adalah
karena anak cenderung menilai dirinya berdasarkan apa yang ia alami dan
dapatkan dari lingkungannya. Jika lingkungan memberikan sikap yang baik dan
positif, maka anak akan merasa dirinya berharga, sehingga berkembangan
konsep diri yang positif. (Suliswati,dkk,2005)

Dari rentang respon adatif sampai respon maladatif, terdapat lima rentang
respons konsep diri yaitu aktualisasi diri, konsep diri positif, harga diri rendah,
kekacauan identitas, dan depersonalisasi. Seorang ahli, Abraham Maslow
mengartikan bahwa :
1. Aktualisasi diri sebagai individu yang telah mencapai seluruh kebutuhan
hirarki dan mengembangkan potensinya secara keseluruhan. Aktualisasi
diri merupakan pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan melatar
belakangi pengalaman nyata yang suskes dan diterima, ditandai dengan
citra tubuh yang positif dan sesuai, ideal diri yang realitas, konsep diri
yang positif, harga diri tinggi, penampilan peran yang memuaskan,
hubungan interpersonal yang dalam dan rasa identitas yang jelas.
2. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal –hal positif maupun yang
negative dari dirinya. Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri
yang positif adalah : yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah.
Seseorang ini mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan
yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan
percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Merasa setara
dengan orang lain.
3. Harga diri rendah apabla individu cenderung untuk menilai dirinya
negative dan merasa lebih rendah dari orang lain .
4. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek –
aspek. Kekacauan identitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
dapat dikenal dengan stressor identitas. Biasanya pada masa remaja,
identitas banyak mengalami perubahan, yang meyebabkan ketidakamanan
dan ansietas. Remaja mencoba untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
fisik, emosional, dan mental akibat peningkatan kematangan. Stressor
identitas diantaranya kehilangan pekerjaan, perkosaan, perceraian,
kelalaian, konflik dengan orang lain, dan masih banyak lagi.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap
diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak
dapat membedakan dirinya dengan orang lain. Tanda dan gejala yang
ditunjukkan yaitu dengan tidak adanya rasa percaya diri, ketergantungan,
sukar membuat keputusan, masalah daalam hubungan interpersonal.
(Stuart and Sundeen.1995)

Menurut teori psikososial, perkembangan konsep diri dapat dibagi kedalam


beberapa tahap, yaitu :
a. 1 Tahun
1) Menumbuhkan rasa percaya dari konsistensi dalam interaksi
pengasuhan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh orang tua atau
orang lain.
2) Membedakan dirinya dari lingkungan.
b. 1-3 tahun
1) Mulai mengatakan apa yang dia sukai dan yang tidak disukai
2) Meningkatkan kemandirian dalam berfikir dan bertindak
3) Menghargai penampilan dan fungsi tubuh
4) Mengembangkan diri dengan mencontoh orang yang dikagumi,
meniru, dan bersosialisasi.
c. 3-6 tahun
1) Memiliki inisiatif
2) Mngenali jenis kelamin
3) Meningkatkan kesadaran diri
4) Meningkatkatnya keterampilan berbahasa, termasuk pengenalan akan
perasaan seperti senang, kecewa dan sebagainya.
5) Sensitif terhadap umpan balik dari keluarga
d. 12-20 tahun
1) Menggabungkan umpan balik dari teman sebaya dan guru, keluarga
tidak lagi dominan
2) Meningkatnya harga diri dengan penguasaan keterampilan baru
3) Menguatnya identitas nasional
4) Menyadari kekuatan dan kelemahan
e. 20-40 tahun
1) Memiliki hubungan yang intim dengan keluarga dan orang-orang lain
2) Memiliki perasaan yang stabil positif mengenai diri
3) Mengalami keberhasilan transisi peran dan meningkatnya tanggung
jawab
f. 40-60 tahun
1) Dapat menerima perubahan penampilan dan kesehatan fisik
2) Mengevaluasi ulang tujuan hidup
3) Merasa nyaman dengan proses penuaan
g. Di atas 60 tahun
1) Merasa positif mengenai hidup dan makna kehidupan
2) Berkeinginan untuk meninggalkan warisan bagi generasi berikutnya.
(A.Aziz Alimul, 2009)

E. Faktor yang Memengaruhi Konsep Diri


Konsep diri individu dipengaruhi oleh banyak faktor sebagai berikut :
1. Faktor predisposisi
a) Biologi
Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat atau sakit. Stresor fisik atau jasmani yang lain seperti :
suhu dingin atau panas, suara bising, rasa nyeri atau sakit, kelelahan
fisik, lingkungan yg tidak memadai dan pencemaran (polusi) udara
atau zat kimia, kehilangan atau kerusakkan bagian tubuh ( anatomi /
fungsi ),perbedaan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh ( akibat
pertumbuhan dan perkembangan atau penyakit ), proses patologik
penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh.
b) Psikologi
Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan
yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis, pola
asuh yang salah seperti terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu
dituruti, terlalu dituntut dan tidak konsisten, kesalahan dan kegagalan
yang berulang, tidak mampu mencapai standar yang ditentukan, Peran
yang terlalu banyak, tekanan dari teman sebaya Akibat adanya stressor,
stressor yang lain adalah konflik, tekanan, krisis dan kegagalan.
c) Sosio kultural
Stereotipi peran gender, tuntutan peran kerja, harapan peran budaya,
tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial. (Keliat
Budi Ana. 1999)

2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari
luar individu ( internal or external sources ) yang terdiri dari :
a) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan.
b) Ketegangan peran adalah perasaan frustasi ketika individu merasa
tidak adekuat melakukan peran atau melakukan peran yang
bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa cocok dalam
melakukan perannya. Ada 3 jenis transisi peran :
1) Perkembangan transisi, yaitu perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Pertumbuhan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma
– norma budaya, nilai – nilai, serta tekanan untuk menyesuaikan
diri.
2) Situasi transisi peran adalah bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui peristiwa penting dalam kehidupan individu
seperti kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat – sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan
sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh :
(a) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.
(b) Perubahan fisik yang berkaitan dengan tumbuh kembang
normal.
(c) Prosedur medis dan perawatan. (Keliat Budi Ana. 1999)

