Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MANDIRI

RUANG LINGKUP PENYULUHAN PERTANIAN

MATA KULIAH
EVALUASI PENYULUHAN PERTANIAN

PROGRAM STUDI
PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

Dosen Pengampu : Wahyu Windari, S.Pt, M.Sc

Kelas Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan 5A

Oleh :

Wahdini Amalia Khasanah


07.1.2.17.2278

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum wr. wb
Puji syukur selalu kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga Makalah “Ruang Lingkup
Penyuluhan Pertanian” ini dapat terselesaikan. Laporan ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Penyuluhan Pertanian.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua


pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, yang tidak bisa lepas
dari bimbingan dari bapak ibu dosen sekalian.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna, maka dari
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan untuk
kedepannya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan,
khususnya bagi mahasiswa dan tidak lupa bagi masyarakat secara umumnya.
Wassalamu'alaikum wr. wb.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II. ISI .......................................................................................................................... 3
2.1 Petani/Peternak/Pekebun ............................................................................... 3
2.2 Kelembagaan Petani ....................................................................................... 4
2.3 Evaluasi Kelembagaan Penyuluhan Pertanian ........................................... 5
2.4 Evaluasi Ketenagaan Penyuluhan Pertanian .............................................. 6
2.5 Evaluasi Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian ..................................... 8
2.6 Evaluasi Sarana Dan Prasarana.................................................................... 9
2.7 Evaluasi Pembiayaan Penyuluhan Pertanian ............................................ 11
BAB III. PENUTUP ......................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 13

ii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyuluhan pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan
pertanian berkaitan dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia
pertanian. Melalui penyelenggaraan penyuluhan pertanian, para pelaku utama
pembangunan pertanian yaitu petani dapat mengubah perilakunya baik itu
pengetahuan, sikap dan keterampilannya menuju ke arah perbaikan sistem
usaha tani yang akan membawa ke arah peningkatan produktivitas, pendapatan
dan selanjutnya mengarah pada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan
keluarga petani. Penyuluhan pertanian juga merupakan langkah pemberdayaan
petani yang akan mencetak petani-petani mandiri dalam menyelesaikan
permasalahannya tanpa adanya ketergantungan secara terus-menerus kepada
pihak lain. Meskipun penyuluhan pertanian memegang peranan yang sangat
penting dalam pembangunan pertanian, bukan berarti dalam pelaksanaannya
tidak ditemukan adanya kendala. Berbagai kendala seperti makin terbatasnya
sumber lahan, air dan energi; perubahan iklim global; terbatasnya akses petani
terhadap modal; lemahnya kapasitas kelembagaan; rendahnya nilai tukar petani
dan kurang harmonisnya koordinasi antar petani. Oleh karena itu dibutuhkan
evaluasi penyuluhan pertanian guna mencapai tujuan pembangunan pertanian.
Evaluasi merupakan kegiatan penting namun sering diabaikan dan
konotasinya negatif karena dianggap mencari kesalahan/kelemahan dari sebuah
kegiatan pertanian. Padahal evaluasi penyluhan pertanian dapat digunakan
untuk memperbaiki perencanaan kegiatan/program penyuluhan dan kinerja
penyuluh, mempertanggungjawabkan kegiatan yang dilaksanakan,
membandingkan kegiatan yang dicapai dengan tujuan yang ditetapkan. Untuk
mendapatkan hasil evaluasi yang terpercaya perlu adanya prinsip-prinsip
sebagai landasan dalam melaksanakan supervisi, monitoring, evaluasi dan
pelaporan penyuluhan pertanian yaitu berdasarkan fakta, dilakukan terhadap
kuantitatif dan kualitatif, menggunakan alat ukur yang shahih, dan lain-lain.

1
1.2 Tujuan
1. Mengetahui definisi dan objek evaluasi petani/peternak/pekebun
2. Mengetahui definisi dan objek evaluasi kelembagaan petani
3. Mengetahui definisi dan objek evaluasi kelembagaan penyuluhan
pertanian
4. Mengetahui definisi dan objek evaluasi ketenagaan penyuluhan pertanian
5. Mengetahui definisi dan objek evaluasi penyelenggaraan penyuluhan
pertanian
6. Mengetahui definisi dan objek evaluasi sarana dan prasarana
7. Mengetahui definisi dan objek evaluasi pembiayaan penyuluhan pertanian

2
BAB II. ISI

2.1 Petani/Peternak/Pekebun
Secara umum, petani didefinisikan sebagai orang yang memanfaatkan
sumber daya alam baik dengan bercocok tanam atau beternak untuk
keberlangsungan hidup rumah tangga dan mengelola lingkungan hidupnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Tim Penyusun Kamus Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Cetakan Ketiga tahun 1990), petani
adalah orang yang mata pencahariannya bercocok tanam.
Berdasarkan UU RI no. 12 tahun 2006, Peternak adalah perorangan warga
negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan. Sedangkan
definisi dari pekebun adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi
yang melakukan usaha perkebunan.
Petani/Peternak/Pekebun memiliki peran penting sebagai subjek evaluasi yang
dapat menentukan sejauh mana suatu program telah dapat dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan dan tujuan yang diharapkan atau tingkat keberhasilan
program. Objek evaluasi ditentukan dari perubahan perilaku
petani/peternak/pekebun yang meliputi sifat kognitf, afektif maupun psikomotor.
Kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik dapat diukur dari beberapa aspek
yakni,
- Kognitif, indikator perubahan kognitif dapat dilihat dari :
1) penguasaan pengetahuan (knowledge)
2) Penguasaan pengertian (comprehension)
3) kemampuan menerapkan (application)
4) kemampuan analisis (analisis)
5) Kemampuan sintesis (synthesis)
- Afektif, indikator perubahan afektif yaitu :
1) menyadari atau mau memilih
2) Tanggap atau mau
3) yakin atau mau mengikuti
4) Menghayati atau selalu menerapkan
5) menghayatiatau selalu menerapkan
- Psikomotorik, indikator perubahannya meliputi :
1) kecepatan
2) kekuatan
3) Ketahanan

3
4) kecermatan
5) ketepatan
6) ketelitian
7) kerapihan
8) keseimbangan
9) keharmonisan
Dari perubahan perilaku petani/peternak/pekebun dapat diketahui bahwa
evaluasi penyuluhan pertanian merupakan pengevaluasian seberapa jauh tingkat
pencapaian tujuan, berupa perubahan perilaku petani dan keluarganya.

2.2 Kelembagaan Petani


Kelembagaan petani menjadi faktor mendasar dalam mendukung orientasi
pembangunan pertanian Indonesia. Kelembagaan petani berkontribusi dalam
akselerasi pengembangan sosial ekonomi petani; aksesibilitas pada informasi
pertanian; aksesibilitas pada modal, infrastruktur, dan pasar; dan adopsi inovasi
pertanian. Kelembagaan petani adalah lembaga petani yang berada pada suatu
kawasan lokalitas (local institution), baik berupa organisasi keanggotaan
(membership organization) ataupun kerjasama (cooperatives) yakni petani-petani
ikut tergabung dalam kelompok kerjasama (Uphoff, 1986 dalam Anantanyu S,
2011). Berdasarkan Undang-Undang Permentan No. 67 tahun 2016,
Kelembagaan Petani adalah lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan
untuk petani guna memperkuat dan memperjuangkan kepentingan petani,
mencakup Kelompok Tani, Gabungan Kelompok Tani, Asosiasi Komoditas
Pertanian, dan Dewan Komoditas Pertanian Nasional. Penguatan kelembagaan
petani sangat diperlukan dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan petani.
Oleh karena itu, petani dapat menumbuhkembangkan kelembagaan dari, oleh,
dan untuk petani guna memperkuat dan memperjuangkan kepentingan petani
sesuai dengan perpaduan antara budaya, norma, nilai, dan kearifan lokal petani.
Pada dasarnya, eksistensi kelembagaan petani tergantung dari kebijakan
pembinaan oleh semua pihak. Pembinaan dilakukan dalam penumbuhan dan
pengembangan kelompok tani untuk mewujudkan kelompok tani yang kuat dan
mandiri dalam meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya. Pembinaan
kelembagaan petani perlu dilakukan secara berkesinambungan dan diarahkan
untuk menumbuhkembangkan poktan dan gapoktan dalam menjalankan
fungsinya. Penilaian keberhasilan pembinaan kelompok tani dalam rangka

4
meningkatkan kemampun kelompok tani harus melalui pelaksanaan evaluasi.
Evaluasi bertujuan untuk membandingkan perencanaan terhadap hasil dan
dampak dalam penyelenggaraan pembinaan yang disertai dengan perubahan
kelompok petani.
Objek evaluasi merupakan segala sesuatu berkaitan dengan kegiatan atau
proses pembinaan. Menurut Arikunto S. (2014) objek evaluasi adalah hal-hal
yang menjadi pusat perhatian untuk dievaluasi. Dalam proses evaluasi
kelembagaan petani, objek evaluasi ditentukan pada Peraturan Menteri
Pertanian (Permentan) Nomor 82 tahun 2013 tentang Pedoman Pembinaan
Poktan Dan Gapoktan. Objek evaluasi terfokus pada kemampuan kelompok tani
dalam menjalankan fungsinya sebagai 1) kelas belajar, 2) wahana kerjasama,
dan 3) unit produksi. Biasanya dalam melakukan evaluasi kelembagaan
kelompok tani, dilakukan dengan evaluasi sumatif. Menurut Wirawan, 2016
evaluasi sumatif digunakan untuk mengetahui pencapaian seluruh hasil kegiatan
yang telah direncanakan dan atau mengukur kinerja akhir objek evaluasi.

2.3 Evaluasi Kelembagaan Penyuluhan Pertanian


Kelembagaan penyuluhan merupakan faktor determinan yang berpengaruh
terhadap peningkatan kualitas sumberdaya manusia pertanian dan tercapainya
tujuan dari pembangunan pertanian. Kelembagaan penyuluhan diperlukan untuk
mewadahi proses penyelenggaraan penyuluhan. Berdasarkan Undang-
Undang No.16 Tahun 2006, Kelembagaan penyuluhan adalah lembaga
pemerintah dan/atau masyarakat yang mempunyai tugas dan fungsi
menyelenggarakan penyuluhan. Kelembagaan penyuluhan pertanian merupakan
salah satu wadah organoisasi yang terdapat dalam dinas pertanian. Fungsi
utama dari kelembagaan penyuluhan pertanian adalah sebagai wadah dan
organisasi pengembangan sumberdaya manusia pertanian serta
menyelenggarakan penyuluhan.
Evaluasi kelembagaan penyuluhan pertanian merupakan suatu hal yang
harus dilakukan untuk untuk mengukur tingkat keberhasilan berdasarkan
parameter kinerja kelembagaan penyuluhan pertanian yang mencakup penyuluh
pertanian dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Kelembagaan
penyuluhan pertanian ditingkat kabupaten/kota yaitu Balai Penyuluhan Pertanian
(BPP) merupakan unit penunjang penyelenggaraan penyuluhan pertanian yang
administrasi, pengaturan, pengelolaan dan pemanfaatannya adalah tanggung
jawab Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Dalam kegiatan operasionalnya BPP

5
terdiri dari sekelompok penyuluh pertanian dari berbagai subsektor dan
dikoordinir oleh seorang diantaranya. Indikator yang digunakan untuk mengukur
kinerja BPP dalam melakukan tugas dan fungsinya mengacu pada kinerja
organisasi publik yang dikemukakan oleh Lenvin dan Dwiyanto dalam Luneto
(1998). Indikator/objek evaluasi tersebut meliputi :
a) Responsivitas, yaitu kemampuan BPP dalam : 1) mengenali kebutuhan
petani, 2) menentukan prioritas pelayanan, dan 3) mengembangkan
program-program penyuluhan yang sesuai kebutuhan dan aspirasi petani.
b) Responsibilitas, yaitu apakah kegiatan BPP sesuai dengan : 1) misi dan
tujuan penyuluhan pertanian, 2) program pembangunan pertanian wilayah
setempat, dan 3) tugas dan fungsinya sebagaimana diatur dalam SKB
Mendagri-Mentan No. 54 Tahun 1996 atau SK Mendagri No. 35 Tahun
1999.
c) Kualitas Pelayanan, yaitu kemampuan BPP dalam : 1) memberikan
pelayanan informasi dan penyuluhan yang memuaskan petani, 2)
kecepatan dalam memberikan pelayanan kepada petani, dan 3)
ketepatan materi dan teknik pelayanan informasi dan penyuluhan
pertanian.

2.4 Evaluasi Ketenagaan Penyuluhan Pertanian


Ketenagaan Penyuluhan Pertanian berdasarkan Undang-Undang nomor 16
tahun 2006 ialah mencakup penyuluh PNS, penyuluh swasta dan atau swadaya.
Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau
lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan. Sedangkan
penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan
warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu
menjadi penyuluh. Keberadaan penyuluh swasta dan penyuluh swadaya harus
bersifat mandiri dalam rangka memenuhi kebutuhan pelaku utama dan pelaku
usaha.

Ketenagaan Penyuluhan mempunyai beberapa tugas yaitu :


1. Menyiapkan bahan kerja dan program penyuluhan;
2. Menyiapkan bahan rencana dan anggaran seksi ketenagaan;
3. Menyiapkan bahan penyusunan dan mengelola database dibidang
ketenagaan penyuluhan pertanian;
4. Menyiapkan bahan pengembangan kompetensi kerja penyuluh pertanian;

6
5. Menyiapkan bahan dan fasilitasi penilaian dan pemberian penghargaan
kepada penyuluh pertanian;
6. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan tugas dan kegiatan
penyuluhanpertanian;
7. Menyiapkan bahan pelaporan dan pendokumentasian kegiatan seksi
ketenagaan; dan
8. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

Berdasarkan Undang-Undang nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan


dan Pemberdayaan Petani pasal 46 ayat (1) mengamanatkan paling sedikit 1
penyuluh pertanian dalam satu desa atau kelurahan potensi pertanian.
Peningkatan kapasitas penyuluh pertanian diperlukan agar penyuluh mampu
membantu petani dalam mengatasi semua persoalan dan mensejahterakan
petani. Oleh karena itu diperlukan evaluasi ketenagaan penyuluhan pertanian
untuk mengetahui sejauh mana keterampilan/keahlian para penyuluh yang
kemudian dapat menjadi perbaikan ke depannya. Evaluasi ketenangan
penyuluhan pertanian meliputi :

a. Persiapan
- Menyusun data Identifikasi Potensi Wilayah
- Memandu penyusunan (Pendampingan/pengawalan) rencana definitif.
- Penyusunan programa penyuluhan pertanian
- Membuat rencana kerja tahunan penyuluh pertanian (RKTPP)
b. Pelaksanaan
- Desiminasi/penyebaran materi penyuluhan pertanian harus sesuai
dengan kebutuhan petani
- Penerapan metode penyuluhan pertanian di WKPP melalui
kunjungan/tatap muka dengan poktan/demplot/SL/Temu (lapang, wicara,
teknis, karya, temu usaha)
- Peningkatan kapasitas petani terhadap akses informasi dalam
pengembangan usaha tani
- Penumbuhan dan pengembangan poktan/gapoktan
- Peningkatan kelas poktan/gapoktan
- Penumbuhan kelembagaan ekonomi petani
- Peningkatan produksi dan produktivitas petani

7
c. Pelaporan
- Melakukan evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian
- Membuat laporan pelaksanaan penyuluhan pertanian
- Melakukan evaluasi dampak penyuluhan pertanian (pusat, provinsi dan
kabupaten)

2.5 Evaluasi Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian


Kata Penyelenggaraan berasal dari kata selenggara yang artinya
mengurus dan mengusahakan sesuatu (seperti memelihara, memiara, merawat).
Sedangkan penyelenggaraan yaitu pemeliharaan, pemiaraan, proses, cara,
perbuatan menyelenggarakan dalam berbagai arti (seperti pelaksanaan,
penunaian), (Departemen Pendidikan Nasional, 2007).
Penyelenggaraan penyuluhan pertanian adalah tindakan-tindakan nyata dari
apa-apa yang telah ditetapkan/dituliskan dalam programa penyuluhan yang telah
disusun. Dalam penyelenggaraan/pelaksanaan penyuluhan pertanian perlu
ditentukan materi apa yang perlu disampaikan, dimana penyuluhan pertanian
akan dilaksanakan, kapan penyuluhan pertanian dilaksanakan, siapa yang
melakukan penyuluhan dan bagaimana cara melakukan (Ibrahim et al., 2003).
Pada dasarnya evaluasi diperlukan dalam proses penyelenggaraan penyuluhan
pertanian. Evaluasi penyelenggaraan penyuluhan pertanian adalah proses
pemberian nilai (score) secara terus menerus terhadap
penyelenggaraan/pelaksanaan penyuluhan pertanian terhadap programa yang
telah disusun.
Penyelenggaraan penyuluhan tidak akan pernah lepas dari metode
penyuluhan. Sastraatmadja (1993) mengungkapkan bahwa yang dimaksud
dengan metode biasanya identik dengan prosedur, tata cara atau aturan main.
Metode penyelenggaraan berkaitan dengan sistem yang seharusnya dilakukan.
Oleh karena itu, objek evaluasi penyelenggaraan penyuluhan pertanian adalah
metode yang digunakan dalam penyelenggaraan. Objek evaluasi
penyelenggaraan penyuluhan pertanian meliputi :
a. Sesuai dengan keadaan sasaran
Memahami metode yang tepat untuk sasaran sesuai dengan keadaan
dilapangan. Apabila petani sasaran pada tahap ingin mengetahui dan menaruh
minat, metode massal yang sesuai digunakan. Apabila petani sasaran pada
tahap menilai, mencoba, metode kelompok lebih sesuai digunakan. Sedangkan

8
apabila dalam tahap menerapkan maka metode perseorangan paling sesuai
diterapkan.
b. Cukup kuantitas dan kualitas
Penyuluh menguasai banyak metode penyuluhan pertanian sehingga dapat
dilakukan pemecahan masalah-masalah penyuluhan.
c. Tepat mengenai sasaran dan waktunya
Penyuluhan pertanian yang digunakan disesuaikan dengan tingkat
pendidikan dan daya serap petani sasaran.
d. Materi akan lebih mudah diterima dan dimengerti
Materi penyuluhan harus sederhana dan dapat dikomunikasikan dengan
bahasa petani, sehingga petani sasaran dapat memahami materi yang
disuluhkan.
e. Murah pembiayaannya
Penyuluhan dapat dilaksanakan dengan biaya relatif murah sehingga dapat
terlaksana secara kontinyu dan dapat merespon reaksi petani dari proses
penyuluhan yang dilakukan.

2.6 Evaluasi Sarana Dan Prasarana


Sarana dan Prasarana Penyuluhan Pertanian adalah peralatan dan
bangunan fisik yang digunakan untuk melakukan penyelenggaraan penyuluhan
pertanian. Pelaksanaan penyuluhan pertanian dapat berjalan efektif dan efisien
apabila didukung penggunaan sarana dan prasarana secara optimal. Menurut
Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 51/Permentan/Ot.140/12/2009 tentang
Pedoman Standar Minimal Dan Pemanfaatan Sarana Dan Prasarana
Penyuluhan Pertanian, standar sarana dan prasarana kelembagaan penyuluhan
pertanian kabupaten/kota yakni,
a. Sarana
- Pusat Informasi
1) Perlengkapan Komputer + Modem + LAN (local areal network);
2) Display;
3) Kamera digital;
4) Handycam;
5) Telepon + Mesin fax.
- Alat Bantu Penyuluhan Pertanian
1) Overhead projector;
2) LCD projector;

9
3) Sound system (wireless, megaphone, mic);
4) TV, VCD/DVD, tape recorder;
5) Whiteboard/panelboard
- Peralatan Administrasi
1) Komputer + printer + power supply;
2) Mesin Tik;
3) Kalkulator;
4) Brankas;
5) Rak Buku.
- Alat Transportasi
1) Kendaraan operasional roda dua;
2) Kendaraan operasional roda empat;
- Buku dan Hasil Publikasi
- Mebeulair
1) Meja + kursi kerja;
2) Meja + kursi rapat;
3) Meja + kursi perpustakaan;
4) Rak buku perpustakaan;
5) Lemari Buku + Arsip;
b. Prasarana
Kebutuhan Ruangan :
1) Pimpinan;
2) Administrasi/TU;
3) Kepala Bidang dan staf;
4) Kelompok Jabatan Fungsional;
5) Aula/Rapat;
6) Perpustakaan;
7) Data dan System Informasi;
8) Pameran, Peraga dan Promosi;
9) Kamar Mandi;
10) Dapur;
11) Gudang.

10
2.7 Evaluasi Pembiayaan Penyuluhan Pertanian
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2009 Tentang Pembiayaan, Pembinaan, Dan Pengawasan Penyuluhan
Pertanian, Perikanan, Dan Kehutanan; pembiayaan adalah setiap pengeluaran
untuk keperluan penyelenggaraan penyuluhan. Pada dasarnya Prioritas
pembiayaan yang pokok adalah untuk keberfungsian sarana prasarana dan
pelayanan penyuluhan.
UU 16 tahun 2006 secara khusus membahas aspek pembiayaan pada Bab
IX. Dalam Pasal 32 disebutkan bahwa untuk penyelenggaraan penyuluhan yang
efektif dan efisien diperlukan pembiayaan yang memadai, dimana sumber
pembiayaan disediakan melalui APBN dan APBD, juga bahkan secara sektoral
maupun lintas sektoral, serta sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
APBN menanggung pembiayaan penyuluhan yang berkaitan dengan tunjangan
jabatan fungsional dan profesi, biaya operasional penyuluh PNS serta sarana
dan prasarana. Sedangkan APBD bertanggung jawab untuk penyelenggaraan
penyuluhan di provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa. Pemerintah juga
harus membantu penyuluhan yang diselenggarakan oleh penyuluh swasta dan
penyuluh swadaya.
Permasalahan yang sering dihadapi terkait pembiayaan ialah biaya yang
disediakan untuk penyuluhan kecil dan tidak memadai. Secara tidak langsung hal
ini mengakibatkan melemahnya semangat kerja penyuluh pertanian, dan
efektivitas penyuluhan. BOP penyuluhan yang kurang disebabkan karena
keterbatasan besaran dana terutama di daerah yang relatif terpencil dan
kerumitan birokrasi pemerintah daerah. Oleh karena itu, perlu adanya evaluasi
pembiayaan penyuluhan pertanian sebagai dasar pertimbangan perbaikan untuk
program kedepan. Objek evaluasi pembiayaan penyuluhan pertanian meliputi :

a. biaya operasional kelembagaan penyuluhan;


b. biaya operasional penyuluh PNS;
c. biaya pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana; dan
d. biaya tunjangan profesi bagi penyuluh yang telah memenuhi syarat
kompetensi dan melakukan penyuluhan.

11
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam melaksanakan kegiatan evaluasi, penting untuk mengetahui objek
evaluasi sebagai bahan yang akan dinilai dan diukur sejauh mana tingkat
keselarasan dan keberhasian suatu program. Objek evaluasi dalam kegiatan
penyuluhan pertanian meliputi petani/pekebun/peternak, kelembagaan petani,
kelembagaan penyuluhan pertanian, ketenagaan penyuluhan pertanian,
penyelenggaraan penyuluhan pertanian, sarana prasarana dan pembiayaan
penyuluhan pertanian.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hanarko, C. 2010. Proses Penyelenggaraan Kegiatan Penyuluhan


Pertanian Di Desa Jati Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. UNS,
Surakarta.

Ida tan. 2018. Pusat Penyuluhan Pertanian.


https://slideplayer.info/slide/14020430/https://slideplayer.info/slide/14020430/,
diakses tanggal 11 oktober 2019.

Indah Kuwardani. 2013. Kelembagaan Penyuluhan. http://indaharitonang-


fakultaspertanianunpad.blogspot.com/2013/06/kelembagaan-penyuluhan.html,
diakses pada tanggal 5 Oktober 2019 pukul 23.09.

Lesmana, D. 2007. Kinerja Balai Penyuluhan Pertanian Kota Samarinda.


Universitas Mulawarman. EPP.Vol.4.No.2, 24-31.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 51/Permentan/Ot.140/12/2009


Tentang Pedoman Standar Minimal Dan Pemanfaatan Sarana Dan Prasarana
Penyuluhan Pertanian.

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor


91/Permentan/OT.140/9/2013 Tentang Pedoman Evaluasi Kinerja Penyuluh
Pertanian.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 Tentang


Pembiayaan, Pembinaan, Dan Pengawasan Penyuluhan Pertanian, Perikanan,
Dan Kehutanan.

Syahyuti. 2015. Anggaran dan Pembiayaan Penyuluhan.


http://kontraberita.blogspot.com/2015/09/anggaran-dan-pembiayaan-
penyuluhan.html, diakses tanggal 11 oktober 2019.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 Tentang


Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.

Undang-Undang nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan


Pemberdayaan Petani.

13
Hairulzai, M. 2016. Evaluasi Penyuluhan Pertanian.
https://www.google.com/amp/s/muhammadhairulzai1604.wordpress.com/2017/02
/07/evaluasi-penyuluhan-pertanian-2/amp/

14

Anda mungkin juga menyukai