Anda di halaman 1dari 15

Kata pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT. Karena dengan nikmat, rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam kami sampaikan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga, para sahabat, dan kepada kita semua yang
mengharapkan syafaatnya di hari kiamat kelak. Amien.

Makalah yang berjudul Pemanasan Global (Global Warming) merupakan makalah yang di ajukan
sebagai salah satu syarat tugas mata kulian Meteorologi dan Klimatologi.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
sebagaimana yang di harapkan, meskipun waktu, tenaga, dan pikiran telah di perjuangkan dengan
segala keterbatasan yang kami miliki, demi terselesainya makalah ini. Namun, makalah yang
tertuang dapat memberi manfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Pada dasarnya dalam proses penulisan makalah ini, kami mengalami berbagai kesulitan, akan
tetapi dengan adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak, Alhamdulillah akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis perlu menyampaikan ucapan
terima kasih.

Akhirnya kami serahkan semuanya kepada ALLAH SWT. Semoga segala perhatian, partisipasi, dan
motivasi di balas oleh ALLAH SWT sebagai amal kebaikan. Harapan kami mudah-mudahan makalah
ini bermanfaat dan sekaligus dapat menambah ilmu kepada kita semua. AMIEN Ya Rabbal
Allamin

BAB 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang Makalah

Dalam beberapa tahun terakhir, isu pemanasan global semakin sering dibicarakan baik dalam
skala kecil sampai tingkat internasional. Makalah ini akan membahas gambaran umum pemanasan
global, aktivitas manusia dan peranannya dalam pemanasan global beserta akibat dari pemanasan
global itu sendiri. Kami juga menyertakan beberapa usaha yang dilakukan manusia untuk
mengendalikan pemanasan global.
Secara umum pemanasan global didefinisikan dengan meningkatkan suhu permukaan bumi oleh
gas rumah kaca akibat aktivitas manusia. Meski suhu lokal berubah-ubah secara alami, dalam
kurun waktu 50 tahun terakhir suhu global cenderung meningkat lebih cepat dibandingkan data
yang terrekam sebelumnya.Dan sepuluh tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990. Isu pemanasan
global begitu berkembang akhir-akhir ini. Pemeran utamanya tentu saja manusia dengan berbagai
aktivitasnya.
Pemanasan global telah menyebabkan perubahan iklim yang signifikan, sepertiyang terjadi di
negara kita, efek dari pemanasan ini telah menyebabkan perubahan iklim yang ekstrim.
Di beberapa daerah sering terjadi hujan lebat yang mengakibatkan banjir bandang dan longsor,
munculnya angin puting beliung, bahkan kekeringan yang mengancam jiwa manusia. Makalah ini
akan membahas Definisi Pengertian Pemanasan Global, Dampak dari Pemanasan Global, Akibat
dari Pemanasan Global, Cara mencengah Pemanasan Global, Mengukur pemanasan global dan
Bencana Besar Yang di akibatkan oleh adanya Pemanasan Global

Seperti yang telah kita ketahui segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari
Matahari. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk
cahaya tampak. Ketika energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi
panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan
memantulkan kembali sisanya sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar.
Namun, sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas
rumah kaca yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini.

Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan
akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang
dan mengakibatkan suhu rata-rata bumi terus meningkat.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan dan untuk menghindari salah pengertian dan perbedaan persepsi
serta untuk mengarahkan makalah ini,maka kami akan membatasi pemasalahan pada:

A. Makalah ini dibuat pada siswa kelas XII IPA MAN 15 JAKARTA Tahun ajaran 2010-2011
semester ganjil.

B. Definisi Pengertian Pemanasan Global, Dampak dari Pemanasan Global, Akibat dari
Pemanasan Global, Cara mencengah Pemanasan Global, Mengukur pemanasan global dan Bencana
Besar Yang di akibatkan oleh adanya Pemanasan Global
Perumusan Masalah

Berdasarkan makalah yang kami diskusikan dan pembatasan masalah,maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :

Definisi Pengertian Pemanasan Global, Dampak dari Pemanasan Global, Akibat dari Pemanasan
Global, Cara mencengah Pemanasan Global,Mengukur pemanasan global dan Bencana Besar Yang
di akibatkan oleh adanya Pemanasan Global

C. Tujuan dan Manfaat Makalah

Tujuan :

Untuk mengetahui Definisi Pengertian Pemanasan Global, Dampak dari Pemanasan Global, Akibat
dari Pemanasan Global, Cara mencengah Pemanasan Global, Mengukur pemanasan global dan
Bencana Besar Yang di akibatkan oleh adanya Pemanasan Global

Manfaat :

1. Untuk memperoleh data,fakta,dan informasi tentang Definisi Pengertian Pemanasan Global,


Dampak dari Pemanasan Global, Akibat dari Pemanasan Global, Cara mencengah Pemanasan
Global, Mengukur pemanasan global dan Bencana Besar Yang di akibatkan oleh adanya Pemanasan
Global

2. Untuk memperkaya dan menambah ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan
Pemanasan Global (Global Warming)
Bab II

Pembahasan

2.1.Pengertian Pemanasan Global (Global warming)

Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhurata-
rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat
0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Model iklim yang dijadikan acuan
oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0
hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh
penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang,
serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus
pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air lautdiperkirakan akan terus
berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini
mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

2.2.Penyebab Pemanasan Global (Global warming)

1. Efek Rumah Kaca

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut
berbentuk radiasi gelombang pendek. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah menjadi
panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan
memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang
panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat
menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan
metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan
kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di
permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata
tahunan bumi terus meningkat.

Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena
tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F),
bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah
kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi
sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan
global.
2. Efek Umpan Balik

Penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang
dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat
bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih
banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca,
pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu
kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila
dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan
karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.

Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari
bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan
meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan
sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan.
Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa
detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut.

Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es.
Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang
terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan
terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila
dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan
menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus
yang berkelanjutan.

Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost)
adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh
juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.

Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini
diakibatkan oleh menurunnya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi
pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.

3. Variasi Matahari

Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat
oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan
antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas
Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer.
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah
diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuwan dari Duke University memperkirakan bahwa
Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan suhu rata-rata global selama
periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya
mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat perkiraan
berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka
juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah
dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa dengan meningkatkan
sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi
pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.

Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuwan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan bahwa
mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat “keterangan” dari Matahari pada seribu
tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat
“keterangannya” selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap
pemansan global. Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada
hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi
dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.

Mengukur pemanasan global

Data terkini dari Badan Urusan Kelautan dan Atmosfir Amerika Serikat (NOAA), mengatakan bahwa
April 2010 dianggap sebagai yang terpanas dibanding bulan yang sama di tahun-tahun sebelumnya.
Ya, menurut NOAA sebagaimana dilansir Associated Press dan dikutip Viva, sepanjang abad ke-20
hingga tahun lalu, suhu rata-rata permukaan Bumi di bulan April adalah 13,7 derajat Celcius.
Namun, pada April 2010, suhu mencapai 14,5 derajat celcius. Ini terbukti usai NOAA meneliti suhu
rata-rata permukaan Bumi berdasarkan kombinasi suhu permukaan darat dan laut. Pusat Data
Iklim Nasional NOAA, Senin 17 Mei 2010, juga menyebutkan suhu rata-rata Bumi mencapai rekor
paling tinggi selama periode Januari-April 2010.

Selama periode tersebut, suhu rata-rata adalah 13,3 derajat Celcius. Mongolia, Rusia bagian
timur, sebagian besar wilayah China, Amerika Serikat bagian barat, dan sebagian Amerika Selatan
pada bulan lalu lebih dingin dibanding biasanya, tetapi sebagian besar wilayah lain di dunia
mencapai rekor suhu lebih tinggi dibanding rata-rata. Wilayah yang memiliki suhu di atas rata-rata
antara lain Kanada, Alaska, Amerika Serikat bagian timur, Australia, Asia Selatan, Afrika bagian
utara, dan Rusia bagian utara.Menurut pakar iklim, pemanasan El Nino di Samudera Pasifik
melemah pada April karena anomali suhu permukaan air laut berkurang. Dan, laporan yang dirilis
Senin kemarin juga menyebutkan bahwa volume es di Kutub Utara selama April lalu kembali
menyusut. Ini merupakan penurunan berturut-turut dalam 11 bulan terakhir. Saat ini luas dataran
es di Kutub Utara tinggal sekitar 14,7 juta kilometer persegi. Sedangkan wilayah es di Kutub
Selatan pada April lalu 0,3 persen di bawah rata-rata menurut pengukuran selama periode 1979-
2000. Laporan ini dirilis karena para ilmuwan sedang berusaha mengangkat kembali isu pemanasan
global.