F. Tanda dan Gejala


1. Gangguan Gambaran/Citra Diri
a. Rasa kebencian yang membara
b. Menutupi perasaan, baik negatif maupun positif
c. Perfeksionis, maunya serba sempurna
d. Suka marah - marah
e. Depresif (perasaan marah terhadap diri sendiri)
2. Gangguan Ideal Diri
a. Mengungkapkan keputusasaan terhadap penyakitnya
b. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi
3. Gangguan Harga Diri
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena
rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi
jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan
mengkritik diri sendiri
c. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak
mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
e. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan
f. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
4. Gangguan Peran Diri
a. Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran
b. Ketidakpuasan peran
c. Kegagalan menjalankan peran yang baru
d. Ketegangan menjalankan peran yang baru
e. Kurang tanggung jawab
f. Apatis/bosan/jenuh dan putus asa
5. Gangguan Identitas Diri
a. Tidak ada percaya diri
b. Sukar mengambil keputusan
c. Ketergantungan
d. Masalah dalam hubungan interpersonal
e. Ragu / tidak yakin terhadap keinginan
f. Projeksi ( menyalahkan orang lain ). (Potter & Perry. 2005)
6. Pohon Masalah (Dalam Bentuk Bagan Berdasarkan Patofisiologi)
Faktor Predisposisi
Faktor Presipitasi

Ketergantung
an pada orang Biologi Sosio Kultural
Stessor Kehilangan (Kehilangan Psikologi
lain Ideal diri (Kehilangan
(perasaan ditolak objek (sanak pekerjaan,kehila (Perubahan
tidak realistis dari lingkungan) fungsi/bagian ngan peran,
saudara) penampilan)
tubuh) perceraian)

Menerima
kenyataan
balik Menarik Diskrimin
Koping individu positif dari diri asi
Perasaan tidak efektif lingkunga
tidak mampu n sekitar
Mengkritik Inisiatif
diri sendiri Umpan balik berkurang,
Ketidak perasaan hampa
positif dari
efektifan koping lingkungan sekitar

Gangguan
Identitas Persepsi positif
Trauma Personal terhadap
perubahan

Risiko Gangguan
Identitas
Harga Diri Rendah Personal

Gangguan
Citra Tubuh
Keputusasaan

Persiapan meningkatkan
konsep diri
7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes MMPI
Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) ialah tes
kepribadian yang paling banyak digunakan secara luas dalam penelitian
dan penilaian dalam psikologi yang memakai skala klinis. Skala klinis
merupakan skala dengan penilaian objektif, yaitu bagaimana orang lain
menilai individu tersebut. Struktur MMPI yang terdiri dari 567 pertanyaan
yang dijawab benar atau salah membutuhkan sekitar 60- 90 menit untuk
diselesaikan. MMPI penting karena dapat digunakan untuk membedakan
orang yang normal dengan orang yang ada kemungkinan ketidaknormalan
dalam kepribadiannya. MMPI sampai saat ini masih sangat dipercaya,
terutama di Indonesia sebagai alat resmi diagnosa gangguan jiwa oleh
psikiater. (Aziz Alimul.2008)
2. Electro Encephalography (EEG)
Electro Encephalography (EEG) merupakan pemeriksaan syaraf
otak dengan merekam gelombang gelombang otak. EEG adalah
pemeriksaan penunjang yang sangat diperlukan di bagian syaraf untuk
menentukan adanya kelainan gelombang gelombang di otak secara
fungsional. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya :
a. Pasien yang mengalami kejang atau yang diduga mengalami
kejang.
b. Mengevaluasi efek serebral dari berbagai penyakit sistemik
(misalnya keadaan ensefalopati metabolik karena diabetes, gagal
ginjal).
c. Melakukan studi untuk mengetahui gangguan tidur ( sleep
disorder ) atau narkolepsi.
d. Membantu menegakkan diagnosa koma.
e. Melokalisir perubahan potensial listrik otak yang disebabkan
trauma, tumor, gangguan pembuluh darah (vaskular) dan penyakit
degeneratif.
f. Membantu mencari berbagai gangguan serebral yang dapat
menyebabkan nyeri kepala, gangguan perilaku dan kemunduran
intelektual.
3. CT (Computed Tomography)
CT scan adalah test diagnostik yang memiliki informasi yang sangat
tinggi.Tujuan utama penggunaan ct scan adalah mendeteksi perdarahan
intra cranial, lesi yang memenuhi rongga otak (space occupying
lesions/ SOL), edema serebral dan adanya perubahan struktur otak.
4. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI adalah sebuah metode pemeriksaan diagnoatik yang mulai
digunakan sejak tahun 1980 gambar yang dihasilkan juga merupakan
hasil rekonstruksi komputer. Namun berbeda dengan CT-Scan, MRI
tidak menggunakan radiasi ion melainkan menggunakan medan magnet
dan radiofrekuensi. MRI merupakan studi pilihan bagi evaluasi pada
sebagian besar lesi pada otak dan spinal. MRI melakukan scan terhadap
nukleus hidrogen yang merupakan atom terbanyak ditubuh manusia.
(Keliat Budi Ana. 1999)

8. Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian obat
Pemberian terapi medis pada kasus gangguan psikososial juga tidak
digolongkan sendiri dan lebih mengarah kepada pemberian obat golongan
antidepresan, karena fungsi dari obat anti depresan adalah memblok
pengambilan kembali neurotransmitter norepineprin dan serotonin,
meningkatkan konsentrasinya pada sinapsis dan mengoreksi defisit yang
diperkirakan menyebabkan alam perasaan melankolis. Hal ini sesuai
dengan masalah neurotransmitter yang dihadapi oleh klien dengan harga
diri rendah yaitu adanya penurunan neurotransmitter seperti serotonin,
norepineprin. Terdapat banyak jenis antidepresan, salah satunya obat
jenis Tricyclic Anti Depresan (TCA) : Amitriptiline, Imipramine,
desipramine, notriptilin, sesuai dengan fungsi dari obatnya yaitu untuk
meningkatkan reuptake seorotonin dan norepinefrin sehingga
meningkatkan motivasi klien dan sesuai dengan indikasinya yaitu
pengobatan yang diberikan pada klien dengan depresi tetapi juga
mengalami skizofrenia sehingga mempunyai efek pengobatan yang saling
meningkatkan.

