Anda di halaman 1dari 8

PELAPORAN DAN PENGUNGKAPAN

Kebanyakan pembahasan yang akan dilakukan meliputi


pengungkapan yang terkait dengan pelaporan keungan bagi pengguna
eksternal. Meskipun praktik pengungkapan berbeda-beda dari suatu
negara dengan negara lain, perlahan mulai timbul kemiripan.

Ratusan perusahaan telah meningkatkan pengungkapan mereka

dengan :

1. Secara sukarela mengadopsi Standar Pelaporan Keuangan


Internasional (IFRS) atau GAAP AS

2. Mematuhi ketentuan pasar bursa efek dan badan regulator


domestik dan luar negeri

3. Memberikan respons terhadap berbagai permintaan informasi


yang diajukan para investor dan analis.

Perkembangan Pengungkapan

Perkembangan sistem pengungkapan sangat berkaitan dengan


perkembangan sistem akuntansi. Standar dan praktek pengungkapan
dipengaruhi oleh sumber keuangan, sistem hukum, ikatan politik dan
ekonomi, tingkat pembangunan ekonomi, tingkat pendidikan, budaya
dan pengaruh lainnya. Perbedaan nasional dalam pengungkapan
umumnya didorong oleh perbedaan dalam tata kelola perusahaan dan
keuangan.

Dikebanyakan negara lain kepemilikan saham masih tetap sangat


terkonsentrasi dan bank secara tradisional menjadi sumber utama
pembiayaan perusahaan. Pengungkapan publik tidak terlalu maju
dipasar-pasar ini dan perbedaan besar dalam jumlah informasi yang
diberikan kepada pemegang saham besar dan kreditor dengan yang
diberikan kepada publik masih diperbolehkan.
Pengungkapan Sukarela

Beberapa studi menunjukan bahwa manajer memiliki dorongan


untuk mengungkapkan informasi tersebut secara sukarela. Manfaat dari
pengungkapan yang lebih ditingkatkan adalah biaya transaksi yang lebih
rendah dalam memperdagangkan surat berharga yang dikeluarkan
perusahaan, minat para analis keuangan dan investor terhadap
perusahaan yang semakin besar, liquiditas saham yang meningkat, dan
biaya modal yang lebih rendah.

Dalam sebuah penulisan klasik, dua orang penulis berpendapat


bahwa komunikasi manajer dengan investor luar akan menjadi tidak
sempurna jika :

1. Manajer memiliki keunggulan dalam informasi mengenai


perusahaannya

2. Dorongan manajer tidak secara sempurna sejalan dengan


kepentingan seluruh pemegang saham

3. Aturan akuntansi dan auditing tidak sempurna

Ketentuan Pengungkapan Wajib

Untuk melindungi para investor kebanyakan bursa efek (bersama


dengan badan profesional atau pemerintah pembuat aturan seperti
Komisi Pasar Modal AS dan Kementrian Keuangan di Jepang)
memberlakukan keuntungan pelaporan dan pengungkapan bagi
perusahaan domestik dan asing yang mencari akses kepada pasar
tersebut.

Bursa efek dan badan regulator pemerintah umumnya


mengharuskan perusahaan asing yang mencatatkan saham untuk
memberikan informasi keuangan dan nonkeuangan yang sama dengan
yang diharuskan kepada perusahaan domestik. Perusahaan asing yang
sahamnya tercatat pada suatu bursa efek umumnya memiliki fleksibilitas
dalam prinsip akuntansi yang digunakan dan ruang lingkup
pengungkapan.

Debat Pelaporan Keuangan SEC AS

SEC mengharuskan perusahaan pendaftar dari luar negeri untuk


memberikan informasi keuangan yang pada dasarnya sama dengan yang
diharuskan terhadap perusahaan domestik. Namun laporan keuangan
perusahaan pendaftar asing tidak harus disusun sesuai dengan GAAP
AS.

Beberapa komentator berpendapat bahwa ketentuan pelaporan


keuangan SEC terhadap perusahaan asing dapat menghambat
perusahaan tersebut dari upaya menghadirkan surat berharga yang
diterbitkan di Amerika Serikat.

Praktik Pelaporan Dan Pengungkapan

Praktik pengungkapan dalam laporan tahunan mencerminkan


respons manajer terhadap ketentuan pengungkapan yang dikeluarkan
oleh badan regulator dan insentif yang mereka dapatkan jika
menyediakan informasi kepada pengguna laporan keuangan secara
sukarela. Dikebanyakan bagian di dunia aturan pengungkapan tidak
terlalu berarti dan itu berarti tidak ada pengawasan dan penegakan
aturan.

Kita memusatkan perhatian pada :

1. Pengungkapan informasi yang melihat masa depan

2. Pengungkapan segmen

3. Laporan arus kas dan dana

4. Pengungkapan tanggung jawab sosial

5. Pengungkapan khusus bagi para pengguna nondomestik laporan


keuangan
6. Pengungkapan mengenai tata kelola perusahaan

7. Pelaporan dan pengungkapan bisnis melalui internet

Pengungkapan Informasi Yang Melihat Masa Depan

istilah “informasi yang melihat masa depan” yang mencakup :

1. Ramalan pendapatan, laba/rugi, laba/rugi persaham (EPS)


pengeluaran modal dan pos keuangan lainnya

2. Informasi prospektif mengenai kinerja atau posisi ekonomi


masa depan yang tidak terlalu pasti bila dibandingkan dengan
proyeksi pos, periode fiskal, dan proyeksi jumlah

3. Laporan rencana manajemen dan tujuan operasi di masa depan

Pengungkapan Segmen

Standar pelaporan keuangan internasional (IFRS) juga membahas


pelaporan segmen yang sangat detail, sebagaimanajuga standar
akuntansi dibanyak negara yang lain. Pengungkapan segmen membantu
para pengguna laporan keuangan untuk memahami secara lebih baik
bagaimana bagian dalam suatu perusahaan berpengaruh terhadap
keseluruhan perusahaan. Sebenarnya risiko pengembalian dan
kesempatanyang dihadapi oleh lini produk dan area di dunia sangat
berbeda-beda. Pelaporan tanggung jawab sosisal mengacu pada
pengukuran dan komunikasi informasi mengenai pengaruh suatu
perusahaan terhadap kesejahteraan karyawannya, masyarakat setempat
dan lingkungan.

Pengungkapan Khusus Bagi Para Pengguna Laporan Keuangan


Nondomestik Dan Atas Prinsip Akuntansi Yang Digunakan

Pengungkapan yang dimaksud seperti :

1. “Penyajian ulang untuk kenyamanan” informasi keuangan ke


dalam mata uang nondomestik
2. Penyajian ulang hasil dan posisi keuangan secara terbatas
menurut kelompok kedua standar akuntansi

3. Satu set lengkap laporan keuangan yang disusun sesuai dengan


kelompok kedua prinsip akuntansi dan pembahasan mengenai
perbedaan antara prinsip akuntansi yang digunakan dalam
laporan keuangan laporan keuangan utama dan beberapa set
prinsip akintansi yang lain.

Pengungkapan Tata Kelola Perusahaan

Tata kelola perusahaan berhubungan dengan alat-alat internal


yang digunakan untuk menjalankan dan mengendalikan sebuah
perusahaan. Masalah-masalah tata kelola perusahaan antara lain
meliputi hak dan perlakuan kepada pemegang saham, tanggung jawab
dewan, pengungkapan dan transparasi dan peranan pihak-pihak yang
berkepentingan. Praktik tata kelola perusahaan semakin mendapat
perhatian dari para regulator, investor dan analis. Amerika, Inggris,
Australia merupakan contoh dari sejumlah negara yang mengharuskan
perusahaan yang tercatat sahamnya untuk membuat pengungkapan tata
kelola perusahaan secara khusus dalam laporan tahunannya.

Pengungkapan Dan Pelaporan Bisnis Melalui Internet

Perdagangan surat berharga dengan menggunakan internet telah


meningkatkan permintaan terhadap pelaporan usaha dan keuangan
berbasis web. Investor perorangan semakin menggunakan WEB untuk
melakukan transaksi perdagangan dan membuat keputusan investasi,
dan menggunakan WEB sebagai sumber informasi yang penting.

Suatu perkembangan penting yang akan memfasilitasi peraturan


usaha berbasis WEB adalah Bahasa Pelaporan Usaha Extensible. XBRL
merupakan tahap awal revolusi pelaporan keuangan. Bahasa komputer
ini dibangun kedalam hampir seluruh software untuk pelaporan
akuntansi dan keuangan yang akan dikeluarkan di masa depan, dan
kebanyakan pengguna tidak perlu lagi mempelajari bagaimana
mengolahnya sehingga secara langsung dapat menikmati manfaatnya.
Pengungkapan Laporan Tahunan Di Negara-Negara Pasar
Berkembang

Pengungkapan laporan tahunan perusahaan di negara-negara


pasar berkembang secara umum kurang ekstensif dan kurang kredibel
dibandingkan dengan pelaporan perusahaan di negara-negara maju.
Namun permintaan investor atas informasi mengenai perusahaan yang
tepat waktu dan kredibel di negara-negara pasar berkembang semakin
banyak dan pihak regulator memberikan respons terhadap permintaan
ini dengan membuat ketentuan pengungkapan yang lebih ketat dan
meningkatkan upaya-upaya pengawasan dan penegakan aturan.

