Anda di halaman 1dari 11

7.

Pendekatan Open - Ended


Menurut Suherman problem yang diformulasikan memiliki multijawaban yang
benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga Open-Ended problem atau soal
terbuka. Siswa yang dihadapkan denganOpen-Ended problem, tujuan utamanya bukan
untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai
pada suatu jawaban. Dengan demikian bukanlah hanya satu pendekatan atau metode
dalam mendapatkan jawaban, namun beberapa atau banyak.1
Sifat “keterbukaan” dari suatu masalah dikatakan hilang apabila hanya ada satu
cara dalam menjawab permasalahan yang diberikan atau hanya ada satu jawaban yang
mungkin untuk masalah tersebut. Contoh penerapan masalah Open-Ended dalam
kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa diminta mengembangkan metode, cara atau
pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang diberikan bukan
berorientasi pada jawaban (hasil) akhir.
a. Kelebihan pendekatan Open–Ended.
Dalam pendekatan open-ended guru memberikan permasalah kepada siswa
yang solusinya tidak perlu ditentukan hanya melalui satu jalan. Guru harus
memanfaatkan keragaman cara atau prosedur yang ditempuh siswa dalam
menyelesaikan masalah. Hal tersebut akan memberikan pengalaman pada siswa dalam
menemukan sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan, keterampilan dan cara
berfikir matematik yang telah diperoleh sebelumnya. Ada beberapa kelebihan dari
pendekatan ini, antara lain:
1) Siswa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara lebih aktif serta
memungkinkan untuk mengekspresikan idenya.
2) Siswa memiliki kesempatan lebih banyak menerapkan pengetahuan serta
keterampilan matematika secara komprehensif.

1
Erman suherman,dkk, strategi pembelajaran matimatika kontenporer, (Bandung : UPI ,2003) hal 123
3) Siswa dari kelompok lemah sekalipun tetap memiliki kesempatan untuk
mengekspresikan penyelesaian masalah yang diberikan dengan cara mereka
sendiri.
4) Siswa terdorong untuk membiasakan diri memberikan bukti atas jawaban yang
mereka berikan.
5) Siswa memiliki banyak pengalaman, baik melalui temuan mereka sendiri maupun
dari temannya dalam menjawab permasalahan.
b. Kelemahan Pendekatan Open–Ended.
Disamping kelebihan yang dapat diperoleh dari pendekatan open-ended,
terdapat juga beberapa kelemahan, diantaranya:
1) Sulit membuat atau menyajikan situasi masalah matematika yang bermakna bagi
siswa.
2) Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahamai siswa sangat sulit
sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon
permasalahan yang diberikan.
3) Karena jawaban bersifat bebas, siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu
atau mencemaskan jawaban mereka.
4) Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak
menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.
8. Pendekatan Saintific
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan
dengan menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga
ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran
berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi
ajar agar peserta didik tahu tentang ‘mengapa’.
Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik tahu tentang ‘bagaimana’. Ranah pengetahuan menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘apa’.Hasil akhirnya adalah
peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik
(soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara
layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (saintifik
appoach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi
melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi,
menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian
menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu,
sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara
prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap
menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat
nonilmiah.
c. Tujuan Pembelajaran Pendekatan Saintific
Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah:
1) untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa.
2) untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara
sistematik.
3) terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu
merupakan suatu kebutuhan.
4) diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5) untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis
artikel ilmiah
6) Untuk mengembangkan karakter siswa
d. Prinsip Pendekatan Saintific
Prinsip-prinsip dalam pembelajaran dengan pendekatan saintific antara lain :
1) pembelajaran berpusat pada siswa
2) pembelajaran membentuk students’ self concept
3) pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari,
mnganalisis, menyimpulkan konsep, pengetahuan, dan prinsip.
4) pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa
5) Pembelajaran meningkatkan motivasi

e. Langkah-langkah Pendekatan Saintific


Pembelajaran saintifik terdiri atas lima langkah, yaitu :
1) Observing (mengamati), Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau
dengan alat)
2) Questioning (menanya), Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak
dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi
tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat hipotetik)
3) Associating (menalar), mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas
dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang
dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada
pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan
4) Experimenting (mencoba), Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau
otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk
materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, misalnya,peserta didik
harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan
pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan
bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-
hari.
5) Networking (membentuk Jejaring/ mengkomunikasikan), Menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media
lainnya

