Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KOROSI DAN PROTEKSI

CORROSION IN GAS PIPELINES


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Korosi dan Proteksi
Dosen: Bening Kambuna, S.T., M.T

Disusun Oleh

Jaka Dwira (3334160005)

TEKNIK METALURGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
BANTEN
2019
DAFTAR ISI

Cover ................................................................................................................ i
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................ 1
BAB II ISI
2.1. korosi ........................................................................................ 1
2.2. Korosi pada pipa gas................................................................. 3
2.3. Bentuk-bentuk korosi yang terjadi pada pipa gas antara lain ... 5
2.4. Aspek Termodinamika dan Kinetika korosi ............................. 6
2.5. Pencegahan Korosi ................................................................... 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pipa merupakan teknologi dalam mengalirkan fluida seperti minyak, gas


atau air dalam jumlah yang sangat besar dan jarak yang jauh melalui laut dan
daerah tertentu. Pipeline merupakan sarana transportasi diam yang berfungsi
untuk mendistribusikan fluida baik dalam bentuk liquid maupun gas.
Karena medan yang di lalui saluran pipa sangat beragam, mulai dari laut
dataran rendah, lembah, dan didalam tanah maka dalam pengoperasiannya
akan banyak di temukan berbagai macam masalah seperti korosi (corrosion)
maupun retak atau terputus. Keretakan merupakan persoalan yang harus
diperhatikan karena akibat yang ditimbulkan yaitu ledakan dan kebocoran
yang bisa mempengaruhi kehidupan sosial dan kerugian yang sangat besar.
Material baja merupakan material yang sangat umum digunakan pada
industri perminyakan sebagai pipa penyalur gas alam. Material baja
digunakan sebagai material penyusun pipeline dan flowline untuk
mengalirkan gas alam untuk diproses lebih lanjut. Hal ini karena sifatnya
yang mudah di-machining dan memiliki keuletan yang tinggi. Disamping itu,
harganya relatif lebih murah dan memiliki sifat-sifat yang baik untuk
berbagai aplikasi di dunia industri. Namun, material baja memiliki beberapa
kelemahan, antara lain kekerasannya rendah dan tidak tahan aus. Selain itu,
baja karbon memiliki ketahanan terhadap korosi yang tidak begitu baik pada
berbagai lingkungan. Salah satu kelemahan baja karbon dalam industri
pengeksplorasian gas alam adalah sangat rentan terkorosi pada lingkungan
yang mengandung karbondioksida ( CO2 envirotment).
Pada umumnya, proses korosi tidak dapat dihentikan sama sekali karena
merupakan suatu proses alami yang akan terjadi saat suatu logam kontak
dengan lingkungannya. Hal ini tentunya akan mengakibatkan berkurangnya
nilai logam secara teknis dan penurunan kualitas logam yang dapat
menyebabkan berkurangnya umur pakai dari logam. Salah satu contohnya
adalah pada material baja yang banyak digunakan pada industri migas sebagai
pipa penyalur.
Salah satu yang melatarbelakangi penulisan makalah ini yaitu untuk
mengetahui mekanisme dan kinerja pipa gas yang terkorosi yang dimana
menggunakan material baja API 5 L Grade B Schedule 40. Pipa jenis ini
merupakan pipa baja dengan kadar karbon maksimal 0,28% kemudian
bentuk-bentuk korosi yang terjadi pada pipa gas dan cara pencegahannya
yang efektif serta aspek termodinamika dan kinetika korosinya.
BAB II
ISI

2.1 Korosi
Korosi adalah degradasi dari material yang diakibatkan oleh reaksi kimia
dengan material lainnya dan lingkungan. Akibat adanya reaksi korosi, suatu
material akan mengalami perubahan sifat ke arah yang lebih rendah atau dapat
dikatakan kemampuan dari material tersebut akan berkurang. Dalam bidang
metalurgi, periwtiwa korosi dapat dipandang sebagai suatu peristiwa atau reaksi
senyawa kembali ke bentuk asalnya atau bisa disebut sebagai kebalikan dari
proses metalurgi ekstraksi.
Korosi dapat dikatakan sebagai suatu peristiwa elektrokimia antara logam
dengan lingkungannya. Secara sederhana, korosi dapat terjadi jika adanya sel,
yaitu sel yang terdiri dari 4 faktor, yaitu logam yang menjadi anoda, logam yang
menjadi katoda, adanya larutan elektrolit dan adanya konduktor listrik. Secara
garis besar korosi pipa gas ada dua jenis yaitu Korosi Internal & Korosi Eksternal
.

Gambar 1. Desain dan Maetrial gas pipa

2.2 Korosi pada pipa gas

Pipa gas merupakan pipa baja API 5 L Grade B Schedule 40. Pipa jenis ini
merupakan pipa baja dengan kadar karbon maksimal 0,28%. Pipa gas merupakan
pipa bertekanan. Pipa gas mempunyai batasan tekanan maksimum 45 bar (652.6
psig). Oleh sebab itu perlu ditentukan dengan kelayakan pipa dengan tekanan
operasi tersebut dan tidak boleh melebihi dari desain tekanan yang telah
ditentukan. Korosi merupakan faktor yang berpotensi besar terhadap kerusakan
pipa gas.

4
Tabel 1. Komposisi kimia dan properti mekanik API Spec 5L PSL 1 Grade B

Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya korosi


terhadap pipa gas:
a. Korosi internal, yaitu korosi yang terjadi akibat adanya kandungan CO2
dan H2S pada minyak bumi maupun gas bumi sehingga apabila terjadi kontak
dengan air akan membentuk asam yang merupakan penyebab korosi. korosi
yang dipengaruhi oleh material yang disalurkan pipa tersebut yaitu berupa gas
alam. Ada beberapa variable yang mempengaruhi kekorosifan gas alam
tersebut, diantaranya kandungan CO2 dan juga kandungan H2S pada gas alam.
Korosi pada dinding internal pipa gas alam dapat terjadi ketika dinding
pipa terpapar dengan air dan kontaminan dalam gas, seperti O2, H2S, CO2,
atau klorida. Sifat dan tingkat kerusakan korosi yang mungkin terjadi adalah
fungsi konsentrasi dan kombinasi khusus dari berbagai konstituen korosif
dalam pipa, serta kondisi operasi pipa. Misalnya, kecepatan dan suhu gas
dalam pipa memainkan peran penting dalam menentukan apakah dan di mana
kerusakan korosi dapat terjadi. Dengan kata lain, komposisi gas tertentu dapat
menyebabkan korosi pada beberapa kondisi operasi tetapi tidak pada kondisi
lainnya
Dua jenis korosi dapat terjadi dalam sistem pipa gas ketika CO2 dan H2S
hadir dalam cairan hidrokarbon: sweet corrosion dan sour corrosion. Sweet
corossion terjadi dalam sistem yang hanya mengandung karbon dioksida atau
jejak hidrogen sulfida (tekanan parsial H2S <0,05 psi). Korosi asam terjadi
dalam sistem yang mengandung hidrogen sulfida di atas tekanan parsial 0,05
psia dan karbon dioksida.
 Sweet corrosion: Karbon Dioksida
Karbon dioksida adalah gas asam lemah dan menjadi korosif ketika
dilarutkan dalam air. Namun, CO2 harus terhidrasi menjadi asam karbonat
H2CO3, yang merupakan proses yang relatif lambat, sebelum menjadi
asam. Asam karbonat menyebabkan penurunan pH air dan menyebabkan
korosi ketika bersentuhan dengan baja. Area di mana korosi CO2 paling
umum termasuk sumur yang mengalir, sumur gas kondensat, area di mana
air mengembun, tangki diisi dengan CO2, air yang dihasilkan jenuh, dan
saluran pipa, yang umumnya terkorosi pada tingkat yang lebih lambat
karena suhu dan tekanan yang lebih rendah. Korosi CO2 ditingkatkan

5
dengan adanya oksigen dan asam organik, yang dapat bertindak untuk
melarutkan skala karbonat besi dan mencegah penskalaan lebih lanjut.
Konsentrasi maksimum CO2 terlarut dalam air adalah 800 ppm.
Mekanisme sweet corrosion adalah sebagai berikut:
Gas CO2 pada aliran gas membentuk carbonic acid (H2CO3) ketika larut
dalam air. Air terkandung dalam gas/crude. H2CO3 ini bersifat korosif
terhadap baja dan paduannya.
CO2 + H2O => H2CO3 (Carbonic Acid)
Ketika CO2 hadir, bentuk korosi yang paling umum termasuk
korosi seragam, korosi pitting, serangan wormhole, korosi kurap galvanik,
korosi yang dipengaruhi panas, mesa attack, korosi titisan hujan, korosi
erosi, dan corrosion fatigue. Kehadiran karbon dioksida biasanya berarti
tidak ada H2 embrittlement. Laju korosi CO2 lebih besar daripada efek
asam karbonat saja. Laju korosi dalam sistem CO2 dapat mencapai tingkat
yang sangat tinggi (ribuan mil per tahun), tetapi dapat dihambat secara
efektif. Efek kecepatan sangat penting dalam sistem CO2; turbulensi
sering merupakan faktor penting dalam mendorong sistem manis ke dalam
rezim korosif. Ini karena ia dapat mencegah pembentukan atau
menghilangkan skala pelindung besi karbonat (siderite).
 Sour corrosion: Hidrogen Sulfida
Hidrogen sulfida adalah gas yang mudah terbakar dan beracun. Ini
terjadi secara alami di beberapa air tanah. Itu terbentuk dari penguraian
bawah tanah dari bahan organik seperti bahan tanaman yang membusuk.
Ini ditemukan di sumur dalam atau dangkal dan juga dapat masuk ke air
permukaan melalui mata air, meskipun dengan cepat lolos ke atmosfer.
Pipa-pipa mengalirkan fluida hidrokarbon yang bertekanan tinggi
dari sumur minyak ke unit proses sehingga rentan terjadi korosi retak
tegangan (Stress Corrosion Cracking),apalagi jika hal ini disertai oleh
keberadaan hidrogen sulfida dalam kandungan fluida hidrokarbon yang
dialirkan dalam pipa. Retakan pada SCC akan mengurangi keretakan pada
pipa. Selain itu hadirnya H2S juga menyebabkan munculnya Sulfide Stress
Corrosion

b. Korosi eksternal, merupakan korosi yang terjadi pada bagian permukaan dari
sistem perpipaan dan peralatan, baik yang kontak dengan udara bebas dan
permukaan tanah, akibat adanya kandungan zat asam pada udara dari tanah.
korosi ini dipengaruhi oleh semua material yang berada diluar pipa gas
tersebut. infrastruktur seperti pipa baja rentan terhadap korosi. Bagian ini
membahas tentang pelapis dan perlindungan korosi eksternal seperti
perlindungan katodik (CP).

2.3 Bentuk-bentuk korosi yang terjadi pada pipa gas antara lain:
a. Uniform Corrosion, yaitu korosi yang terjadi pada permukaan logam yang
berbentuk pengikisan permukaan logam secara merata sehingga ketebalan
logam berkurang sebagai akibat permukaan terkonversi oleh produk karat
yang biasanya terjadi pada peralatan-peralatan terbuka. Korosi ini terjadi

6
biasanya dibagian bawah pipa atau permukaan pipa dan laju korosi dapat
diturunkan dengan penggunaan inhibitor, coating.
b. Pitting Corrosion, yaitu korosi yang berbentuk lubang-lubang pada
permukaan logam karena hancurnya film dari proteksi logam yang
disebabkan oleh rate korosi yang berbeda antara satu tempat dengan tempat
yang lainnya pada permukaan logam tersebut. Pada pipa gas ini diakibatkan
karena sweet corrosion yang disebabkan oleh CO2. Cara mencegahnya yaitu
hindari permukaan logam dari goresan dan perhalus permukaan logam
c. Stress Corrosion Cracking, yaitu korosi berbentuk retak-retak yang tidak
mudah dilihat, terbentuk dipermukaan logam dan berusaha merembet ke
dalam. Ini banyak terjadi pada logam-logam yang banyak mendapat
tekanan. Hal ini disebabkan kombinasi dari tegangan tarik dan lingkungan
yang korosif sehingga struktur logam melemah. Cara mencegahnya yaitu
dengen menurunkan besarnya tegangan, tegangan sisa termal
danmenggunakan inhibitor
d. Errosion Corrosion,yaitu korosi yang terjadi karena tercegahnya
pembentukan film pelindung yang disebabkan oleh kecepatan alir fluida
yang tinggi. Cara mencegahnya yaitu menghindari partikel abrasif pada
fluida dan mengurangi kecepatan aliran fluida.
e. Galvanic Corrosion, yaitu korosi yang terjadi karena terdapat hubungan
antara dua metal yang disambung dan terdapat perbedaan potensial antara
keduanya. Cara mencegahnya yaitu memilih logam yang memiliki unsur
yang berdekatan, mengadakan proteksi katodik dengan menempelkan anoda
umpan
f. Korosi Mesa, adalah jenis korosi umum di mana baja paduan rendah dan
karbon terpapar pada kondisi karbon dioksida basah pada suhu tinggi. Ini
menghasilkan pembentukan permukaan besi karbonat yang melindungi sisa
material dari korosi.
g. Hidrogen Induced Cracking (HIC), adalah bentuk umum dari retak H2S
basah yang disebabkan oleh lepuh logam karena konsentrasi hidrogen yang
tinggi. Kerusakan terik cenderung membentuk sejajar dengan permukaan
dan ke arah tegangan melingkar.
h. Sulfide stress cracking (SSC) adalah bentuk embrittlement hidrogen yang
merupakan mekanisme perengkahan katodik. korosi ini terjadi karena
adanya H2S

Gambar 2. Korosi yang terjadi dal gas pipa


Keterangan:
SOHIC = Stress-Oriented Hydrogen Induced Cracking

7
SSC = Sulfide Stress Cracking
PWC = Prefential Wwel Corrosion
HIC = Hydrogen Induced Cracking

Mesa Attack adalah jenis korosi umum di mana baja paduan rendah dan karbon
terpapar pada kondisi karbon dioksida basah pada suhu tinggi. Ini menghasilkan
pembentukan permukaan besi karbonat yang melindungi sisa material dari korosi.

2.4 Aspek Termodinamika dan Kinetika korosi

Termodinamika adalah suatu ilmu yang mempelajari perubahan energi dalam


suatu sistem. Dalam suatu sistem korosi, termodinamika dapat dipakai untuk
mengetahui apakah logam dapat bereaksi secara spontan dengan lingkungannya.
Apabila logam tersebut bereaksi, dapat diketahui bagaimana reaksi yang terjadi,
kemana arah reaksi tersebut serta berapa besar gaya dorongnya. Diagram yang
dapat menunjukkan suatu reaksi korosi dapat terjadi secara termodinamika adalah
diagaram kesetimbangan E-pH atau biasa dikenal dengan pourbaix diagram.
Contoh dari diagram pourbaix dapat dilihat pada gambar 2.1. Diagram ini disusun
berdasarkan kesetimbangan termodinamika antara logam dengan air dan dapat
menunjukan kestabilan dari beberapa fasa secara termodinamika.. Diagram ini
sangat berguna untuk memprediksi reaksi dan produk korosi dari suatu material
pada lingkungan dengan derajat keasaman tertentu. Namun, diagram ini tidak
dapat menyajikan informasi untuk laju korosi dari material tersebut. Dalam suatu
diagram pourbaix, keadaan suatu logam terbagi 3, yaitu
1. Imun Adalah daerah dimana logam dalam berada dalam keadaan aman dan
terlindung dari peristiwa korosi.
2. Passive Adalah daerah dimana logam akan membentuk suatu lapisan pasif pada
permukaannya dan terlindung dari peristiwa korosi.
3. Corrosion Adalah daerah dimana logam akan mengalami peristiwa korosi.

.2.5. Pencegahan Korosi


Berdasarkan proses terjadinya korosi, maka ada 2 cara yang dapat dilakukan
untuk mencegah korosi, yaitu perlindungan mekanis dan perlindungan
elektrokimia.

8
1. Perlindungan Mekanis
Perlindungan mekanis ialah mencegah agar permukaan logam tidak
bersentuhan langsung dengan udara. Untuk jangka waktu yang pendek, cara ini
dapat dilakukan dengan mengoleskan lemak pada permukaan logam. Untuk
jangka waktu yang agak lama, dapat dilakukan dengan pengecatan. Salah satu cat
pelindung yang baik ialah meni (Pb3O4) karena selain melindungi secara mekanis
juga memberi perlindungan elektrokimia. Selain pengecatan, perlindungan
mekanis dapat pula dilakukan dengan logam lain, yaitu dengan cara penyepuhan.
Proses penyepuhan untuk perlindungan terhadap korosi harus diperhatikan harga
E° dari logam yang akan dilindungi dan logam pelindungnya. Logam yang baik
sebagai pelindung harus mempunyai E° lebih kecil dari E° logam yang dilindungi.
Sebab bila terjadi goresan pada logam yang dilapisi, maka logam pelindung akan
menjadi anode pada “sel volta mini” yang terjadi, sehingga logam yang dilindungi
tidak akan teroksidasi selama logam pelindung masih ada.
Untuk perlindungan agar barang-barang yang terbuat dari besi tidak cepat rusak,
maka besi (E° = –0,44 volt) lebih baik dilapis dengan seng (E° = –0,76 volt)
daripada dilapis dengan timah (E° = –0,14 volt).
1) Besi yang dilapisi seng
Apabila terjadi goresan atau di permukaan. Adanya uap air, gas CO2 di udara
dan partikel-partikel lain, terjadilah sel volta mini dengan Zn sebagai anodenya
dan Fe sebagai katodenya. Zn akan teroksidasi terlebih dahulu karena harga E°-
nya lebih kecil daripada Fe, sehingga korosi elektrolitik (reaksi elektrokimia yang
mengoksidasi logam) tidak terjadi.
Reaksi yang terjadi:
Anode (–): Zn(s) —> Zn2+(aq) + 2 e–
Katode (+): 2 H2O(l) + 2 e– —> H2(g) + 2 OH–(l)
2) Besi yang dilapisi timah
Apabila terjadi goresan atau lapisan mengelupas kedua logam akan muncul di
permukaan. Adanya uap air, gas CO2 di udara dan partikel-partikel lain terjadilah
sel volta mini. Di sini Fe akan bertindak sebagai anode karena E0 Fe lebih kecil
daripada E° Sn, hingga Fe akan teroksidasi lebih dulu. Di sini akan terjadi proses
korosi elektrolitik. Oleh karena itu, pelat besi yang dilapisi timah akan cepat
berlubang-lubang daripada besi Galvani. Hanya dari segi keindahan, besi yang
dilapisi dengan NiCr dan Sn tampak lebih bagus daripada besi yang dilapisi Zn.
Reaksi yang terjadi:
Anode (–) : Fe(s) —> Fe2+(aq) + 2 e–
Katode (+) : 2 H2O(l) + 2 e– —> H2(g) + 2 OH–(l)
2. Perlindungan Elektrokimia
Perlindungan elektrokimia ialah mencegah terjadinya korosi elektrolistik
(reaksi elektrokimia yang mengoksidasi logam).Perlindungan elektrokimia ini
juga disebut perlindungan katode (proteksi katodik) atau pengorbanan anode
(anodaising). Cara ini dilakukan dengan menghubungkan logam pelindung, yaitu
logam yang lebih tidak mulia (E°-nya lebih kecil). Logam pelindung ini ditanam
di dalam tanah atau air dekat logam yang akan dilindungi. Di sini akan terbentuk
“sel volta raksasa” dengan logam pelindung bertindak sebagai anode.

9
Cara ini digunakan terutama untuk logam besi yang di tanam di dalam tanah.
Prinsipnya adalah logam besi di hubungkan dengan logam lain yang bertindak sebagai
anode dan besi sebagai katode. Jadi, logam yang digunakan untuk melindungi besi harus
yang lebih mudah teroksidasi daripada logam besi, yaitu memiliki potensial reduksi yang
lebih negatif daripada besi. Umumnya digunakan logam Magnesium (Mg).Logam alkali
tidak dapat di gunakan karena reaktif.Logam alumunium (Al) dan seng (Zn) tidak dapat
digunakan karena oksida logam tersebut (Al2O3 atau ZnO) akan menghambat proses
oksidasi berikutnya dengan cara menutupi permukaan logam. Pipa besi misalnya untuk
air atau minyak yang ditanam di dalam tanah harus dilindungi. Untuk mencegah korosi
pada pipa-pipa ini batang logam yang lebih aktif, seperti batang Magnesium (Mg) atau
seng (Zn) ditanam di dekat pipa dan di hubungkan dengan kawat, batang magnesium
akan mengalami oksidasi dan Mg yang rusak dapat diganti dalam jangka waktu tertentu
sehingga dengan demikian pipa yang terbuat dari besi itu terlindung dari korosi. Korosi
besi ini juga dapat dicegah dengan menghubungkan besi tersebut dengan kutub negatif
sumber listrik. Proteksi katodik juga merupakan teknik penanggulangan korosi komponen
baja jembatan, khususnya pada bagian tiang pancang pipa baja yang berada dalam
lingkungan air dan atau tanah karena pada bagian tersebut relatif sulit dilakukan teknik
penanggulangan korosi. Dengan teknik yang lebih murah yaitu pengecatan. Pada
prinsipnya, korosi terjadi karena adanya aliran elektron dari bagian tiang pancang pipa
baja (anoda) yang diikuti dengan perubahan logam menjadi ion logam (karat) ke bagian
tiang pancang pipa baja lain yang karena kualitas baja atau kondisi lingkungannya
menjadi katoda. Pada proteksi katodik, terjadinya kerusakan baja akibat aliran elektron
dari anoda ke katoda ditanggulangi dengan memberikan pasokan elektron secukupnya
pada seluruh struktur baja yang dilindungi atau dengan kata lain menjadikan seluruh
struktur baja tersebut menjadi katoda yang kaya akan elektron. Dilihat dari cara memasok
elektron, proteksi katodik terbagi dalam dua cara, yaitu: a. Metoda anoda korban
(sucricifial anoda) Yaitu pasokan elektron dilakukan dengan cara menghubungkan pipa
baja dengan logam lain sebagai anoda korban yang memiliki potensial lebih rendah. Pada
cara ini terjadi aliran elektron dari logam dengan potensial yang lebih rendah ke pipa baja
yang potensialnya lebih tinggi. Gambar 2.2 Skema anoda korban b. Metoda arus
terpasang (impressed current) Yaitu pasokan elektron dilakukan dengan cara
menghubungkan pipa dengan katoda pada suatu sumber listrik. Metoda ini menggunakan
sumber arus searah dari luar, misalnya transformer rectifier, DC generator, dan lainlain.
Arus listrik pada sistem ini dialirkan ke permukaan logam yang diproteksi melalui anoda
pembantu, misalnya anoda graphite, baja, platina, dan besi tuang. Keuntungan besar dari
metoda arus terpasang adalah bahwa sistem ini dapat menggunakan anoda inert atau
anoda yang tahan karat seperti platina dan karbon.
Contoh-contoh proteksi katodik
1) Untuk mencegah korosi pada pipa di dalam tanah, di dekatnya ditanam logam
yang lebih aktif, misalnya Mg,
yang dihubungkan dengan kawat. Batang magnesium akan mengalami oksidasi
dan Mg yang rusak dapat
diganti dalam jangka waktu tertentu, sehingga pipa yang terbuat dari besi
terlindung dari korosi.
2) Untuk melindungi menara-menara raksasa dari pengkaratan, maka bagian kaki
menara dihubungkan dengan lempeng magnesium yang ditanam dalam tanah.
Dengan demikian menara besi akan menjadi katode magnesium dan lempeng Mg
sebagai anodenya.

10
11
Daftar Pustaka

De Waard, U. Lotz, D.E. Milliams, Model Prediktif untuk Rekayasa Korosi


CO2 pada Pipa Gas Alam Basah, Vol. 47 (no12) (1991), hlm. 976-985.
https://corrosion-doctors.org/Pipeline/Internal-corrosion.htm
https://inspectioneering.com/tag/hydrogen+induced+cracking

12
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-11/20293026-S1409-
Tezar%20Prima%20Nurhamzah.pdf
https://www.researchgate.net/publication/305966306_ANALISIS_KOROSI_
PADA_PIPA_GAS
https://www.onepetro.org/conference-paper/NACE-98048

13

Anda mungkin juga menyukai