Pada awal 1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan mengubah
komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur rata-rata global. Hipotesis ini dikonfirmasi
tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global yaitu International
Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai.
Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer.
Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat. Data-data yang dikumpulkan
menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di
atmosfer.

Para ilmuan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi mereka
tidak mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Temperatur terus bervariasi dari waktu ke
waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk
memperoleh data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada
akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data statistik ini
hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya.
Pada awal 1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan mengubah
komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur rata-rata global. Hipotesis ini dikonfirmasi
tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global yaitu International
Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai.
Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer.
Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat. Data-data yang dikumpulkan
menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di
atmosfer.

Para ilmuan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi mereka
tidak mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Temperatur terus bervariasi dari waktu ke
waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk
memperoleh data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada
akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data statistik ini
hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya.

2.4.Dampak Pemanasan Global

Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan sirkulasi
atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah
membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi
permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia. Dampak-
dampaknya diantaranya :
1. Iklim Mulai Tidak Stabil

Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan
Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi.
Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang
terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan,
mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang
ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih
panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk
meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para
ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau
menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas
rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi,
uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan
memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, dimana hal ini akan menurunkan proses
pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-
rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia
telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih
sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan
menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola
yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan
menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat
dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
2. Peningkatan permukaan laut

Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga
volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan
mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air
di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 – 10 inchi) selama abad
ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 – 35 inchi) pada
abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan
100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh,
dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi
lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara
kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan
negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.Bahkan sedikit
kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi)
akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga
akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka
laut ini akan menutupi sebagian besar dariFlorida Everglades.
Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran
temperatur akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan dan juga
panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-data diperoleh dari
stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari perkotaan), serta dari satelit. Data-data ini
memberikan pengukuran yang lebih akurat, terutama pada 70 persen permukaan planet yang
tertutup lautan. Data-data yang lebih akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan
menghangatnya permukaan Bumi benar-benar terjadi. Jika dilihat pada akhir abad ke-20, tercatat
bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan tiga
tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi yang paling panas.
Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate
Change (IPCC) menyimpulkan bahwa temperatur udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius
(1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan
oleh aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi
peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F)
antara tahun 1990 dan 2100.
IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak bertambah
lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu akibat emisi yang
telah dilepaskan sebelumnya. karbon dioksida akan tetap berada di atmosfer selama seratus tahun
atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya kembali.

Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi karbondioksioda di
atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila dibandingkan masa
sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun
sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi,
manusia akan menghadapi masalah ini dengan risiko populasi yang sangat besar.

3. Suhu global cenderung meningkat

Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan
dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada,
sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih
lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa
bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi
dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin,
yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam.
Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
4. Gangguan ekologis

Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini
karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung
untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah
pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan
tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi
ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan
mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin
juga akan musnah.
5. Dampak sosial dan politik

Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang


berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat
menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan danmalnutrisi. Perubahan cuaca yang
ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat
menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan
kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan
perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit,
seperti: diare, malnutrisi,defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne
diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti
meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini
berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit
(eq Aedes Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang
target nya adala organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies
yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang
ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climate change)yang bisa berdampak
kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang / kebakaran hutan,
DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada
waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-
gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit
saluran pernafasan seperti asma, alergi,coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan
lain-lain.
6. Hilangnya Lautan Es

Menurut WWF, bahkan pemanasan global kurang dari 2°C dapat memicu hilangnya lautan es kutub
utara dan pencairan lapisan es di Greenland . Efek timbal balik kekuatan yang tak terduga ini
adalah penyebab terlampauinya titik-titik kritis tersebut. Hal ini akan menyebabkan peningkatan
permukaan laut beberapa meter secara global yang akan mengancam puluhan juta manusia di
dunia.