Implikasi Bagi Para Pengguna Laporan Keuangan Dan Para


Manajer

Para pengguna laporan keuangan harusnya dapat menduga


perbedaan yang besar dalam tingkat pengungkapan dan praktik
pelaporan keuangan. Meskipun para manajer dari banyak perusahaan
terus menerus sangat dipengaruhi oleh biaya pengungkapan informasi
yang bersifat wajib, tingkat pengungkapan wajib maupun sukarela
semakin meningkat di seluruh dunia

Kasus Xerox : Masalah Waktu


Pengunkapan Pendapatan
Pada tahun 2002, Securities and Exchange Commission (SEC) mengajukan keluhan
terhadap Xerox yang dianggap telah melakukan penipuan terhadap publik pada tahun
1997 hingga tahun 2000 karena mencantumkan informasi yang salah pada laporan
keuangannya.
SEC menuduh manajemen Xerox mengetahui dan menyetujui tindakan manipulasi
laporan keuangannya untuk menyamakan target penjualan dengan penjualan
sebenarnya. Menghadapi gugatan dari SEC, Xerox tidak melakukan pembelaan
maupun pengakuan namun setuju untuk membayar denda US$ 10 juta dan
memperbaiki laporan keuangannya untuk tahun 1997 hingga 2000. Pada tahun 2003,
enam manajemen senior Xerox dituduh melakukan penipuan, termasuk mantan CEO
dan CFO Xerox. Mereka juga tidak melakukan pembelaan maupun pengakuan namun
setuju untuk membayar denda US$ 22 juta.
Pada kasus ini, apa yang dilakukan Xerox bukanlah penjualan fiktif, namun
manajemen menggeser waktu pengakuan pendapatan sehingga pelaporannya tidak
dilakukan pada waktu yang tepat. Yang dilakukan manajemen adalah mengubah cara
pengakuan pendapatan dari leasing mesin fotokopi, dimana penjualan diakui pada
saat kontrak leasing ditandatangani. Metode ini tidak tepat jika menggunakan standar
akuntansi baku yang mengharuskan pengakuan penjualan secara sebagian-sebagian
selama periode kontrak daripada sekaligus saat kontrak ditandatangani. Jadi masalah
disini adalah mengenai kapan waktu yang tepat untuk mengakui pendapatan, bukan
mengenai ada tidaknya pendapatan. Perbaikan laporan keuangan Xerox hanya
mengubah pada tahun yang mana suatu pendapatan diakui, dan tidak mengurangi
pedapatan secara agregat.
Jika sekarang kita lihat, pada dasarnya apakah tindakan ini merugikan karena toh pada
akhirnya tidak ada pengurangan pendapatan? Walaupun pada dasarnya apa yang
dilakukan Xerox hanya “menggeser” waktu pengakuan pendapatan, namun hal ini
menimbulkan efek yang besar sehingga tindakan ini sangat tidak dapat dibenarkan.
Tindakan manajemen ini dapat memberikan kesan buruk pada perusahaan sehingga
masyarakat tidak percaya pada perusahaan ini dan opini ini akan tercermin juga pada
harga saham, dimana masyarakat berkurang minatnya untuk membeli saham ini.
Bayangkan jika kita ingin membeli saham Xerox pada tahun 1999 berdasarkan
laporan yang lama, maka harga yang kita bayarkan akan lebih besar dibandingkan
nilai sebenarnya karena manajemen Xerox memberikan gambaran yang salah
mengenai kondisi keuangan perusahaannya. Selanjutnya pada saat kita ingin
menjualnya, dengan terbukanya kasus ini maka harga sahamnya pasti akan jatuh,
bukankah kita sudah dirugikan dengan tindakan ini? (Yustinus Dalle Edhie)

Manipulasi Laporan Keuangan


Laporan keuangan yang diterbitkan oleh setiap perusahaan mempunyai
fungsi tersendiri bagi penggunanya. Seperti contohnya dari pihak manajemen intern
perusahaan laporan keuangan dapat digunakan sebagai evaluasi kinerja
perusahaan, kompensasi dan pengembangan karier. Bukan hanya untuk pihak
intern saja, laporan keuangan juga dibutuhkan dari pihak luar sebagai dasar
perhitungan pajak bagi pemerintah, sebagai pertimbangan dalam pemberian kredit
bagi kreditor, dan juga sebagai tolak ukur kinerja perusahaan bagi investor.
Dilihat dari pentingnya peran suatu laporan keuangan tentunya dalam
penyajian laporan keuangan setiap lembaga ataupun perusahaan yang membuatnya
mengingikan laporan keuangan yang “cantik” sesuai dengan kepentingan masing-
masing. Untuk menarik investor perusahaan dapat menyajikan keuntungan dalam
laporan keuangannya lebih daripada yang seharusnya atau dilakukan kebalikannya
dengan mengurangi keuntungan dari yang seharusnya untuk menghindari besarnya
pajak. Atas dasar itulah setiap laporan keuangan perlu diaudit oleh auditor untuk
diuji kebenarannya. Tidak sedikit kasus yang dapat kita temukan pada masa
sekarang ini dimana perusahaan baik besar maupun kecil sengaja mempercantik
laporan keuangannya demi kepentingan perusahaan itu sendiri.
Contoh kasus yang terjadi baru-baru ini adalah Kejaksanaan Agung telah
menetapkan Dhana Widyatmika sebagai tersangka dalam kasus rekening gendut
PNS. Kasus ini merupakan pengembangan dari hasil temuan Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) tentang adanya pegawai negeri sipil yang
disebut-sebut melakukan transaksi mencurigakan senilai US$ 250 ribu (Rp 2,25
miliar). Belakangan diketahui pegawai negeri yang dimaksudkan bekerja sebagai
pegawai pajak.
Penyalahgunaan wewenang tersebut diduga atas dasar kepentingan
individu dan bukan lembaga ataupun badan yang melatarbelakanginya. Hal tersebut
terjadi karena lalainya pengawasan yang ada di dua departemen Dirjen Pajak dan
Bea Cukai itu sendiri sehingga membuat DW tergoda untuk mengambil keuntungan
yang bukan seharusnya. Maka dari itu diharapkan system pengawasan intern dalam
dua departemen tersebut dapat di perketat dan diperhatikan lagi, agar kasus seperti
Dhana Widyatmika dan kasus sebelumnya Gayus juga tidak akan terue terulang dan
terulang lagi.
Selain itu dilihat dari laporan hasil survei Global Corruption Report (GCR)
yang dirilis Transparency International (TI). Lembaga yang berpusat di Berlin itu
menyebutkan, banyak kondisi yang memungkinkan terjadinya krisis terkait risiko
korupsi di dunia bisnis. Kerugian akibat praktik korupsi di sektor swasta secara
global, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, ditengarai mencapai nilai tak kurang
dari 300 miliar US dolar.
Dalam kutipan artikel tersebut kita dapat mengetahui kalau korupsi terjadi
bukan hanya pada lembaga pemerintahan saja. Komisi Pemberantasan Korupsi dan
kejaksaan, harus mulai memprioritaskan kasus korupsi di sektor swasta. Selain itu,
sektor swasta bisa berperan dalam mendukung upaya pencegahan korupsi dengan
proaktif melaporkan tindakan-tindakan korupsi atau suap kepada aparat penegak
hukum.
Masih hangat dalam ingatan kita tentang kasus Bank Century yang laporan
keuangannya dimanipulasi oleh pemiliknya yaitu Robert Tantular. Jumlah yang
digelapkan diduga sebesar 13 triliun Dugaan manipulasi tersebut dikuatkan
dengan adanya temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang menyatakan posisi
rasio kecukupan modal (CAR) Century per Oktober 2008 adalah -3,5 persen.
Sedangkan dalam laporan keuangan unaudited per September 2008 yang
dilaporkan manajemen lama menyebutkan, CAR perseroan masih si posisi 2,5
persen. Padahal Bank Century baru saja mendapat Fasilitas Pinjaman Jangka
Pendek (FPJP) dari BI. Ditambah lagi, lanjut dia, manajemen lama juga banyak
melakukan kecurangan-kecurangan seperti benyak mencantumkan kredit fiktif dan
Letter of Credit (L/C) fiktif dalam laporan keuangannya serta aset-aset yang ternyata
bodong.

Anda mungkin juga menyukai