Isilah form dibawah dengan uraian singkat dan berikan tanda contreng (X/V)
pada kotak atau lingkari pada salah satu pilihan jawaban yang menggambarkan
penelitian.
P: Nomor Urutan Protokol CIOMS 2016 – Lampiran 1;
S: Standar Kelaikan Etik (WHO-2011 dan Pedoman KEPPKN 2017);
C: Check List/Daftar Tilik
G: Guideline CIOMS 2016
IC: CIOMS 2016 – Lampiran 2
Bhs Indonesia
Pengaruh Kombinasi Posisi High Fowler dan Diapragmatic Breathing Exercise
Terhadap Arus Puncak Ekspirasi Pada Pasien Asma di Ruang INTERNA II RSUD
dr R Soedarsono Pasuruhan
Bhs Inggris
Effect of combination position high fowler and diapragmatic breathing exercise
On Changes Peak Expiratory Flow Rate of asthma bronchial in interna II Rsud
Dr. R. Soedarsono Pasuruhan
Ya Tidak
2. Apakah penelitian ini multi-senter √
Identifikasi (p10)
1. Peneliti
(Mohon CV Peneliti Utama dan Anggota/Pembimbing dilampirkan pada Form
01 A)
Peneliti Utama (PI) : Astrit Anisaningrum
Institusi : Poltekkes Kesehatan Kemenkes Malang
Anggota Peneliti
Nama : Dra. Mustayah, M.Kes
Institusi : Poltekkes Kesehatan Kemenkes Malang
Sponsor (p9)
Nama : Tidak ada
Alamat :-
B. Kondisi Lapangan
1. Gambaran singkat tentang lokasi penelitian (p8) lihat G-2
RSUD Dr. R. Soedarsono kota Pasuruan merupakan instalasi
pemerintahan yang mempunyai tugas melaksanakan pelayanan
kesehatan paripurna, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan
pengembangan penampis teknologi bidang kesehatan. RSUD ini
bertempat di Jl. Dr Wahidin Sudirohusodo No.1-4 Pasuruan, Kota
Pasuruan, Jawa timur. Penelitian akan dilakukan di ruang interna II.
Ruangan ini merupakan ruang rawat inap penyakit dalam dengan
keseluruhan jumlah 61 bed.
2. Informasi ketersediaan fasilitas yang layak untuk keamanan dan
ketepatan penelitian
Fasilitas ketersediaan alat dan bahan untuk penelitian sudah
sangat memadai seperti tempat tidur otomatis.
3. Informasi demografis / epidemiologis yang relevan tentang daerah
penelitian
Kota Pasuruan yang mempunyai luas ±35,29 km² dihuni oleh
penduduk sebanyak 196.202 jiwa dan 50.392 rumah tangga dengan
tingkat kepadatan penduduk rata-rata 5.560 jiwa/km² pada tahun 2016.
Kot Pasuruan mayoritas berpenduduk golongan muda.kota Pasuruan
didominasi oleh kelompok usia produktif yaitu 15-44 tahun dan 45-64
tahun. Situasi derajat kesehatan di Kota Pasuruan digambarkan dnegan 3
indikator pembangunan keshatan yaitu, angka kematian (mortalitas),
angka kesakitan (morbiditas) dan status gizi masyarakat. Pada tahun
2016 jumah kelahiran hidup riil di Kota Pasuruan sebanyak 3.252 dengan
rincian laki-laki sebanyak 1.632 jiwa dan perempuan sebanyak 1.620
jiwa, sedangkan jumlah lahir mati sebanyak 20 jiwa dengan rincian laki-
laki sebanyak 2 jiwa dan perempuan sebanyak 8 jiwa. Sehingga angka
lahir mati per 1.000 kelahiran adalah 6,1 per 1.000 kelahiran hidup.
Angka kesakitan (morbiditas ) pada penduduk berasal dari community
based data yang diperoleh melalui pengamatan (survailens), terutama
yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan melalui system
pencatatan dan pelaporan rutin secara insidentil. Sementara untuk kodisi
penyakit asma mencapai 837 jiwa pada tahun 2018.
C. Disain Penelitian
1. Tujuan penelitian, hipotesa, pertanyaan penelitian, asumsi dan variabel
penelitian (p11)
Tujuan khusus :
1. Mengidentifikasi arus puncak ekspirasi pada pasien asma bronkial
sebelum dan sesudah diberikan intervensi diaphragmatic breating
exercise dengan posisi high fowler.
2. Mengidentifikasi arus puncak ekspirasi pada pasien asma bronkial
sebelum dan sesudah diberikan intervensi posisi high fowler.
3. Menganalisis arus puncak ekspirasi antara kelompok yang diberikan
intervensi diaphragmatic breating exercise dengan posisi high fowler
dibandingkan kelompok yang hanya diberikan intervensi posisi high
fowler.
4. Menganalisis pengaruh kombinasi posisi high fowler dan diaphragmatic
breating exercise terhadap arus puncak ekspirasi pada pasien asma
bronkial.
Hipotesa :
(H0) : Tidak ada pengaruh setelah pemberian diaphragmatic breating exercise
dengan posisi high fowler terhadap pengaruh arus puncak ekspirasi pada pasien
asma bronkial.
H1 : Ada pengaruh setelah pemberian diaphragmatic breating exercise
dengan posisi high fowler terhadap pengaruh arus puncak ekspirasi pada pasien
asma bronkial.
Variabel :
Variabel Independen dalam penelitian ini adalah posisi high fowler dan
diaphragmatic breating exercise.
Variabel dependen dari penelitian ini adalah arus puncak ekspirasi atau APE.
E. Intervensi
(pengguna data sekunder, kualitatif, cukup tulis tidak relevan, lanjut ke
manfaat)
1. Desripsi dan penjelasan semua intervensi (metode administrasi
treatmen, termasuk rute administrasi, dosis, interval dosis, dan masa
treatmen produk yang digunakan (investigasi dan komparator (p17)
Tahap Persiapan :
1. Peneliti mengajukan surat Penelitian ke Progam studi Sarjana Terapan
Keperawatan Lawang yang ditujukan di Badan Kesatuan Bangsa dan
Politik kota Pasuruhan dan RSUD dr. R. Soedarsono kota Pasuruhan.
2. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik kota Pasuruan mengeluarkan surat
tembusan penelitian kepada Direktur RS. dr. R. Soedarsono Pasuruan.
3. Peneliti menyampaikan izin penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa
dan Politik kota Pasuruan kepada Direktur RSUD. dr. R. Soedarsono
Pasuruan dan kepala ruang INTERNA II RSUD. dr. R. Soedarsono
Pasuruan.
Tahap pelaksanaan :
1. Peneliti melakukan pendekatan dengan kepala dan perawat ruang
INTERNA II RSUD. dr. R Soedarsono Pasuruan untuk melaksanakan
penelitian sekaligus menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.
2. Peneliti menentukan subyek penelitian, yaitu pasien yang dirawat di
Ruang INTERNA II RSUD. dr. R. Pasuruan dengan diagnosa asma
bronkial dan menentukan subjek sesuai dengan kriteria sampel yang
telah ditetapkan sebelumnya.
3. Setelah mendapatkan calon responden kemudian peneliti
memperkenalkan diri sebelum pengambilan data. Calon responden
diberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat penelitian dan prosedur
penelitian yang dilaksanakan. peneliti selanjutnya menganjurkan
responden untuk mengisi surat persetujuan (informed consent).
4. Peneliti melakukan wawancara kepada responden untuk mendapatkan
data demografi yang sesuai dengan tujuan penelitian.
5. Dalam penelitian ini, peneliti melibatkan enumerator.
6. Responden sebelum diberikan intervensi diukur terlebih dahulu nilai
APE.
7. Responden diberikan intervensi diaphragmatic breathing exercise
dengan posisi high fowler secara bersamaan selama 15 menit dengan
rincian diaphragmatic breathing exercise 1 menit diikuti 2 menit
istirahat dan mengulang sebanyak 5 kali.
8. Intervesi diberikan sebanyak 2 kali dalam sehari selama 3 hari dengan
rincian 4 jam setelah pemberian bronkodilator pada pagi hari dan
sebelum pemberian bronkodilator pada sore hari.
9. Peneliti melakukan pengukuran arus puncak ekspirasi setelah 3 hari
diberikan intervensi kombinasi posisi high fowler dan diaphragmatic
breathing exercise.
10. Mencatat data pada lembar observasi.
F. Monitor Hasil
1. Sampel dari form laporan kasus yang sudah distandarisir, metode
pencataran respon teraputik (deskripsi dan evaluasi metode dan
frekuensi pengukuran), prosedur follow-up, dan, bila mungkin, ukuran
yang diusulkan untuk menentukan tingkat kepatuhan subyek yang
menerima treatmen (lihat lampiran) (p17)
LEMBAR OBSERVASI
Lembar observasi sesudah dan sebelum intervensi
Nilai Sebelum Nilai Sesudah
Nilai APE Nilai APE Nilai APE Nilai APE
No Nama
1 2 3 Tertinggi 1 2 3 Tertinggi
G. Penghentian Penelitian dan Alasannya
1. Aturan atau kriteria kapan subyek bisa diberhentikan dari penelitian atau
uji klinis, atau, dalam hal studi multi senter, kapan sebuah pusat/lembaga
di non aktipkan, dan kapan penelitian bisa dihentikan (tidak lagi
dilanjutkan) (p22)
Subyek dalam penelitian kali ini diberhentikan bila responden
menolak untuk dijadikan sebuah subyek penelitian dan responden
mengalami penurunan kesadaran.
2. Risiko- risiko yang diketahui dari adverse events, termasuk Risiko yang
terkait dengan masing masing rencana intervensi, dan terkait dengan
obat, vaksin, atau terhadap prosudur yang akan diuji cobakan (Guideline
4) (p24)
Pada penelitian ini ada beberapa kemungkinan resiko yang akan
dihadapi, yaitu pasien kelelahan, privasi pasien terganggu, waktu istirahat
pasien terganggu, kelelahan dan pasien merasa bosan serta putus asa.
……………,………..……… 2019
Peneliti
Astrit Anisaningrum
KODE RESPONDEN :
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : ……………………………………………
Umur : ……………………………………………
Pendidikan : ……………………………………………
Alamat : ……………………………………………
Setelah membaca penjelasan penelitian dan mendapat penjelasan terhadap
pertannyaan yang diajukan. Saya mengerti bahwa peneliti dapat menghargai dan
menjunjung hak-hak saya sebagai responden.
Saya memahami bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini sangat
bermanfaat bagi peningkatan mutu pelayanan keperawatan pada pasien asma
dalam pemeriksaan faal paru menggunakan Arus Puncak Ekspirasi (APE).
Berkaitan dengan hal tersebut, maka saya menyatakan bersedia untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini. Persetujuan ini saya tanda tangani dengan
penuh kesadaran dan tanpa paksaan pihak manapun.
M. Wali (p31)
1. Adanya wali yang berhak bila calon subyek tidak bisa memberikan
informed consent (Guidelines 16 and 17)
Tidak, harus subyek penelitian sendiri.
8. Adanya orang tua atau wali yang berhak bila anak paham tentang
informed consent tapi belum cukup umur(Guidelines 16 and 17)
Tidak Relevan.
N. Bujukan
1. Deskripsi bujukan atau insentif pada calon subyek untuk ikut
berpartisipasi, seperti uang, hadiah, layanan gratis, atau yang lainnya
(p32)
Bujukan yang peneliti lakukan yaitu dengan Bina Hubungan Saling
Percaya (BHSP) dimulai dari sebelum penelitian dan selesai penelitian
diberikan reward.
O. Penjagaan Kerahasiaan
1. Proses rekrutmen (misalnya lewat iklan), serta langkah langkah untuk
menjaga privasi dan kerahasiaan selama rekrutmen (Guideline 3) (p16)
Proses yang dilakukan adalah dengan membina hubungan saling
percaya antara peneliti dan pasien serta keluarga, menjelaskan secara
jelas prosedur yang akan dilakukan, tujuan serta manfatnya bagi pasien
dan menjaga kerahasiaan identitas pasien.
13. Kemungkinan penggunaan lebih jauh dari data personal atau material
biologis (p37)
Data karakteristik hanya digunakan pada waktu penelitian, selebihnya
tidak.
