Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PEMILIHAN KEPALA DAERAH


SECARA LANGSUNG

Oleh
MUNIROH (858404028)

PENDIDIKAN GURU TAMAN KANAK-KANAK


UNIVERSITAS TERBUKA
SAMARINDA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
kuasa sehingga penyusunan makalah ini dapat berjalan dengan baik dan lancar. Kami
juga berterimakasih kepada setiap pihak yang telah terlibat dan membantu kami
dalam penyusunan makalah ini.
Makalah yang berjudul Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung ini untuk
melengkapi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarga Negaran. Makalah ini kami susun
sedemikian rupa dengan mencari dan menggabungkan sejumlah informasi yang kami
dapatkan baik melalaui buku, media cetak, elektronik maupun media lainnya. Kami
berharap dengan informasi yang kami dapat dan kemudian kami sajikan ini dapat
memberikan penjelasan yang cukup tentang Pilkada yang dilaksanakan secara
langsung.
Demikian satu dua kata yang bisa kami sampaikan kepada seluruh pembaca
makalah ini. Jika ada kesalahan baik dalam penulisan maupun kutipan, kami terlebih
dahulu memohon maaf dan kami juga berharap semua pihak dapat memakluminya.
Semoga semua pihak dapat menikmati dan mengambil esensi dari makalah ini.
Trimakasih.

Samarinda, November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................... 4
1.1 Latar belakang........................................................................................ 4
1.2 Rumusan masalah................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................... 6
BAB II. PEMBAHASAN....................................................................................... 7
2.1 Pemilihan Umum Kepala Daerah............................................................ 7
2.2 Perkembangan Pilkada di Idonesia....................................................... 10
2.3 Demokrasi Lokal................................................................................... 12
BAB III PENUTUP.............................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 15
3.2 Saran.................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pilkada secara langsung sejak diberlakukannya Undang-undang nomor 32
tahun 2004. tentang pemerintahan daerah. Hal ini apabila dilihat dari perspektif
desentralisasi, Pilkada langsung tersebut merupakan sebuat terobosan baru yang
bermakna bagi proses konsolidasi demokrasi di tingkat lokal. Pilkada langsung akan
membuka ruang partisipasi yang lebih luas bagi masyarakat dalam proses demokrasi
untuk menentukan kepemimpinan politik di tingkat lokal. Sistem ini juga membuka
peluang bagi masyarakat untuk mengaktualisasi hak-hak politiknya secara lebih baik
tanpa harus direduksi oleh kepentingan-kepentingan elite politik, seperti ketika
berlaku sistem demokrasi perwakilan. Pilkada langsung juga memicu timbulnya
figure pemimpin yang aspiratif, kompeten, legitimate, dan berdedikasi. Sudah barang
tentu hal ini karena Kepala Daerah yang terpilih akan lebih berorientasi pada warga
dibandingkan pada segelitir elite di DPRD.
Pembahasan pemilihan Kepala Daerah Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Walikota yang demokratis dan berkualitas,
seharunya dikaitkan tidak dengan pemahaman akan makna demokrasi, tetapi juga
aspek normatif yang mengatur penyelenggaraan Pilkada dan aspek-aspek etika, sosial
serta budaya. Semua pihak-pihak yang ikut andil dalam pelaksanaan Pilkada, harus
memahami dan melaksanakan seluruh peraturan perundangan yang berlaku secar
konsisten. Pada dasarnya Pilkada langsung adalah memilih Kepala Daerah yang
profesional, legitimate, dan demokratis, yang mampu mengemban amanat otonomi
daerah dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selayaknya
Pilkada di Indonesia dilaksanakan dengan efektif dan tetap menjunjung tinggi asas
demokrasi dan hukum. Pembahasan kali ini penulis ingin menguraikan bagaimana
perkembangan pemilihan kepala daerah di Indonesia secara langsung.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Pilkada?
b. Bagaimanakah perkembangan Pilkada di di indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pilkada
b. Untuk mengetahui bagaimanakah perkembangan Pilkada di di indonedia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemilihan Umum Pilkada


Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah memilih Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Sebelum diberlakukannya undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Namun sejak Juni 2005 Indonesia menganut
system pemilihan Kepala Daerah secara langsung.
Pada dasarnya daerah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini berkaitan dengan pemilihan Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang seharusnya sinkron dengan pemilihan
presiden dan wakil presiden, yaitu pemilihan secara langsung.
Menurut Rozali Abdullah, beberapa alasan mengapa diharuskan pemilihan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung, adalah:
1. Mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat. Warga masyarakat di daerah
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari warga masyarakat Indonesia secara
keseluruhan, yang mereka juga berhak atas kedaulatan yang merupakan hak
asasi mereka, yang hak tersebut dijamin dalam konstitusi kita Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Oleh karena itu, warga masyarakat di
daerah, berdasarkan kedaulatan yang mereka punya, diberikan hak untuk
menentukan nasib daerahnya masing-masing, antara lain dengan memilih
Kepala Daerah secara langsung.
2. Legitimasi yang sama antar Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dengan
DPRD. Sejak Pemilu legislatif 5 april 2004, anggota DPRD dipilih secara
langsung oleh rakyat melalui sistem proporsional dengan daftar calon terbuka.
Apabila Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tetap dipilih oleh DPRD,
bukan dipilih langsung oleh rakyat, maka tingkat legitimasi yang dimiliki
DPRD jauh lebih tinggi dari tingkat legitimasi yang dimiliki oleh Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
3. Kedudukan yang sejajar antara Kepala Daerah dan wakil daerah dengan DPRD.
Pasal 16 (2) UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan
bahwa DPRD, sebagai Badan Legislatif Daerah, berkedudukan sejajar dan
menjadi mitra pemerintah daerah. Sementara itu, menurut Pasal 34 (1) UU No.
22 Tahun 1999 Kepala Daerah dipilih oleh DPRD dan menurut pasal 32 ayat 2
jo pasal 32 ayat 3 UU No.22 Tahun 1999, Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah bertanggung jawab kepada DPRD. Logikanya apabila Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab kepada DPRD maka kedudukan
DPRD lebih tinggi daripada Kepala Daerah. Oleh karena itu, untuk memberikan
mitra sejajar dan kedudukan sejajar antar Kepala Daerah dan DPRD maka
keduanya harus sama-sama dipilih oleh rakyat.
4. UU No.22 Tahun 2003 tentang Susduk MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Dalam
UU diatas, kewenangan DPRD untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah sudah dicabut.
5. Mencegah politik uang. Sering kita mendengar isu politik uang dalam proses
pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah oleh DPRD. Masalah
politik uang ini terjadi karena begitu besarnya wewenang yang dimiliki oleh
DPRD dalam proses pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Oleh
karena itu, apabila dilakukan pemilihan Kepala Daerah secara langsung
kemungkinan terjadinya politik uang bisa dicegah atau setidaknya dikurangi.
2.2 Perkembangan Pilkada di di Indonesia
Sebelum tahun 2005, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sejak berlakunya Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kepala daerah dipilih secara
langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
atau disingkat Pilkada. Pilkada pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005.
Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang
Penyelenggara Pemilihan Umum, pilkada dimasukkan dalam rezim pemilu, sehingga
secara resmi bernama Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau
disingkat Pemilukada. Pemilihan kepala daerah pertama yang diselenggarakan
berdasarkan undang-undang ini adalah Pilkada DKI Jakarta 2007. Pada tahun 2011,
terbit undang-undang baru mengenai penyelenggara pemilihan umum yaitu Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2011. Di dalam undang-undang ini, istilah yang digunakan
adalah Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota.
Pada tahun 2014, DPR-RI kembali mengangkat isu krusial terkait pemilihan
kepala daerah secara langsung. Sidang Paripurna DRI RI pada tanggal 24 September
2014 memutuskan bahwa Pemilihan Kepala Daerah dikembalikan secara tidak
langsung, atau kembali dipilih oleh DPRD. Putusan Pemilihan kepala daerah tidak
langsung didukung oleh 226 anggota DPR-RI yang terdiri Fraksi Partai
Golkar berjumlah 73 orang, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berjumlah 55
orang, Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) berjumlah 44 orang, dan Fraksi Partai
Gerindra berjumlah 32 orang.
Keputusan ini telah menyebabkan beberapa pihak kecewa. Keputusan ini
dinilai sebagai langkah mundur di bidang "pembangunan" demokrasi, sehingga masih
dicarikan cara untuk menggagalkan keputusan itu melalui uji materi ke MK. Bagi
sebagian pihak yang lain, Pemilukada tidak langsung atau langsung dinilai sama saja.
Tetapi satu hal prinsip yang harus digarisbawahi (walaupun dalam pelaksanaan
Pemilukada tidak langsung nanti ternyata menyenangkan rakyat) adalah: Pertama,
Pemilukada tidak langsung menyebabkan hak pilih rakyat hilang. Kedua, Pemilukada
tidak langsung menyebabkan anggota DPRD mendapat dua hak sekaligus, yakni hak
pilih dan hak legislasi. Padahal jika Pemilukada secara langsung, tidak menyebabkan
hak pilih anggota DPRD (sebagai warga negara) hak pilihnya tetap ada.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebelum diberlakukannya
undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Namun sejak Juni 2005 Indonesia menganut system pemilihan Kepala Daerah secara
langsung.
Pemilihan kepala daerah (Pilkada atau Pemilukada) dilakukan secara langsung
oleh penduduk daerah administratif setempat yang memenuhi syarat. Pemilihan
kepala daerah dilakukan satu paket bersama dengan wakil kepala daerah.

B. Saran
Pilkada sebagai pengejawantahan dari demokrasi lokal sudah selayaknya
dipersiapkan sematangnya oleh pemerintah daerah, KPUD dan unsur terkait agar
mereduksi permasalahan-permasalahan yang akan terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, Pasal 1 ayat 4.

Abdul Latif dan Hasbi Ali, 2010 Politik Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Eko Prasojo, Irfan Ridwan Maksum, dan Teguh Kurniawan, 2006, Desentralisasi &
Pemerintahan daerah: Antara Model Demokrasi Lokal & Efisiensi
Struktural, Bandung: Obor Merdeka.

Jimly Asshiddiqie, 2002, Konsolidasi Naskan UUD 1945 Setelah Perubahan


Keempat, Jakarta: Pusat Studi Hukum Tatanegara UI.

Kansil dan Christine Kansil, 2008. Sistem Pemerintahan Indonesia. Jakarta: Bumi
Aksara.

Kansil dan Christine Kansil. 2004. Pemerintahan Daerah di Indonesia (Hukum


Administrasi Daerah). Jakarta: Sinar Grafika.

Mahfud Md, Moh. 2009. Politik Hukum di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Prihantoro, Joko J. 2007. Mendemokratiskan Pemilu: Dari Sistem Sampai Elemen


Teknis. Semarang; Pustaka Pelajar

Rozali Abdullah, 2005, Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala


Derah secara Langsung, Jakarta: PT Raja Grafindo

Sinaga, Kastorius, 2003, Pemilihan Kepala Daerah Langsung Kota dan Kabupaten:
Beberapa catatan Awal, dalam Abdul Gaffar Karim (ed.), Kompleksitas
Persoalan Otonomi di Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Sunarno, Siswanto. 2016. HukumPemerintahan Daerah di Indonesia. Jakarta:


Sinar Grafika.

Wahjono, Padmo. 1986. Indonesia Negara Berdasarkan atas Hukum, Jakarta:


Ghaila Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai