Menariknya, dari seluruh kisah tersebut, perjalanan Nabi Musa dengan Bani
Israil menjadi kisah yang mendominasi isi Al-Quran. Tidak hanya dalam satu
surat, kisah beliau disebutkan berulang kali dan bertebaran di beberapa surat
lainnya. Terhitung hampir dua puluh lima surat dalam Al-Quran, Allah
menyebutkan tentang beliau. Bahkan nama Musa sendiri menjadi nama yang
paling banyak disebutkan dalam Al-Quran.
Tentu ada harapan khusus yang hendak Allah Ta’ala sampaikan kepada
umat ini lewat kisah Nabi Musa ‘ailaihissalam saat memimpin Bani Israil
melawan Fir’aun. Sebagaimana diketahui, Fir’aun adalah seorang raja yang
paling kejam pada zamannya. Sementara Bani Israil sendiri adalah kaum
yang terkenal dengan sifatnya yang ngeyel dan keras kepala. Jadi, posisi
Nabi Musa benar-benar teruji dari segala sisi.
Dalam kitab Majmu’ Fatawa, 9/12, Ibnu Taimiyah menyebutkan, “Kisah Musa
bersama Fir’aun disebutkan berulang kali dalam al-Quran karena keduanya
simbol dari kebenaran dan kebatilan. Fir’aun berdiri di atas puncak kekufuran
dan kebatilan karena mengingkari Allah dan rasul-Nya. Sedangkan Nabi
Musa menjadi sosok yang berada di atas puncak keimanan dan kebenaran.
Di mana beliau adalah rasul yang menerima risalah secara sempurna serta
berbicara langsung dengan Allah tanpa pembatas. Sehingga kisah ini
menjadi pelajaran terbesar bagi ahlu iman dan ahlu kufur,”
Dalam kitab Fabi Hudahum IQtadih, Dr. Utsman al-Khamis berkata, “Nama
beliau disebut berulang-ulang dalam Alquran menunjukkan bahwa Allah
menginginkan agar kita selalu merenungkan kisah beliau, kesulitan yang
beliau jumpai, kepayahan, gangguan dan ujian yang datang bertubi-tubi.”
(Fabi Hudahum IQtadih, hlm. 327)
Lalu Ibnu Mas’ud menceritakan hal itu kepada Nabi Saw, tetiba saja wajah
beliau berubah menjadi merah kemudian bersabda:
اك فُتُونًا
َ َوفَتَنه
“Aku akan mengujimu dengan berbagai macam ujian.” (QS. Thaha: 40)
Ujian yang dialami Musa memang cukup berat. Mulai dari beliau dilahirkan
hingga berhasil meruntuhkan kekuasaan Fir’aun. Lalu dilanjut lagi dengan
ujian dari umatnya yang keras kepala. Suatu ketika Said bin Jubair pernah
bertanya kepada Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma perihal ayat yang
disebutkan di atas. Karena banyaknya bentuk ujian yang harus disebutkan,
Ibnu Abbas berkata, “Hai Ibnu Jubair, ajukanlah pertanyaanmu itu besok
pagi, karena sesungguhnya jawabannya mengandung kisah yang panjang.”
Nabi musa memang berhasil melewati ujian dengan sifat sabarnya yang
tinggi. Ketika harus menghadapi kekejaman Fir’aun, di saat yang sama Nabi
Musa juga harus bersabar atas perlakuan Bani Israil terhadap dirinya. Beliau
dituduh dan dihina oleh kaumnya itu memiliki cacat dan penyakit yang
menjijikkan di tubuhnya, juga pernah dituduh berzina, penyihir dan
sebagainya. Namun semua itu beliau lalui dengan bersabar dan
menyerahkan urusannya kepada Allah semata. Karena banyaknya cobaan
tersebut, beliau digolongkan termasuk salah di antara Ulul Azmi (rasul pilihan
yang memiliki keteguhan hati dan ketabahan yang luar biasa).
Selain sifatnya yang sabar, Al-Quran juga menyebutkan bahwa beliau adalah
sosok Rasul yang selalu menepati janji dengan manusia, yakin dengan
segala ketetapan Allah, tawadhu’, amanah dan memiliki hati yang lapang.
Sebagaimana dalam salah satu permohonannya kepada Allah Ta’ala:
َ ب ا ْش َرحْ ِلي
ص ْد ِري ِ َرNab
“Ya Rabbku, lapangkanlah dadaku,” (QS. Thoha: 25)
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang
paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat
lagi dapat dipercaya”. (QS. Al-Qashsas; 26)
Penulis : Fakhruddin
Editor: Arju