P. Rencana Analisis
1. Deskripsi tentang rencana tencana analisa statistik, termasuk rencana
analisa interim bila diperlukan, dan kreteria bila atau dalam kondisi
bagaimana akan terjadi penghentian prematur keseluruhan penelitian
(Guideline 4) (B,S2);
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
univariat yang terdiri dari distribusi frekuensi dan presentase data umum
(usia, jenis kelamin, tinggi badan dan riwayat merokok) dan analisis
bivariat yang dilakukan untuk menganalisis pengaruh intervensi
terhadap nilai arus puncak dengan uji Paired T test jika sebaran data
normal dan menggunakan uji Wilcoxon test jika sebaran data tidak
normal. Skala data yang digunakan adalah ratio yang mana
membandingkan 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol yang dieberikan
terapi latihan sesuai dengan ketentuan rumah sakit posisi high fowler dan
kelompok perlakuan yang diebrikan tindakan kombinasi posisi High
Fowler dan diaphragmatic Breathing Exercise serta dilakukan
perngukuran pada pre dan post test.dengan skala data adalah ratio yang
mana membandingkan prepost diberikannya intervensi dan posttest
diberikannya intervensi.
Q. Monitor Keamanan
1. Rencana rencana untuk memonitor keberlansungan keamanan obat atau
intervensi lain yang dilakukan dalam penelitian atau trial, dan, bila
diperlukan, pembentukan komite independen untuk data dan safety
monitoring (Guideline 4) (B,S3,S7);
Tidak Relevan
R. Konflik Kepentingan
1. Pengaturan untuk mengatasi konflik finansial atau yang lainnya yang bisa
mempengaruhi keputusan para peneliti atau personil lainya;
menginformasikan pada komite lembaga tentang adanya conflict of
interest; komite mengkomunikasikannya ke komite etik dan kemudian
mengkomunikasikan pada para peneliti tentang langkah langkah
berikutnya yang harus dilakukan (Guideline 25) (p42)
Tidak Relevan
S. Manfaat Sosial
1. Untuk riset yang dilakukan pada seting sumberdaya lemah, kontribusi
yang dilakukan sponsor untuk capacity building untuk review ilmiah dan
etika dan untuk riset riset kesehatan di negara tersebut; dan jaminan
bahwa tujuan capacity building adalah agar sesuai nilai dan harapan para
partisipan dan komunitas tempat penelitian (Guideline 8) (p43)
Penelitian ini dilakukan untuk meminimalisir obstruksi jalan
napas yang bertambah berat sehingga menyebabkan sesak napas.
14. Protokol riset atau dokumen yang dikirim ke komite etik harus meliputi
deskripsi rencana pelibatan komunitas, dan menunjukkan sumber
sumber yang dialokasikan untuk aktivitas aktivitas pelibatan tersebut.
Dokumen ini menjelaskan apa yang sudah dan yang akan dilakukan,
kapan dan oleh siapa, untuk memastikan bahwa masyarakat dengan jelas
terpetakan untuk memudahkan pelibatan mereka selama riset, untuk
memastikan bahwa tujuan riset sesuai kebutuhan masyarakat dan
diterima oleh mereka. Bila perlu masyarakat harus dilibatkan dalam
penyusunan protokol atau dokumen ini (Guideline 7) (p44)
Dalam penelitian ini, peneliti melibatkan responden yang di rawat
inap di ruang INTERNA II RSUD dr. R Soedarsono kota Pasuruan. Namun
jika ada subyek yang menolak maka tidak harus dipaksakan. Hal sudah
dilakukan adalah Studi pendahuluan bahwa di ruang tidak pernah
diajarkan diaphragmatic breathing exercise pada pasien asma, maka
peneliti mengambil semua subyek yang memenuhi kriteria inklusi.
Sementara hal-hal yang akan dilakukan adalah mengurus segala
administrasi dari keperluan pengambilan data penelitian yang
selanjutnya sebagai dasar izin mengambil data ruang INTERNA II.
U. Publikasi
Rencana publikasi hasil pada bidang tertentu (seoerti epidemiology, generik,
sosiologi) yang bisa beRisiko berlawanan dengan kemaslahatan komunitas,
masyarakat, keluarga, etnik tertentu, dan meminimalisir Risiko kemudharatan
kelompok ini dengan selalu mempertahankan kerahasiaan data selama dan
setelah penelitian, dan mempublikasi hasil hasil penelitian sedemikian rupa
dengan selalu mempertimbangkan martabat dan kemulyaan mereka (Guideline
4) (p47)
Dalam penelitian ini, publikasi akan dilakukan seizin dari responden, jika
disetujui maka peneliti akan mempublikasikan dengan memberikan kode terkait
identitas responden.
Bila hasil riset negatip, memastikan bahwa hasilnya tersedia melalui publikasi
atau dengan melaporkan ke otoritas pencatatan obat obatan (Guideline 24)
(p46)
Bila hasil riset negatif, akan melaporkan ke kepala ruang INTERNA II dan
mendiskusikan terkait publikasi yang akan dilakukan.
W. Komitmen Etik
15. Pernyataan peneliti utama bahwa prinsip prinsip yang tertuang dalam
pedoman ini akan dipatuhi (p6)
Saya menyatakan selaku peneliti utama bahwa saya akan
mematuhi segala prinsip-prinsip etik sesuai dengan penelitian saya yang
sebagaimana telah saya tuangkan dalam protokol ini.
16. (Track Record) Riwayat usulan review protokol etik sebelumnya dan
hasilnya (isi dengan judul da tanggal penelitian, dan hasil review Komite
Etik(p7)
Belum ada riwayat usulan review protokol etik sebelumnya.
17. Pernyataan bahwa bila terdapat bukti adanya pemalsuan data akan
ditangani sesuai policy sponsor untuk mengambil langkah yang
diperlukan (p48)
Saya selaku peneliti utama menyatakan bahwa bila terdapat bukti
adanya pemalsuan data, saya siap bertanggung jawab dan menerima
segala konsekuensi.
Tanda tangan
Peneliti Utama
Jumat, 11 Oktober 2019
(Astrit Anisaningrum)
X. Daftar Pustaka
Daftar referensi yang dirujuk dalam protokol (p40)
Ritianingsih, N., Irawaty, D., & Handiyani, H. (2011). Peningkatan Fungsi Ventilasi
Paru Pada Klien Penyakit Paru Obstruksi Kronis Dengan Posisi High Fowler
Dan Orthopneic. 14, 31–36.
Pangestuti, S. D., Murtaqib, & Widayati, N. (2015). Pengaruh Diaphragmatic
Breathing Exercise terhadap FungsiPernapasan (RR dan APE) pada Lansia di
UPT PSLU KabupatenJember. Pengaruh Diaphragmatic Breathing Exercise
Terhadap FungsiPernapasan (RR Dan APE) Pada Lansia Di UPT PSLU
KabupatenJember, 3, 74–81.
Kartikasari, D., Jenie, I. M., & Primanda, Y. (2019). Latihan Pernapasan Diafragma
Meningkatkan Arus Puncak Ekspirasi (Ape) Dan Menurunkan Frekuensi
Kekambuhan Pasien Asma (Vol. 22). Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.
Mayuni, A. A. I. D., Kamayani, M. O. A., & Puspit, L. M. (2015). Pengaruh
Diaphragmatic Breathing Exerciseterhadap Kapasitas Vital Paru Pada Pasien
Asma Di Wilayah Kerja Puskesmas Iii Denpasar Utara. 3(2303–129), 31–36.
Meilirianta & Suhendra, T. (2014). Posisi semi Fowler dan High Fowler Terhadap
Perubahan Saturasi Oksigen Pada Pasien Asma Bronkial Di Ruang Rawat Inap
D3 dan E3 RSU Cimahi. 1-10.
Barbar, K Timby. 2009. Fundamental Nursing Skills and concepts. United States of
America: America
Notoatmodjo, S. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Setiadi. 2013. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.Jakarta:
Salemba
Somantri, I. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Sugiyono,. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfabeta
Ekarini, N. L. P. (2012). Analisis Faktor-Faktor Pemicu Dominan Terjadi Serangan
Asma Pada Pasien Asma. Universitas Indonesia.
Maulani, Kadarsih, S., & Permatasari, Y. (2014). Latihan Sepeda Statis
Meningkatkan Peak Expiratory Flow (PEF) dan Mengurangi Frekuensi
Kekambuhan pada Penderita Asma. 1(1), 55–61.
Lorensia, A. dkk. 2015. Kelengkapan Informasi Mengenai Cara Penggunaan Peak
Flow Meter Yang Diberikan Kepada Pasien Asma di Apotik. Fakultas Farmasi
Universitas Surabaya: Surabaya
Fahmi, M. F. N. (2018). Pengaruh Pernapasan Diapragma Terhadap Peningkatan
Saturasi Oksigen Pada Pasien Penyakit PPOK Di RSUD DR. R. Soedarsono
Pasuruan. Malang: Poltekkes Kemenkes Malang
Lee, H.-Y., Cheon, S.-H., & Yong, M.-S. (2017). Effect of diaphragm breathing
exercise applied on the basis of overload principle. 29, 1054–1056.
AB. Lampiran
1. FORM 01.A CV Peneliti Utama dan Anggota/Pembimbing
CURRICULUM VITAE
JUDUL PENELITIAN :
DATA PENELITI :
FORM 01. B
Lampiran 1
SURAT PEMOHONAN MENJADI RESPONDEN
……………,………..……… 2019
Peneliti
Astrit Anisaningrum
Lampiran 2
PENJELASAN KEPADA RESPONDEN
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
KODE RESPONDEN :
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : ……………………………………………
Umur : ……………………………………………
Pendidikan : ……………………………………………
Alamat : ……………………………………………
Setelah membaca penjelasan penelitian dan mendapat penjelasan terhadap
pertannyaan yang diajukan. Saya mengerti bahwa peneliti dapat menghargai dan
menjunjung hak-hak saya sebagai responden.
Saya memahami bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini sangat
bermanfaat bagi peningkatan mutu pelayanan keperawatan pada pasien asma
dalam pemeriksaan faal paru menggunakan Arus Puncak Ekspirasi (APE).
Berkaitan dengan hal tersebut, maka saya menyatakan bersedia untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini. Persetujuan ini saya tanda tangani dengan
penuh kesadaran dan tanpa paksaan pihak manapun.
(……………………….) (……………………….)
Nama dan Tanda Tangan Nama dan Tanda
Tangan
FORM 01.D
RENCANA ANGGARAN BIAYA PENELITIAN ( Disesuaikan dengan yang ada
dalam proposal/RAB )
Kode Responden :
Nama :………………………
Usia : ………………..Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki/ Perempuan (coret salah satu)
Pekerjaan :……………………….
Pendidikan terakhir: ………………………
Tinggi badan :…………………cm
Riwayat asma : ………………………
Riwayat merokok : ………………………
Obat yang di gunakan :…………………...
Lampiran 5
SOP POSISI HIGH FOWLER
1. Standar Operasional Prosedur Posisi High Fowler
Pengertian Posisi high fowler adalah posisi dimana tempat tidur di
posisikan dengan ketinggian 60- 900 bagian lutut tidak di
tinggikan.
Indikasi Pasien yang mengalami kesulitan bernapas atau dyspnea.
Tujuan Untuk memfasilitasi pasien yang sedang kesulitan bernapas
atau dyspnea dan kardiovaskuler.
Persiapan Tempat tidur fleksi.
tempat dan alat
Persiapan Memberi tahu dan menjelaskan tujuan tindakan.
pasien
Persiapan Menyiapkan lingkungan aman dan nyaman.
lingkungan
Pelaksanaa 1. Mencuci tangan.
2. Posisi tempat tidur tegak 60- 900 .
3. Kepala tersandar pada permukaan tempat tidur.
4. Tangan pasien diletakkan di masing-masing sisi
tubuh.
5. Kaki lurus dan berada pada posisi plantar fleksi.
Sikap Sikap selama pelaksanaan :
1. Menunjukkan sikap yang sopan dan ramah.
2. Menjamin privacy pasien.
3. Bekerja dengan teliti.
4. Memperhatikan body mechanism.
Evaluasi Tanyakan keaadaan dan kenyamanan pasien setelah
tindakan.
Sumber : Barbara, 2009; Kozier (2000)
Lampiran 6
SOP DIAPRAGMATIC BREATHING EXERCISE
2. Standar Operasional Prosedur Teknik Diaphragmatic
Breating Exercise
Pengertian Diaphragmatic Breathing Exercise merupakan latihan
pernafasan yang merelaksasikan otot-otot pernafasan saat
melakukan inspirasi dalam. Pasien berkonsentrasi pada
upaya mengembangkan diafragma selama melakukan
inspirasi terkontrol.
Indikasi Keadaan patologis yang menyebabkan klien menggunakan
otot respirasinya secara tidak efisien sehingga membuat
gangguan fungsi paru.
Tujuan 1. Meningkatkan fungsi respirasi.
2. Memperkuat fungsi diafragma.
3. Memelihara keseimbangan kadar Imunoglobulin E
(IgE) pada bronkus.
4. Menurunkan respon yang berlebih dari jalan napas.
Persiapan 1. Stopwatch
tempat dan alat
Persiapan Memberi tahu dan menjelaskan tujuan tindakan.
pasien
Persiapan Menyiapkan lingkungan aman dan nyaman.
lingkungan
Pelaksanaa 1. Mencuci tangan.
2. Atur posisi pasien terlentang (pengaturan posisi
setelah mendapat penjelasan)
3. Intruksikan klien bernapas melalui hidung (untuk
menyaring, melembabkan, dan menghangatkan
udara sebelum memasuki paru), dengan perlahan
dan menggembungkan perutnya namun posisi bahu
tetap terjaga/ rileks dan tidak terangkat ke atas.
4. Letakkan satu tangan di atas abdomen (tepat di
bawah iga) dan tangan lainnya di tengah-tengah
dada.
5. Instruksikan pasien menghirup udara secara
perlahan. Saat menghirup, udara dihirup melalui
hidung dan biarkan otot abdomen menonjol sebesar
mungkin. Setelah itu hirupan dihentikan dan di
tahan, kemudian pasien menghembuskan udara
dengan bibir yang mengerucut atau dengan bibir
setengah membuka, sampai perutnya menjadi
cekung.
6. Ulangi selama 1 menit diikuti masa istirahat 2 menit.
Sikap Sikap selama pelaksanaan :
5. Menunjukkan sikap yang sopan dan ramah
6. Menjamin privacy pasien
7. Bekerja dengan teliti
8. Memperhatikan body mechanism
Evaluasi Tanyakan keaadaan dan kenyamanan pasien setelah
tindakan.
Sumber : Mayuni, 2015; Lee, Cheon, & Yong, 2017; Fahmi, 2017
Lampiran 7
SOP PEMERIKSAAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI (APE)
Standart Operating Prosedur (SOP)
Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi
Pengertian Peak Expiratory Flow Rate merupakan salah
satu parameter yang diukur pada spirometri
yaitu kecepatan aliran udara maksimal yang
dimulai dengan paru pada keadaan inspirasi
maksimal.
Tujuan 1. Mengetahui apa yang membuat asma
memburuk
2. Memutuskan apa yang akan dilakukan
bila rencana pengobatan berjalan baik
3. Memutuskan apa yang akan dilakukan
jika dibutuhkan penambahan atau
penghentian obat
4. Memutuskan kapan pasien meminta
bantuan medis/dokter/IGD
Petugas Perawat
Persiapan pasien Menjelaskan prosedur dan tujuan yang akan
dilakukan
Persiapan alat 1. APE
2. Kassa
Persiapan lingkungan 1. Memberikan lingkungan yang aman
dan nyaman
Prosedur 1. Cuci tangan
2. Bila memerlukan, pasang mouthpiece
ke ujung peak flow meter
3. 2 penderita berdiri atau duduk
dengan punggung tegak dan pegang
peak flow meter dengan posisi
horizontal (mendatar) tanpa
menyentuh atau mengganggu gerakan
marker. Pastikan marker berada pada
posisi skala terendah (nol)
4. Penderita menghirup napas sedalam
mungkin, masukkan mouthpiece ke
mulut dengan bibir menutup rapat
mengelilingi mouthpiece, dan buang
napas sesegera dan sekuat mungkin.
5. Saat membuang napas, marker
bergerak dan menunjukkan angka
pada skala, catat hasilnya.
6. Kembalikan marker pada posisi nol
lalu ulangi langkah 2-4 sebanyak 3
kali, dan pilih nilai paling tinggi.
Bandingkan dengan nilai terbaik
pasien tersebut atau nilai prediksi.
Sumber : Lorensia, A. dkk 2015
Lampiran 8
LEMBAR OBSERVASI
Lembar observasi sesudah dan sebelum intervensi
Nilai Sebelum Nilai Sesudah
Nilai APE Nilai APE Nilai APE Nilai APE
No Nama
1 2 3 Tertinggi 1 2 3 Tertinggi