b. Psikoterapi
Terapi kerja yang baik untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksdunya agar penderita
tidak mengasingkan diri. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau
latihan bersama. Seperti dengan menggunakan terapi aktivitas kelompok,
yaitu dengan menggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan
pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil
diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif
penyelesaian masalah. (Keliat Budi Ana. 1999)

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN KONSEP DIRI
A. Pengkajian Keperawatan
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan psikososial menurut
Tarwoto, 2003 adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian psikologis
a. Status emosional
1) Apakah emosi sesuai perilaku?
2) Apaka klien dapat mengendalikan emosi?
3) Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasanya?
4) Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas klien?
5) Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?
b. Konsep diri
1) Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia?
2) Bagaimana orang lain menilai diri klien?
3) Apakah klien suka akan dirinya?
c. Cara komunikasi
1) Apakah klien mudah merespon?
2) Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
3) Bagaimana perilaku non verbal klien dalam berkomunikasi?
4) Apakah kien menolak untuk memberi respon?

d. Pola interaksi
1) Kepada siapa klien mau berinteraksi?
2) Siapa yang paling penting atau berpengaruh bagi klien?
3) Bagaimana sifat asli klien : mendominasi atau positif?
2. Pengkajian sosial
a. Pendidikan dan pekerjaan
1) Pendidikan terakhir
2) Keterampilan yang mampu dilakukan
3) Pekerjaan klien
4) Status keuangan
b. Hubungan sosial
1) Teman dekat klien
2) Bagaimana klien menggunakan waktu luang?
3) Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?
c. Faktor kultur sosial
1) Apakah agama dan kebudayaan klien?
2) Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?
3) Apakah bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan
orang lain?
d. Pola hidup
1) Dimana tempat tinggal klien?
2) Bagaimana tempat tinggal klien?
3) Dengan siapa klien tinggal?
4) Apa yang klien lakukan untuk menyenangkan diri?
e. Keluarga
1) Apakah klien sudah menikah?
2) Apakah klien sudah mempunyai anak?
3) Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga?
4) Masalah apa yang terutama dalam keluarga?
5) Bagaimana tingkat kecemasan klien?
Dalam mengkaji konsep diri, perawat mengumpulkan data objektif
dan subjektif yang berfokus pada stresor konsep diri baik yang akurat maupun
potensial dan pada perilaku yang berkaitan dengan perubahan konsep diri.
Contoh stresor yang mungkin dirasakan perawat selama mengumpulkan
riwayat keperawatan termasuk kehilangan pekerjaan, awitan penyakit kronis
atau tunawisma. Data objektif selanjutnya termasuk perilaku yang
diperlihatkan oleh klien, seperti preokupasi terhadap perubahan citra tubuh,
keengganan untuk mencoba hal – hal baru, dan interaksi verbal dan non
verbal antara klien dengan orang lain (misalnya pengeksperian rasa malu atau
kegagalan untuk melihat pada bagian tubuh yang mengalami perubahan).
Data subjektif dikumpulkan untuk menentukan pandangan klien tentang diri
dan lingkungan. Persepsi orang terdekat adalah sumber data yang penting.
Bagaimana keluarga dan orang terdekat merasakan respons klien terhadap
ancaman pada harga diri?
Pengkajian keperawatan harus mencakup pertimbangan tentang
perilaku koping sebelumnya, sifat, besar, dan intensitar stresor dan sumber
internal dan eksternal klien. Sering kali perawat lupa untuk mengkaji
bagaimana klien mengatasi stresor di masa lalu. Koping klien bisa saja
melalui penghindaran terhadap masalah, pengumpulan informasi,
membedakan keputusan tentang diri mereka terhadap masalah, pengumpulan
informasi, membedakan keputusan tentang diri mereka terhadap orang
terdekat untuk membuat, menyangkal, dan sebagainya. Tidak semua masalah
ditunjukkan dengan cara yang sama oleh klien, tetapi sering kali seseorang
menggunakan pola koping yang signifikan. Catatan medis klien adalah
sumber data objektif lainnya yang dapat menunjukkan riwayat koping negatif
melalui penggunaan alkohol atau bahan terlarang lainnya.
Juga penting untuk mengkaji aktivitas peningkatan kesehatan yang
dilakukan klien. Misalnya, apakah klien menghadiri kelompok duka cita atau
kelompok bercerai untuk mendapat dukungan selama peristiwa hidup yang
menegangkan? Suatu tinjauan tentang sumber didalam komunitas klien dan
keinginan atau minat klien dalam menggunakan sumber komunitas juga
membantu dalam menetapkan rencana perawatan. Rumah sakit dan perawatn
komunitas harus mewaspadai sumber untuk rujukan klien karena perawatan
tidak berakhir dengan berakhirnya perawatan dirumah. (Keliat Budi Ana.
1999)

Contoh Pertanyaan Pengkajian Konsep Diri


Respon khas yang menunjukkan Harga
Pertanyaan dari Perawat
Diri Rendah
IDENTITAS Jawaban yang menunjukkan
“Jika Anda tidak mengetahui diri penghinaan tentang diri sendiri
Anda, bagaimana mungkin Anda akan (misalnya, Saya tidak terlalu baik,”
menggambarkan diri Anda kepada “Saya bukan apa – apa,” atau “ Saya
Saya?” terlalu kurus, gemuk, jelek.”)
CITRA TUBUH Adalah normal bagi seseorang untuk
“Apakah ada sesuatu tentang tubuh membuat komentar tentang atribut
Anda yang Anda ubah? Jika ya, spesifik, seperti “Hidung saya terlalu
perubahan apa?” panjang” atau “Paha saya terlalu
gemuk.” Jika jawabannya berfokus
pada banyak hal, ini tidak sehat.
Jawaban yang menunjukkan
perbedaan dari apa sebenarnya orang
tersebut juga menyebabkan
kekhawatiran, seperti “Berat badan
saya 75kg ;ebih ringan,” atau “Jika
saya bukan Hispanik,” menunjukkan
ketidaknyamanan yang besar.
HARGA DIRI Pertanyaan tentang tidak menyukai
“Bagaimana perasaan Anda tentang diri sendiri atau tidak mencapai apa
diri Anda?” yang seseorang harapkan juga
“Apakah Anda memenuhi apa yang menyebabkan kekhawatiran.
Anda inginkan dalam hidup Anda Mengungkapkan ketidakberdayaan
sejauh ini?” atau keputusasaan menunjukkan sitres
diri.

