Anda di halaman 1dari 37

Aset Tidak Lancar

A. Piutang pengembangan perkebunan rakyat


1. Defnisi
Piutang Pengembangan Perkebunan Rakyat (Piutang PPR) adalah piutang yang timbul dari
program pemerintah untuk pengembangan perkebunan rakyat yang akan diselesaikan lebih dari
satu periode akuntansi, seperti antara lain: Program PIR dan KKP-E.
2. Dasar Pengaturan
Dasar pengaturan untuk piutang pengembangan perkebunan rakyat antara lain:
1. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian;
2. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran;
3. PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
3. Penjelasan
 Pengembangan Perkebunan Rakyat merupakan program pemerintah terkait dengan
bidang perkebunan, yang mewajibkan entitas untuk membina masyarakat untuk
menghasilkan komoditi perkebunan tertentu dalam wilayah kerja entitas.
 Program Pengembangan Perkebunan Rakyat dibiayai oleh pemerintah dan atau lembaga
keuangan yang disalurkan kepada entitas atau ditalangi sementara oleh entitas.
Pengelolaan perkebunan rakyat ini akan diserahterimakan kepada petani senilai harga
konversi yang ditetapkan pemerintah pada saat perkebunan rakyat siap menghasilkan.
 Piutang PPR merupakan aset keuangan yang diklasifkasikan dalam kategori LR.
4. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan Pengukuran
a) Pengakuan dan pengukuran awal
Saat pengakuan awal, piutang PPR diakui pada saat penyerahan aset atau pembayaran
sebesar nilai wajarnya (biaya perolehan).
b) Pengukuran selanjutnya
 Pengukuran setelah pengakuan dan pengukuran awal, piutang PPR diukur sebesar
biaya perolehan yang diamortisasikan dengan suku bunga efektif (pada umumnya
tidak ada amortisasi tersebut).
 Piutang PPR berkurang pada saat pembayaran diterima atau dihapuskan.
 Tata cara pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai piutang mengacu pada
ketentuan umum aset keuangan pada Bab II paragraf 2.89–2.90.
 Piutang PPR dihentikan pengakuannya pada saat diselesaikan melalui pelunasan atau
dikompensasi dengan aset lain.
2) Penyajian
Piutang PPR disajikan dalam kelompok aset tidak lancar.
3) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
 rincian piutang PPR berdasarkan jenis dan jumlahnya; cakupan dan sifat, termasuk
kondisi yang bersifat signifkan yang dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan tingkat
kepastian arus kas di masa mendatang;
 kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria pengakuan dan dasar
pengukuran yang diterapkan;
 piutang yang dijadikan agunan, jika ada;
 penyisihan yang dibentuk;
 alasan dan dasar pembentukan penyisihan;
 jumlah penyisihan dan penghapusan piutang;
 pengungkapan lainnya.
Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur dalam pengungkapan instrumen
keuangan secara umum pada Bab II paragraf 2.93.
5. Ilustrasi Jurnal
1) Pada saat pengakuan awal
Db. Piutang PPR
Kr. Kas dan setara kas/pos yang terkait
2) Pada saat penyelesaian
Db. Kas dan setara kas
Kr. Piutang PPR
3) Pada saat terjadi penurunan nilai
Db. Beban cadangan penurunan nilai piutang
Kr. Akumulasi cadangan penurunan nilai piutang
4) Pada saat hapus buku
Db. Akumulasi cadangan penurunan nilai piutang
Db. Beban penghapusan piutang
Kr. Piutang PPR
5) Pada saat penerimaan pelunasan piutang yang telah dihapusbukukan
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan nonusaha
B. Piutang antar badan hukum jangka panjang
1. Defnisi
Piutang antar badan hukum jangka panjang adalah piutang yang timbul sebagai akibat dari
transaksi dengan pihak yang berelasi, selain untuk pos yang telah ditentukan penyajiannya dan
akan diselesaikan lebih dari satu periode setelah tanggal laporan posisi keuangan.
2. Penjelasan
 Pihak-pihak berelasi yang dimaksud adalah hubungan antar BUMN perkebunan.
 Piutang antar badan hukum jangka panjang mencakup piutang yang timbul dari transaksi
nonusaha antara entitas dengan entitas lain, entitas anak, dan entitas asosiasinya yang
berelasi, dimana akan diselesaikan dalam satu periode setelah tanggal laporan posisi
keuangan.
 Piutang antar badan hukum jangka panjang termasuk aset keuangan yang diklasifkasikan
dalam kategori LR.
3. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan Pengukuran
a) Pengakuan dan pengukuran awal
Piutang antar badan hukum jangka panjang diakui pada saat penyerahan aset atau
pembayaran sebesar biaya perolehan.
b) Pengukuran selanjutnya
 Piutang antar badan hukum jangka panjang diukur sebesar biaya perolehan yang
diamortisasi dengan suku bunga efektif.
 Piutang antar badan hukum jangka panjang secara periodik dilakukan uji penurunan
nilai untuk menentukan cadangan kerugian penurunan nilai piutang dengan mengacu
pada ketentuan umum aset keuangan pada Bab II paragraf 2.89–2.90.
 Piutang antar badan hukum jangka panjang dihentikan pengakuannya pada saat
diselesaikan melalui pelunasan atau penyelesaian lainnya.
2) Penyajian
Piutang antar badan hukum jangka panjang disajikan sebagai aset tidak lancar.
3) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
 rincian piutang antar badan hukum jangka pendek berdasarkan jenis, umur dan jumlah;
 kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria pengakuan dan dasar
pengukuran yang diterapkan;
 nama entitas sebagai debitur (yang dikendalikan bersama oleh pemerintah) dan sifat
hubungannya dengan entitas;
 sifat dan jumlah setiap transaksi yang secara individual signifkan;
 transaksi lain signifkan secara kolektif, indikasi kuantitatif atau kualitatif luasnya
transaksi;
 pengungkapan lainnya.
Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur dalam pengungkapan instrumen
keuangan secara umum pada Bab II paragraf 2.93.
4. Ilustrasi Jurnal
Untuk ilustrasi jurnal piutang antar badan hukum jangka panjang dapat mengacu pada
piutang antar badan hukum jangka pendek
C. Investasi jangka panjang
1. Defnisi
Investasi jangka panjang adalah investasi yang tidak segera dicairkan dan
dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (dua belas) bulan yang berbentuk aset keuangan.
2. Penjelasan
 Investasi jangka panjang adalah penanaman dana yang berisiko atau yang sejenis yang
dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan dan akan diselesaikan dalam jangka waktu
lebih dari 12 (dua belas) bulan.
 Investasi jangka panjang berupa bentuk penempatan dana di efek utang, misalnya
obligasi yang akan jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal laporan
posisi keuangan.
 Investasi jangka panjang merupakan aset keuangan yang diklasifkasikan dalam kategori
HTM.
3. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan Pengukuran
a) Pengakuan dan pengukuran awal
Penempatan dana sebagai investasi jangka panjang diakui pada saat dilakukan
penyerahan dana sebesar biaya perolehan.
b) Pengukuran selanjutnya
Investasi jangka panjang dengan diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi
dengan menggunakan suku bunga efektif.
Penurunan Nilai
Penurunan nilai diakui sebagai kerugian pada saat terjadinya.
Pemulihan Nilai
 Pemulihan nilai diakui sebagai keuntungan pada saat terjadinya.
 Jumlah pemulihan nilai tersebut tidak boleh mengakibatkan jumlah tercatat pada saat
pemulihan melebihi jumlah yang seharusnya jika tidak terjadi penurunan nilai.
Pendapatan Investasi
Pendapatan bunga diakui sebagai pendapatan nonusaha.
Penghentian Pengakuan
 Investasi jangka panjang dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan misalnya
dijual atau jatuh tempo.
 Laba atau rugi dari pelepasan invetasi jangka panjang diakui dalam pendapatan dan
beban nonusaha.
2) Penyajian
Investasi jangka panjang disajikan dalam kelompok aset tidak lancar
3) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
 cakupan dan sifat instrumen keuangan, termasuk syarat dan kondisi signifkan yang
mempengaruhi jumlah, waktu dan tingkat kepastian arus kas di masa mendatang;
 kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria pengakuan dan
pengukuran;
 apakah pembelian dan penjualan dicatat pada tanggal transaksi atau penyelesaian;
 nilai tercatat dari investasi jangka panjang yang dijadikan agunan.
 nilai tercatat dari investasi jangka panjang yang termasuk bagian diperdagangkan;
 alasan reklasifkasi, jika melakukan reklasifkasi;
 item material dari pendapatan, beban, keuntungan atau kerugian akibat investasi jangka
panjang;
 sifat dan jumlah kerugian penurunan nilai;
 pengungkapan lainnya.
Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur dalam pengungkapan
instrumen keuangan secara umum pada Bab II paragraf 2.93
4. Ilustrasi Jurnal
1) Pada saat perolehan awal:
 Diperoleh dengan premium
Db. Investasi jangka panjang – HTM
Db. Investasi jangka panjang – premium
Kr. Kas dan setara kas
 Diperoleh dengan diskonto
Db. Investasi jangka panjang – HTM
Kr. Investasi jangka panjang – diskonto
Kr. Kas dan setara kas
 Diperoleh pada par
Db. Investasi jangka panjang – HTM
Kr. Kas dan setara kas
2) Pendapatan bunga
 Diperoleh dengan premium
Db. Kas dan setara kas
Kr. Investasi jangka panjang – premium
Kr. Pendapatan bunga
 Diperoleh dengan diskon
Db. Kas dan setara kas
Db. Investasi jangka panjang – diskonto
Kr. Pendapatan bunga
 Diperoleh pada par
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan bunga
3) Pada saat perubahan nilai wajar
Tidak ada jurnal
4) Pada saat penurunan nilai
Db. Kerugian penurunan nilai
Kr. Cadangan penurunan nilai
5) Pada saat pemulihan nilai
Db. Cadangan penurunan nilai
Kr. Keuntungan pemulihan nilai
6) Pada saat akan jatuh tempo
 Premium
Db. Investasi jangka pendek–HTM
Db. Investasi jangka pendek–premium
Kr. Investasi jangka panjang–HTM
Kr. Investasi jangka panjang–premium
 Diskonto
Db. Investasi jangka pendek–HTM
Db. Investasi jangka panjang – diskonto
Kr. Investasi jangka panjang–HTM
Kr. Investasi jangka pendek–diskonto
7) Pada saat jatuh tempo
 Dengan diskonto
Db. Kas dan setara kas
Db. Investasi jangka pendek – diskonto
Kr. Investasi jangka pendek – HTM
 Dengan premium
Db. Kas dan setara kas
Kr. Investasi jangka pendek – premium
Kr. Investasi jangka pendek – HTM
 Pada par
Db. Kas dan setara kas
Kr. Investasi jangka pendek – HTM
D. Investasi pada entitas lain
1. Defnisi
Investasi pada entitas lain adalah penanaman dana dalam bentuk kepemilikan saham pada
entitas lain untuk tujuan jangka panjang di mana entitas (investor) tidak mempunyai pengaruh
signifkan.
2. Dasar Pengaturan
Dasar pengaturan untuk investasi pada entitas lain antara lain:
1. PSAK 23: Pendapatan;
2. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian;
3. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran;
4. PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
3. Penjelasan
 Investasi pada entitas lain merupakan penyertaan saham dengan tujuan jangka
panjang.
 Pada umumnya investasi pada entitas lain yang tidak memiliki pengaruh signifkan
adalah investasi dengan kurang dari 20% hak suara.
 Apabila entitas memiliki investasi pada entitas lain untuk tujuan jangka pendek, maka
perlakuan akuntansinya dapat mengacu ke bagian investasi jangka pendek pada bagian
aset lancar.
 Apabila entitas memiliki kepemilikan saham pada entitas lain kurang dari 20% hak
suara namun mempunyai pengaruh signifkan, maka perlakuan akuntansi mengacu pada
bagian investasi pada entitas asosiasi.
 Investasi pada entitas lain merupakan aset keuangan yang diklasifkasikan dalam
kategori AFS.
4. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan Pengukuran
a) Pengakuan dan pengukuran awal
Investasi pada entitas lain diakui pada saat perolehan saham sebesar biaya perolehan.
b) Pengukuran selanjutnya
Setelah pengakuan awal investasi pada entitas lain diukur sebesar nilai wajar.
Perubahan nilai wajar
Kenaikan atau penurunan atas perubahan nilai wajar diakui dalam pendapatan komprehensif
lain.
Penurunan nilai
Penurunan nilai diakui sebagai kerugian.
Pemulihan nilai
 Pemulihan nilai diakui sebagai keuntungan.
 Jumlah pemulihan nilai tersebut maksimal sebesar kerugian penurunan nilai
sebelumnya.
Pendapatan investasi
 Pendapatan dividen dari investasi pada entitas lain diakui sebagai pendapatan nonusaha.
 Penghasilan dividen diakui pada saat penentuan pembagian dividen sebesar bagiannya
atas dividen yang dibagikan.
Penghentian pengakuan
 Investasi pada entitas lain dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan misalnya dijual.
 Keuntungan atau kerugian dari pelepasan invetasi pada entitas lain diakui dalam
pendapatan atau beban nonusaha.
2) Penyajian
Investasi pada entitas lain disajikan dalam kelompok aset tidak lancar.
3) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
 cakupan dan sifat instrumen keuangan, termasuk syarat dan kondisi signifkan yang
mempengaruhi jumlah, waktu dan tingkat kepastian arus kas di masa mendatang;
 kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria pengakuan dan
pengukuran;
 apakah pembelian dan penjualan dicatat pada tanggal transaksi atau penyelesaian;
 nilai tercatat dari investasi jangka panjang yang dijadikan agunan;
 alasan reklasifkasi, jika melakukan reklasifkasi;
 hal material dari pendapatan, beban, keuntungan atau kerugian akibat investasi jangka
panjang;
 sifat dan jumlah kerugian penurunan nilai;
 tambahan saham yang berasal dari dividen saham yang dikeluarkan oleh investee;
 pengungkapan lainnya.
Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur dalam pengungkapan
instrumen keuangan secara umum pada Bab II paragraf 2.93.
5. Ilustrasi Jurnal
1) Pada saat perolehan
Db. Investasi pada entitas lain – AFS
Kr. Kas dan setara kas
2) Pada saat perubahan nilai wajar investasi
 Terjadi keuntungan
Db. Investasi pada entitas lain – AFS
Kr. Penyesuaian nilai wajar (pendapatan komprehensif lain)
 Terjadi kerugian
Db. Penyesuaian nilai wajar (pendapatan komprehensif lain)
Kr. Investasi pada entitas lain – AFS
3) Pada saat pengakuan pendapatan investasi berupa dividen
 Pada saat pengumuman dividen
Db. Piutang dividen
Kr. Pendapatan dividen
 Pada saat penerimaan dividen
Db. Kas dan setara kas
Kr. Piutang dividen
4) Pada saat penurunan nilai
Db. Kerugian penurunan nilai
Kr. Penyesuaian nilai wajar (pendapatan komprehensif lain)
Kr. Investasi pada entitas lain – AFS
5) Pada saat pemulihan nilai
Db. Investasi pada entitas lain – AFS
Kr. Keuntungan pemulihan nilai
6) Pada saat pelepasan investasi
Db. Kas dan setara kas
Db/Kr Penyesuaian nilai wajar (pendapatan komprehensif lain)
Dr/Kr Kerugian/keutungan
Kr. Investasi pada entitas lain-AFS
E. Investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama
1. Defnisi
Investasi pada entitas asosiasi adalah penanaman dana dalam bentuk kepemilikan saham
pada entitas lain untuk tujuan jangka panjang di mana investor mempunyai pengaruh signifkan.
Investasi pada ventura bersama (pengendalian bersama entitas) adalah investasi pada entitas
lain, dimana entitas mempunyai pengendalian bersama dengan venturer lain atas entitas tersebut.
2. Dasar Pengaturan
Dasar pengaturan untuk investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama antara lain:
1. PSAK 12: Bagian partisipasi dalam ventura bersama
2. PSAK 15: Investasi pada entitas asosiasi
3. Penjelasan
 Entitas asosiasi adalah suatu entitas, termasuk entitas nonkorporasi seperti persekutuan,
dimana entitas memiliki pengaruh signifkan dan bukan merupakan entitas anak ataupun
bagian partisipasi dalam ventura bersama.
 Pengaruh signifkan dimiliki oleh entitas jika memiliki 20% atau lebih hak suara, kecuali
dapat dibuktikan bahwa tidak ada pengaruh signifkan.
 Kepemilikan hak suara kurang dari 20% dianggap tidak memiliki pengaruh signifikan,
kecuali dapat dibuktikan bahwa ada pengaruh signifkan.
 Keberadaan pengaruh signifkan dibuktikan dengan satu atau lebih cara berikut:
 keterwakilan dalam dewan direksi dan dewan komisaris atau organ setara investee;
 partisipasi dalam proses pembuatan kebijakan yang bersifat strategic terkait dengan
masalah keuangan dan operasional, termasuk partisipasi dalam pengambilan
keputusan tentang dividen atau distribusi lainnya;
 adanya transaksi material antara investor dengan investee. Transaksi material
dimaksud adalah sebagian besar transaksi investee dilakukan investor.
 pertukaran personel manajerial;
 penyediaan informasi teknis pokok, termasuk rahasia bisnis yang tidak dipublikasikan
kepada publik.
 Dalam menilai keberadaan pengaruh signifkan, hak suara potensial yang dimiliki entitas
dan investor lain harus dipertimbangkan.
 Hak suara potensial dapat timbul apabila entitas memiliki waran atau opsi saham, atau
instrumen lain yang dapat dikonversi menjadi saham. Kepemilikan instrumen tersebut
memberikan potensi bagi entitas untuk menambah hak suara kepada entitas lain atau
mengurangi hal suara dari pihak lain.
 Entitas menilai apakah hak suara potensial berkontribusi terhadap munculnya suatu
pengendalian, dengan cara:
 menguji fakta dan keadaan timbulnya hak suara potensial;
 menguji syarat pelaksanaan hak suara potensial;
 menguji perjanjian kontraktual lain, yang dipertimbangkan secara individual maupun
kombinasi.
 Apabila investasi pada entitas asosiasi kehilangan pengaruh signifkan, maka perlakuan
akuntansi mengikuti bagian investasi pada entitas lain. Hal yang sama apabila investasi
pada ventura bersama kehilangan pengendalian bersama dan tidak menjadi pengaruh
signifkan.
 Pengendalian bersama entitas adalah persetujuan kontraktual untuk berbagi pengendalian
atas suatu aktivitas ekonomi, dan ada hanya ketika keputusan keuangan dan operasional
strategis terkait dengan aktivitas tersebut mensyaratkan konsensus dari seluruh pihak-
pihak yang berbagi pengendalian (venturer).
 Pengendalian bersama entitas harus didukung oleh suatu perjanjian kontraktual.
 Investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama dicatat dengan menggunakan metode
ekuitas.
 Metode ekuitas adalah metode akuntansi dimana investasi pada awalnya diakui sebesar
biaya perolehan dan selanjutnya disesuaikan untuk perubahan pasca perolehan dalam
bagian investor atas aset neto investee. Laba atau rugi investor meliputi bagian investor
atas laba atau rugi investee.
4. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan Pengukuran
a) Pengakuan dan pengukuran awal
Investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama diakui sebesar biaya perolehan.
b) Pengukuran selanjutnya
 Laba rugi investee diakui sebesar bagian entitas atas laba atau rugi tersebut sebagai
pendapatan dan penambah jumlah tercatat investasi pada entitas asosiasi/ventura
bersama.
 Dividen tunai diakui sebagai pengurang jumlah tercatat invetasi pada entitas
asosiasi/ventura bersama.
 Dividen saham tidak mempengaruhi jumlah tercatat investasi pada entitas
asosiasi/ventura bersama.
 Bagian laba/rugi menambah/mengurangi investasi pada entitas asosiasi/ventura
bersama. Akumulasi kerugian yang diakui tidak boleh mengakibatkan investasi
menjadi negatif.
2) Penyajian
Investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama disajikan dalam kelompok aset tidak lancar.
3) Pengungkapan
a) Hal-hal yang harus diungkapkan untuk investasi pada entitas asosiasi antara lain:
 nilai wajar investasi pada entitas asosiasi yang tersedia kuotasi harga yang
dipublikasikan;
 ringkasan informasi keuangan entitas asosiasi;
 alasan mengapa mempunyai pengaruh signifkan, namun entitas memiliki kurang dari
20% hak investee;
 alasan mengapa tidak mempunyai pengaruh signifkan, namun entitas memiliki lebih dari
20% hak investee;
 sifat dan tingkatan pembatasan signifkan atas kemampuan entitas asosiasi mentransfer
dana kepada entitas dalam bentuk dividen tunai;
 bagian rugi entitas asosiasi yang tidak diakui apabila kerugian telah melewati nilai
investasi;
 pengungkapan lain.
b) Hal-hal yang harus diungkapkan untuk investasi pada ventura bersama antara lain:
 jumlah liabilitas kontijensi (jika ada) yang ditanggung venturer sendiri dan para venturer,
bagian liabilitas kontijensi ventura bersama, dan liabilitas kontijensi atas venturer lain;
 komitmen modal venturer sendiri dan para venturer, dan bagian komitmen modal
ventura;
 dafar dan penjelasan bagian partisipasi dalam ventura bersama yang signifkan dan bagian
partisipasi kepemilikan dalam pengendalian bersama entitas;
 jumlah agregat aset, liabilitas, penghasilan dan beban yang terkait dengan partisipasinya
dalam ventura bersama;
 pengungkapan lainnya.
5. Ilustrasi Jurnal
1) Pada saat penyertaan
Db. Investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama
Kr. Kas dan setara kas
2) Pada saat pengakuan bagian laba atau rugi
 Jika terdapat laba
Db. Investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama
Kr. Bagian laba/rugi
 Jika terdapat rugi
Db. Bagian laba/rugi
Kr. Investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama
3) Pada saat pengakuan dividen tunai
 Pada saat pengumuman
Db. Piutang dividen
Kr. Investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama
 Pada saat penerimaan
Db. Kas dan setara kas
Kr. Piutang dividen
4) Pada saat pengakuan dividen saham
Tidak terdapat jurnal
5) Pada saat pelepasan investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama
 Terjadi keuntungan
Db. Kas dan setara kas
Kr. Investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama
Kr. Keuntungan pelepasan investasi
 Terjadi kerugian
Db. Kas dan setara kas
Kr. Kerugian pelepasan investasi
Kr. Investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama
F. Properti investasi
1. Defnisi
Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau
kedua-duanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk
menghasilkan pendapatan rental atau untuk kenaikan nilai atau keduanya, dan tidak untuk:
 digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk
tujuan administratif; atau
 dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
Properti yang digunakan sendiri adalah properti yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee
melalui sewa pembiayaan) untuk:
 digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa; atau
 untuk tujuan administratif.
2. Dasar Pengaturan
Dasar pengaturan untuk properti investasi antara lain adalah PSAK 13: Properti Investasi.
3. Penjelasan
 Properti investasi menghasilkan sebagian besar arus kas secara bebas dari aset lainnya,
sementara aset yang digunakan sendiri (aset tetap) dapat menghasilkan arus kas yang
didistribusikan tidak hanya pada property tersebut, tetapi juga pada aset lain yang
digunakan dalam proses produksi atau persediaan.
 Berikut adalah contoh properti investasi:
 tanah yang dikuasai dalam jangka panjang untuk kenaikan nilai dan bukan untuk
dijual jangka pendek dalam kegiatan usaha sehari-hari;
 tanah yang dikuasai saat ini yang penggunaannya di masa depan belum ditentukan;
 bangunan yang dimiliki (atau dikuasai melalui sewa pembiayaan) dan disewakan
kepada pihak lain melalui satu atau lebih sewa operasi;
 bangunan yang belum terpakai tetapi tersedia untuk disewakan kepada pihak lain
melalui satu atau lebih sewa operasi.
 Berikut adalah contoh aset yang bukan merupakan properti investasi:
 properti yang dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan usaha seharihari atau sedang
dalam proses pembangunan atau pengembangan untuk dijual;
 properti dalam proses pembangunan atau pengembangan atas nama pihak ketiga;
 properti yang digunakan sendiri, termasuk:
 properti yang dikuasai untuk digunakan di masa depan sebagai properti yang
digunakan sendiri;
 properti yang dimiliki untuk pengembangan di masa depan dan penggunaan
selanjutnya sebagai properti yang digunakan sendiri, properti yang digunakan
oleh karyawan dengan atau tanpa karyawan tersebut membayar rental sesuai
harga pasar;
 properti yang digunakan sendiri yang menunggu untuk dijual.
 properti yang disewakan kepada entitas lain dengan cara sewa pembiayaan.
 Biaya perolehan dari properti investasi yang dibeli meliputi harga pembelian dan setiap
pengeluaran yang dapat diatribusikan secara langsung. Pengeluaran yang dapat
diatribusikan langsung termasuk, misalnya, biaya jasa hukum, pajak penjualan dan biaya
transaksi lainnya.
 Transfer dari dan ke properti investasi apabila ada perubahan penggunaan:
 ke properti investasi;
 berakhirnya penggunaan oleh pemilik, dari properti yang digunakan sendiri,
termasuk aset tetap, menjadi properti investasi;
 berakhirnya pembangunan atau pengembangan, dari properti yang sedang
dibangun atau dikembangkan, termasuk aset tetap, menjadi properti investasi;
 dimulai sewa operasi ke entitas lain, dari persediaan menjadi property investasi.
 dari properti investasi;
 digunakan sendiri, dari properti investasi menjadi properti yang digunakan sendiri
(aset tetap);
 mulai dikembangkan untuk dijual, dari properti investasi menjadi persediaan.
 Properti investasi dihentikan pengakuannya atau dikeluarkan dari laporan posisi
keuangan pada saat:
 pelepasan; atau
 tidak digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki manfaat ekonomi di masa
depan yang dapat diharapkan pada saat pelepasannya.
 Pedoman ini menggunakan model biaya sebagai kebijakan akuntansi untuk seluruh
properti investasi.
 Properti investasi disusutkan sesuai dengan pola manfaat selama umur manfaat.
Ketentuan penurunan nilai mengacu pada paragraf 3.360–3.364.
4. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan Pengukuran
a) Pengakuan dan pengkuran awal
 Properti investasi pada awalnya diukur sebesar biaya perolehan.
 Biaya perolehan properti investasi melalui sewa pembiayaan diukur pada jumlah
mana yang lebih rendah antara nilai wajar dan nilai kini dari pembayaran sewa
minimum (pengertian pembayaran sewa minimum dapat dilihat pada Bab III paragraf
3.351).
b) Pengukuran selanjutnya
 Properti investasi diukur pada harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan
akumulasi penurunan nilai.
 Laba atau rugi akibat penghentian atau pelepasan properti investasi diakui dalam
pendapatan atau beban nonusaha.
2) Penyajian
Properti investasi disajikan dalam kelompok aset tidak lancar.
3) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
 model pengukuran yang digunakan, yaitu model biaya;
 jumlah yang diakui dalam laporan laba rugi komprehensif untuk:
 penghasilan rental;
 beban operasi langsung dari properti investasi yang menghasilkan dan tidak
menghasilkan penghasilan rental;
 keberadaan dan jumlah pembatasan atas realisasi dari property investasi atau pembayaran
penghasilan dan hasil pelepasan;
 kewajiban kontraktual untuk membeli, membangun atau mengembangkan properti
investasi atau untuk perbaikan, pemeliharaan atau peningkatan;
 penyusutan atas properti investasi meliputi:
 metode penyusutan;
 masa manfaat atau tarif penyusutan;
 jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (agregat dengan akumulasi rugi
penurunan nilai) pada awal dan akhir periode;
 rekonsiliasi jumlah tercatat properti investasi pada awal dan akhir periode, yang
menunjukkan:
 penambahan;
 penambahan dari akuisisi melalui penggabungan usaha;
 aset yang diklasifkasikan sebagai Aset Dimiliki untuk Dijual yang dinilai mana yang
lebih rendah antara nilai tercatat dan nilai jual dikurangi beban penjualan;
 penyusutan;
 jumlah dan rugi penurunan nilai yang diakui, dan jumlah pemulihan rugi penurunan
nilai;
 perbedaan nilai tukar bersih yang timbul pada penjabaran laporan keuangan;
 transfer ke dan dari persediaan dan properti yang digunakan sendiri; dan
 perubahan lain;
 pengungkapan lainnya.
5. Ilustrasi Jurnal
1) Pada saat perolehan
Db. Properti investasi
Kr. Kas dan setara kas/aset tetap
2) Pada saat pengakuan pendapatan sewa
Db. Piutang sewa
Kr. Pendapatan sewa
3) Pada saat penerimaan sewa
Db. Kas dan setara kas
Kr. Piutang sewa
4) Pada saat penyusutan
Db. Beban penyusutan
Kr. Akumulasi penyusutan
5) Pada saat penghentian pengakuan
 Melalui penjualan
 Terjadi keuntungan
Db. Kas dan setara kas
Kr. Properti investasi
Kr. Keuntungan pelepasan investasi
 Terjadi kerugian
Db. Kas dan setara kas
Db. Kerugian pelepasan investasi
Kr. Properti investasi
 Transfer ke aset lain
Db. Aset yang terkait
Kr. Properti investasi
G. Aset tanaman semusim
1. Defnisi
Aset tanaman semusim adalah aset tanaman perkebunan semusim yang belum menghasilkan
(aset pembibitan).
2. Dasar Pengaturan
Dasar pengaturan aset tanaman semusim antara lain adalah:
1. PSAK 16: Aset Tetap
3. PSAK 48: Penurunan Nilai Aset
3. Penjelasan
1) Biaya Perolehan
 Aset tanaman semusim yang diakui sebagai aset tanaman adalah bibit untuk tanaman
yang akan datang.
 Biaya perolehan adalah sebesar jumlah kas atau setara kas atau pengorbanan lain
yang dibayarkan atau imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset
tanaman semusim. Biaya perolehan diakui jika memenuhi dua syarat, yaitu:
 adanya kemungkinan besar manfaat ekonomi yang akan mengalir ke entitas;
 dapat diukur dengan andal.
 Biaya perolehan awal aset tanaman semusim antara lain:
 biaya yang diakui sebagai bagian dari pembibitan, yaitu:
 biaya input Adalah harga perolehan bibit dan biaya lainnya yang dikeluarkan
entitas sampai dengan bibit siap tanam.
 biaya proses Adalah biaya-biaya yang dikeluarkan setelah biaya input sampai
menjadi bibit tanaman berikutnya yang terdiri dari:
 biaya tenaga kerja langsung di unit/kebun untuk pemeliharaan aset
tanaman belum menghasilkan meliputi imbalan kerja yang terkait
langsung dengan pembudidayaan tanaman seperti upah tenaga kerja;
 biaya-biaya lainnya yang terjadi di unit/kebun yang dapat diatribusikan
secara langsung ke aset tanaman semusim seperti:
a) biaya penyiapan lahan (land clearing),
b) biaya handling dan pengangkutan bibit tanaman,
c) biaya penanaman, pemupukan, dan pemeliharaan,
d) biaya pengujian aset tanaman,
e) biaya komisi profesional yang menangani aset tanaman.
 alokasi biaya tidak langsung; Biaya tidak langsung yang dapat dikapitalisasi
ke aset tanaman semusin antara lain biaya pinjaman sesuai yang disyaratkan
dalam Bab IV paragraf 4.17-4.24.
 biaya penyisipan
 biaya penyisipan/sulaman suatu aset tanaman dalam areal pembibitan diakui
sebagai penambah jumlah tercatat aset tanaman semusim.
 biaya penyisipan/sulaman suatu aset tanaman dalam areal kebun diakui sebagai
beban.
2) Bukan Biaya Perolehan
 Biaya-biaya yang tidak terkait secara langsung dengan pembudidayaan tanaman tidak
dapat diakui sebagai biaya perolehan dan harus dibebankan pada periode terjadinya.
Contoh biaya-biaya tersebut antara lain:
 biaya tenaga kerja yang tidak terkait secara langsung dengan pembudidayaan aset
tanaman seperti bonus, tunjangan, dan sebagainya;
 biaya pembukaan fasilitas baru;
 biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru,
termasuk biaya pelatihan staf;
 biaya administrasi dan biaya overhead umum lainnya;
 biaya umum dan administrasi diunit/kebun, kantor pusat/kantor direksi, dan di
tempat lainnya;
Biaya pemborosan material, tenaga kerja, dan lainnya tidak termasuk biaya perolehan aset
tanaman semusim.
Penyusutan
 Penyusutan aset tanaman semusim dimulai ketika bibit ditanam menjadi tanaman siap
panen.
 Jumlah penyusutan adalah sebesar jumlah yang dapat disusutkan dengan metode garis
lurus tanpa dikurangi nilai residu.
 Entitas dapat mengubah metode penyusutan yang berbeda dengan yang telah ditentukan
dalam Pedoman ini jika didukung oleh pendapat ahli.
Perubahan Estimasi Akuntansi
 Entitas melakukan review atas umur manfaat dan metode penyusutan aset tanaman
semusim secara periodik. Apabila ada perubahan, maka perubahan tersebut berlaku
secara prospektif.
Penurunan dan Pemulihan Nilai
 Pada setiap tanggal laporan keuangan harus dilakukan review atas adanya indikasi
penurunan nilai aset tanaman semusim. Jika terdapat indikasi penurunan nilai aset
tanaman semusim, maka entitas harus menaksir jumlah yang dapat diperoleh kembali dari
aset tersebut. (Penjelasan lebih detail mengenai indikasi penurunan nilai dapat dilihat
pada Bab III paragraf 3.360-3.364).
 Apabila jumlah yang dapat diperoleh kembali lebih rendah dibandingkan dengan jumlah
tercatat, maka entitas mengakui kerugian penurunan nilai aset. Pada periode selanjutnya,
apabila jumlah yang dapat diperoleh kembali meningkat, maka entitas mengakui
keutungan pemulian nilai, tetapi tidak boleh menyebabkan nilai buku setelah pemulihan
nilai melebihi nilai buku seumpama tidak terjadi penurunan nilai sebelumnya.
Penghentian Pengakuan
 Penghentian pengakuan aset tanaman semusim dilakukan saat aset tanaman semusim
diganti atau dimusnahkan, dijual, atau dengan cara lainnya.
Model Pengukuran
 Pedoman ini menggunakan model biaya sebagai kebijakan akuntansi untuk pengukuran
setelah pengakuan awal.
4. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan Pengukuran
a) Pengakuan dan pengukuran awal
Biaya perolehan aset tanaman semusim diakui sebesar akumulasi biaya yang dapat
dikapitalisasi sampai menjadi tanaman siap panen.
b) Pengukuran selanjutnya
 Aset tanaman semusim diukur pada biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan
dan akumulasi rugi penurunan nilai.
Penyusutan
 Penyusutan aset tanaman semusim diakui sebagai penambah biaya perolehan persediaan
yang dihasilkannya.
 Akumulasi penyusutan aset tanaman semusim disajikan sebagai pos pengurang jumlah
tercatatnya.
Penurunan dan pemulihan nilai
 Penurunan nilai diakui sebagai kerugian pada periode terjadinya. Pemulihan penurunan
nilai diakui sebesar keuntungan pada periode terjadinya.
 Akumulasi rugi penurunan nilai aset tanaman semusim disajikan sebagai pos lawan.
Penghentian pengakuan
 Keuntungan atau kerugian dari penghentian pengakuan diakui pada periode terjadinya.
 Keuntungan atau kerugian tersebut disajikan sebagai pendapatan atau beban nonusaha.
2) Penyajian
Aset tanaman semusim disajikan dalam kelompok aset tidak lancar.
3) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
1. rincian jenis dan jumlah aset tanaman semusim yaitu aset tanaman pembibitan;
2. dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah bruto aset tanaman semusim;
3. metode penyusutan yang digunakan;
4. umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
5. jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan awal dan akhir periode;
6. rekonsiliasi jumlah tercatat awal dan akhir periode yang menunjukkan:
a. penambahan;
b. pelepasan;
c. penurunan nilai tercatat;
d. penyusutan;
e. perbedaan pertukaran neto yang timbul;
f. setiap pengklasifkasian kembali;
7. pengungkapan lainnya.
5. Ilustrasi Jurnal
1) Pada saat perolehan
Db. Aset tanaman semusim
Kr. Beban input
Kr. Beban tenaga kerja langsung/pos beban langsung lainnya
Kr. Beban bunga yang dikapitalisasi
2) Penyusutan
Db. Beban penyusutan – aset tanaman semusim
Kr. Akumulasi penyusutan – aset tanaman semusim
(Beban penyusutan akan menjadi biaya perolehan persediaan)
3) Penurunan nilai
Db. Kerugian penurunan nilai (beban nonusaha)
Kr. Akumulasi penurunan nilai – aset tanaman semusim
4) Penghentian pengakuan
Db. Akumulasi penyusutan
Db. Akumulasi penurunan nilai – aset tanaman semusim
Kr. Aset tanaman semusim
H. Aset tanaman tahunan
1. Defnisi
Aset tanaman tahunan adalah aset tanaman perkebunan yang terdiri dari tanaman belum
menghasilkan (TBM) dan tanaman telah menghasilkan (TM).
2. Dasar Pengaturan
Dasar pengaturan aset tanaman tahunan antara lain adalah:
1. PSAK 16: Aset Tetap
2. PSAK 48: Penurunan Nilai Aset
3. Penjelasan
 Aset tanaman tahunan dapat dibedakan menjadi:
1. tanaman belum menghasilkan (TBM);
2. tanaman telah menghasilkan (TM).
 Proses yang dilalui menjadi untuk aset tanaman tahunan adalah:
 dari pembibitan sampai dengan menjadi tanaman telah menghasilkan (proses dari
TBM menjadi TM);
 dari tanaman telah menghasilkan sampai dengan dihentikan pengakuannya, misalnya
ditebang atau diganti dengan tanaman lain.
Proses dari TBM menjadi TM
 Biaya perolehan awal aset tanaman tahunan antara lain:
 Biaya yang diakui sebagai bagian dari TBM (biaya perolehan awal), yaitu:
a) biaya input Adalah harga perolehan bibit dan biaya lainnya yang dikeluarkan
entitas sampai dengan bibit siap tanam.
b) biaya proses Adalah biaya-biaya yang dikeluarkan setelah biaya input sampai
menjadi bibit tanaman berikutnya yang terdiri dari:
 biaya tenaga kerja langsung di unit/kebun untuk pemeliharaan aset tanaman
belum menghasilkan meliputi imbalan kerja yang terkait langsung dengan
pembudidayaan tanaman seperti upah tenaga kerja.
 biaya-biaya lainnya yang terjadi di unit/kebun yang dapat diatribusikan secara
langsung ke aset tanaman tahunan seperti:
 biaya penyiapan lahan (land clearing);
 biaya handling dan pengangkutan bibit tanaman;
 biaya penanaman, pemupukan, dan pemeliharaan;
 biaya pengujian aset tanaman tahunan apakah aset berfungsi dengan baik,
setelah dikurangi hasil bersih penjualan produk yang dihasilkan
sehubungan dengan pengujian tersebut;
 biaya komisi profesional yang menangani aset tanaman.
c) Alokasi biaya tidak langsung
Biaya pinjaman dikapitalisasi jika memenuhi persyaratan sesuai Bab IV paragraf
4.17–4.24.
 Penjualan hasil tanaman selama TBM diakui sebagai pendapatan usaha;
 Biaya penyisipan
 Pendekatan areal
 biaya penyisipan suatu aset tanaman dalam areal TBM diakui sebagai penambah
jumlah tercatat aset TBM.
 biaya penyisipan suatu aset tanaman dalam areal TM diakui sebagai beban
periode terjadinya.
 Pendekatan per pohon
 jumlah tercatat aset tanaman TM yang diganti diakui sebagai\ beban periode
terjadinya.
 biaya aset tanaman baru diakui sebagai biaya perolehan aset tanaman.
Bukan Biaya Perolehan
 Biaya-biaya yang tidak terkait secara langsung dengan pembudidayaan tanaman tidak
dapat diakui sebagai biaya perolehan dan harus dibebankan pada periode terjadinya.
Contoh biaya-biaya tersebut antara lain:
 biaya tenaga kerja yang tidak terkait secara langsung dengan pembudidayaan aset
tanaman seperti bonus, tunjangan, dsb;
 biaya pembukaan fasilitas baru;
 biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru, termasuk
biaya pelatihan staf;
 biaya administrasi dan biaya overhead umum lainnya;
 biaya umum dan administrasi di unit/kebun kantor pusat/kantor direksi, dan di tempat
lainnya.
 Biaya pemborosan material, tenaga kerja, dan lainnya tidak termasuk biaya perolehan
aset tanaman tahunan.
Reklasifkasi dari TBM ke TM
 TBM direklasifkasi ke TM pada saat tanaman menghasilkan.
 Penentuan waktu tanaman dapat menghasilkan ditentukan oleh:
1. pertumbuhan vegetatif; dan
2. berdasarkan taksiran manajemen.
 Setelah menjadi TM
 Biaya perolehan TM sebesar nilai tercatat TBM yang direklasifkasi ke TM.
 Biaya-biaya yang terjadi setelah TM diakui sebagai beban periode terjadinya, kecuali
biaya-biaya yang memenuhi syarat untuk dikapitalisasi ke aset.
 Biaya-biaya yangdikeluarkan untukmemelihara asettanaman yang tidak menambah
manfaat ekonomis aset tanaman, atau biaya-biaya yang mengembalikan aset tanaman
ke kondisi normalnya, maka biayabiaya tersebut dibebankan pada periode terjadinya.
Misalnya, biaya pemupukan rutin.
Penyusutan
 Penyusutan aset tanaman dimulai ketika TBM direklasifkasi ke TM.
 Penyusutan dilakukan menggunakan metode garis lurus dengan taksiran umur manfaat
(setelah menjadi TM) sebagai berikut:

Umur Manfaat
Jenis Aset Tanaman

25 tahun
Kelapa sawit

25 tahun
Karet

25 tahun
Kakao
Teh 50 tahun
Kina 15 tahun
Kopi 40 tahun
 Entitas dapat mengubah metode penyusutan dan/atau menggunakan umur manfaat yang
berbeda dengan yang telah ditentukan dalam Pedoman ini jika didukung oleh pendapat
ahli.
 Jumlah yang dapat disusutkan yaitu biaya perolehan dikurangi nilai residu.
Perubahan Estimasi Akuntansi
 Entitas melakukan review atas umur manfaat, nilai residu, dan metode penyusutan aset
tanaman semusim secara periodik. Apabila ada perubahan, maka perubahan tersebut
berlaku secara prospektif.
Penurunan dan Pemulihan Nilai
 Pada setiap tanggal laporan keuangan harus dilakukan review atas adanya indikasi
penurunan nilai aset tanaman tahunan. Jika terdapat indikasi penurunan nilai aset
tanaman tahunan, maka entitas harus menaksir jumlah yang dapat diperoleh kembali dari
aset tersebut. (Penjelasan lebih detail mengenai indikasi penurunan nilai dapat dilihat di
paragraf 3.360 - 3.364).
 Apabila jumlah yang dapat diperoleh kembali lebih rendah dibandingkan dengan jumlah
tercatat, maka entitas mengakui kerugian penurunan nilai aset. Pada periode selanjutnya,
apabila jumlah yang dapat diperoleh kembali meningkat, maka entitas mengakui
keuntungan pemulihan nilai, tetapi tidak boleh menyebabkan nilai buku setelah
pemulihan nilai melebihi nilai buku seumpama tidak terjadi penurunan nilai sebelumnya.
Penghentian pengakuan
 Penghentian pengakuan aset tanaman tahunan dilakukan saat aset tanaman tahunan
ditebang, dijual, atau dengan cara lainnya.
Model pengukuran
 Pedoman ini menggunakan model biaya sebagai kebijakan akuntansi untuk pengukuran
setelah pengakuan awal.
4. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan Pengukuran
a) Pengakuan dan pengukuran awal (TBM dan TM)
 Biaya perolehan TBM sebesar akumulasi biaya yang dikapitalisasi ke TBM tersebut.
 Biaya perolehan TM sebesar nilai tercatat TBM yang direklasifkasi ke TM.
b) Pengukuran selanjutnya (TBM dan TM)
 TBM diukur pada biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi rugi penurunan nilai.
 TM diukur pada biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan
akumulasi rugi penurunan nilai.
Penyusutan (TM)
 Penyusutan aset tanaman tahunan diakui sebagai beban produksi atau penambah biaya
perolehan persediaan yang dihasilkannya.
 Akumulasi penyusutan aset tanaman disajikan sebagai pos pengurang jumlah tercatatnya.
Penurunan nilai (TBM dan TM)
 Penurunan nilai diakui sebagai kerugian pada periode terjadinya.
 Akumulasi rugi penurunan nilai aset tanaman disajikan sebagai pos lawan jumlah
tercatatnya.
 Pemulihan penurunan nilai diakui sebagai keuntungan.
Penghentian pengakuan (TBM dan TM)
 Keuntungan atau kerugian yang terjadi diakui pada periode terjadinya.
 Keuntungan atau kerugian tersebut disajikan sebagai pendapatan atau beban nonusaha.
2) Penyajian
Aset tanaman tahunan disajikan dalam kelompok aset tidak lancar.
3) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
1. rincian jenis dan jumlah aset tanaman tahunan yaitu TBM dan TM;
2. dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah bruto aset tanaman tahunan;
3. metode penyusutan yang digunakan;
4. umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
5. jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan awal dan akhir periode;
6. rekonsiliasi jumlah tercatat awal dan akhir periode yang menunjukkan:
a. penambahan;
b. pelepasan;
c. penurunan nilai tercatat;
d. penyusutan;
e. perbedaan pertukaran neto yang timbul;
f. setiap pengklasifkasian kembali;
7. pengungkapan lainnya.
5. Ilustrasi Jurnal
1) Pada saat perolehan
a) Aset tanaman TBM
Db. Aset tanaman TBM
Kr. Beban input
Kr. Beban tenaga kerja langsung/pos beban langsung lainnya
Kr. Beban bunga yang dikapitalisasi
b) Reklasifkasi aset tanaman TBM menjadi TM
Db. Aset tanaman TM
Kr. Aset tanaman TBM
2) Penyusutan
Db. Beban penyusutan – aset tanaman TM
Kr . Akumulasi penyusutan – aset tanaman TM
(Beban penyusutan akan menjadi biaya perolehan persediaan)
3) Penurunan nilai
Db. Kerugian penurunan nilai (beban nonusaha)
Kr. Akumulasi penurunan nilai
4) Pemulihan nilai
Db. Akumulasi rugi penurunan nilai
Kr. Keuntungan pemulihan nilai (pendapatan nonusaha)
5) Penghentian pengakuan
Db. Akumulasi penyusutan – aset tanaman TM
Kr. Aset aset tanaman TM
I. Aset tetap
 Defnisi
Aset tetap adalah aset berwujud yang:
 dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
 diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode
 Dasar Pengaturan
Dasar pengaturan aset tetap adalah:
1. PSAK 16 : Aset Tetap
2. PSAK 30 : Sewa
3. PSAK 48 : Penurunan Nilai Aset
4. ISAK 8 : Penentuan Apakah Suatu Perjanjian Mengandung Sewa
5. ISAK 25 : Hak atas Tanah
 Penjelasan
 Aset tetap, antara lain, meliputi:
1. tanah;
2. gedung dan bangunan fsik lainnya;
3. mesin dan instalasi;
4. alat pertanian;
5. alat inventaris/peralatan;
6. jalan, jembatan, dan saluran air;
7. kendaraan.
 Aset tetap dapat diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun terlebih dahulu sampai
siap pakai.
 Aset tetap dapat diperoleh dari transaksi sewa pembiayaan, sedangkan jika dilakukan
dengan sewa operasi tidak dicatat sebagai aset tetap.
 Aset sewaan adalah aset yang berasal dari perjanjian sewa dan nonsewa yang
mengandung sewa.
 Kriteria perjanjian yang mengandung sewa adalah:
1. pemenuhan perjanjian tergantung pada penggunaan aset tertentu; dan
2. memberikan hak untuk menggunakan aset tertentu.
 Suatu sewa diklasifkasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa mengalihkan secara
substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset.
 Suatu sewa diklasifkasikan sebagai sewa operasi jika sewa tidak mengalihkan secara
substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset.
 Indikasi primer dari situasi yang mengarah pada sewa yang diklasifkasikan sebagai sewa
pembiayaan adalah:
 sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa;
 lessee mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah dibanding
nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada awal sewa
dapat dipastikan bahwa opsi memang akan dilaksanakan;
 masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomik aset meskipun hak milik
tidak dialihkan;
 pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara substansial
mendekati nilai wajar aset sewaan;
 aset sewaan memiliki karakteristik khusus dimana hanya lessee yang dapat
menggunakannya tanpa perlu modifkasi secara material.
 Indikator sekunder dari situasi yang menunjukkan bahwa sewa diklasifkasikan sebagai
sewa pembiayaan adalah:
 jika lessee dapat membatalkan sewa, kerugian lessor yang terkait dengan pembatalan
ditanggung oleh lessee;
 keuntungan atau kerugian dari fluktuasi nilai wajar residu dibebankan kepada lessee,
misalnya, dalam bentuk potongan harga sewa yang setara dengan sebagian besar hasil
penjualan residu pada akhir sewa;
 lessee memiliki kemampuan untuk melanjutkan sewa untuk periode kedua dengan
nilai sewa yang secara substansial lebih rendah dari nilai sewa pasar.
 Hak untuk menggunakan aset tersebut (paragraf 3.330 huruf 2) jika memenuhi salah satu
dari kondisi-kondisi berikut:
 pembeli mempunyai kemampuan atau hak untuk mengoperasikan aset;
 pembeli mempunyai kemampuan atau hak untuk mengendalikan akses fsik;
 kemungkinan kecil ada pembeli lain atau output aset dengan jumlah yang lebih besar
dari tidak signifkan dan harganya tidak tetap atau harga pasar.
 Aset tetap dapat diperoleh dari pertukaran suatu aset tetap dengan aset tetap lainnya,
termasuk pembayaran dalam bentuk kas, setara kas, atau aset keuangan lainnya.
 Pertukaran aset tetap dievaluasi apakah mengandung substansi komersial atau tidak.
Suatu transaksi pertukaran memiliki substansi komersial jika:
 konfgurasi risiko, waktu, dan jumlah arus kas dari aset yang diterima berbeda dengan
aset yang diserahkan; atau nilai khusus entitas dari kegiatan operasional yang
dipengaruhi oleh transaksi tersebut berubah; dan
 selisihnya adalah relatif signifkan terhadap nilai wajar dari aset yang dipertukarkan.
Biaya perolehan
 Biaya perolehan aset tetap terdiri dari:
 harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh
dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain;
 biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi
dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan
maksud manajemen;
 estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi
aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena
entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk
menghasilkan persediaan.
 Perubahan estimasi biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi
aset diakui sebagai bagian dari harga perolehan (menambah /mengurangi biaya
perolehan).
 Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah:
 biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dari pembangunan atau akuisisi aset
tetap;
 biaya penyiapan lahan untuk pabrik;
 biaya handling dan penyerahan awal;
 biaya perakitan dan instalasi;
 biaya pengujian aset baru apakah aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi hasil
bersih penjualan produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut,
misalnya sample yang diproduksi dari peralatan baru yang sedang diuji;
 komisi profesional, misalnya biaya arsitek.
 Contoh biaya-biaya yang bukan merupakan biaya perolehan aset tetap adalah:
 biaya pembukaan fasilitas baru;
 biaya pengenalan produk baru, termasuk biaya iklan dan aktivitas promosi;
 biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru, termasuk
biaya pelatihan staf;
 biaya administrasi dan overhead umum lainnya.
 Untuk aset tetap yang dibangun sendiri, biaya pemborosan material, tenaga kerja, dan
lainnya tidak termasuk biaya perolehan aset tetap.
 Pengukuran biaya perolehan aset tetap baru yang diperoleh dari pertukaran aset tetap
meliputi:
 Jika pertukaran aset tetap memiliki substansi komersial, maka aset tetap baru diukur
sebesar:
 nilai wajar aset tetap yang diserahkan; atau
 nilai wajar aset tetap yang diterima jika lebih andal dibandingkan nilai wajar aset
tetap yang diserahkan.
 Jika pertukaran tidak memiliki substansi komersial, atau nilai wajar dari aset tetap
yang diserahkan atau diterima tidak dapat diukur secara andal, maka diukur sebesar
nilai tercatat aset tetap yang diserahkan.
 Aset sewaan diukur sebesar pembayaran sewa minimum.
 Pembayaran sewa minimum adalah pembayaran selama masa sewa yang harus dibayar
oleh lessee atau lessee dapat dituntut untuk membayar, tidak meliputi rental kontinjen,
biaya jasa, dan pajak yang dibayar oleh dan diberikan gantinya kepada lessor, ditambah
dengan jumlah yang dijamin oleh lessee atau oleh pihak yang terkait dengan lessee.
 Biaya pinjaman dikapitalisasi jika memenuhi persyaratan sesuai Bab IV paragraf 4.17–
4.24.
 Hibah pemerintah yang terkait dengan perolehan suatu aset diakui sebagai pengurang
biaya perolehan aset.
Biaya setelah perolehan awal
 Biaya-biaya yang terjadi setelah perolehan awal diakui sebagai beban pada periode
terjadinya, termasuk biaya pemakaian dan pengembangan aset, misalnya:
 biaya-biaya yang terjadi ketika suatu aset telah mampu beroperasi sebagaimana
dimaksudkan oleh manajemen namun belum dipakai atau masih beroperasi di bawah
kapasitas penuhnya;
 kerugian awal operasi, seperti ketika permintaan terhadap keluaran/output masih
rendah; dan
 biaya relokasi atau reorganisasi sebagian atau seluruh operasi entitas.
 Biaya-biaya yang terjadi setelah perolehan awal diakui sebagai penambah nilai tercatat
aset tetap (dikapitalisasi) jika memenuhi syarat kualitatif dan kuantitatif berikut ini:
 syarat kualitatif yaitu:
 memperpanjang umur manfaat aset tetap; atau
 kemungkinan besar memberikan manfaat ekonomis di masa datang dalam bentuk
peningkatan kapasitas produksi, peningkatan mutu produksi, atau peningkatan
standar kinerja;
 syarat kuantitatif yaitu jumlah batasan biaya yang dapat dikapitalisasi;
 batasan jumlah tersebut ditentukan oleh kebijakan masing-masing entitas;
 Kebijakan tersebut didasarkan pada pertimbangan bisnis yang
 Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memelihara aset tetap yang tidak menambah umur
manfaat atau biaya-biaya yang mengembalikan aset tetap ke kondisi normalnya, maka
biaya-biaya tersebut dibebankan pada periode terjadinya. Misalnya, biaya pemeliharaan
rutin.
 Aset tetap tanah tidak disusutkan, kecuali:
 kondisi kualitas tanah tidak layak lagi digunakan dalam operasi utama;
 sifat operasi utama meninggalkan tanah dan bagunan begitu saja jika proyek selesai;
 prediksi manjemen atas kepastian perpanjangan atau pembaruan hak atas tanah
kemungkinan besar atau pasti tidak diperoleh.
 Beban pengurusan legal hak atas tanah pada saat perolehan tanah diakui sebagai biaya
perolehan tanah. Beban pengurusan untuk perpanjangan atau pembaruan legal hak atas
tanah diakui sebagai aset tidak berwujud yang diamortisasi selama masa hak atas tanah
atau umur ekonomis tanah, mana yang lebih pendek.
Perubahan estimasi akuntansi
Entitas melakukan review atas umur manfaat, metode penyusutan, dan nilai residu aset tetap
secara periodik. Apabila ada perubahan, maka perubahan tersebut berlaku secara prospektif.
Penurunan nilai
 Pada setiap tanggal pelaporan harus dilakukan review adanya indikasi penurunan nilai
aset. Jika terdapat indikasi penurunan nilai aset, maka entitas harus menaksir jumlah yang
dapat diperoleh kembali dari aset tersebut.
 Dalam mengidentifkasi terdapat atau tidaknya penurunan nilai aset tetap, paling tidak
harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
 Informasi dari luar:
 selama periode tertentu, nilai pasar aset telah turun secara signifkan melebihi
penurunan akibat proses normal depresiasi;
 telah terjadi dalam periode tertentu atau akan terjadi dalam waktu dekat
perubahan memburuk yang signifkan dalam teknologi, pasar, kondisi ekonomi
atau hukum tempat beroperasi, atau dalam pasar produk atau jasa yang dihasilkan
dari aset tersebut;
 selama periode tertentu, tarif diskonto pasar atau tingkat kembalian investasi
pasar telah meningkat, dan peningkatan ini cenderung akan menurunkan nilai aset
yang dapat diperoleh kembali secara material.
 Informasi dari dalam:
 terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fsik aset;
 telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifkan yang
bersifat merugikan sehubungan dengan cara penggunaan aset;
 terdapat bukti dari pelaporan internal yang menunjukkan bahwa kinerja ekonomi
aset tidak memenuhi harapan atau akan lebih buruk dari yang diperkirakan; dan
 aset yang pada tahun terakhir sebelumnya disajikan sebesar nilai pakainya,
dimana aliran kas sesungguhnya secara material lebih kecil dari aliran kas
taksiran, sebelum diperhitungkan diskonto.
 Indikasi penurunan nilai aset tetap yang disajikan di atas belum meliputi seluruh indikasi
yang mungkin muncul. Entitas mungkin mengidentifkasi hal-hal lain yang secara
potensial berpengaruh terhadap penurunan nilai aset tetap dan menjadikan indikasi
tersebut sebagai dasar untuk menentukan nilai yang dapat diperoleh kembali.
 Apabila jumlah yang dapat diperoleh kembali lebih rendah dibandingkan jumlah tercatat,
maka entitas mengakui kerugian penurunan nilai.
 Seluruh kerugian tersebut diakui pada periode terjadinya.
Model pengukuran
Pedoman ini menggunakan model biaya sebagai kebijakan akuntansi untuk pengukuran
setelah pengukuran awal.
Penyusutan
 Aset tetap harus disusutkan secara sistematis selama masa manfaatnya dengan dasar per
kelompok umur manfaatnya. Komponen aset tetap yang jumlahnya signifkan dan umur
manfaat berbeda dengan komponen lainnya disusutkan secara terpisah (komponenisasi).
 Metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus.
 Umur manfaat untuk setiap kelompok aset tetap adalah sesuai dengan masa ekonomis
atas komponen-komponen yang terdapat pada masing-masing jenis asetnya.

Umur Ekonomis
Kelompok Aset Tetap
Bangunan
permanen 20 tahun
semi permanen 10 tahun
kerangka kayu 5 tahun
Bangunan Rumah Dinas
permanen 20 tahun
semi permanen 10 tahun
kerangka kayu 5 tahun
Jalan, jembatan, dan
saluran air
permanen 16 tahun
semi permanen 5 tahun
Alat Pengangkutan 5 tahun
Alat Pertanian 5 tahun
Inventaris 5 tahun

 Untuk pabrik sawit dan gula umur ekonomis atas komponenkomponen masing-masing
jenis asetnya dapat dilihat pada dafar komponenisasi aset tetap (terlampir).
 Jumlah yang dapat disusutkan yaitu biaya perolehan dikurangi nilai residunya.
 Entitas dapat mengubah metode penyusutan dan/atau umur manfaat yang berbeda dengan
yang telah ditentukan dalam Pedoman ini jika didukung oleh pendapat ahli.
4. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan Pengukuran
Aset tetap diakui sebesar biaya perolehan.
Penyusutan
Beban penyusutan untuk setiap periode diakui sebagai beban untuk periode yang
bersangkutan.
Penurunan nilai
 Penurunan nilai aset tetap diakui pada periode terjadinya sebagai beban nonusaha.
Pemulihan nilai diakui sebagai pendapatan nonusaha.
Penghentian pengakuan
 Keuntungan atau kerugian dari penghentian pengakuan diakui pada periode terjadinya
sebagai pendapatan atau beban nonusaha.
2) Penyajian
Aset tetap disajikan pada kelompok aset tidak lancar.
3) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
1. rincian jenis dan jumlah aset tetap;
2. dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah bruto aset tetap;
3. metode penyusutan yang digunakan;
4. umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
5. jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan awal dan akhir periode;
6. rekonsiliasi jumlah tercatat awal dan akhir periode yang menunjukkan:
a. penambahan;
b. pelepasan;
c. penurunan nilai tercatat;
d. penyusutan;
e. perbedaan pertukaran neto yang timbul;
f. setiap pengklasifkasian kembali;
7. pengungkapan lainnya.
5. Ilustrasi Jurnal
1) Pada saat perolehan:
Db. Aset tetap
Kr. Kas dan setara kas/utang usaha/pos yang terkait
2) Pada saat penyusutan
Db. Beban penyusutan
Kr. Akumulasi penyusutan – aset tetap
3) Penggantian komponen aset tetap
 Pengakuan komponen pengganti
Db. Aset tetap (biaya komponen pengganti)
Kr. Kas dan setara kas
 Penghentian pengakuan komponen yang digantikan
Db. Akumulasi penyusutan komponen aset tetap yang digantikan
Kr. Aset tetap (komponen yang diganti)
4) Penurunan nilai
Db. Kerugian penurunan nilai (beban nonusaha)
Kr. Akumulasi penurunan nilai
5) Pemulihan nilai
Db. Akumulasi penurunan nilai
Kr. Keuntungan pemulihan nilai (pendapatan nonusaha)
6) Pada saat penghentian pengakuan
Db. Akumulasi penyusutan–aset tetap
Kr. Aset tetap
J. Aset tidak berwujud
1. Defnisi
Aset tidak berwujud adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasikan dan tidak
mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan
barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif.
2. Dasar Pengaturan
Dasar pengaturan aset tidak berwujud adalah
1. PSAK 19: Aset Takberwujud
2. PSAK 48: Penurunan Nilai Aset
3. Penjelasan
 Aset tidak berwujud harus memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. keteridentifkasian;
2. adanya pengendalian sumber daya; dan
3. adanya manfaat ekonomis di masa depan.
 Pengeluaran untuk penelitian diakui sebagai beban. Contoh- contoh kegiatan penelitian
adalah:
 kegiatan yang ditujukan untuk memperoleh pengetahuan baru;
 pencarian, evaluasi, dan seleksi penerapan temuan riset atau pengetahuan lainnya
 pencarian alternatif bahan baku, peralatan, produk, proses, sistem, atau jasa; dan
 perumusan, desain, evaluasi, dan seleksi berbagai alternatif kemungkinan bahan baku,
peralatan, produk, proses atau sistem.
 Pengeluaran untuk pengembangan diakui sebagai aset tidak berwujud sepanjang
memenuhi seluruh kriteria aset tidak berwujud. Aset tidak berwujud yang timbul dari
pengembangan diakui jika entitas dapat menunjukkan semua hal berikut ini:
 kelayakan teknis penyelesaian aset tidak berwujud sehingga aset tersebut dapat
digunakan atau dijual;
 niat untuk menyelesaikan aset tidak berwujud tersebut dan menggunakannya atau
menjualnya;
 bagaimana aset tidak berwujud akan menghasilkan kemungkinan besar manfaat
ekonomi masa depan. Antara lain entitas mampu menunjukkan adanya pasar bagi
keluaran aset tidak berwujud atau pasar atas aset tidak berwujud itu sendiri, atau, jika
aset tidak berwujud itu akan digunakan secara internal, entitas mampu menunjukkan
kegunaan aset tidak berwujud tersebut;
 tersedianya kecukupan sumber daya teknis, keuangan, dan sumber daya lain untuk
menyelesaikan pengembangan aset tidak berwujud dan untuk menggunakan atau
menjual aset tersebut;
 kemampuan untuk mengukur secara andal pengeluaran yang terkait dengan aset tidak
bewujud selama pengembangannya.
 Contoh- contoh kegiatan pengembangan adalah:
 pengembangan piranti lunak komputer;
 desain, konstruksi, dan pengujian alternatif produk, proses, sistem atau jasa yang baru
atau yang diperbaiki.
 desain, konstruksi, dan operasional pabrik percontohan yang skalanya tidak ekonomis
untuk produksi komersial;
 desain, konstruksi, dan pengujian alternatif bahan baku, peralatan, produk, proses,
sistem yang baru atau yang diperbaiki.
 Beban pengurusan perpanjangan atau pembaruan hak atas tanah diakui sebagai aset tidak
berwujud. Beban tersebut diamortisasi selama, mana yang lebih pendek antara umur legal
hak atau umur ekomomi tanah. Jika beban pengurusan perpanjangan atau pembaruan hak
atas tanah tidak material, maka dibebankan pada periode berjalan.
 Pada setiap tanggal laporan keuangan harus dilakukan review atas adanya indikasi
penurunan nilai aset tidak berwujud. Jika terdapat indikasi penurunan nilai aset tidak
berwujud, maka entitas harus menaksir jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aset
tersebut. (Penjelasan lebih detail mengenai indikasi penurunan nilai dapat dilihat di
paragraf 3.360 - 3.364).
 Apabila jumlah yang dapat diperoleh kembali lebih rendah dibandingkan dengan jumlah
tercatat, maka entitas mengakui kerugian penurunan nilai aset. Pada periode selanjutnya,
apabila jumlah yang dapat diperoleh kembali meningkat, maka entitas mengakui
keuntungan pemulihan nilai, tetapi tidak boleh menyebabkan nilai buku setelah
pemulihan nilai melebihi nilai buku seumpama tidak terjadi penurunan nilai sebelumnya.
 Ketentuan penurunan nilai aset tidak berwujud mengacu pada Bab III paragraf 3.360 -
3.364.
4. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan Pengukuran
a) Pengakuan dan pengukuran awal
Aset tidak berwujud diakui pada saat terjadinya beban untuk memperoleh aset tersebut
sebesar biaya perolehan.

b) Pengukuran selanjutnya
 Aset tidak berwujud dicatat pada biaya perolehannya dikurangi akumulasi amortisasi
dan akumulasi rugi penurunan nilai.
Amortisasi, penurunan nilai dan pemulihan nilai
 Aset tidak berwujud dengan umur manfaat terbatas diamortisasi sebesar jumlah alokasi
yang sistematis.
 Jumlah alokasi yang sistematis tersebut diakui sebagai beban amortisasi pada saat
terjadinya.
 Penurunan nilai diakui sebagai kerugian sebesar selisih jumlah tercatat dengan nilai yang
dapat dipulihkan. Pemulihan penurunan nilai diakui sebagai keuntungan kerugian dan
keuntungan tersebut merupakan beban atau pendapatan nonusaha.
 Aset tidak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas tidak diamortisasi tapi diuji
penurunan nilainya secara periodik.
Penghentian pengakuan
 Keuntungan atau kerugian yang terjadi diakui pada periode terjadinya.
 Keuntungan atau kerugian tersebut disajikan sebagai pendapatan atau beban nonusaha.
2) Penyajian
Aset tidak berwujud disajikan dalam kelompok aset tidak lancar.
3) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
 kebijakan akuntansi;
 rincian aset tidak berwujud;
 untuk setiap kelompok aset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal dan lainnya;
 masa manfaat atau tingkat amortisasi yang digunakan;
 metode amortisasi yang digunakan;
 nilai tercatat bruto dan akumulasi amortisasi (yang digabungkan dengan akumulasi
rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode;
 unsur pada laporan keuangan yang didalamnya terdapat amortisasi aset tidak
berwujud; dan
 rekonsiliasi nilai tercatat pada awal dan akhir periode dengan menunjukan:
 penambahan aset tidak berwujud yang terjadi, dengan mengungkapkan secara
terpisah penambahan yang berasal dari
 pengembangan di dalam entitas dan dari penggabungan usaha;
 penghentian dan pelepasan aset tidak berwujud;
 amortisasi yang diakui selama periode berjalan; dan perubahanlainnya dalam nilai
tercatat selama periode berjalan;
 pengungkapan lainnya.
5. Ilustrasi Jurnal
1) Pada saat perolehan
Db. Aset tidak berwujud
Kr. Kas dan setara kas
2) Amortisasi aset tidak berwujud
Db. Beban amortisasi
Kr. Akumulasi amortisasi
3) Pada saat penghentian pengakuan
Db. Akumulasi amortisasi
Kr. Aset tidak berwujud
K. Aset/liabilitas pajak tangguhan
1. Defnisi
Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan yang dapat dipulihkan pada periode
mendatang sebagai akibat adanya:
 perbedaan temporer yang boleh dikurangkan; dan
 sisa kompensasi kerugian.
Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang untuk periode
mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.
Perbedaan temporer atau beda waktu adalah perbedaan antara jumlah tercatat aset atau
liabilitas secara akuntansi dengan dasar pengenaanpajak. Perbedaan temporer dapat berupa:
 perbedaan temporer kena pajak adalah perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah
kena pajak dalam penghitungan laba fskalperiode mendatang pada saat nilai tercatat aset
dipulihkan atau nilai tercatat liabilitas tersebut diselesaikan; atau
 perbedaan temporer yang boleh dikurangkan adalah perbedaan temporer yang menimbulkan
suatu jumlah yang boleh dikurangkan dalam penghitungan laba fskal periode mendatang
pada saat nilai tercatat aset dipulihkan atau nilai tercatat liabilitas tersebut diselesaikan.
2. Dasar Pengaturan
Dasar pengaturan aset pajak tangguhan antara lain adalah PSAK 46: Pajak Penghasilan.
3. Penjelasan
 Pengakuan aset pajak tangguhan pada saat besar kemungkinan bahwa pemulihan aset
akan mengakibatkan pembayaran pajak pada periode mendatang yang lebih kecil, kecuali
pengakuan awal aset atau liabilitas pada suatu transaksi yang:
1. bukan transaksi kombinasi bisnis; dan
2. tidak mempengaruhi baik laba akuntansi maupun laba fskal.
 Pengakuan liabilitas pada laporan keuangan entitas akan dapat melunasi nilai tercatat
liabilitas tersebut. Apabila besar kemungkinan bahwa pelunasan liabilitas tersebut akan
mengakibatkan pembayaran pajak pada periode mendatang yang lebih besar, maka dalam
ketentuan SAK, mengharuskan entitas untuk mengakui liabilitas pajak tangguhan.
 Pengakuan aset dan liabilitas pajak tangguhan pada suatu kombinasi bisnis yang
dilakukan oleh entitas, mempengaruhi saldo goodwill yang timbul dari kombinasi bisnis
tersebut.
4. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan Pengukuran
 Aset pajak tangguhan diakui:
 untuk seluruh perbedaan temporer yang boleh dikurangkan apabila nilai basis
akuntansi lebih kecil daripada nilai basis pajak;
 saldo rugi fskal yang dapat dikompensasikan.
 Apabila diperkirakan sebagian atau seluruh aset pajak tangguhan tidak dapat
direalisasikan pada periode mendatang, maka jumlahnya harus diturunkan.
 Penyisihan aset pajak tangguhan harus dievaluasi secara periodik, dan apabila pada akhir
periode selanjutnya ternyata aset pajak tangguhan diperkirakan dapat direalisasikan
sepenuhnya atau dalam jumlah yang lebih besar, maka dapat dinaikan kembali.
 Liabilitas pajak tangguhan diakui untuk seluruh perbedaan temporer kena pajak apabila
nilai basis akuntansi lebih besar nilai basis pajak yang akanmengakibatkan penambahan
penghasilan kena pajak di masa mendatang.
2) Penyajian
 Aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan harus disajikan terpisah dari aset dan
liabilitas lain dalam laporan posisi keuangan.
 Aset pajak tangguhan harus dibedakan dari piutang pajak/pajak dibayar dimuka.
 Liabilitas pajak tangguhan harus dibedakan dari utang pajak.
 Aset pajak tangguhan disajikan dalam kelompok aset tidak lancar.
 Liabilitas pajak tangguhan disajikan dalam kelompok liabilitas jangka panjang.
3) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
 kebijakan akuntansi yang diterapkan;
 unsur-unsur utama beban (penghasilan) pajak;
 jumlah pajak kini dan pajak tangguhan yang berasal dari transaksitransaksi yang
langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas;
 penjelasan mengenai hubungan antara beban (penghasilan) pajak dan laba akuntansi
dalam salah satu atau kedua bentuk berikut ini:
 rekonsiliasi antara beban (penghasilan) pajak hasil perkalian laba akuntansi dan
tarif pajak yang berlaku, dengan mengungkapkan dasar penghitungan tarif pajak
yang berlaku; atau
 rekonsiliasi antara tarif pajak efektif rata-rata dan tarif pajak yang berlaku, dengan
mengungkapkan dasar penghitungan tarif pajak yang berlaku;
 penjelasan mengenai perubahan tarif pajak yang berlaku dan perbandingan dengan tarif
pajak yang berlaku pada periode akuntansi sebelumnya;
 jumlah (dan batas waktu penggunaan, jika ada) perbedaan temporer yang boleh
dikurangkan dan sisa rugi yang dapat dikompensasi ke periode berikut, yang tidak diakui
sebagai aset pajak tangguhan pada laporan posisi keuangan;
 untuk setiap kelompok perbedaan temporer dan untuk setiap kelompok rugi yang dapat
dikompensasi ke tahun berikutnya:
 jumlah aset dan liabilitas pajak tangguhan yang diakui pada laporan posisi keuangan
untuk setiap periode penyajian;
 jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan yang diakui pada laporan laba rugi jika
jumlah tersebut tidak terlihat dari perubahan jumlah aset atau liabilitas pajak
tanguhan yang diakui pada laporan posisi keuangan; dan
 Untuk operasi yang tidak dilanjutkan, beban pajak yang berasal dari:
 keuntungan atau kerugian atas penghentian operasi; dan
 laba atau rugi dari aktivitas normal operasi yang tidak dilanjutkan untuk periode
pelaporan, bersama dengan jumlah periode akuntansi sebelumnya yang disajikan
pada laporan keuangan.
 jumlah aset pajak tangguhan dan sifat bukti yang mendukung pengakuannya, jika:
 penggunaan aset pajak tangguhan tergantung pada apakah laba fskal yang
dapat dihasilkan pada periode mendatang melebihi laba dari realisasi
perbedaan temporer kena pajak yang telah ada; dan
 entitas telah menderita kerugian pada periode berjalan atau periode
sebelumnya;
 pengungkapan lainnya.
5. Ilustrasi Jurnal
1) Pada saat pembentukan aset pajak tangguhan
Db. Beban pajak kini
Db. Aset pajak tangguhan
Kr. Utang pajak penghasilan
Kr. Penghasilan pajak tangguhan
2) Pada saat pembentukan liabilitas pajak tangguhan
Db. Beban pajak kini
Db. Beban pajak tangguhan
Kr. Utang pajak penghasilan
Kr. Liabilitas pajak tangguhan
L. Aset tidak lancar lain
1. Defnisi
Aset tidak lancar lain adalah pos-pos yang tidak dapat secara layak digolongkan dalam
kelompok pos aset tidak lancar yang ada dan tidak material untuk disajikan tersendiri.
2. Dasar Pengaturan
Dasar pengaturan aset tidak lancar lain antara lain adalah PSAK 1: Penyajian Laporan
Keuangan.
3. Penjelasan
 Contoh aset tidak lancar lain, antara lain:
1. kas dan setara kas yang dibatasi penggunaannya lebih dari satu tahun;
2. biaya ditangguhkan lebih dari satu tahun;
3. lain-lain.
 Biaya tangguhan adalah biaya yang telah dikeluarkan tetapi belum diakui sebagai beban
pada periode terjadinya dan memiliki masa manfaat tertentu. Contoh beban ditangguhkan
antara lain beban pengurusan sertifkasi, misalnya ISO, GMP, HCCP.
 Biaya tangguhan diamortisasi selama umur manfaat.
 Biaya-biaya yang tidak mempunyai masa mafaat lebih dari satu periode tidak dapat
ditangguhkan, termasuk kerugian yang timbul dari kegiatanawal operasi dan biaya
praoperasi/perintisan usaha.
4. Perlakuan Akuntansi
1) Pengakuan dan Pengukuran
Aset tidak lancar lain diakui pada saat diperoleh sebesar biaya perolehan.
2) Penyajian
Pos-pos aset tidak lancar lain disajikan dalam kelompok aset tidak lancar.
3) Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
 kebijakan akuntansi;
 rincian aset lainnya;
 sifat dan uraian penting dari aset yang bersangkutan;
 alasan perubahan klasifkasi aset yang sebelumnya tidak termasuk dalam aset tidak lancar
lain;
 untuk kas dan setara kas yang dibatasi penggunaanya, alasan dan maksud pembatasan
tersebut;
 pengungkapan lainnya.
5. Ilustrasi Jurnal
1) Saat perolehan (pembatasan atas kas dan setara kas)
Db. Aset tidak lancar lain – (kas dan setara kas yang dibatasi/beban sertifkasi ISO)
Kr. Kas dan setara kas
2) Saat amortisasi biaya yang ditangguhkan
Db. Beban amortisasi
Kr. Biaya yang ditangguhkan
3) Saat selesainya pembatasan
Db. Kas dan setara kas
Kr. Aset tidak lancar lain – kas dan setara kas yang dibatasi

Anda mungkin juga menyukai