Iblis vs Malaikat
Alat-alat yang diperlukan :
Gambar 1.1 Selembar kertas dan sebuah pulpen/pensil yang dibutuhkan dalam permainan
Jumlah Pemain :
1. Pemain dibagi menjadi 3 Kelompok yaitu kelompok manusia, malaikat dan iblis.
2. Kelompok manusia memiliki anggota lebih banyak daripada kelompok lain, sedangkan
kelompok malaikat dan iblis memiliki jumlah anggota yang sama.
3. 1 orang ditunjuk sebagai moderator untuk memimpin jalannya permainan.
4. Untuk pembagian kelompok, Moderator menuliskan berbagai peran di kertas yang
kemudian diundi apa peran yang akan para pemain mainkan, apakah manusia, malaikat atau
iblis.
Gambar 1.2 Moderator menuliskan berbagai peran untuk diundi
Gambar 1.3 Kertas yang berisi berbagai peran yang akan diundi moderator
Pemain yang sudah mendapat peran lewat pengundian tidak boleh membocorkan perannya
ke pemain lain.
5. Para pemain yang sudah siap bermain berbaris secara melingkar.
6. Permainan dibagi menjadi 3 fase. Fase 1 kelompok yang berperan sebagai iblis dapat
memilih satu pemain yang ingin dijerumuskan dengan cara melakukan voting dengan
pemain iblis lain, dan pemain yang terkena voting paling banyak oleh iblis di fase ini akan
terjerumus dan keluar dari permainan. Pemain iblis dapat mengetahui identitas pemain iblis
lain di fase ini dan harus bekerjasama untuk menjerumuskan semua manusia dan/atau
mengeluarkan pemain malaikat untuk memenangkan permainan. Dalam fase ini hanya
diberi waktu selama 30 detik dan semua pemain selain iblis harus menutup mata.
7. Fase kedua, dalam fase ini semua pemain harus menutup mata kecuali kelompok malaikat,
pemain yang berperan sebagai malaikat dapat mengetahui pemain lain yang berperan sama
dan dapat bertanya kepada moderator apa peran pemain lain, dalam fase ini diberi waktu 30
detik dan setiap fase ini pemain yang mendapat peran malaikat hanya dapat mengungkap 1
identitas pemain lain dengan harapan dapat melakukan voting di fase 3 untuk mengeluarkan
pemain tersebut jika ternyata dia berperan sebagai iblis. Oleh karena itu pemain yang
berperan malaikat harus bekerjasama dalam mengungkap identitas pemain lain dengan cara
melakukan voting di fase ini. Pemain yang terkena voting oleh malaikat di fase ini akan
diungkap identitasnya dan hanya pemain yang berperan malaikat yang tahu identitas
tersebut. Pemain yang berperan sebagai malaikat akan menang jika pemain yang berperan
sebagai manusia menang, yaitu ketika semua pemain iblis berhasil disingkirkan dari
permainan.
8. Fase ketiga adalah fase dimana pemain yang berperan sebagai manusia dan malaikat
berusaha mengeluarkan iblis dari permainan dengan menebak siapa yang berperan sebagai
iblis dengan cara melakukan voting, pemain yang mendapat jumlah voting terbanyak akan
keluar dari permainan tanpa mengungkap identitas peran dia dalam permainan tersebut.
Dalam fase ini iblis juga ikut andil dalam voting. Jadi pemain yang mendapat peran manusia
benar-benar tidak tahu pemain mana yang menjadi malaikat maupun iblis. Dalam fase ini
voting diberi waktu selama 60 detik dan jika berhasil mengeliminasi semua pemain yang
berperan sebagai iblis, maka pemain yang berperan sebagai manusia dan malaikat akan
menang. Dalam fase ini hanya melakukan 1x voting dan hanya mengeluarkan satu pemain,
dan jika jumlah voting sama, maka tidak ada pemain yang dikeluarkan.
9. Setelah fase 3 permainan kembali ke fase 1 berikut seterusnya sampai kelompok manusia
dan malaikat menang atau sebaliknya, kelompok iblis yang menang.
10. Setiap orang yang keluar dari permainan dari kelompok manapun akan mengurangi waktu
bermain di setiap fase sebanyak 2 detik.
Kejujuran
Kerja Sama / Kekompakkan
Nilai Dakwah :
Kita sebagai manusia tidak dapat melihat iblis namun harus percaya bahwa mereka ada
untuk senantiasa berusaha menjerumuskan kita dan menjauhkan kita dari Allah SWT, oleh karena itu
kita harus senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara memperbanyak ibadah kita
dan menjauhi hal-hal negatif karena kita tahu bahwa hal-hal negatif itu lah yang telah dibisikan oleh
iblis agar kita terjerumus.
Kita juga harus percaya bahwa malaikat itu ada meskipun kita sebagai manusia tidak dapat
melihatnya, karena malaikat akan senantiasa mendampingi kita dan mencatat segala amal
perbuatan kita oleh karena itu kita harus selalu berbuat baik dan memperbanyak ibadah kita.
Referensi
Teori :
Menurut Kusema, dkk (2012:16) jujur merupakan suatu keputusan seseorang untuk
mengungkapkan pereasaannya, kata-katanya atau perbuatannya bahwa realitas yang ada tidak
dimanipulasi dengna cara berbohong atau menipu orang lain untuk keuntungna dirinya. Makna
jujur erat kaitannya dengan kebaikan (kemaslahatan). Kemaslahatan memiliki arti bahwa
mementingkan kepentingan orang banyak dari pada mementingkan diri sendiri maupun
kelompoknya.
Menurut Mustari (2011: 13-15) jujur adalah suatu perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan, baik terhadap dirinya maupun pihak lain. Jujur merupakan suatu karakter moral yang
mempunyai sifat-sifat positif dan mulia seperti integritas, penuh kesabaran, dan lurus sekaligus
tidak berbohong, curang, ataupun mencuri.
Kejujuran menurut KBBI berasal dari kata “jujur” yang mendapat imbuhan ke-an, yang artinya
“lurus hati, tidak berbohong, tidak curang, tulus atau ikhlas”. Dapat disimpulkan bahwa kejujuran
adalah suatu pernyataan atau tindakan yang sesuai dengan faktanya. Kejujuran itu ada pada
ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana seorang yang melakukan suatu perbuatan tentu
sesuai dengan yang ada pada batinnya.
Menurut Abdulsyani (1994) kerjasama merupakan salah satu bentuk proses soial, dimana
didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan bersama dengan
saling membantu dan saling memahami aktivitas masing-masing.
Purwadarminta (1985) kerjasama diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama
dari berbagai pihak untuk mencapai tujuan bersama.
Jill Hadfield dalam Santoso (2011) mengatakan bahwa role playing adalah sejenis permainan
gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang.
Hadari Nawawi dalam Kartini (2007) menyatakan bahwa bermain (role playing) adalah
mendramatisasikan cara bertingkah laku orang-orang tertentu dalam posisi yang membedakan
peranan masing-masing.
Ayat :
Tujuan
Manfaat
Gambar 1.1 Selembar kertas dan sebuah pulpen/pensil yang dibutuhkan dalam permainan
Gambar 1.3 Kertas yang berisi berbagai peran yang akan diundi moderator