PERAN Perasaan tidak puas dalam peran


“Apakah Anda pikir Anda telah menimbulkan stres konsep diri.
mampu menjadi (seorang ibu, anak
perempuan, seorang istri, seorang
suami, seorang ayah, anak laki – laki)
dalam keluarga Anda dengan cara
yang Anda inginkan?”

B. Diagnosa Keperawatan
1. Keputusasaan
a. Definisi
Kondisi subjektif yang ditandai dengan individu memandang hanya
ada sedikit atau bahkan tidak ada alternatif atau pilihan pribadi dan
tidak mampu memobilisasi energi demi kepentingan sendiri.
b. Batasan Karakteristik
1) Menutup mata
2) Penurunan afek
3) Penurunan selera makan
4) Penurunan respon terhadap stimulus
5) Penurunan verbalisasi
6) Kurang inisiatif
7) Kurang keterlibatan dalam asuhan
8) Pasif
9) Mengangkat bahu sebagai respon terhadap orang yang mengajak
bicara
10) Gangguan pola tidur
11) Meninggalkan orang yang mengajak bicara
12) Isyarat verbal (misalnya : isi putus asa, “saya tidak dapat”,
mengehla napas)
c. Faktor yang Berhubungan
1) Diasingkan
2) Penurunan kondisi fisiologis
3) Stres jangka panjang
4) Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual
5) Kehilangan kepercayaan pada nilai penting
6) Pembatasan aktivitas jangka panjang
7) Isolasi sosial
2. Gangguan Citra Tubuh
a. Definisi: konfusi dalam gambaran mental tentang diri-fisik individu.
b. Batasan Karakteristik:
1) Perilaku mengenali tubuh individu
2) Perilaku menghindari tubuh individu
3) Perilaku memantau tubuh individu
4) Respon nonverbal terhadap perubahan actual pada tubuh (mis:
penampilan, struktur, fungsi)
5) Respon nonverbal terhadap persepsi perubahan pada tubuh (mis:
penampilan, struktur, fungsi)
6) Mengungkapkan perasaan yang mencerminkan perubahan
pandangan tentang tubuh individu (mis: perubahan, struktur,
fungsi)
7) Mengungkapkan persepsi yang mencerminkan perubahan individu
dalam penampilan
Objektif
1) Perubahan actual pada fungsi
2) Perubahan actual pada struktur
3) Perilaku mengenali tubuh individu
4) Perilaku memantau tubuh individu
5) Perubahan dalam kemampuan memperkirakan hubungan special
tubuh terhadap lingkungan
6) Perubahan dalam keterlibatan social
7) Perluasan batasan tubuh untuk menggabungkan objek lingkungan
8) Secara sengaja menyembunyikan bagian tubuh
9) Secara sengaja menonjolkan bagian tubuh
10) Kehilangan bagian tubuh
11) Tidak melihat bagian tubuh
12) Tidak menyentuh bagian tubuh
13) Trauma pada bagian yang tidak berfungsi
14) Secara tidak sengaja menonjolkan bagian tubuh

