Anda di halaman 1dari 21

Aset Lancar

A. Kas dan Setara Kas


1. Definisi
Kas adalah mata uang kertas dan logam baik rupiah maupun mata uang asing yang masih
berlaku sebagai alat pembayaran yang sah dan rekening giro.
Setara kas adalah investasi yang sangat likuid, berjangka pendek, dan cepat dapat dijadikan
kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.
2. Dasar Pengaturan
Dasar pengaturan untuk kas dan setara kas antara lain:
a) PSAK 2: Laporan Arus Kas;
b) PSAK 23: Pendapatan;
c) PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian;
d) PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran;
e) PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
3. Penjelasan
Kas dan setara kas merupakan aset keuangan yang diklasifkasikan dalam kategori LR. Suatu
investasi dapat memenuhi syarat sebagai setara kas hanya jika segera akan jatuh tempo misalnya
dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal perolehannya. Kas dan setara kas antara lain
terdiri dari:
a) kas, baik dalam rupiah maupun mata uang asing;
b) giro pada bank;
c) setoran dalam perjalanan;
d) deposit on call. Deposit on call adalah simpanan yang hanya dapat ditarik dengan syarat
pemberitahuan sebelumnya.
4. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan pengukuran
Kas dan setara kas diakui pada saat terjadinya sebesar nilai nominal.
2) Penyajian
Kas dan setara kas disajikan dalam kelompok aset lancar.
3) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
a) rincian jenis dan jumlah kas dan setara kas;
b) kas dan setara kas yang dibatasi penggunaannya;
c) pengungkapan lainnya.
Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur dalam pengungkapan instrument
keuangan secara umum pada Bab II paragraf 2.93.
5. Ilustrasi Jurnal
1) Pada saat penerimaan
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan usaha/piutang/pos terkait
2) Pada saat penggunaan
Db. Utang usaha/beban usaha/pos terkait
Kr. Kas dan setara kas
B. Piutang Usaha
1. Definisi
Piutang usaha adalah hak tagih terhadap pihak lain atas kas, barang atau jasa dari kegiatan
usaha entitas.
2. Dasar Pengaturan
Dasar pengaturan untuk piutang usaha antara lain:
1. PSAK 23: Pendapatan;
2. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian;
3. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran;
4. PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
3. Penjelasan
a) Piutang usaha merupakan tagihan kepada pihak lain atas penjualan barang atau
pemberian jasa yang merupakan bagian dari kegiatan usaha sesuai anggaran dasar.
b) Piutang usaha merupakan hak yang muncul dari penyerahan barang atau jasa,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara entitas dan pihak lain, yang mewajibkan
pihak lain tersebut untuk melunasi pembayaran atas barang atau jasa yang telah
diterimanya atau utangnya setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan.
Transaksi piutang usaha, antara lain, memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. adanya penyerahan barang atau jasa;
2. persetujuan atau kesepakatan berutang;
3. jangka waktu tertentu.
c) Piutang usaha antara lain berasal dari penjualan produk atau jasa dari aktivitas utama
Entitas.
d) Piutang usaha merupakan aset keuangan yang diklasifkasikan dalam kategori LR
e) Tata cara pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai piutang mengacu pada
ketentuan umum aset keuangan pada Bab II paragraf 2.89–2.90.
f) Cadangan penurunan nilai (yaitu cadangan penurunan piutang tidak tertagih yang sudah
100% dari jumlah piutang), tetap disajikan sebagai bagian piutang.
4. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan pengukuran
a) Pengakuan dan pengukuran awal
Piutang usaha diakui pada saat barang diserahkan kepada pembeli sesuai dengan
perjanjian penjualan barang.
 FOB shipping point diakui pada saat barang diterima entitas pengiriman untuk
diserahkan kepada pembeli;
 FOB destination diakui pada saat barang diterima pembeli.
b) Pengukuran selanjutnya
 Piutang usaha berkurang pada saat pembayaran diterima atau dihapuskan.
 Penurunan nilai piutang usaha diakui sebagai kerugian pada periode terjadinya.
 Pemulihan nilai piutang usaha diakui sebagai keuntungan pada periode terjadinya.
 Piutang usaha dihentikan pengakuannya pada saat diselesaikan melalui pelunasan
atau dikompensasi dengan liabilitas atau aset lain.
 Apabila terjadi pembayaran setelah piutang dihapusbukukan maka diakui sebagai
pendapatan nonusaha.
2) Penyajian
Piutang usaha disajikan dalam kelompok aset lancar.
3) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
 rincian jenis dan jumlah piutang;
 jumlah piutang dengan pihak-pihak berelasi;
 metode pembentukan dan jumlah cadangan kerugian penurunan nilai piutang;
 jumlah piutang yang dijadikan agunan pinjaman bank;
 pengungkapan lainnya.
Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur dalam pengungkapan instrument
keuangan secara umum pada Bab II paragaraf 2.93.
5. Ilustrasi Jurnal
1) Pada saat penjualan barang/jasa
Db. Piutang usaha
Kr. Penjualan ekspor/lokal
2) Pada saat menerima pembayaran
Db. Kas dan setara kas
Kr. Piutang yang terkait
3) Pada saat terjadi penurunan nilai:
Db. Beban penurunan nilai piutang
Kr. Akumulasi penurunan nilai piutang
4) Pada saat hapus buku
Db. Akumulasi cadangan penurunan nilai piutang
Db. Beban penghapusan piutang
Kr. Piutang usaha
5) Pada saat penerimaan pelunasan piutang yang telah dihapusbukukan

Db. Kas dan setara kas


Kr. Pendapatan nonusaha
C. Piutang Lain-lain
1. Defnisi
Piutang lain-lain adalah hak tagih terhadap pihak lain atas kas, barang atau jasa dari kegiatan
diluar kegiatan usaha entitas.
2. Dasar Pengaturan
Dasar pengaturan untuk piutang lain-lain antara lain:
1. PSAK 23: Pendapatan;
2. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian;
3. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran;
4. PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
3. Penjelasan
a) Piutang lain-lain adalah piutang selain dari kegiatan usaha atau piutang selain piutang
usaha.
b) Piutang lain-lain merupakan hak yang muncul dari penyerahan barang atau jasa diluar
kegiatan usaha entitas, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara entitas dan pihak
lain, yang mewajibkan pihak lain tersebut untuk melunasi pembayaran atas barang atau
jasa yang telah diterimanya atau utangnya setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan
kesepakatan.
c) Piutang lain-lain antara lain berasal dari pemberian pinjaman kepada pihak lain, seperti
karyawan.
d) Piutang lain-lain merupakan aset keuangan yang diklasifkasikan dalam kategori LR.
e) Tata cara pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai piutang mengacu pada
ketentuan umum aset keuangan pada Bab II paragraf 2.89–2.90.
f) Cadangan penurunan nilai (yaitu cadangan penurunan piutang tidak tertagih yang sudah
100% dari jumlah piutang), tetap disajikan sebagai bagian piutang
4. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan Pengukuran
a) Pengakuan dan pengukuran awal
Piutang lain-lain diakui pada saat aset, misalnya kas, diserahkan kepada pihak lain.
b) Pengukuran selanjutnya
 Piutang berkurang pada saat pembayaran diterima atau dihapuskan.
 Penurunan nilai piutang lain-lain diakui sebagai kerugian pada periode terjadinya.
 Pemulihan nilai piutang lain-lain diakui sebagai keuntungan pada periode terjadinya.
 Piutang lain-lain dihentikan pengakuannya pada saat diselesaikan melalui pelunasan
atau dikompensasi dengan liabilitas atau aset lain.
 Apabila terjadi pembayaran setelah piutang dihapusbukukan maka diakui sebagai
pendapatan nonusaha.
2) Penyajian
Piutang lain-lain disajikan dalam kelompok aset lancar.
3) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain:
 rincian jenis dan jumlah piutang;
 jumlah piutang dengan pihak-pihak yang berelasi;
 metode pembentukan dan jumlah cadangan kerugian penurunan nilai piutang yang
dibentuk;
 pengungkapan lainnya.
Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur dalam pengungkapan instrument
keuangan secara umum pada Bab II paragraph 2.93.
5. Ilustrasi Jurnal
1) Pada saat pengakuan awal
Db. Piutang lain-lain
Kr. Kas dan setara kas
2) Pada saat menerima pembayaran
Db. Kas dan setara kas
Kr. Piutang lain-lain
3) Pada saat terjadi penurunan nilai
Db. Beban penurunan nilai piutang
Kr. Akumulasi penurunan nilai piutang
4) Pada saat hapus buku
Db. Akumulasi penurunan nilai piutang
Db. Beban penghapusan piutang
Kr. Piutang lain-lain
5) Pada saat penerimaan pelunasan piutang yang telah dihapusbukukan
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan nonusaha
D. Piutang Antar Badan Hukum Jangka Pendek
1. Defnisi
Piutang antar badan hukum jangka pendek adalah piutang yang timbul sebagai akibat
dari transaksi nonusaha dengan pihak-pihak yang berelasi, selain untuk pos yang telah
ditentukan penyajiannya dan akan diselesaikan dalam satu periode setelah tanggal laporan
posisi keuangan yang diselesaikan dengan menggunakan kas atau aset keuangan lainnya.
Pihak-pihak berelasi adalah orang atau entitas lain yang terkait dengan entitas yang
menyiapkan laporan keuangan.
Transaksi pihak berelasi adalah suatu pengalihan sumber daya, jasa atau kewajiban antara
entitas pelapor dengan pihak-pihak berelasi, terlepas apakah ada harga yang dibebankan.
2. Dasar Pengaturan
Dasar pengaturan untuk piutang antar badan hukum jangka pendek antara lain:
1. PSAK 7: Pengungkapan Pihak-pihak yang berelasi;
2. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian;
3. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran;
4. PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
3. Penjelasan
 Pihak-pihak berelasi yang dimaksud adalah hubungan antar entitas BUMN perkebunan.
 Piutang antar badan hukum jangka pendek mencakup piutang yang timbul dari transaksi
nonusaha antara entitas dengan entitas lain, entitas anak, dan entitas asosiasinya yang
berelasi, dimana akan diselesaikan dalam satu periode setelah tanggal laporan posisi
keuangan. Sedangkan untuk piutang yang timbul dari transaksi usaha, termasuk dalam
bagian piutang usaha.
 Piutang antar badan hukum terdiri dari antara lain:
a) piutang yang berasal dari transaksi di luar usaha melalui rekening antar badan hukum
yang dilakukan pelunasan piutang secara reguler, misalnya piutang atas pengobatan
dan biaya rumah sakit untuk karyawan. Penyelesaian atas piutang tersebut dapat
berupa kas atau aset nonkeuangan lainnya;
b) piutang yang berupa modal kerja.
 Piutang antar badan hukum jangka pendek termasuk aset keuangan yang diklasifkasikan
dalam kategori LR.
 Untuk piutang antar badan hukum yang akan dilakukan pelunasan secara reguler, tidak
perlu dilakukan uji penurunan nilai untuk menentukan cadangan kerugian penurunan nilai
piutang.
 Untuk piutang antar badan hukum yang berupa modal kerja perlu dilakukan uji
penurunan nilai untuk menentukan cadangan kerugian penurunan nilai piutang. Metode
untuk menentukan cadangan kerugian penurunan nilai piutang adalah secara individual.
 Tata cara pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai piutang mengacu pada
ketentuan umum aset keuangan pada Bab II paragraf 2.89–2.90.
4. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan pengukuran
a) Pengakuan dan pengukuran awal
Piutang antar badan hukum jangka pendek diakui pada saat penyerahan aset sebesar
jumlah yang diserahkan.
b) Pengukuran selanjutnya
 Untuk piutang modal kerja, biaya transaksi (jika ada amortisasi atas premium, diskon
atau biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dengan piutang tersebut)
diamortisasi dengan suku bunga efektif.
 Penurunan nilai piutang antar badan hukum jangka pendek diakui sebagai kerugian
pada periode terjadinya.
 Pemulihan nilai piutang antar badan hukum jangka pendek diakui sebagai keuntungan
pada periode terjadinya.
 Apabila terjadi pembayaran setelah piutang dihapusbukukan maka diakui sebagai
pendapatan nonusaha.
 Piutang antar badan hukum dihentikan pengakuannya pada saat diselesaikan melalui
pelunasan atau dikompensasi dengan liabilitas atau aset lain.
2) Penyajian
Piutang antar badan hukum jangka pendek disajikan dalam kelompok aset lancar.
3) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
 rincian piutang antar badan hukum jangka pendek berdasarkan jenis, umur dan jumlah;
 kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria pengakuan dan dasar
pengukuran yang diterapkan;
 nama entitas sebagai debitur (yang dikendalikan bersama oleh pemerintah) dan sifat
hubungannya dengan entitas;
 sifat dan jumlah setiap transaksi yang secara individual signifkan;
 untuk transaksi yang signifkan secara kolektif;
 indikasi kuantitatif atau kualitatif luasnya transaksi;
 pengungkapan lainnya.
Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur dalam pengungkapan instrument
keuangan secara umum pada Bab II paragraf 2.93.
5. Ilustrasi Jurnal
1) Pada saat pengakuan awal
Db. Piutang antar badan hukum jangka pendek
Kr. Kas dan setara kas
2) Pada saat penyelesaian
Db. Kas dan setara kas
Kr. Piutang antar badan hukum jangka pendek
3) Pada saat terjadi penurunan nilai
Db. Beban kerugian penurunan nilai piutang
Kr. Akumulasi kerugian penurunan nilai piutang
4) Pada saat hapus buku
Db. Akumulasi kerugian penurunan nilai piutang
Db. Beban penghapusan piutang
Kr. Piutang antar badan hukum jangka pendek
5) Pada saat penerimaan pelunasan piutang antar badan hukum jangka pendek yang telah
dihapusbukukan
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan nonusaha
E. Investasi Jangka Pendek
1) Defnisi
Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk
dimiliki selama satu tahun atau kurang, yang berbentuk aset keuangan.
Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian dengan bank.
2) Dasar Pengaturan
Dasar pengaturan untuk investasi jangka pendek antara lain:
1. PSAK 23: Pendapatan;
2. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian;
3. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran;
4. PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan;
3) Penjelasan
 Investasi jangka pendek adalah penanaman dana yang berisiko atau yang sejenis yang
dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan yang diperkirakan akan direalisasi dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan setelah periode pelaporan.
 Investasi jangka pendek yang dimaksud adalah penempatan dana di bank dan surat
berharga (efek), antara lain dalam bentuk:
 penempatan dana di bank, misalnya deposito berjangka yang akan jatuh tempo dalam
satu tahun setelah tanggal laporan posisi keuangan;
 penempatan dana pada efek utang, misalnya obligasi, yang akan jatuh tempo dalam
satu tahun setelah tanggal laporan posisi keuangan;
 penempatan dana pada efek ekuitas, misalnya saham, yang bersifat jangka pendek.
 Investasi jangka pendek merupakan aset keuangan yang dikategorikan menjadi:
 diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi (FVTPL);
 investasi dimiliki hingga jatuh tempo (HTM);
 tersedia untuk dijual (AFS);
 pinjaman yang diberikan dan piutang (LR).
 Jenis investasi jangka pendek dengan kategori aset keuangan ditunjukkan dalam matrik
berikut ini:
Jenis Investasi
No FVTPL HTM AFS LR
Jangka Pendek
1. Deposito berjangka
2. Obligasi -√√ -√- -√√ √--
3. Saham
4) Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan pengukuran
a) Pengakuan dan pengukuran awal
 Penempatan dana sebagai investasi jangka pendek di bank diakui pada saat dilakukan
penyerahan dana sebesar nilai nominal.
 Penempatan dana sebagai investasi jangka pendek di surat berharga/efek diakui pada
saat dilakukan penyerahan dana sebesar biaya perolehan.
 Biaya transaksi kategori FVTPL diakui sebagai beban periode berjalan.
 Biaya transaksi kategori AFS, LR, dan HTM diakui sebagai penambah biaya
perolehan.
b) Pengukuran selanjutnya
 Investasi jangka pendek dalam kategori FVTPL dan AFS diukur pada nilai wajar.
 Investasi jangka pendek dalam kategori HTM dan LR diukur pada biaya perolehan
yang diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif (lihat paragraf 2.85).
Perubahan nilai wajar
 Untuk investasi jangka pendek dalam kategori FVTPL, kenaikan atau penurunan nilai
wajar diakui dalam laba rugi.
 Untuk investasi jangka pendek dalam kategori AFS, kenaikan dan penurunan nilai wajar
diakui dalam pendapatan komprehensif lain.
Penurunan nilai
 Untuk investasi jangka pendek dalam kategori AFS, HTM dan LR, penurunan nilai
diakui sebagai kerugian.
Pemulihan nilai
 Untuk investasi jangka pendek dengan kategori AFS, HTM dan LR, pemulihan nilai
diakui sebagai keuntungan.
 Jumlah pemulihan nilai tersebut tidak boleh mengakibatkan jumlah tercatat pada saat
pemulihan melebihi jumlah yang seharusnya jika tidak terjadi penurunan nilai.
Pendapatan Investasi
 Pendapatan bunga, dividen, keuntungan atau kerugian akibat investasi jangka pendek
diakui sebagai pendapatan dan beban nonusaha.
Penghentian Pengakuan
 Investasi jangka pendek dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan misalnya dijual
atau jatuh tempo.
 Keuntungan atau kerugian dari pelepasan invetasi jangka pendek diakui dalam laba rugi.
2) Penyajian
Investasi jangka pendek disajikan dalam kelompok aset lancar.
3) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
 cakupan dan sifat instrumen keuangan, termasuk syarat dan kondisi signifkan yang
mempengaruhi jumlah, waktu dan tingkat kepastian arus kas di masa mendatang;
 kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria pengakuan dan
pengukuran;
 apakah pembelian dan penjualan dicatat pada tanggal transaksi atau penyelesaian;
 nilai tercatat dari investasi jangka pendek yang dijadikan agunan;
 nilai tercatat dari investasi jangka pendek yang termasuk bagian diperdagangkan;
 alasan reklasifkasi, jika melakukan reklasifkasi;
 item material dari pendapatan, beban, keuntungan atau kerugian akibat investasi jangka
pendek;
 sifat dan jumlah kerugian penurunan nilai.
Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur dalam pengungkapan instrumen
keuangan secara umum pada Bab II paragraf 2.93.
5) Ilustrasi Jurnal
1) Kategori FVTPL
a) Pada saat perolehan
Db. Investasi jangka pendek – FVTPL
Kr. Kas dan setara kas
b) Pada saat perubahan nilai wajar
 Terjadi keuntungan
Db. Investasi jangka pendek – FVTPL
Kr. Keuntungan
 Terjadi kerugian
Db. Kerugian
Kr. Investasi jangka pendek – FVTPL
c) Pada saat pengakuan pendapatan investasi
 Pada saat pengakuan
Db. Piutang dividen/bunga
Kr. Pendapatan dividen/bunga
 Pada saat penerimaan
Db. Kas dan setara kas
Kr. Piutang dividen/bunga
d) Pada saat penjualan investasi
Db. Kas atau setara kas
Dr/Kr. Keuntungan/kerugian
Kr. Investasi jangka pendek
2) Kategori AFS
a) Pada saat perolehan
Db. Investasi jangka pendek – AFS
Kr. Kas dan setara kas
b) Pada saat penyesuaian nilai wajar
 Terjadi kenaikan
Db. Investasi jangka pendek – AFS
Kr. Penyesuaian nilai wajar (pendapatan komprehensif lain)
 Terjadi penurunan
Db. Penyesuaian nilai wajar (pendapatan komprehensif lain)
Kr. Investasi jangka pendek – AFS
c) Pada saat pengakuan pendapatan investasi
Sama dengan ilustrasi jurnal untuk kategori FVTPL di atas
d) Pada saat penurunan nilai
Db. Kerugian penurunan nilai
Db/Kr. Penyesuaian nilai wajar (pendapatan komprehensif lain)
Kr. Investasi jangka pendek – AFS
e) Pada saat pemulihan nilai
Db. Investasi jangka pendek – AFS
Kr. Keuntungan pemulihan nilai
f) Pada saat pelepasan
Db. Kas dan setara kas
Db/Kr Penyesuaian nilai wajar (pendapatan komprehensif lain)
Db/Kr Kerugian/Keuntungan
Kr. Investasi jangka pendek-AFS
3) Kategori HTM dan LR
a) Pada saat perolehan awal
 Diperoleh dengan premium
Db. Investasi jangka pendek – HTM/LR
Db. Investasi jangka pendek – premium
Kr. Kas dan setara kas
 Diperoleh dengan diskonto
Db. Investasi jangka pendek – HTM/LR
Kr. Investasi jangka pendek – diskonto
Kr. Kas dan setara kas
 Diperoleh pada par
Db. Investasi jangka pendek – HTM/LR
Kr Kas dan setara kas
b) Pendapatan bunga
 Diperoleh dengan premium
Db. Kas dan setara kas
Db. Amortisasi premium (pengurang pendapatan bunga)
Kr. Investasi jangka pendek – premium
Kr. Pendapatan bunga
 Diperoleh dengan diskon
Db. Kas dan setara kas
Db. Investasi jangka pendek – diskonto
Kr. Amortisasi diskonto (penambah pendapatan bunga)
Kr. Pendapatan bunga
 Diperoleh pada par
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan bunga
c) Pada saat perubahan nilai wajar
Tidak ada jurnal
d) Pada saat penurunan nilai
Db. Kerugian penurunan nilai
Kr. Investasi jangka pendek – HTM/LR
e) Pada saat pemulihan nilai
Db. Investasi jangka pendek – HTM/LR
Kr. Keuntungan pemulihan nilai
f) Pada saat jatuh tempo
 Dengan diskonto
Db. Kas atau setara kas
Db. Investasi jangka pendek – diskonto
Kr. Investasi jangka pendek – HTM/LR
Kr. Pendapatan bunga
 Dengan premium
Db. Kas atau setara kas
Db. Pendapatan bunga
Kr. Investasi jangka pendek – premium
Kr. Investasi jangka pendek – HTM/LR
 Pada Par
Db. Kas dan setara kas
Kr. Investasi jangka pendek–HTM/LR
Kr. Pendapatan bunga
F. Persediaan
1. Defnisi
Persediaan adalah:
 aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
 aset dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
 aset yang tersedia dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam
pemberian pelayanan, proses produksi, dan mendukung kegiatan administratif.
Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antar pihak
pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan
wajar.
Nilai realisasi bersih adalah taksiran harga wajar penjualan dalam kegiatan usaha normal
dikurangi dengan taksiran biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penjualan, jika ada.
Produk utama adalah produk yang dimaksudkan untuk dihasilkan dari suatu proses produksi
yang serentak.
Produk sampingan adalah produk yang tidak dimaksudkan untuk dihasilkan dari suatu proses
produksi yang serentak dan mempunyai nilai yang relatif rendah.
2. Dasar Pengaturan
Dasar pengaturan untuk persediaan antara lain adalah PSAK 14: Persediaan.
3. Penjelasan
Jenis Persediaan
 Persediaan yang dimiliki entitas dalam bentuk hasil tanaman, barang dalam proses, bahan
baku, bahan pelengkap serta biaya persediaan tebu giling (biaya-biaya perawatan,
pemupukan dan biaya lainnya yang berhubungan untuk menghasilkan tanaman termasuk
tanaman tebu giling tahun berjalan dan biaya penyusutan bibit kepras)
 Persediaan hasil tanaman, antara lain terdiri dari:
1. minyak sawit;
2. inti sawit;
3. karet;
4. teh;
5. gula;
6. tetes;
7. alkohol/spirtus;
8. kopi;
9. kakao;
10. bibit (untuk entitas yang bisnis utamanya menjual bibit);
11. lain-lain.
 Persediaan barang dalam proses, antara lain terdiri dari:
1. tembakau dalam proses;
2. gula sisan;
3. lain-lain.
 Persediaan bahan baku dan bahan pelengkap, antara lain terdiri dari:
1. pupuk;
2. obat-obatan tanaman (pestisida dan sebagainya);
3. suku cadang (yang bukan merupakan suku cadang utama mesin tertentu);
4. bahan bakar;
5. lain-lain.
 Penentuan Biaya Persediaan
 Biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain
yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.
 Rumus biaya yang digunakan adalah:
1. rata-rata tertimbang;
2. rata-rata tertimbang dihitung untuk setiap kelompok persediaan, misalnya rata-rata
tertimbang persediaan inti sawit, rata-rata tertimbang persediaan minyak sawit,
rata-rata tertimbang gula, rata-rata tertimbang tetes, dan seterusnya.
 Biaya perolehan persediaan terdiri dari:
1. biaya pembelian persediaan;
2. biaya konversi; dan
3. biaya lain-lain (jika ada).
 Penentuan besarnya biaya pembelian persediaan yaitu:
 dalam hal persediaan diperoleh dari pihak luar yang kemudian diproses lebih
lanjut oleh entitas, maka biaya pembelian sebesar harga pembelian (termasuk
ongkos angkut dan biaya biaya lain yang dikeluarkan sampai barang tersebut
diterima di tempat) setelah dikurangi diskon dan sebagainya, termasuk pajak yang
tidak bisa direstitusi;
 dalam hal persediaan diperoleh dari internal entitas, maka biaya pembelian
sebesar jumlah tercatat aset yang ditransfer (transfer cost) berdasarkan rata-rata
tertimbang untuk diolah lebih lanjut menjadi persediaan;
 untuk persediaan yang diperoleh dari hasil aset tanaman tahunan dan aset
tanaman semusim, biaya pembelian persediaan/biaya input berupa biaya
penyusutan dari aset tanaman tahunan dan aset tanaman semusim.
 Biaya konversi terdiri dari:
 biaya yang secara langsung terkait unit persediaan yang diproduksi, yang terdiri
dari:
 biaya tenaga kerja langsung;
 biaya bahan baku langsung lainnya;
 overhead produksi yang terdiri dari:
a. overhead produksi yang bersifat variabel
b. overhead produksi yang bersifat tetap, yaitu:
 alokasi overhead produksi tetap didasarkan pada kapasitas normal fasilitas
produksi;
 kapasitas normal adalah produksi rata-rata yang diperkirakan akan tercapai
selama suatu periode atau musim dalam keadaan normal, dengan
memperhitungkan hilangnya kapasitas selama pemeliharaan terencana;
 overhead produksi yang dimaksud adalah overhead yang terjadi di
kebun/pabrik/unit.
 Biaya lain-lain dapat dibebankan ke persediaan jika biaya tersebut timbul agar
persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipakai atau dijual.
Misalnya, dalam keadaan tertentu diperkenankan untuk membebankan biaya
overhead nonproduksi atau biaya perancangan produk untuk pelanggan khusus
sebagai biaya persediaan. Tetapi hal tersebut kecil kemungkinannya terjadi di bidang
usaha entitas yang bersifat masal atau produk yang dihasilkan bersifat komoditas.
 Biaya-biaya yang Tidak Termasuk Persediaan
 Biaya-biaya yang tidak terkait langsung dengan unit persediaan yang diproduksi
(misalnya biaya umum seperti gaji pimpinan dan tata usaha pabrik) tidak
diperkenankan menambah harga persediaan yang diproduksi.
 Biaya pemborosan tidak boleh diakui sebagai harga pokok produksi dan persediaan.
 Beban bonus yang diberikan kepada pegawai di kebun/pabrik/unit tidak termasuk
komponen overhead produksi.
 Beberapa contoh biaya yang tidak diakui sebagai bagian dari biaya persediaan dan
diakui sebagai beban dalam periode terjadinya adalah:
 jumlah pemborosan bahan, upah, atau biaya produksi lainnya yang tidak normal;
 biaya penyimpanan, kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi
sebelum dilanjutkan pada tahap produksi berikutnya;
 biaya umum di kebun/pabrik/unit yang tidak memberikan kontribusi langsung
untuk membuat persediaan berada dalam lokasi dan kondisi sekarang, tidak
dimasukkan dalam komponen harga pokok produksi;
 biaya penjualan;
 biaya umum di luar kebun/pabrik/unit, misalnya biaya umum kantor pusat atau
kantor direksi, kantor distrik/grup usaha/SBU tidak diakui sebagai bagian dari
biaya persediaan.
 Produk sampingan
 Hasil penjualan produk sampingan tidak boleh mengurangi biaya produk utama,
tetapi diakui sebagai pendapatan nonusaha. Contoh produk sampingan: baggase tebu,
cangkang sawit, dan lain-lain.
4. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan Pengukuran
 Persediaan diakui pada saat perolehan sebesar biaya perolehan.
 Pada setiap tanggal pelaporan persediaan diukur mana yang lebih rendah antara biaya
perolehan dengan nilai realisasi bersih.
 Penurunan nilai persediaan akibat nilai realisasi bersih lebih rendah daripada biaya
perolehan diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.
 Persediaan berkurang pada saat digunakan atau dijual.
2) Penyajian
Persediaan disajikan dalam kelompok aset lancar.
3) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
 kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus
biaya yang dipakai;
 jumlah tercatat persediaan dan jumlah tercatat menurut klasifkasi persediaan;
 pengungkapan terpisah untuk persediaan tanaman semusim yang ada pada tanggal
laporan posisi keuangan;
 jumlah tercatat persediaan yang dicatat sebesar nilai realisasi bersih;
 jumlah pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang beban
persediaan selama periode berjalan;
 kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang telah
diturunkan;
 nilai tercatat persediaan yang dijadikan sebagai agunan;
 pengungkapan lainnya.
5. Ilustrasi Jurnal
1) Pada saat perolehan persediaan
Db. Persediaan
Kr. Kas dan setara kas/pos terkait
2) Pemakaian bahan baku dan pelengkap
Db. Beban/pos yang terkait
Kr. Persediaan
3) Penjualan persediaan hasil jadi
Db. Kas dan setara kas/piutang usaha
Kr. Penjualan (pendapatan usaha)
4) Penjualan produk sampingan
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan nonusaha
5) Pada saat terjadi penurunan nilai
Db. Kerugian penurunan nilai persediaan
Kr. Selisih penurunan nilai persediaan (pengurang nilai persediaan)
6) Pada saat pemulihan nilai
Db. Selisih penurunan nilai persediaan
Kr. Pendapatan pemulihan nilai persediaan (pengurang beban
persediaan)
G. Aset Dimiliki Untuk Dijual
1. Defnisi
Aset dimiliki untuk dijual adalah aset tidak lancar yang jumlah tercatatnya akan dipulihkan
dengan penjualan bukan digunakan lebih lanjut.
2. Dasar Pengaturan
Dasar pengaturan untuk aset dimiliki untuk dijual antara lain adalah PSAK 58: Aset
Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan.
3. Penjelasan
 Aset dimiliki untuk dijual berasal dari aset tidak lancar yang akan dijual daripada terus
dipergunakan.
 Persyaratan suatu aset dapat diklasifkasikan sebagai aset tersedia untuk dijual adalah
sebagai berikut:
 aset tersedia untuk segera dijual dalam kondisinya sekarang;
 kondisi sekarang aset tersebut sesuai dengan persyaratan dalam suatu penjualan
untuk aset tersebut; dan
 penjualan tersebut harus kemungkinan besar terjadi.
 Kondisi yang mengindikasikan bahwa penjualan kemungkinan besar terjadi yaitu:
 adanya komitmen dari manajemen entitas terhadap rencana penjualan aset tersebut
termasuk sudah ada persetujuan dari pemegang saham (Kementerian Negara BUMN);
 manajemen entitas harus sudah mengadakan suatu program aktif untuk mencari
pembeli dan menyelesaikan rencana penjualan tersebut;
 aset tersebut harus dipasarkan secara aktif pada harga yang pantas sesuai dengan nilai
wajar kininya;
 penjualan diperkirakan terjadi dalam waktu satu tahun dari tanggal klasifkasi.
Penjualan dapat dilakukan lebih dari satu tahun, dan aset tersebut tetap
diklasifkasikan sebagai dimiliki untuk dijual jika:
 penundaan tersebut disebabkan oleh peristiwa atau keadaan di luar kendali entitas;
dan terdapat cukup bukti bahwa entitas tetap berkomitmen atas rencana penjualan
tersebut;
 tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan rencana penjualan harus
mengindikasikan bahwa kemungkinan terjadinya perubahan signifkan atau
pembatalan rencana penjualan tersebut sangat kecil.
 Aset yang ditinggalkan sementara tidak termasuk aset dimiliki untuk dijual karena akan
digunakan di masa mendatang.
4. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan Pengukuran
a) Pengakuan dan pengukuran awal
 Aset dimiliki untuk dijual diakui pada saat ditetapkan akan dijual atau diklasifkasikan
sebagai dimiliki untuk dijual.
 Aset dimiliki untuk dijual diukur pada nilai yang lebih rendah antara:
 jumlah tercatat, dengan
 nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual.
Apabila nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual lebih rendah daripada jumlah
tercatat, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
b) Pengukuran selanjutnya
 Pada setiap tanggal pelaporan:
 apabila nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual lebih rendah daripada jumlah
tercatat, maka selisihnya diakui sebagai kerugian;
 apabila nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual meningkat, maka diakui
sebagai keuntungan maksimal sebesar jumlah kerugian yang pernah diakui.
 Aset dimiliki untuk dijual tidak dilakukan penyusutan.
2) Penyajian
Aset dimiliki untuk dijual disajikan dalam kelompok aset lancar.
3) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
 penjelasan mengenai aset tidak lancar yang diklasifkasikan sebagai aset dimiliki untuk
dijual;
 penjelasan mengenai fakta dan keadaan penjualan atau ekspektasian penjualan, dan
ekspektasi pelaksanaan dan waktu pelepasan;
 pengungkapan lainnya.
5. Ilustrasi Jurnal
1) Pada saat pengakuan awal
Db. Aset dimiliki untuk dijual (aset lancar)
Db. Kerugian penurunan nilai (jika nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual lebih rendah daripada jumlah tercatat)
Db. Akumulasi penyusutan
Kr. Aset tetap/properti investasi/pos aset tidak lancar lain
2) Pengukuran setelah pengakuan awal
 Jika terjadi kenaikan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual
 Jika ada kerugian penurunan nilai diakui pada awal pengakuan, maka kenaikan nilai
wajar dikurangi biaya untuk menjual diakui sebagai keuntungan.
Db. Aset dimiliki untuk dijual
Kr. Keuntungan kenaikan nilai (maksimal sama dengan
jumlah kerugian yang telah diakui sebelumnya)
 Jika tidak ada kerugian penurunan nilai yang telah diakui, maka tidak ada pengakuan
keuntungan.
Tidak ada jurnal
 Jika terjadi penurunan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual lebih rendah daripada jumlah tercatat
Db. Kerugian penurunan nilai
Kr. Aset dimiliki untuk dijual
3) Pada saat aset dijual
 Apabila terjadi keuntungan
Db. Kas dan setara kas
Kr. Aset dimiliki untuk dijual
Kr. Keuntungan pelepasan aset
 Apabila terjadi kerugian
Db. Kas dan setara kas
Db. Kerugian pelepasan aset
Kr. Aset dimiliki untuk dijual
H. Biaya Dibayar Dimuka
1. Defnisi
Biaya dibayar dimuka adalah pembayaran biaya dimuka yang manfaatnya akan digunakan di
dalam 12 (dua belas) bulan setelah tanggal laporan posisi keuangan yang akan datang.
2. Dasar Pengaturan
Dasar pengaturan untuk biaya dibayar dimuka adalah Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan.
3. Penjelasan
 Biaya dibayar dimuka berfungsi antara lain untuk membiayai operasional tidak lebih
dari dua belas bulan setelah tanggal laporan posisi keuangan.
 Biaya dibayar di muka antara lain terdiri:
1. uang muka pembelian barang atau jasa;
2. uang muka rental untuk satu tahun yang akan datang;
3. biaya asuransi yang dibayar dimuka;
4. biaya lain yang dibayar dimuka.
4. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan Pengukuran
 Biaya dibayar dimuka diakui pada saat pengeluaran uang dilakukan tetapi
barang/jasa/manfaat belum diterima atau dinikmati.
 Biaya dibayar dimuka berkurang pada saat barang/jasa/manfaat diterima atau habis
masanya.
 Biaya dibayar dimuka diakui sebesar jumlah yang dibayarkan.
 Pada akhir periode pelaporan, biaya dibayar dimuka diakui sebesar nilai
barang/jasa/manfaat atau setaranya yang belum diakui pada periode berjalan.
2) Penyajian
Biaya dibayar dimuka disajikan dalam kelompok aset lancar.
3) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
1. rincian biaya dibayar dimuka berdasarkan jenis dan jangka waktunya;
2. pengungkapan lainnya.
5. Ilustrasi Jurnal
1) Pada saat pembayaran biaya dibayar dimuka
Db. Biaya dibayar dimuka
Kr. Kas dan setara kas
2) Pada saat dilakukan penyesuaian pada akhir periode
Db. Beban sewa/asuransi/pos yang terkait
Kr. Biaya dibayar dimuka
 Contoh ilustrasi untuk biaya dibayar dimuka untuk pekerjaan pembangunan aset
 Pada saat pembayaran biaya dibayar dimuka
Db. Biaya dibayar dimuka
Kr. Kas dan setara kas
 Pada saat penerimaan progres pekerjaan
Db. Aset dalam pelaksanaan
Kr. Utang usaha/pemborong
3) Pada saat pembayaran utang sesuai progres pekerjaan
Db. Utang usaha/pemborong
Kr. Biaya dibayar dimuka
Kr. Kas dan setara kas
I. Pajak Dibayar Dimuka
1. Defnisi
Pajak dibayar dimuka adalah pembayaran pajak yang akan diperhitungkan dengan kewajiban
pajak.
2. Dasar Pengaturan
Dasar pengaturan untuk pajak dibayar dimuka antara lain:
1. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan;
2. peraturan perpajakan.
3. Penjelasan
Pajak dibayar dimuka terdiri dari:
1. angsuran pajak penghasilan (PPh) Pasal 21, 23, 24, dan 25;
2. PPN masukan yang dapat dikreditkan.
4. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan Pengukuran
 Pajak dibayar dimuka diakui pada saat angsuran PPh disetor ke kas negara atau pada saat
PPN masukan (yang dapat dikreditkan) dibayar.
 Pajak dibayar dimuka diakui sebesar:
1. angsuran untuk PPh;
2. PPN masukan yang dapat dikreditkan untuk PPN masukan.
 PPN masukan yang tidak dapat dikreditkan diakui sebagai beban pos yang terkait.
2) Penyajian
Pajak dibayar dimuka disajikan dalam kelompok aset lancar.
3) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
1. rincian pajak dibayar dimuka;
2. pengungkapan lainnya.
5. Ilustrasi Jurnal
1) Pada saat pembayaran angsuran PPh
Db. Pajak dibayar dimuka (angsuran PPh)
Kr. Kas dan setara kas
2) Pada saat pencatatan PPN masukan
Db. Aset atau beban yang terkait
Db. Pajak dibayar dimuka (PPN masukan)
Kr. Kas dan setara kas
J. Aset Lancar Lain
1) Defnisi
Aset lancar lain adalah aset lancar yang tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu
pos-pos aset lancar yang ada dan tidak cukup material untuk disajikan dalam pos tersendiri.
2) Dasar Pengaturan
Dasar pengaturan untuk aset lancar lain adalah antara lain PSAK 1: Penyajian Laporan
Keuangan.
3) Penjelasan
Suatu aset dapat digolongkan menjadi aset lancar lain jika memenuhi kriteria berikut
ini:
 entitas memperkirakan akan merealisasi aset, atau bermaksud untuk menjual atau
menggunakannya, dalam siklus operasi normal;
 entitas memperkirakan akan merealisasi aset dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan
setelah periode pelaporan.
4. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan Pengukuran
 Aset lancar lain diakui pada saat diterima atau dibayar atau timbulnya penyebab lain
aset lancar lain tersebut. Aset lancar lain diakui sebesar jumlah yang diterima atau
dibayar.
2) Penyajian
Aset lancar lain disajikan dalam kelompok aset lancar.
3) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain rincian sifat dan jumlah aset lancar lain serta
pengungkapan lainnya.
5. Ilustrasi Jurnal
1) Pada saat pengakuan awal
Db. Aset lancar lain
Kr. Kas dan setara kas/pos yang terkait
2) Saat penggunaan
Db. Pos yang terkait
Kr. Aset lancar lain

Anda mungkin juga menyukai