Kapasitas penyimpanan CO2 di lautan dan daratan – penyerapan alami bumi– telah turun sekitar 5%
selama lebih dari 50 tahun belakangan ini. Pada saat yang bersamaan, emisi CO2 manusia yang
berasal dari bahan bakar fosil terus meningkat – empat kali lipat lebih cepat di dekade ini
daripada dekade sebelumnya. WWF mendesak para pemerintah tersebut memanfaatkan konferensi
Poznan sebagai titik balik untuk menghindari arah kehancuran yang sedang dituju oleh dunia saat
ini.

2.5.Cara mencegah Pemanasan Global

1. Kurangi konsumsi daging. Berdasarkan penelitian, untuk menghasilkan 1 kg daging, sumber daya yang
dihabiskan setara dengan 15 kg gandum. Bayangkan bagaimana kita bisa menyelamatkan bumi dari
kekurangan pangan jika kita mengurangi konsumsi daging. Peternakan juga penyumbang 18% jejak
karbon dunia, yang mana lebih besar dari sektor transportasi (mobil, motor, pesawat, dll). Belum
ditambah lagi dengan bahaya gas-gas rumah kaca tambahan yang dihasilkan oleh aktivitas peternakan
lainnya, seperti metana yang notabene 3 kali lebih berbahaya dari CO2 dan gas NO yang 300 kali lebih
berbahaya dari CO2. Dan yang pasti banyak manfaat kesehatan dan spiritual jika mengurangi konsumsi
daging.
2. Makan dan masaklah dari bahan yang masih segar. Menghindari makanan yang sudah diolah atau
dikemas akan menurunkan energi yang terbuang akibat proses dan transportasi yang berulang-ulang.
Makanan segar juga lebih sehat bagi tubuh.
3. Beli produk lokal, hasil pertanian lokal lebih murah dan juga menghemat energi, terutama jika
menghitung energi dan biaya transportasinya. Makanan organik lebih ramah lingkungan, tetapi periksa
juga asalnya. Jika diimpor dari daerah lain, kemungkinan emisi karbon yang dihasilkan akan lebih besar
daripada manfaatnya.
4. Daur ulang aluminium, plastik, dan kertas. Akan lebih baik lagi jika Anda bisa menggunakannya
berulang-ulang. Energi untuk membuat satu kaleng aluminium setara dengan energi untuk menyalakan
TV selama 3 jam.
5. Beli dalam kemasan besar. Akan jauh lebih murah, juga menghemat sumber daya untuk kemasan. Jika
terlalu banyak, ajaklah teman atau saudara Anda untuk berbagi saat membelinya.
6. Matikan oven Anda beberapa menit sebelum waktunya. Jika tetap dibiarkan tertutup, maka panas
tersebut tidak akan hilang.
7. Hindari fast food. Fast food merupakan penghasil sampah terbesar di dunia. Selain itu konsumsi fast
food juga buruk untuk kesehatan.
8. Bawa tas yang bisa dipakai ulang. Bawalah sendiri tas belanja, dengan demikian Anda
mengurangi jumlah tas plastik/kresek yang diperlukan. Belakangan ini beberapa pusat
perbelanjaan besar di Indonesia sudah mulai mengedukasi pelanggannya untuk menggunakan
sistem seperti ini. Jadi sambutlah iktikad baik mereka untuk menyelamatkan lingkungan.

1. Gunakan gelas yang bisa dicuci. Jika Anda terbiasa dengan cara modern yang selalu menyajikan minum
bagi tamu dengan air atau kopi dalam kemasan. Beralihlah ke cara lama kita. Dengan menggunakan
gelas kaca, keramik, atau plastik food grade yang bisa dicuci dan dipakai ulang.
2. Berbelanjalah di lingkungan sekitar. Akan sangat menghemat biaya transportasi dan BBM.
11. Tanam pohon setiap ada kesempatan. Baik di lingkungan ataupun berpartisipasi dalam
program penanaman pohon. Bisa dengan menyumbang bibit, dana, dan lain-lain. Tergantung
kesempatan dan kemampuan.

2.6.Bencana Besar Akibat Pemanasan Global(Global warming)

Apa saja bencana mematikan yang ditimbulkan oleh global warming ? Beberapa diperkirakan bakal
terjadi puluhan tahun ke depan, tapi sebagian lagi sudah terjadi sejak beberapa tahun yang lalu.
Silahkan simak bencana besar yang akan terjadi akibat global warming di bawah ini. Hal ini bukan
untuk menakut-nakuti , tapi mudah-mudahan bikin kita semua tergerak untuk menjaga kelestarian
alam yang hijau.

1. Gletser Menciut

Gletser adalah daratan yang terbuat dari es. Gletser bakal ikut meleleh dan menciut seiring
dengan bertambahnya suhu bumi. Suhu bumi meningkat karena tingginya emisi gas rumah kaca di
atmosfer. Selama tahun 1990- 2005 saja suhu bumi naik 0,15 – 0,3 derajat celcius. Gletser
Himalaya yang memasok air ke sungai Gangga sekaligus menyediakan irigasi dan suplai air minum
untuk 500 juta penduduk,menyusut 37 meter pertahun.Gletser di kutub semakin cepat mencair
hingga membuat permukaan air laut di bumi naik.

2. Pulau Tenggelam

Indonesia , Amerika Serikat, dan Bangladesh adalah beberapa negara yang paling terancam
tenggelam. Bahkan beberapa pulau di Indonesia sudah hilang tenggelam. Ini disebabkan
mencairnya permukaan gletser di kutub yang membuat volume air laut meningkat drastis.
Menyusutnya hutan bakau memperparah pasangnya air laut. Sekarang saja pasang air laut Pantai
Kuta telah membanjiri beberapa lobi hotel disekitarnya. Pulau Jawa juga bernasib sama , sampai
saat ini permukaan Teluk Jakarta sudah naik 0,8 cm. Dan kalau suhu bumi terus naik , tahun 2050
derah-daerah Jakarta dan Bekasi seperti Kosambi , Penjaringan , Cilincing , Muaragembong , dan
Tarumajaya akan terendam.

3. Badai

Badai memang bisa terjadi karena kehendak alam. Tapi suhu air yang menghangat akibat global
warming mendukung terjadinya badai yang jauh lebih kuat dan besar. Beberapa tahun belakangan
ini , negara-negara di Eropa, Amerika, dan Karibia telah mengalami begitu banyak badai
dibandingkan abad sebelumnya. Bahkan badai-badai tersebut bukan cuma badai biasa, namun
masuk kategori badai mematikan , seperti badai katrina,badai ike, badai nargis, badai rita,dll.

4. Gelombang Panas

Tahun 2003 lalu, Eropa diserang gelombang panas alias heat wave , yang menewaskan banyak
orang. Mengejutkan ! Tapi bencana ini sudah diperkirakan ratusan tahun yang lalu , tepatnya
tahun 1900 oleh para ilmuwan di masa itu . Gelombang panas memang pernah terjad beberapa
kali di bumi , namun belakangan ini makin sering terjadi. Dan diperkirakan 40 tahun lagi
frekwensinya akan meningkat 100 kali lipat.

5. Kekeringan

Afrika, India, dan daerah-daerah kering lainnya bakal menderita kekeringan lebih parah ! Air akan
makin sulit di dapat dan tanah tak bisa ditanami apa-apa lagi, hingga suplai makanan berkurang
drastis. Ilmuwan memperkirakan hasil tani negara-negara Afrika akan menurun 50 % di tahun 2020
, dan tingkat kekeringan di dunia meningkat 66 % . Tak terbayang kalau kekeringan ini sampai
terjadi di bumi ini.

6. Perang dan Konflik

Negara yang kekurangan air dan bahan pangan kemungkinan besar akan mengalami panik dan
berubah jadi agresif. Lalu bukan tak mungkin mereka berusaha saling merebut lahan yang belum
rusak.

7. Penyakit Merajalela
Malaria, demam berdarah , ebola , dan banyak penyakit yang dulu cuma di anggap sebagai
penyakit negara tropis , bisa menyebar ke berbagai negara Eropa yang dikenal dingin.
Penyebabnya apalagi kalau bukan banjir atau kekeringan yang mengundang banyak hewan
pembawa penyakit bersarang disana!!!

8. Perekonomian Kacau
Ladang tani , perkebunan yang biasanya menghasilkan akan musnah ole banjir atau kekeringan.
Penduduk akan di buat makin menderita karena stok bahan pangan dan kebutuhan pokok lainnya
akan jauh berkurang dan harganya pasti akan melambung naik. Pemerintah juga membutuhkan
biaya yang banyak untuk membangun kembali wilayah yang terkena bencana dan menanggulangi
penyakit yang mewabah.

9. Ekosistem Hancur

Perubahan iklim yang terjadi akibat global warming akan menghancurkan ekosistem yang ada.
Setelah sebagian mahkluk hidup di bumi musnah akibat bencana kekeringan, banjir , badai, atau
ditenggelamkan air laut, mahkluk hidup yang tersisa bakal mengalami kesulitan untuk bertahan
hidup. Penyebabnya adalah berkurangnya sumber air , udara bersih, bahan bakar , sumber energi ,
bahan makanan, obat-obatan yang dibutuhkan untuk survive.

10. Mahkluk Hidup Punah

Sebanyak 30 % mahkluk hidup yang ada sekarang bakal musnah tahun 2050 kalau temperatur bumi
terus naik. Spesies yang punah ini kebanyakan yang habitatnya di tempat dingin . Hewan-hewan
laut diperkirakan banyak yang tak bisa bertahan setelah suhu air laut jadi menghangat. Kalau
tumbuhan dan hewan makin berkurang, jelas manusia akhirnya terancam karena kekurangan
bahan makanan.

Bab III

Penutup

3.1 KESIMPULAN

Pemanasan global telah menjadi permasalahan yang menjadi sorotan utama umat manusia.
Fenomena ini bukan lain diakibatkan oleh perbuatan manusia sendiri dan dampaknya diderita oleh
manusia itu juga. Untuk mengatasi pemanasan global diperlukan usaha yang sangat keras karena
hampir mustahil untuk diselesaikan saat ini. Pemanasan global memang sulit diatasi, namun kita
bisa mengurangi efeknya.Penangguangan hal ini adalah kesadaran kita terhadap kehidupan bumi di
masa depan. Apabila kita telah menanamkan kecintaan terhadap bumi ini maka pmanasan global
hanyalah sejarah kelam yang pernah menimpa bumi ini.

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemanasan global adalah peningkatan
suhu rata-rata dunia baik di daratan, lautan maupun di atmosfer bumi. Pemanasan global
disebabkan oleh efek rumah kaca dan efek umpan balik karena efek rumah kaca ini sangat
dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi
sangat dingin. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan
mengakibatkan pemanasan global. Dan menurut Laporan Perserikatan Bangsa Bangsa tentang
peternakan dan lingkungan yang diterbitkan pada tahun 2006 mengungkapkan bahwa, “industri
peternakan adalah penghasil emisi gas rumah kaca yang terbesar (18%), jumlah ini lebih banyak
dari gabungan emisi gas rumah kaca seluruh transportasi di seluruh dunia (13%). ” Hampir
seperlima (20 persen) dari emisi karbon berasal dari peternakan. Jumlah ini melampaui jumlah
emisi gabungan yang berasal dari semua kendaraan di dunia.

3.2 SARAN

Kehidupan ini berawal dari kehidupan di bumi jauh sebelum makhluk hidup ada. Maka dari itu
untuk menjaga dan melestarikan bumi ini harus beberapa dekadelah kita memikirkannya. Sampai
pada satu sisi dimana bumi ini telah tua dan memohon agar kita menjaga serta melstarikannya.
Marilah kita bergotong royong untuk menyelematkan bumi yang telah memberikan kita kehidupan
yang sempurna ini. Stop global warming. Kami menerima saran dari pembaca untuk kami perbaiki
dan kami sempurnakan.

Anda mungkin juga menyukai