Subjektif
1) Depersonalisasi kehilangan melalui kata ganti yang netral
2) Depersonalisasi bagian melalui kata ganti yang netral
3) Penekanan pada kekuatan yang tersisa
4) Ketakutan terhadap reaksi orang lain
5) Fokus pada penampilan masa lalu
6) Perasaan negative tentang sesuatu
7) Personalisasi kehilangan dengan menyebutkannya
8) Fokus pada perubahan
9) Fokus pada kehilangan
10) Menolak memverifikasi perubahan actual
11) Mengungkapkan perubahan gaya hidup
c. Faktor yang Berhubungan:
1) Biofisik, kognitif
2) Budaya, tahap perkembangan
3) Penyakit, cedera
4) Perceptual, psikososial, spiritual
5) Pembedahan, trauma
6) Terapi penyakit
3. Gangguan Identitas Personal
a. Definisi
Ketidakmampuan mempertahankan persepsi diri yang utuh dan
terintegrasi.
b. Batasan Karakteristik
1) Sifat personal kontradiktif
2) Deskripsi waham tentang diri sendiri
3) Gangguan citra tubuh
4) Kebingungan gender
5) Ketidakefektifan koping
6) Gangguan hubungan
7) Ketidakefektifan performa peran
8) Merasa koping
9) Merasa aneh
10) Perasaan yang berfluktuasi tentang diri sendiri
11) Ketidakmampuan membedakan stimulus internal dan eksternal
12) Ketidakpastian tentang nilai budaya (misalnya : mempertanyakan
kepercayaan, agama, dan moral)
13) Ketidakpastian tentang tujuan
14) Ketidakpastian tentang nilai ideologis (misalnya : mepertanyakan
kepercayaan, agama, dan moral)
c. Faktor Yang Berhubungan
1) Harga diri rendah kronik
2) Indoktrinasi pemujaan
3) Diskontinuitas budaya
4) Diskriminasi
5) Disfungsi proses keluarga
6) Mengonsumsi zat kimia toksik
7) Inhalasi zat kimia toksik
8) Kondisi manik
9) Gangguan kepribadan ganda
10) Sindrom otak organik
11) Prasangka
12) Gangguan psikiatrik (misalnya : psikosis, depresi, gangguan
disosiatif)
13) Krisis situasional
14) Harga diri rendah situasional
15) Perubahan peran sosial
16) Tahap perkembangan
17) Tahap pertumbuhan
18) Penggunaan obat psikoaktif
4. Risiko Gangguan Identitas Personal
a. Definisi
Risiko ketidakmampuan mempertahankan persepsi diri yang
terintegrasi dan komplet
b. Faktor Risiko
1) Harga diri rendah kronik
2) Indoktrinasi pemujaan
3) Diskontinuitas budaya
4) Diskriminasi
5) Disfungsi proses keluarga
6) Mengonsumsi zat kimia toksik
7) Inhalasi zat kimia toksik
8) Kondisi manik
9) Gangguan kepribadian ganda
10) Sindrom otak organik
11) Prasangka
12) Gangguan psikiatrik (misalnya : psikosis, depresi, gangguan
disosiatif)
13) Krisis situasional
14) Harga diri rendah situasional
15) Perubahan peran sosial
16) Tahap perkembangan
17) Tahap pertumbuhan
18) Penggunaan obat psikoaktif
5. Harga Diri Rendah Kronik
a. Definisi
Evaluasi diri/perasaan negative tentang diri sendiri atau kecakapan diri
yang berlangsung lama.
b. Batasan Karakteristik :
1) Bergantung pada pendapat orang lain
2) Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa
3) Melebih-lebihkan umpan balik negative tentang diri sendiri
4) Secara berlebihan mencari penguatan
5) Sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup
6) Enggan mencoba situasi baru
7) Enggan mencoba hal baru
8) Perilaku bimbang
9) Kontak mata kurang
10) Perilaku tidak asertif
11) Sering kali mencari penegasan
12) Pasif
13) Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri
14) Ekspresi rasa bersalah
15) Ekspresi rasa malu
c. Faktor yang Berhubungan :
1) Ketidakefektifan adaptasi terhadap kehilangan
2) Kurang kasih saying
3) Kurang persetujuan
4) Kurang keanggotaan dalam kelompok
5) Persepsi ketidaksesuaian antara norma budaya dan diri
6) Persepsi ketidaksesuaian antara norma spiritual dan diri
7) Persepsi kurang rasa memiliki
8) Persepsi kurang dihargai oleh orang lain
9) Gaangguan psikiatrik
10) Kegagalan berulang
11) Penguatan negative berulang
12) Peristiwa traumatik
13) Situasi traumatik
6. Harga Diri Rendah Situasional
a. Definisi
Perkembangan persepsi negative tentang harga diri sebagai respons
terhadap situasi saat ini.
b. Batasan Karakteristik :
1) Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa
2) Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi situasi
3) Perilaku bimbang
4) Perilaku tidak asertif
5) Secara verbal melaporkan tantangan situasional saat ini terhadap
harga diri
6) Ekspresi ketidakberdayaan
7) Ekspresi ketifakbergunaan
8) Verbalisasi meniadakan diri
c. Faktor yang Berhubungan :
1) Perilaku yang tidak selaras dengan nilai
2) Perubahan perkembangan
3) Gangguan citra tubuh
4) Kegagalan
5) Gangguan fungsional
6) Kurang penghargaan
7) Kehilangan
8) Penolakan
9) Perubahan peran social
7. Risiko Harga Diri Rendah Situasional
a. Definisi
Berisiko mengalami persepsi negative tentang harga diri sebagai
respons terhadap situasi saat ini
b. Faktor risiko
1) Perilaku tidak selaras dengan nilai
2) Penurunan kendali terhadap lingkungan
3) Perubahan perkembangan
4) Gangguan citra tubuh
5) Kegagalan
6) Gangguan fungsi
7) Riwayat ditinggalkan
8) Riwayat penganiayaan
9) Riwayat ketidakberdayaan yang dipelajari
10) Riwayat pengabaian
11) Kurang pengenalan
12) Kehilangan
13) Penyakit fisik
14) Penolakan
15) Perubahan peran sosial
16) Harapan diri tidak realistis

8. Kesiapan Meningkatkan Konsep Diri


a. Definisi
Pola persepsi atau gagasan tentang diri yang memadai untuk
kesejahteraan dan dapat ditingkatkan.
b. Batasan Karakterisitik
1) Menerima keterbatasan
2) Menerima kekuatan
3) Tindakan selaras dengan ekspresi verbal
4) Mengekspresikan kepercayaan diri dalam kemampuan
5) Mengekspresikan kepuasan dengan citra tubuh
6) Mengekspresikan kepuasan dengan identitas pribadi
7) Mengekspresikan kepuasan dengan performa peran
8) Mengekspresikan kepuasan dengan rasa berharga
9) Mengekspresikan kepuasan dengan gagasan tentang diri sendiri
10) Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan konsep diri.
(Heather. 2012)

C. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC)
Hasil (NOC)
1 Keputusasaan Setelah 3x24 jam NIC
interaksi diharapkan: a. Kaji dan
Kriteria Hasil dokumentasikan
a. Pengendalian diri kemungkinan bunuh
terhadap depresi : diri
tindakan personal b. Pantau afek dan
untuk kemampuan membuat
meminimalkan keputusan
sifat melankolis c. Kaji kebutuhan
dan spiritual
mempertahankan d. Pantau nutrisi : asupan
ketertarikan dan berat badan
e. Dukung partisipasi
terhadap peristiwa
aktif dalam aktivitas
hidup
b. Tingkat depresi : kelompok untuk
tingkat keparahan memberikan
alam perasaan kesempatan terhadap
melankolis dan dukungan sosial dan
kehilangan minat penyelesaian masalah
f. Buat agenda waktu
dalam peristiwa
bersama pasien untuk
hidup
c. Harapan : memberi kesempatan
optimisme yang dalam mengeksplorasi
secara pribadi tindakan koping
g. Gali bersama pasien
memuaskan dan
faktor yang
mendukung
berkontribusi terhadap
kehidupan
d. Keseimbangan perasaan keputusasaan
h. Rekomendasikan
alam perasaan:
meluangkan waktu
penyesuaian yang
beberapa saat di luar
tepat terhadap
ruangan setiap hari ;
kecenderungan
untuk pasien rawat
emosi yang
inap, letakkan tempat
dominan dalam
tidur di dekat jendela
berespons terhadap
i. Beri penguatan positif
situasi
terhadap perilaku yang
e. Energi
menunjukkan inisiatif,
psikomotor :
seperti kontak mata,
dorongan dan
membuka diri,
energi individu
penurunan jumlah
untuk
waktu tidur, perawatan
mempertahankan
diri, peningkatan
aktivitas kehidupan
nafsu makan
sehari-hari, nutrisi,
j. Bantu pasien dan
dan keamanan
keluarga untuk
personal
mengidentifikasi area
f. Kualitas hidup :
harapan dalam
tingkat persepsi
hidupnya
positif terhadap
k. Bantu pasien
situasi hidup saat
mengembangkan
ini
spiritual dirinya
g. Keinginan untuk
l. Terapkan panduan
hidup : keinginan,
meninjau hidup atau
semangat, dan
nostalgia, jika perlu
upaya untuk m. Hindari menutupi
bertahan hidup kebenaran
h. Menunjukkan n. Libatkan pasien secara
semangat untuk aktif dalam perawatan
hidup diri sendiri
o. Dorong hubungan
terapeutik dengan
orang terdekat
2. Gangguan Citra Tubuh NOC NIC
a. Body Image Body image enhancement
b. Self esteem a. Kaji secara verbal dan
non verbal respon klien
Setelah 3x24 jam terhadap tubuhnya
interaksi diharapkan: b. Monitor frekuensi
Kriteria Hasil mengkritik dirinya
a. Body image positif c. Jelaskan tentang
b. Mampu pengobatan, perawatan,
mengidentifikasi kemajuan dalam
kekuatan personal prognosis penyakit
c. Mendeskripsikan d. Dorong klien
secara faktual mengungkapkan
perubahan fungsi perasaannya
tubuh e. Identifikasi arti
d. Mempertahankan pengurangan melalui
interaksi social pemakaian alat bantu
f. Fasilitas kontak dengan
individu lain dalam
kelompok kecil
3. Gangguan Identitas NOC NIC
Personal a. Distorted Throught a. Pantau pernyataan
Self-Control pasien tentang harga
b. Identity dirinya
c. Self-Mutilation b. Nilai apakah pasien
Restraint percaya diri terhadap
penilaiannya
Setelah 3x24 jam c. Pantau frekuensi
interaksi diharapkan: ungkapan verbal yang
Kriteria Hasil negatif terhadap diri
a. Mengungkapkan sendiri
secara verbal d. Dorong pasien untuk
tentang identitas mengungkapkan
personal secara verbal
b. Mengungkapkan konsekuensi dari
secara verbal perubahan fisik dan
penguatan tentang emosi yang
identitas personal mempengaruhi konsep
c. Memperlihatkan diri
kesesuaian perilaku e. Berikan perawatan
verbal dan non dengan sikap yang
verbal tidak menghakimi,
mempertahankan
privasi, dan martabat
pasien
f. Libatkan psien dalam
pengambilan
keputusan mengenai
perawatan
g. Bina komunikasi
dengan pasien sejak
masuk rumah sakit
h. Fasilitasi pengambilan
keputusan kolaboratif
i. Dorong pasien untuk
mengidentifikasi
kekuatan
j. Berikan pengalaman
yang dapat
meningkatkan
otonomi pasien, jika
perlu
k. Hindari memberi
kritik negatif
l. Tunjukkan rasa
percaya terhadap
kemampuan pasien
untuk menghadapi
situasi
m. Dorong pasien untuk
mengevaluasi
perilakunya sendiri
4. Risiko Gangguan NOC NIC
Identitas Personal a. Distorted Throught Behaviour Management :
Self-Control Self-Harm
b. Identity a. Dorong pasien untuk
c. Self-Mutilation mengungkapkan
Restraint secara verbal
konsekuensi dari
Setelah 3x24 jam perubahan fisik dan
interaksi diharapkan: emosi yang
Kriteria Hasil mempengaruhi konsep
a. Mengungkapkan diri
secara verbal Family Involvement
tentang identitas Promotion
personal a. Bina hubungan
b. Mengungkapkan
dengan pasien sejak
secara verbal
penguatan tentang masuk ke rumah sakit
identitas personal b. Fasilitasi pengambilan
c. Memperlihatkan keputusan kolaboratif
kesesuaian perilaku c. Menjadi penghubung
verbal dan non antara pasien dan
verbal keluarga
Self-Awareness
Enhancement
a. Pantau pernyataan
pasien tentang harga
dirinya
b. Nilai apakah pasien
percaya diri terhadap
penilaiannya
c. Pantau frekuensi
ungkapan verbal yang
negatif terhadap diri
sendiri
d. Dorong pasien untuk
mengidentifikasi
kekuatan
e. Berikan pengalaman
yang dapat
meningkatkan
otonomi pasien, jika
diperlukan
f. Hindari memberi
kritik negatif
g. Dorong pasien untuk
mengevaluasi
perilakunya sendiri
5. Harga Diri Rendah Setelah 3x24 jam NIC
Kronis interaksi diharapkan: a. Pantau pernyataan
Kriteria Hasil pasien tentang harga
a. Tingkat depresi : diri
keparahan alam b. Tentukan rasa percaya
perasaan diri pasien dalam
melankolis dan penilaian diri
hilang minat dalam c. Pantau frekuensi
peristiwa hidup ucapan peniadaan diri
b. Kualitas hidup : d. Ajarkan keterampilan
tingkat persepsi untuk bersikap positif
positif tentang melalui bermain
situasi hidup saat peran, model peran,
ini diskusi, dsb
c. Harga diri : e. Tentukan batasan
penilaian diri tentang ucapan negatif
tentang (misalnya :
penghargaan diri menyangkut frekuensi,
d. Mengungkapkan isi pembicaraan, dan
penerimaan diri pendengar)
secara verbal f. Beri penguatan atas
e. Mempertahankan kekuatan diri yang
postur tubuh tegak diidentifikasikan oleh
f. Mempertahankan pasien
kontak mata g. Bantu pasien
g. Menerima kritik mengidentifikasi
dari orang lain respon positif dari
orang lain
h. Hindari tindakan yang
dapat mengusik pasien
i. Bantu penyusunan
tujuan yang realistis
untuk mencapai harga
diri yang lebih tinggi
j. Bantu pasien mengkaji
kembali persepsi
negatif tentang dirinya
k. Beri penghargaan atau
pujian atas kemajuan
pasien dalam
mencapai tujuan
l. Fasilitasi lingkungan
dan aktivitas yang
dapat meningkatkan
harga diri