9. Pendekatan Realistik
Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan olehHans Frudenthal
di Belanda. Realistic Mathematics Education (RME) adalah pendekatan pengajaran
yang bertitik tolak dari hal-hal yang ‘real’ bagi siswa, menekankan ketrampilan ‘proses
of doing mathematics’, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman
sekelas sehinggga mereka dapat menemukan sendiri (‘student inventing’ sebagai
kebalikan dari ‘teacher telling’) dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk
menyelesaikan masalah baik secara individu maupun secara kelompok. (Zulkardi,
2009)
Pengertian pendekatan realistik menurut Sofyan,“sebuah pendekatan
pendidikan yang berusaha menempatkan pendidikan pada hakiki dasar pendidikan itu
sendiri.2
Menurut Sudarman Benu “pendekatan realistik adalah pendekatan yang
menggunakan masalah situasi dunia nyata atau suatu konsep sebagai titik tolak dalam
belajar matematika”. Matematika Realistik yang telah diterapkan dan dikembangkan
di Belanda teorinya mengacu pada matematika harus dikaitkan dengan realitas dan
matematika merupakan aktifitas manusia.3
Dalam pembelajaran melalui pendekatan realistik, strategi- strategi informasi
siswa berkembang ketika mereka menyeleseikan masalah pada situasi- situsi biasa
yang telah diakrapiniya, dan keadaan itu yang dijadikannya titik awal pembelajaran

2
Sofyan, matematika ,(Jakarta : Depdikbud,2007) hal 28
3
Sudarman benu,pemahaman konsep pecahan dalam tiga kelompok pelajar secara keratan lintang,
(Malaysia : Universitas teknologi Malaysia, 2000) hal 205
pendekatan realistik atau Realistic Mathematic Education(RME) juga diberi pengertian
“cara mengajar dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelediki dan
memahami konsep matematika melalui suatu masalah dalam situasi yang nyata”.
(Megawati, 2003: 4). Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran bermakna bagi siswa.
Realistic Mathematic Education(RME) adalah pendekatan pengajaran yang
bertitik tolak pada hal- hal yang real bagi siswa(Zulkardi). Teori ini menekankan
ketrampilan proses, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman
sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri(Student Invonting), sebagai
kebalikan dari guru memberi(Teaching Telling) dan pada akhirnya murid
menggunakan matematika itu untuk menyeleseikan masalah baik secara individual
ataupun kelompok.
Pada pendekatan Realistik peran guru tidak lebih dari seorang fasilitator,
moderator atau evaluator. Sementara murid berfikir, mengkomunikasikan argumennya,
mengklasifikasikan jawaban mereka, serta melatih saling menghargai strategi atau
pendapat orang lain.
Menurut De Lange dan Van Den Heuvel Parhizen, RME ini adalah
pembelajaran yang mengacu pada konstruktifis sosial dan dikhususkan pada
pendidikan matematika.(Yuwono: 2001)
Dari beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa RME atau pendekatan
Realistik adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sehari- hari
sebagai sumber inspirasi dalam pembentukan konsep dan mengaplikasikan konsep-
konsep tersebut atau bisa dikatakan suatu pembelajaran matematika yang berdasarkan
pada hal- hal nyata atau real bagi siswa dan mengacu pada konstruktivis sosial.
a. Tujuan Pendekatan Realistik (RME)
Tujuan Pembelajaran Matematika Realistik sebagai berikut:
1) Menjadikan matematika lebih menarik,relevan dan bermakna,tidak terlalu formal
dan tidak terlalu abstrak
2) Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa.
3) Menekankan belajar matematika “learning by doing”.
4) Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika tanpa menggunakan penyelesaian
yang baku.
5) Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika.
(kuiper&kouver,1993)
b. Karakteristik Pendekatan Realistik (RME)
Menurut Grafemeijer (dalam fitri, 2007: 13) ada 5 karakteristik pembelajaran
matematika realistik, yaitu sebagai berikut:
1) Menggunakan masalah kontekstual
Masalah konsektual berfungsi sebagai aplikasi dan sebagai titik tolak dari mana
matematika yang digunakan dapat muncul. Bagaimana masalah matematika itu
muncul(yang berhubungan dengan kehidupan sehari- hari).
2) Menggunakan model atau jembatan
Perhatian diarahkan kepada pengembangan model, skema, dan simbolisasi dari
pada hanya mentrasfer rumus. Dengan menggunakan media pembelajaran siswa akan
lebih faham dan mengerti tentang pembelajaran aritmatika sosial.
3) Menggunakan kontribusi siswa
Kontribusi yang besar pada saat proses belajar mengajar diharapkan dari
konstruksi murid sendiri yang mengarahkan mereka dari metode informal ke arah
metode yang lebih formal. Dalam kehidupan sehari- hari diharapkan siswa dapat
membedakan pengunaan aritmatika sosial terutama pada jual beli. Contohnya: harga
baju yang didiskon dengan harga baju yang tidak didiskon.
4) Interaktivitas
Negosiasi secara eksplisit, intervensi, dan evaluasi sesama murid dan guru
adalah faktor penting dalam proses belajar secara konstruktif dimana strategi informal
siswa digunakan sebagai jembatan untuk menncapai strategi formal. Secara
berkelompok siswa diminta untuk membuat pertanyaan kemudian diminta
mempresentasikan didepan kelas sedangkan kelompok yang lain menanggapinya.
Disini guru bertindak sebagai fasilitator.
5) Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya(bersifat holistik)
Aritmatika sosial tidak hanya terdapat pada pembelajaran matematika saja,
tetapi juga terdapat pada pembelajaran yang lainnya, misalnya pada akutansi, ekonomi,
dan kehidupan sehari- hari.
c. Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Realistik
Berdasarkan prinsip dan karakteristik PMR serta dengan memperhatikan
pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapatlah disusun suatu langkah-
langkah pembelajaran dengan pendekatan PMR yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu sebagai berikut:
1) Langkah 1: Memahami masalah kontekstual
yaitu guru memberikan masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-hari
kepada siswa dan meminta siswa untuk memahami masalah tersebut,serta memberi
kesempatan kepada siswa untuk menanyakan masalah yang belum di pahami.
Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini adalah karakteristik pertama yaitu
menggunakan masalah kontekstual sebagai titik tolak dalam pembelajaran, dan
karakteristik keempat yaitu interaksi
2) Langkah 2: Menjelaskan masalah kontekstual
jika dalam memahami masalah siswa mengalami kesulitan, maka guru
menjelaskan situasi dan kondisi dari soal dengan cara memberikan petunjuk-petunjuk
atau berupa saran seperlunya, terbatas pada bagian-bagian tertentu dari permasalahan
yang belum dipahami
3) Langkah 3 : Menyelesaikan masalah
Siswa mendeskripsikan masalah kontekstual, melakukan interpretasi aspek
matematika yang ada pada masalah yang dimaksud, dan memikirkan strategi
pemecahan masalah. Selanjutnya siswa bekerja menyelesaikan masalah dengan
caranya sendiri berdasarkan pengetahuan awal yang dimilikinya, sehingga
dimungkinkan adanya perbedaan penyelesaian siswa yang satu dengan yang lainnya.
Guru mengamati, memotivasi, dan memberi bimbingan terbatas, sehingga siswa dapat
memperoleh penyelesaian masalah-masalah tersebut. Karakteristik PMR yang muncul
pada langkah ini yaitu karakteristik kedua menggunakan model
4) Langkah 4 : Membandingkan jawaban
Guru meminta siswa membentuk kelompok secara berpasangan dengan teman
sebangkunya, bekerja sama mendiskusikan penyelesaian masalah-masalah yang telah
diselesaikan secara individu (negosiasi, membandingkan, dan berdiskusi). Guru
mengamati kegiatan yang dilakukan siswa, dan memberi bantuan jika dibutuhkan.
Dipilih kelompok berpasangan, dengan pertimbangan efisiensi waktu. Karena di
sekolah tempat pelaksanaan ujicoba, menggunakan bangku panjang. Sehingga
kelompok dengan jumlah anggota yang lebih banyak, membutuhkan waktu yang lebih
lama dalam pembentukannya.
Sedangkan kelompok berpasangan tidak membutuhkan waktu, karena siswa
telah duduk dalam tatanan kelompok berpasangan. Setelah diskusi berpasangan
dilakukan, guru menunjuk wakil-wakil kelompok untuk menuliskan masing-masing
ide penyelesaian dan alasan dari jawabannya, kemudian guru sebagai fasilitator dan
modarator mengarahkan siswa berdiskusi, membimbing siswa mengambil kesimpulan
sampai pada rumusan konsep/prinsip berdasarkan matematika formal (idealisasi,
abstraksi). Karakteristik PMR yang muncul yaitu interaksi
5) Langkah 5: Menyimpulkan
Dari hasil diskusi kelas, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan
suatu rumusan konsep/prinsip dari topik yang dipelajari. Karakteristik PMR yang
muncul pada langkah ini adalah adanya interaksi antar siswa dengan guru.
10. Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat
Pendekatan Science, Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains,
Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan konsep,
keterampilan proses, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan. Istilah Sains
Teknologi Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris disebut Sains Technology
Society (STS), Science Technology Society and Environtment (STSE) atau
Sains Teknologi Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun istilahnya banyak namun
sebenarnya intinya sama yaitu Environtment, yang dalam berbagai kegiatan perlu
ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan pendekatan terpadu antara
sains, teknologi, dan isu yang ada di masyarakat. Adapun tujuan dari pendekatan STM
ini adalah menghasilkan peserta didik yang cukup memiliki bekal pengetahuan,
sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam
masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah
diambilnya.
Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme,
yaitu peserta didik menyusun sendiri konsep-konsep di dalam struktur kognitifnya
berdasarkan apa yang telah mereka ketahui.4

REFERENSI

Erman suherman,dkk, 2003, strategi pembelajaran matimatika kontenporer, Bandung


: UPI.

Sofyan, 2007, matematika ,Jakarta : Depdikbud.


Sudarman benu, 2000, pemahaman konsep pecahan dalam tiga kelompok pelajar
secara keratan lintang, Malaysia : Universitas teknologi Malaysia.

http://sakinahninaarz009.blogspot.com/2014/06/macam-macam-pendekatan-
pembelajaran.html,26,november,2019.

4
http://sakinahninaarz009.blogspot.com/2014/06/macam-macam-pendekatan-pembelajaran.html

Anda mungkin juga menyukai