6. Harga Diri Rendah NOC NIC


Situasional a. Body image, Self Esteem Enhancement
disturbed a. Tunjukkan rasa
b. Coping, ineffective percaya diri terhadap
c. Personal identity, kemampuan pasien
disturbed untuk mengatasi
d. Health behaviour,
situasi
risk b. Dorong pasien
e. Self esteem mengidentifikasi
situasional, low kekuatan dirinya
c. Ajarkan
Setelah 3x24 jam keterampilan
interaksi diharapkan: perilaku yang positif
Kriteria Hasil melalui bermain
a. Adaptasi terhadap peran, model peran,
ketunandayaan diskusi
fisik : respon d. Dukung peningkatan
adaptif klien tanggung jawab diri,
terhadap tantangan jika diperlukan
fungsional penting e. Buat statement
akibat positif terhadap
ketunandayaan pasien
fisik f. Monitor frekuensi
b. Resolusi berduka : komunikasi verbal
penyesuaian pasien yang negatif
dengan kehilangan g. Dukung pasien
aktual atau untuk menerima
kehilangan yang tantangan bar
akan terjadi h. Kaji alasan-alasan
c. Penyesuaian untuk mengkritik
psikososial : atau menyalahkan
perubahan hidup : diri sendiri
respon psikososial i. Kolaborasi dengan
adaptif individu sumber-sumber lain
terhadap perubahan (petugas dinas sosial,
bermakna dalam perawat spesialis
hidup klinis, dan layanan
d. Menunjukkan keagamaan)
penilaian pribadi Body Image
tentang harga diri Enhancement
e. Mengungkapkan Counseling
penerimaan diri a. Mengguakan
f. Komunikasi proses
terbuka pertolongan
g. Mengatakan interaktif yang
optimisme tentang berfokus pada
masa depan kebutuhan,
h. Menggunakan masalah, atau
strategi koping perasaan pasien
efektif dan orang
terdekat untuk
meningkatkan
atau mendukung
koping,
pemecahan
masalah
Coping Enhancement
7. Risiko Harga Diri NOC NIC
Rendah Situasional a. Body image, Self Esteem Enhancement
disturbed Tunjukkan rasa percaya diri
b. Coping, terhadap kemampuan
ineffective pasien untuk mengatasi
c. Personal identity, situasi
disturbed a. Dorong pasien
d. Health behaviour,
mengidentifikasi
risk
kekuatan dirinya
e. Self esteem b. Ajarkan
situasional, low keterampilan
perilaku yang positif
Setelah 3x24 jam melalui bermain
interaksi diharapkan: peran, model peran,
Kriteria Hasil diskusi
a. Adaptasi terhadap c. Dukung peningkatan
ketunandayaan fisik tanggung jawab diri,
: respon adaptif jika diperlukan
klien terhadap d. Buat statement
tantangan positif terhadap
fungsional penting pasien
e. Monitor frekuensi
akibat
komunikasi verbal
ketunandayaan fisik
b. Resolusi berduka : pasien yang negatif
f. Dukung pasien
penyesuaian
untuk menerima
dengan kehilangan
tantangan bar
aktual atau
g. Kaji alasan-alasan
kehilangan yang
untuk mengkritik
akan terjadi
atau menyalahkan
c. Penyesuaian
diri sendiri
psikososial :
h. Kolaborasi dengan
perubahan hidup :
sumber-sumber lain
respon psikososial
(petugas dinas
adaptif individu
sosial, perawat
terhadap perubahan
spesialis klinis, dan
bermakna dalam
layanan keagamaan)
hidup
Body Image
d. Menunjukkan
Enhancement
penilaian pribadi
Counseling
tentang harga diri
e. Mengungkapkan a. Mengguakan proses
penerimaan diri pertolongan interaktif
f. Komunikasi yang berfokus pada
terbuka kebutuhan, masalah,
g. Mengatakan atau perasaan pasien
optimisme tentang dan orang terdekat
masa depan untuk meningkatkan
h. Menggunakan atau mendukung
strategi koping koping, pemecahan
efektif masalah
Coping Enhancement
8 Kesiapan Setelah 3x24 jam NIC
Meningkatkan Konsep interaksi diharapkan: a. Kaji bukti konsep diri
Diri Kriteria Hasil positif (misalnya :
a. Citra tubuh : alam perasaan, citra
persepsi tentang tubuh positif,
penampilan dan kepuasan terhadap
fungsi tubuh tanggung jawab peran,
individu persepsi tentang
b. Otonomi pribadi : kepuasan terhadap diri
tindakan pribadi sendiri secara umum)
pada individu yang b. Pantau pernyataan
kompeten untuk pasien tentang harga
melatih diri
kepemimpinan c. Tentukan kepercayaan
dalam keputusan diri pasien terhadap
hidup penilaian sendiri
c. Harga diri : d. Ajarkan keterampilan
penilaian diri perilaku positif
tentang harga diri melalui bermain
d. Verbalisasi tentang peran, model peran,
penerimaan diri diskusi, dsb
e. Penerimaan pujian e. Bantu klien
dari orang lain mengantisipasi
perubahan
perkembangan dan
perubahan situasional
yang dapat
mempengaruhi
performa peran dan
harga diri
f. Tunjukkan rasa
percaya terhadapa
kemampuan pasien
untuk menangani
situasi
g. Dorong pasien
menerima tantangan
baru
h. Beri penguatan atas
kekuatan pribadi yang
diidentifikasi pasien
i. Bantu pasien
mengidentifikasi
respon positif dari
orang lain
j. Bantu menetapkan
tujuan realistis untuk
mencapai harga diri
yang lebih tinggi
k. Beri penghargaan atau
puji kemajuan pasien
ke arah pencapaian
tujuan
D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksaan juga meliputi pengumpulan
data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan, dan menilai data yang baru. Ada beberapa keterampilan
yang dibutuhkan dalam hal ini yaitu keterampilan kognitif, keterampilan
interpersonal, keterampilan psikomotor. Klien membutuhkan lingkungan yang
aman, tidak menghakimi, dan mendukung. Beberapa saran untuk menciptakan
dukungan adalah :
1. Menerima klien, tetap mengingat bahwa sebagian besar orang mengalami
kemunduran pada tahap perkembangan sebelumnya ketika mereka sakit
2. Memahami bahwa kemarahan yang ditujukan pada seseorang atau pada
hal-hal yang bukan dibawah control seseorang sering ditujukan pada
orang terdekat misalnya perawat atau anggota keluarga.
Pelaksanaan keperawatan yang tepat untuk mengikutsertakan klien dalam
eksplorasi diri :
1. Peningkatan kesadaran diri
2. Eksplorasi diri
3. Evaluasi diri
4. Perumusaan tujuan realistic
5. Tanggung jawab pada tujuan dan pencapaian melalui tindakan
6. Pengenalan terhadap pencapaian tujuan dan evaluasi terhadap tujuan yang
tidak tercapai
7. Perumusan kembali rencana untuk untuk mencapai tujuan. (Heather. 2012)

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk
mengakhiri rencana tindakan keperawatan, untuk memodifikasi rencana
tindakan keperawatan, untuk meneruskan rencana tindakan keperawatan.
Evaluasi terhadap masalah konsep diri secara umum dapat dinilai dari:
1. Kemampuan untuk menerima perubahan dalam penampilan atau fungsi
diri
2. Kemampuan untuk menghargai diri
3. Kemampuan untuk melakukan peran yang sesuai
4. Mampu menunjukkan identitas diri. (Heather. 2012)

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Konsep diri merupakan citra mental individu. Konsep diri mencakup
semua persepsi diri, yaitu penampilan, nilai dan keyakinan yang
memengaruhi perilaku. Terdapat empat komponen konsep diri, yaitu :
gambaran/citra diri, harga diri, peran diri, dan identitas diri. Menurut
Calhoum dan Acocella dalam perkembangannya konsep diri terbagi dua,
yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.
Konsep diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Kita tidak
dilahirkan dengan konsep diri tertentu. Bahkan ketika kita lahir, kita tidak
memiliki konsep diri, tidak memiliki pengetahuan tentang diri, dan tidak
memiliki pengharapan bagi diri kita sendiri, serta tidak memiliki penilaian
apa pun terhadap diri kita sendiri. Konsep diri terbentuk melalui proses
belajar yang berlangsung sejak masa pertumbuhan hingga dewasa.
Lingkungan, pengalaman, dan pola asuh orangtua turut memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap pembentukan konsep diri seseorang. Konsep diri
individu dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor predisposisi (biologi,
psikologi, dan sosio kultural) dan faktor presipitasi (faktor internal maupun
eksternal). Adapun tanda dan gejala gangguan konsep diri, yaitu :
1. Gangguan Gambaran/Citra Diri
a. Rasa kebencian yang membara
b. Menutupi perasaan, baik negatif maupun positif
c. Perfeksionis, maunya serba sempurna
d. Suka marah - marah
e. Depresif (perasaan marah terhadap diri sendiri)
2. Gangguan Ideal Diri
a. Mengungkapkan keputusasaan terhadap penyakitnya
b. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi
3. Gangguan Harga Diri
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri.
c. Merendahkan martabat.
d. Gangguan hubungan sosial
e. Percaya diri kurang.
f. Mencederai diri.
4. Gangguan Peran Diri
a. Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran
b. Ketidakpuasan peran
c. Kegagalan menjalankan peran yang baru
d. Ketegangan menjalankan peran yang baru
e. Kurang tanggung jawab
f. Apatis/bosan/jenuh dan putus asa
5. Gangguan Identitas Diri
a. Tidak ada percaya diri
b. Sukar mengambil keputusan
c. Ketergantungan
d. Masalah dalam hubungan interpersonal
e. Ragu / tidak yakin terhadap keinginan
f. Projeksi ( menyalahkan orang lain )
Adapun pemeriksaan diagnostik yang dilakukan yaitu dengan cara tes MMPI,
Electro Encephalography (EEG), CT (Computed Tomography), dan MRI
(Magnetic Resonance Imaging). Penatalaksanaan medis yang dapat diberikan
yaitu dengan pemberian obat dan psikoterapi.
Dalam pengkajian keperawatan, yang dikaji yaitu pengkajian psikologis
(status emosional, konsep diri, cara komunikasi, dan pola interaksi) dan
pengkajian sosial (pendidikan dan pekerjaan, hubungan social, faktor kultur
social, pola hidup, dan keluarga). Diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada pasien dengan gangguan konsep diri, yaitu keputusasaan,
gangguan citra tubuh, gangguan identitas personal, risiko gangguan identitas
personal, harga diri rendah kronik, harga diri rendah situasional, risiko harga
diri rendah situasional, dan kesiapan meningkatkan konsep diri. Setelah
ditetapkannya diagnosa, lalu disusunlah intervensi keperawatan sesuai dengan
diagnosa yang muncul. Setelah itu, dilakukan implementasi kepada pasien
sesuai dengan intervensi yang telah dibuat. Setelah melakukan implementasi,
dilanjutkan dengan melakukan evaluasi untuk mengetahui perkembangan dari
pasien tersebut.
B. SARAN
Diharapkan mahasiswa, khususnya mahasiswa keperawatan dapat lebih
memahami mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
konsep diri sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai
apabila menemui pasien dengan gangguan konsep diri.
DAFTAR PUSTAKA

Cawagas. 2004. Psikologi untuk Keperawata. EGC : JakartaHerdman,


Heather. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan 2012-
2014. Jakarta : EGC
Hidayat, A.Aziz Alimun 2002. Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta: EGC
Hidayat, A. Aziz Alimul.2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Hurlock,E.B. 1999. Personaality Development. New York: McGrawHill
Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta: EGC
Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I,
Jakarta : EGC
Kozier. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 Volume 2.
Jakarta : EGC
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif. 2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC
jilid 1 & 2. Yogyakarta : MediAction
Partosuwido. 2000. A Model for Body Image Care. Psychiatr Nurs : USA
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Volume 1. Jakarta : EGC
Suliswati, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
EGC
Stuart, Gail Wiscarz. 1998. Buku Saku Keperawatan jiwa. Jakarta .EGC,
Tarwoto dan Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Ed 3
Tarwoto dan Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai