Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

KEPERAWATAN BENCANA
“PENANGANAN BENCANA KEBAKARAN”
Dosen Pembimbing : Leo Yosdimyati R,S.Kep.,Ns.,M.Kep.

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
1. Fatati Ulfatus S 8. Linda Rahmawati
2. Ika Saraswati 9. Nur Faizah
3. Alfin Lutfiana 10. Nurul Hidayati V
4. Leni Hafiatun H 11. Nurul Fidya Astutik
5. Fatimah Tul Jannah 12. Ema Zuanita
6. Andika Wahyu K 13. Danang Ardiansyah
7. Tutus Tri A

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2019-2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “PENANGANAN BENCANA KEBAKARAN”.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan
dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Iva Millia Hani. R,S.Kep.Ns.,M.Kep Selaku Pembimbing akademik
kelas S1 Keperawatan semester 5A
2. Leo Yosdimyati R,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen Pengampuh Mata
Kuliah Keperawatan Bencana yang telah memberikan bimbingan
berupa moral maupun moril.
3. Orang Tua kami yang senantiasa mendukung dan mendoakan kami.
4. Dan Teman-teman yang telah memberi saran.

“PENANGANAN BENCANA KEBAKARAN” ini saya buat dari


tanggal 26 Oktober 2019. Saya sebagai penyusun sekaligus mahasiswa STIKES
ICME JOMBANG mengharap kritik dan saran untuk membangun perbaikan
makalah ini, karena penyusun makalah ini masih jauh dari sempurna.

Jombang, 26 Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................
Daftar is ...................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ............................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................ 6
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................. 6
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................. 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kebakaran .................................................................... 7
2.2 Konsep Dasar Terjadinya Api .................................................... 7
2.3 Penyebab Kebakaran .................................................................. 10
2.4 Klasifikasi Kebakaran ................................................................ 11
2.5 Klasifikasi Bahaya Kebakaran ................................................... 12
2.6 Kerugian Akibat Kebakaran....................................................... 14
2.7 Sarana Proteksi Aktif ................................................................. 16
2.8 Penanggulangan dan Pencegahan Kebakaran ............................ 22
2.9 Undang-Undang dan Peraturan tentang Kebakaran ................... 25
2.10 Cara atau Metode Memadamkan Api ...................................... 27
2.11 Penyakit Akibat Kebakaran ..................................................... 27
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................... 29
3.2 Saran ......................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 30

3
BAB I
PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


Kebakaran merupakan suatu bencana yang merugikan bagi banyak
pihak yang dapat mengakibatkan kerugian materil dan berpotensi terhadap
kematian yang cukup besar sehingga memerlukan perhatian akan keselamatan
masyarakat. Namun sampai saat ini penanganan terhadap kebakaran di
Indonesia masih memiliki berbagai kendala yang mengakibatkan kejadian
kebakaran sering berakibat fatal dan berulang.
Adanya peningkatan jumlah kejadian kebakaran di wilayah kota
Surabaya rata-rata 250 kejadian kebakaran per tahun disebabkan oleh
beberapa hal (Perda Surabaya, 2004), yaitu rendahnya pemahaman dan
kesadaran masyarakat akan bahaya kebakaran, masih kurangnya kesiapan
masyarakat untuk menghadapi dan menanggulangi bahaya kebakaran,
rendahnya sistem proteksi kebakaran yang dimiliki gedung dan bangunan,
sistem penanganan kebakaran belum terwujud dan terintegrasi, yaitu
akselerasi kecepatan unit pemadam kebakaran tiba di lokasi bencana
dikarenakan jauhnya pos PMK dengan lokasi bencana dan kemacetan
lalulintas.
Pengetahuan tentang upaya penanggulangan bahaya kebakaran
sejak dini sangat penting karena untuk mengetahui adanya potensi bahaya
kebakaran di semua tempat, kebakaran merupakan peristiwa berkobarnya api
yang tidak dikehendaki dan selalu membawa kerugian. Dengan demikian
usaha pencegahan harus dilakukan oleh setiap individu dan unit kerja agar
jumlah peristiwa kebakaran, penyebab kebakaran dan jumlah kecelakaan
dapat dikurangi sekecil mungkin melalui perencanaan yang baik. Dengan
mengidentifikasi potensi penyebab kebakaran di lingkungan tempat kerjanya
dan melakukan upaya pemadaman kebakaran dini. Kebakaran terjadi akibat
bertemunya 3 unsur yaitu bahan yang dapat terbakar, suhu penyalaan/titik
nyala dan zat pembakar (O2 atau udara). Untuk mencegah terjadinya

4
kebakaran adalah dengan mencegah bertemunyan salah satu dari dua unsur
lainnya.
Saat ini, masalah kebakaran bukan saja merupakan masalah
pribadi, akan tetapi sudah merupakan masalah nasional, apalagi kalau kita
melihat data timbulnya kebakaran akhir-akhir ini yang selain disebabkan oleh
karena peledakan kompor, listrik, dan kelengahan-kelengahan lainnya, juga
dapat merupakan usaha subversi yang sangat membahayakan keamanan
sosial dan politik, juga sangat berpengaruh terhadap kestabilan ekonomi yang
yang pada akhirnya akan merusak dan menghambat pelaksanaan
pembangunan nasional. Kerugian akibat musibah kebakaran di Jakarta saja
selama 2013 dikutip dari Kompas.com tercatat 124 miliar, sedangkan di kota
Bandung 27,2 miliar, di Jambi mencapai 4 miliar, dan masih banyak lagi
daerah-daerah yang mengalami musibah kebakaran dengan kerugian besar.
Oleh karena itu, untuk mengurangi kasus kebakaran perlu adanya
pengetahuan oleh setiap individu dan masyarakat tentang kebakaran dan
bagaimana cara mencega, menghadapi dan menanggulangi adanya kebakaran.

2.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan kebakaran?
b. Bagaimana konsep dasar terjadinya api?
c. Apa penyebab kebakaran?
d. Bagaimana klasifikasi kebakaran?
e. Bagaimana klasifikasi bahaya kebakaran?
f. Apa Kerugian akibat kebakaran?
g. Apa saja Sarana Proteksi Aktif?
h. Bagaimana Cara Menanggulangi dan Mencegah Bahaya Kebakaran?
i. Apa saja Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Tentang Kebakaran?
j. Bagaimana cara atau metode memadamkan api?
k. Apa saja Penyakit Akibat Kebakaran?

5
2.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memberikan tambahan wawasan serta pengetahuan kepada
pembaca mengenai penanganan pada bencana kebakaran
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi kebakaran
b. Untuk mengetahui konsep dasar terjadinya api
c. Untuk mengetahui penyebab kebakaran
d. Untuk mengetahui klasifikasi kebakaran
e. Untuk mengetahui klasifikasi bahaya kebakaran
f. Untuk mengetahui kerugian-kerugian akibat kebakaran
g. Untuk mengetahui sarana proteksi aktif kebakaran
h. Untuk mengetahui cara menanggulangi dan mencegah bahaya
kebakaran
i. Untuk mengetahu undang-undang dan peraturan pemerintah
tentang kebakaran
j. Untuk mengetahui cara atau metode memadamkan api
k. Untuk mengetahui penyakit-penyakit akibat kebakaran

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kebakaran


Kebakaran adalah api yang tidak terkendali, yang berarti diluar
kemampuan dan keinginan manusia. Api tidak terjadi begitu saja tetapi
merupakan suatu proses kimiawi antara uap bahan bakar dengan oksigen dan
bantuan panas. Teori ini dikenal sebagai segitiga api (fire triangle)
(respository.usu.ac.id).
Menurut teori ini, kebakaran terjadi karena adanya 3 faktor yang
menjadi unsur api, yaitu: bahan bakar (fuel), sumber panas (heat), dan
oksigen. Kebakaran dapat terjadi jika ketiga unsur api tersebut saling bereaksi
satu dengan lainnya. Tanpa adanya salah satu unsur tersebut, api tidak dapat
terjadi. Bahkan masih ada unsur ke empat yang disebut reaksi berantai, karena
tanpa adanya reaksi pembakaran maka api tidak akan dapat hidup terus
menerus. Keempat unsur api ini sering disebut juga Fire Tetrahedron
(respository.usu.ac.id).
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada
tempat yang tidak kita kehendaki, merugikan, pada umumnya sukar
dikendalikan (Perda DKI, 1992).
Kebakaran adalah suatu nyala api atau bencana yang tidak
dikehendaki bersama, karena dapat menimbulkan bencana bagi masyarakat
(Departemen penerangan RI, 1978).

2.2 Konsep Dasar Terjadinya Api (The Fire Ttriangle)


a. Definisi Api
Api adalah “Suatu massa zat gas yang timbul karena adanya reaksi
eksotermis dan dapat menghasilkan panas, nyala, cahaya, asap, dan bara.”
Suatu reaksi kimia yang diikuti radiasi chaya dan panas. Reaksi kimia
disini mengandung pengertian adaya proses yag sedang berlangsung
secara kimiawi. (Dinas Kebakaran DKI Jakarta, 1994).

7
Untuk menimbulkan api awalnya diperlukan 3 (tiga) unsur :
a. Benda / bahan bakar (fuel) : harus menjadi uap terlebih dahulu
b. Panas (heat/energy) : harus cukup untuk menentukan titik nyala
c. Oksigen : sebagai oksidator
b. Teori Dasar Api
Teori dasar api menurut Dinas Kebakaran DKI Jakarta, (1994)
terdiri dari segitiga api atau dikenal dengan nama The Fire Triangle of
Combustion yaitu:
a. Panas (Heat/energy)
1) Api terbuka (Open Flame)
2) Sinar matahari (Sun Light)
3) Energi mekanik
a) Gesekan (Friction) antara dua benda
b) Bantuan dua buah benda
b. Kompersi (Compression)
1) Pemampatan udara dan gas
2) Pemimpitan benda-benda padat seperti timbunan sampah
c. Listrik (Elektrik)
1) Beban lebih pada kabel listrik
2) Peralatan listrik (keompor setrika dan las listrik)
d. Proses kimia
1) Kapur sirih dengan air
2) Asam sulfat dengan air
e. Panas Berpindah (Heat Transfer)
1) Radiasi (Radiation)
Panas berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cara
memancarkan melalui udara kesemua arah
2) Konduksi (Conduction)
Panas berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cara
menjalar malalui badan (logam) kesemua arah

8
3) Konveksi (Convection)
Panas berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cara
mangalir malalui atau pada udara atau cairan kesemua arah.
4) Direct Burning (Direct Flame Contect)
Panas berpida dari satu tempat ke tempat lain dengan cara langsung
terkena lidah api atau dikarenakan lompatan api bara atau nyala.
5) Oksigen- zat asam
Terdapat bebasa di udara berdasarkan penyelidikan dinudara
terdapat (terkandung) :
1) 20% kadar oksigen
2) 79% kadar nitrogen (N2)
3) 1% campuran dari Neon, Xenon, Argon, Krypton, Hydrogen,
dan zat air
6) Benda / bahan (fuel)
1) Titik nyala (Flash Point)
2) Suhu penyalaan (Auto Ignition Temperature)
3) Daerah yang bisa terbakar (Flammable Range)

Berdasarkan bentuknya benda yang dapat terbakar di bagi menjadi


tiga (3) golongan yaitu :
a. Benda padat
b. Benda cair
c. Benda gas
Berdasarkan suhu penyalaan benda menurut Dinas Kebakaran DKI
Jakarta, (1994) dapat dibagi menjadi dua (2) kelompok besar yaitu:
a. Benda yang mudah terbakar yaitu benda yang memunyai suhu
penyalaan rendah
b. Benda yang sukar terbakar yaitu benda yang mempunyai suhu
penyalaan tinggi

9
2.3 Penyebab Kebakaran
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor, secara umum
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Faktor Manusia
Manusia sebagai salah satu faktor penyebab kebakaran antara lain:
manusia yang kurang peduli terhadap keselamatan dan bahaya
kebakaran, menempatkan barang atau menyusun barang yang mungkin
terbakar tanpa menghiraukan norma – norma pencegahan kebakaran,
pemakaian tenaga listrik melebihi kapasitas yang telah ditentukan,
kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin, dan adanya unsur-
unsur kesengajaan.
2. Faktor Teknis
Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya kondisi
tidak aman dan membahayakan yang meliputi:
1. Proses fisik/mekanis
Faktor penting yang menjadi peranan dalam proses ini adalah
timbulnya panas akibat kenaikan suhu atau timbulnya bunga api,
misalnya pekerjaan perbaikan dengan menggunakan mesin las atau
kondisi instalasi listrik yang sudah tua atau tidak memenuhi standar.
2. Proses kimia
Kebakaran dapat terjadi ketika pengangkutan bahan - bahan kimia
berbahaya, penyimpanan dan penanganan tanpa memerhatikan
petunjuk - petunjuk yang ada.
3. Faktor Alam
Salah satu faktor penyebab adanya kebakaran dan peledakan akibat
faktor alam adalah petir dan gunung meletus yang dapat menyebabkan
kebakaran hutan yang luas dan juga perumahan – perumahan yang dilalui
oleh lahar panas dan lain-lain (Anonim, 2010).

10
2.4 Klasifikasi Kebakaran
a. Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per-
04/MEN/1980, tanggal 14 April 1980 tentang syarat – syarat pemasangan
dan pemeliharaaan Alat Pemadam Api Ringan, kebakaran dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 2.1. Klasifikasi Kebakaran di Indonesia
Kelas Jenis Contoh
Kelas A Bahan Padat Kebakaran dengan bahan bakar
padat bukan logam
Kelas B Bahan Cair dan Kebakaran dengan bahan bakar cair
Gas atau gas mudah terbakar
Kelas C Listrik Kebakaran instalasi listrik
bertegangan
Kelas D Bahan Logam Kebakaran dengan bahan bakar
logam
b. Menurut peraturan daerah DKI tahun 1971 yang di maksud dengan
klasifikasi kebakaran yaitu :
1. Kelas A
Yang termasuk dalam kelas ini adalah kebakaran pada bahan yang
mudah terbakar biasa, misalnya: kertas, kayu, maupun plastik. Cara
mengatasinya yaitu bisa dengan menggunakan air untuk menurunkan
suhunya sampai di bawah titik penyulutan, serbuk kering untuk
mematikan proses pembakaran atau menggunakan halogen untuk
memutuskan reaksi berantai kebakaran.
a. Kelas B
Kebakaran pada kelas ini adalah yang melibatkan bahan seperti cairan
combustible dengan cairan flammable, seperi bensin, minyak tanah,
dan bahan serupa lainnya. Cara mengatasi dengan bahan foam.
b. Kelas C
Kebakaran yag di sebabkan ole listrik yang bertegangan untuk
mengatasinya yaitu dengan menggunakan bahan pemadam kebakaran
non kodusif agar terhindar dari sengatan listrik.

11
c. Kelas D
Kebakaran pada bahan logam yang mudah terbakar seperti titanium,
alumumium, magnesium, dan kalium. Cara mengatasinya yaitu
powder khusus kelas ini.

2.5 Klasifikasi Bahaya Kebakaran


Menurut Perda DKI Jakarta, (2008) terdiri dari:
a. Bahaya Kebakaran Ringan
Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai nilai dan kemudahan
terbakar rendah, apabila kebakaran melepaskan panas rendah, sehingga
penjalaran api lambat. Yang dimaksud bahaya kebakaran ringan ialah
hunian:
a. Tempat ibadah
b. Perkantoran
c. Pendidikan
d. Ruang makan
e. Ruang rawat inap
f. Penginapan
g. Hotel
h. Museum
i. Penjara
j. Perumahan
b. Bahaya Kebakaran Sedang
1. Bahaya Kebakaran Sedang I
Ancaman bahaya kebakaran mempunyai jumlah dan kemudahan
terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan
tinggi tidak lebih dari 2,5 (dua setengah) meter dan apabila terjadi
kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga penjalaran api
sedang. Yang dimaksud bahaya kebakaran Sedang I ialah bangunan:
tempat penjualan dan penampungan susu, restoran, ppabrik
gelas/kaca, pabrik asbestos, pabrik balok beton, pabrik es, pabrik
kaca/cermin, pabrik garam, restoran/kafe, penyepuhan, pabrik

12
pengalengan ikan, daging, buah-buahan dan tempat pembuatan
perhiasan.
2. Bahaya Kebakaran Sedang II
Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan
kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah
terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 (empat) meter dan apabila
terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga penjalaran api
sedang.
Yang dimaksud dengan bangunan gedung yang diklasifikasikan
dalam bahaya kebakaran Sedang II antara lain: penggilingan produk
biji-bijian, pabrik roti/kue, pabrik minuman, pabrik permen, pabrik
destilasi/penyulingan minyak atsiri, pabrik makanan ternak, pabrik
pengolahan bahan kulit, pabrik mesin, pabrik batrai, pabrik bir,
pabrik susu kental manis, konveksi, pabrik bohlam dan neon, pabrik
pabrik film/fotografi, pabrik kertas ampelas, laundry dan dry
cleaning, penggilingan dan pemanggangan kopi, tempat parkir mobil
dan motor, bengkel mobil, pabrik mobil dan motor, pabrik the, toko
bir/anggur dan aspirtus, perdagangan retail, pelabuhan, kantor pos
tempat penerbitan dan percetakan, pabrik ban, pabrik rokok, pabrik
perakitan kayu, teater dan auditorium, tempat hiburan/diskotik,
karaoke, sauna, dank klab malam.
3. Bahaya Kebakaran Sedang III
Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan
kemudahan terbakar agak tinggi, menimbulkan panas agak tinggi
serta penjalaran api agak cepat apabila terjadi kebakaran.
Yang dimaksud dengan bangunan gedung yang diklasifikasikan
dalam bahaya kebakaran Sedang III antara lain: pabrik yang
membuat barang dari karet, parik yang membuat barang dari plastic,
pabrik karung, pabrik pesawat terbang, pabrik peleburan metal.
Pabrik sabun, pabrik gula, pabrik lilin, pabrik pakaian, toko dengan
pramuniaga lebih dari 50 orang, pabrik tepung terigu, pabrik kertas,
pabrik semir sepatu, pabrik sepatu, pabrik karpet, pabrik minyak

13
ikan, pabrik dan perakitan elektronik, pabrik kayu lapis dan papan
partikel, tempat penggergajian kayu.
c. Bahaya Kebakaran Berat
1. Bahaya Kebakaran Berat I
Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan
kemudahan terbakar tinggi, menimbulkan panas tinggi serta
penjalaran api cepat apabila terjadi kebakaran.
Yang dimaksud dengan bangunan gendung yang
diklasifikasikan dalam bahaya kebakaran Berat I antara lain:
bangunanbawah tanah/bismen, subway, hangar pesawat terbang,
pabrik korek api gas, pabrik pengelasa, pabrik foam plastic, pabrik
foam karet, pabrik resin dan terpentin, kilang minyak, pabrik wool
kayu, tempat yang menggunakan fluida hidrolik yang mudah
terbakar, pabrik pengecoran logam, pabrik yang menggunakan bahan
baku yang mempunyai titik nyala 37,9oC (100oF), pabrik tekstil,
pabrik benang, pabrik yang menggunakan bahan peapis dengan foam
plastic (Upholstering with plastic foams).
2. Bahaya Kebakaran Berat II
Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan
kemudahan ter Bakar sangat tinggi, menimbulkan panas sangat
tinggi serta penjalaran api sangat cepat apabila terjadi kebakaran.
Yang dimaksud dengan bangunan gedung yang diklasifikasikan
dalam bahaya kebakaran Berat II antara lain: pabrik selulosa nitrat,
pabrik yang menggunakan dan/atau menyimpan bahan berbahaya.

2.6 Kerugian Akibat Kebakaran


Kebakaran menimbulkan kerugian baik terhadap manusia, aset, maupun
produktivitas.
1. Kerugian Materi
Dampak kebakaran juga menimbulkan kerugian materi yang sangat
besar. Di DKI kerugian materi akibat kebakaran sepanjang tahun
mencapai di atas Rp 100 milyar. Angka kerugian ini adalah kerugian

14
langsung yaitu nilai aset atau bangunan yang terbakar. Disamping itu,
kerugian tidak langsung justru jauh lebih tinggi, misalnya gangguan
produksi, biaya pemulihan kebakaran, biaya sosial dan lainnya.
2. Kerugian Jiwa
Kebakaran dapat menimbulkan korban jiwa baik yang terbakar secara
langsung maupun sebagai dampak dari suatu kebakaran. Berdasarkan
data – data di DKI, korban kebakaran yang meninggal dunia rata – rata
25 orang pertahun. Namun data di USA jauh lebih tinggi yaitu mencapai
rata – rata 3000 orang setiap tahun.
3. Menurunnya Produktivitas
4. Kebakaran juga memengaruhi produktivitas nasional maupun keluarga.
Jika terjadi kebakaran proses produksi akan terganggu bahkan dapat
terhenti secara total. Nilai kerugiannya akan sangat besar yang
diperkirakan 5 – 50 kali kerugian langsung.
5. Gangguan Bisnis
Menurunnya produktivitas dan kerusakan aset akibat kebakaran
mengakibatkan gangguan bisnis sangat luas.
5 Kerugian Sosial
6 Kebakaran dapat mengakibatkan sekelompok masyarakat korban
kebakaran akan kehilangan segala harta bendanya, menghancurkan
kehidupannya dan mengakibatkan keluarga menderita. Kegiatan sosial
juga mengalami hambatan yang berakibat turunnya kesejahteraan
masyarakat.
Kerugian akibat kebakaran menurut Depnaker ILO, (1980) meliputi :
a. Asap
b. Gas beracun
c. Kekuragan oksigen
d. Panas
e. Terbakar

15
Menurut Depnaker UNDP ILO, (1987) menyebutkan kerugian
akibat kebakaran dan segala akibat yang ditimbulkan disebabkan adanya
ketimpangan sebagai berikut:
a. Tidak adanya sarana deteksi/ alarm
b. Sistim deteksi/alarm tidak berfungsi
c. Alat pemadam Api tidak sesuai / tidak memadai
d. Alat pemadam Api tidak berfungsi
e. Sarana evakuasi tidak tersedia
f. Dan banyak faktor lain seperti manajemen K3, program inpeksi, dan
pemeliharaan.

2.7 Sarana Protektif Aktif


Sistim perlindungan terhadap kebakaran yang di laksanakan
dengan mempergunakan peralatan yang dapat bekerja secara omatis maupun
manual, digunakan oleh mpenghuni atau petugas pemadam kebakaran dalam
melaksanakan operasi pemadaman , selain itu sistim itu digunakan dalam
melaksanakan penangguangan awal kebakaran (Perda DKI Jakarta, 2008).
Saran yang terdapat pada bangunan gedung yang digunakan untuk
menyelamatkan jiwa dari kebakaran dan bencana lain (Perda DKI
Jakarta,2008).
Sesuai dengan peratuan yang berlaku (Kep.Men PU
No.10/KPTS/2000), setiap bangunan gedung harus melaksanakan peraturan
pengamanan terhadap bahaya kebakaran mulai dari perencanaan pelaksanaan
pembangunan sampai taha pemanfaatan sehingga bangunan gedung
senantiasa aman dan berkualitas sesuai dengan fungsinya. Salah satu dari
pelaksanaan pengamanan ini adalah melengkapi gedung dengan sarana
proteksi akif kebakaran, yang terdiri dari :
a. Sarana pendeteksi dan peringatan kebakaran
1. Detektor dan alarm kebakaran
Berdasarkan SNI 0-3985-2000 Alarnm kebakaran adalah
komponen dari sistem yang memberikan isyarat /tanda setelah
kebakaran terdeteksi.

16
Komponen dari sistem deteksi dan alarm kebakaran yang
berfungsi untuk mengontrol bekerjanya sistem, menerima dan
menunjukan adanya isyarat kebakaran, mengaktifkan alarm
kebakaran, meanjutkan ke fasilitas lain terkait, dan lain-lain. Panel
kontrol dapat terdiri dari satu panel saja dapat pula terdiri dari
beberapa panel kontrol.
Titik panggil manual adalah alat yang di operasikan secara
manual guna memberi isyarat adanya kebakaran. Untuk kepentingan
standar ini , detektor kebakaran otomaik diklasifikasikan sesuai
dengan jenisnya sepeti tersebut di bawah ini :
a) Detektor panas yaitu alat yang mendeteksi temperatur tinggi
atau laju kenaikan temperatur yang tidak normal.
b) Detektor asap yaitu aat yang mendeteksi peartikel yang terlihat
atau yang tidak terlihat dari satu pembakaran.
c) Detektor nyala api yaitu alat yang mendeteksi sinar infa merah,
ultra violet, ata radiasi yang terlihat yang di timbulkan oleh
suatu kebakaran.
d) Detekor gas kebakaran yaitu alat untuk mendeteksi gas-gas yang
terbentuk leh suatu kebakaran.
e) Dalam detektor kebakaran lainnya yaitu alat yang mendeteksi
suatu gejala selain panas, asap, nyala api, atau gas yang
ditimbulkan oleh kebakaran.
2. Jalan petugas
Diperlukan bagi petugas yang datang menggunakan kendaraan
pemadam kebakaran, kadang harus mondar-mandir/keluar masuk
mengambil air, sehingga perlu jalan yang memadai, keras dan lebar,
juga untuk keperluan evakuasi. Untuk itu diperlukan fasilitas:
a) Daun pintu dapat dibuka keluar
b) Pintu dapat dibuka dari dalam tanpa kunci
c) Lebar pintu dapat dilewati 40 orang/menit
d) Bangunan beton strukturnya harus mampu terbakar minimal 7
jam.

17
b. Sarana pemadam kebakaran
1. Perlengkapan dan alat pemadam kebakaran sederhana
a) Air, bahan alam yang melimpah, murah dan tidak ada akibat
ikutan (side effect), sehingga air paling banyak dipakai untuk
memadamkan kebakaran. Persedian air dilakukan dengan
cadangan bak-bak iar dekat daerah bahaya, alat yang diperlukan
berupa ember atau slang/pipa karet/plastik.
b) Pasir, bahan yang dapat menutup benda terbakar sehingga udara
tidak masuk sehingga api padam. Caranya dengan menimbunkan
pada benda yang terbakar menggunakan sekop atau ember
c) Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektif untuk
menutup kebakaran dini pada api kompor atau kebakaran di
rumah tangga, luasnya minimal 2 kali luas potensi api.
d) Tangga, gantol dan lain-lain sejenis, dipergunakan untuk alat
bantu penyelamatan dan pemadaman kebakaran.
2. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang
untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Tabung
APAR harus diisi ulang sesuai dengan jenis dan konstruksinya.
Berdasarkan Peratuan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No:
PER.04/mMEN/1980, Alat pemadam api ringan ialah alat yang ringan
serta mudah di layani oleh satu rang memadamkan api pada mulai
terjadi kebakaran. Kebakaran dapat di golongan:
a) Kebakaran bahan padat kecuali logam (Golongan A);
b) Kebakaran bahan cair atau gas yang mudh terbakar (Golongan B);
c) Kebakaran instalasi listrik bertegangan (Golongan C);
d) Kebakarang logam (Golngan D).
Jenis alat pemdam api ringan tediri :
a) Jenis cairan
b) Jenis busa
c) Jenis teung kering
d) Jenis gas (hydrcarbon berhalgen dan sebagainya)

18
Berfungsi untuk menyelimuti benda terbakar dari oksigen di
sekitar bahan terbakar sehingga suplai oksigen terhenti. Zat keluar
dari tabung karena dorongan gas bertekanan.
a. Karakteristik APAR :
1) APAR jenis tertentu bukan merupakan pemadam untuk
segala jenis kebakaran, oleh karena itu sebelum
menggunakan APAR perlu diidentifikasi jenis bahan
terbakar.
2) APAR hanya ideal dioperasikan pada situasi tanpa angin
kuat, APAR kimiawi ideal dioperasikan pada suhu kamar
3) Waktu ideal: 3 detik operasi, 10 detik berhenti, waktu
maksimum terus menerus 8 detik.

4) Bila telah dipakai harus diisi ulang

5) Harus diperiksa secara periodik, minimal 2 tahun sekali


b. Petunjuk Pemilihan APAR
Pilih Zat kimia kering (Dry CO2 Halo Air Zat kimia basah
yang Chemical) n (Wet Chemical)
sesuai Multi Sodium Purp Carbo Halo Water Pump Loaded
propo bikarbo le K n n Tank Stream
se nat dioxi 1211
de
Serba NaHCO CO2 Air Tanki& Busa
guna 3 bertekan Pompa Bertekan
an an
A Ya Tidak Tida Tidak Tida Ya Ya Ya
k k
B Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Ya
C Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak
Keterang Bekerja dengan cepat Bahan ini Murah, sesuai Sesuai
an disarankan tersedia pada tidak untuk bahan untuk
gudang bahan bakar meninggalka bangunan, rumah, lab. Dan
minyak dan gas, mobil n bekas. gedung, sekolah, tempat
serta bahan mudah Sesuai alat perkantoran dsb. bahan

19
terbakar lainya elektronik kimia
dan gudang
bahan
pemakaian
Petunjuk Lepas pena kunci, Lepas pena Lepas Pegang Lepas
Pemakai genggam handel dan kunci, pena moncon pena
n arahkan moncong di genggam kunci, g. kunci,
bawah api handel gengga Dipomp genggam
& arahkan m a, guyur handel
moncong ke handel bahan & guyur
sumber api & guyur terbakar bahan
bahan bakar
bakar

3. Alat Pemadam Kebakaran Besar


Alat-alat ini ada yang dilayani secara manual ada pula yang
bekerja secara otomatis.
a. Hidran Kebakaran
Instalasi Hidran kebakaran adalah suatu sistem pemadam
kebakaran tetap yang menggunakan media pemadaman air
bertekanan yang di airkan memlalui pipa-pipa dan selang
kebakaran. Sistim ini terdiri dari persediaan air, pompa perpipaan,
kopling, outlet dan inlet serta selang dan nozzle (SNI 225-1987).
Sedangkan berdasarkan jenis dan penempatanya hidran menurut
SNI 225-1987 terdiri dari:
1. Hidran gedung
Hidran gedung tediri dari dua persyaratan yaitu:
2. Persyaratan teknis
a. Diameter selang maksimal 1,5 inci
b. Minimal debit air 380 liter/menit
c. Tekanan air maksimal ,5 kg/cm2
d. Diameter pipa (kopling) 2,5 inci

20
3. Persyaratan umum
a. Letak kotak hidran dalam gedung mudah dilihat
b. Letak kotak hidran dalam gedung mudah dicapai, tidak
terhalang
c. Kotak hidran mudah di buka
d. Panjang selang maksimal 30m
e. Selang dalam kndisi baik (tidak membelit bila di tarik)
f. Pipa pemancar (nozzel) terasang pada selang
g. Pipa hidran bercat merah
h. Kotak hidran di beri tulisan “hydrant” berwarna putih
b. Hidran halaman
1. Persyaratan teknis
a. Debit hidran 950 liter / menit
b. Tekanan maksimal 7kg/cm dan tekanan minimum
4,5kg/cm
c. Diameter selang 2,5 inci
2. Persyaratan umum
a. Pilar hidran di pasang pada ketinggian 50cm dari
permukaan tangga
b. Jarak pilar hidran di pagar 1 m
c. Hidran haaman mudah terihat, mudah dicapai, tidak
terhalang oleh benda- benda lain
d. Pilar hidran harus di cat merah
e. Selang hidraan dalam keadaan baik
c. Sistem penyembur api (Sprinkler System)
Kombinasi antara sistem isyarat alat pemadam kebakaran.
Merupakan alat pemercik air otomatis (Springkler), Springkler
adalah alat pemancar air untuk pemadam kenbakaran yang
mempunyai tudung berbentuk deflrktor pada ujung mulut
pancarnya, sehingga air dapat memacar ke semua arah secara
merata (KepMen PU No.10/KPTS/2000).

21
2.8 Penanggulangan dan Pencegahan Bencana Kebakaran
Dalam upaya rosedur tanggap darurat secara garis bsar meliputi
rencana / rencana dalam menghadapi keadaan darurat, pendidikan dan latihan
penangulagan keadaan darurat, pendidikan dan latihan penanggulangan
keadaan darurat seperti proses evakuasi atau pemindahan dan penutupan
(Jusuf,1999).
Penceghahan kebakaran dan cara penagulangan korban kebakran
tergantung lima (5) prinsip pokok (Suma’mur,1996) sebagai berikut :
a) Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atas keadaan panik
b) Pembuatan bangunan tahan api
c) Pengawasan yang teratur dan berkala
d) Penemuan kebakaran pada tingat awal dan pemadamanny
e) Pengendalian kerusakan untuk membatasi kersakan sebagai akibat
kebakaran
Sedangkan menurut Suprapto, (1995) ketentan dan persyaratan
terknis dalam proteksi kebakaran pada bangunan mliputi :
a) Melakukan pemeriksaan dan pengecekan kondisi dan keadaan sarana dan
peralatan sistem proteksi kebakaran
b) Melengkapi sarana dan peralatan proteksi ddidasari atas analisi resiko
bahaya dan stadart serta ketentan yang berlaku
c) Standar dan ketentuan teknis proteksi kebakaran harus diterapkan dan
disebarluaskan
d) Setiap gedung harus dilengkapi dengan sarana pengamanan terhadap
kebakaran secara lengkap dan memenuhi sandart dan ketentuan teknis
yang berlaku.
e) Perlu dilakkukan pemeriksaan dan pemeliharaan secara berkala untuk
menjamin agar sarana dan peralatan proteksi kebakaran dalam kondisi
siap pakai.

22
a. Pedoman Singkat Antisipasi dan Tindakan Pemadaman Kebakaran
1. Tempatkan APAR selalu pada tempat yang sudah ditentukan, mudah
dijangkau dan mudah dilihat, tidak terlindung benda/perabot seperti
lemari, rak buku dsb. Beri tanda segitiga warna merah panjang sisi
35 cm.

2. Siagakan APAR selalu siap pakai.

3. Bila terjadi kebakaran kecil: bertindaklah dengan tenang, identifikasi


bahan terbakar dan tentukan APAR yang dipakai.

4. Bila terjadi kebakaran besar: bertindaklah dengan tenang, beritahu


orang lain untuk pengosongan lokasi, nyalakan alarm, hubungi
petugas pemadam kebakaran.

5. Upayakan latihan secara periodik untuk dapat bertindak secara tepat


dan tenang.

b. Pencegahan Secara Umum Agar Tidak Terjadi Kebakaran


1. Alat-alat elektrik adalah penyebab utama kebakaran di rumah
tangga.
2. Belilah alat pemadam kebakaran yang praktis, jika mungkin, dan
letakkan dekat kompor atau di dalam dapur serta ajarkanlah semua
orang di rumah anda bagaimana menggunakannya sewaktu-waktu
dibutuhkan.
3. Jangan pernah meninggalkan masakan yang belum matang di atas
api, jika anda tidak bisa mengawasinya secara langsung karena harus
ke ruangan lain. Lebih baik matikan kompor. Hal ini terutama pada
makanan yang digoreng, karena minyak goreng cepat menyebabkan
kebakaran jika dibiarkan panas. Jika terjadi kebakaran karena
minyak goreng terlalu panas, jangan disiram dengan air karena
berbahaya dan api malah semakin menjadi-jadi; tetapi tutuplah
wajan dengan penutup yang aman untuk mencegah oksigen.
4. Tidak melakukan aktifitas lain pada saat memasak.
5. Saat ini sudah banyak orang memasang detektor asap (smoke
detector) di rumahnya , terutama di setiap ruangan tertutup dan di

23
setiap lantai. Cek setiap bulan, ganti battery-nya minimal sekali
pertahun dan gantilah detektor setiap 5 tahun sekali.
6. Simpan benda-benda yang mudah terbakar seperti spray pengharum
ruangan, cat dan lainnya jauh dari sumber api. Jangan sampai lupa:
Gas, Bensin dan Propane harus disimpan di luar ruangan, jangan di
dalam rumah.
7. Buatlah rencana evakuasi jika sewaktu-waktu terjadi kebakaran dan
latihlah semua anggota keluarga.
8. Buatlah tempat berkumpul yang diketahui semua keluarga jika
sewaktu-waktu terjadi kebakaran dan semua orang harus keluar
rumah. Misalnya di rumah tetangga anda.
9. Buatlah daftar barang berharga anda, dengan foto dan video jika
mungkin dan taruh di luar rumah di tempat yang aman (misalnya jika
anda mampu menyewa safety box di bank, taruhlah bersama benda
dan kertas berharga lainnya). Ini akan membantu jika anda akan
mengklaim asuransinya.
c. Jika Kebakaran Terjadi
1. Jika anda rasa kebakaran masih bisa diatasi karena baru terjadi atau
belum menjalar, gunakan alat pemadam kebakaran dan arahkan ke
bagian bawah api, bukan di atasnya karena itulah akarnya. Hal ini
akan percuma jika kebakaran sudah terjadi beberapa lama.
2. Tutup ruangan yang terjadi kebakaran agar tidak menjalar ke ruang
lainnya.
3. Sebelum memasuki ruang lainnya, sentuh bagian atas pintu karena
jika terasa panas berarti ruang itu sudah terbakar.
4. Dengan cepat tetapi tanpa membuat keributan, keluarkan seluruh
anggota keluarga. Keributan akan membuat panik dan semua orang
tidak bisa menyelamatkan diri dengan baik.
5. Jika kebakaran terjadi di malam hari, tutupi tubuh anda dengan
selimut segera dibanding mencari baju luar.
6. Carilah jalan keluar lalu pergilah ke tempat berkumpul dan
teleponlah pemadam kebakaran.

24
d. Jika Kebeakaran Telah Selesai
1. Jangan masuk ke rumah yang telah rusak oleh api. Strukturnya
mungkin lemah dan akan cepat roboh. Ini berbahaya bagi
keselamatan anda sendiri.
2. Kontak pemerintah setempat agar mereka bisa mengontak anda dan
memberi bantuan yang diperlukan (jika ada).
3. Kontak perusahaan asuransi anda dan jika anda membeli barang-
barang pengganti yang telah terbakar, simpanlah semua tanda terima
agar mendapat ganti rugi.

2.9 Undang-Undang dan Peraturan Tentang Kebakaran


1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3317);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247;
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

25
2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4828);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532);
8. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4833);
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Kementerian Negara Republik Indonesia;
10. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004
tentang Kabinet Indonesia Bersatu;
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 Tahun 2006
Tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2008 tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum;
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 25/PRT/M/2008 Tahun 2008
Tentang Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi
Kebakaran;
14. Perda DKI No.(1).03 Tahun 1992
15. Perda DKI No.(1).08 Tahun 2008
16. Perda Kabupaten Serang No.03 Tahun 2010
17. Perda Kabupaten Depok No.10 Tahun 2010
18. Perda Kota Bekasi No.01 Tahun 2011
19. Perda Kotamadya Pekanbaru Tingkat II No.20 Tahun 1998
20. Undang-Undang No.1 Tahun 1960, Pasal 188 Kitab UU Hukum Pidana

26
2.10 Cara atau Metode Memadamkan Api
Pemadaman api pada perinsipnya adalah menghilangkan salah satu
atau lebih dari ke-3 faktor tersebut dengan melakukan salah satu / lebih
cara-cara sebagai berikut:
1) Cooling
2) Menghilangkan factor panas dengan mendinginkan api sampai pada
titik uap api / panas tidak lagi diproduksi.
3) Smothering
4) Menghilangkan factor panas dengan memisahkan udara oksigen
hingga mematikan pembakaran.
5) Starving
6) Menyingkirkan bahan bakar / bahan yang mudah terbakar sampai
pada titik dimana tidak terdapat apapun yang dapat terbakar.
7) Breaking chain reaction
8) Mencegah reaksi nyala api dengan menyingkirkan rangkaian reaksi
kimia di daerah nyala api. Dengan demikian proses pembakaran akan
terhenti.
2.11 Penyakit Akibat Kebakaran
Dampak penyakit/gangguan kesehatan akibat kebakaran (Andriyan, 2011),
(Universitas Sumatera Utara) :
1) Gangguan pernafasan kronis : iritasi pada hidung dan tenggorokan,
flu, batuk, syaraf pembau terganggu, batuk berdahak, radang saluran
pernafasan, dada terasa sakit/nyeri sementara, pernafasan tersengal –
sengal.
2) Gangguan pernafasan akut: sesak nafas, batuk parah (menahun),
kerusakan permanen syaraf pembau, pendarahan pada saluran
pernafasan, batuk darah, infeksi dan peradangan pada paru-paru.
3) Sakit kepala, pusing, gangguan konsentrasi, gangguan tidur
(insomnia)
4) Iritasi pada kulit, gatal-gatal pada kulit.
5) Kelelahan, tegang pada otot dan badan terasa lemah.
6) Iritasi pada mata, sakit pada mata.

27
7) Gangguan pencernaan : mual, muntah, gangguan metabolisme.
8) Nafsu makan berkurang, berat badan menurun.
9) Kehilangan kesadaran, pingsan.
10) Gangguan pada jantung.
11) Demam.

28
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada
tempat yang tidak kita kehendaki, merugikan, pada umumnya sukar
dikendalikan. Kebakaran merupakan suatu bencana yang merugikan bagi
banyak pihak yang dapat mengakibatkan kerugian materil dan berpotensi
terhadap kematian yang cukup besar sehingga memerlukan perhatian akan
keselamatan masyarakat. Adanya kasus kebakaran yang terus meningkat
menyebabkan pemerintah mengeluarkan undang-undang dan peraturan
pemerintah yang berkaitan dengan kebakaran. Oleh karena itu, pengetahuan
tentang kebakaran dan upaya penanggulangan bahaya kebakaran sejak dini
sangat penting agar masyarakat mengetahui adanya potensi bahaya kebakaran
di semua tempat, antara lain, di rumah, tempat kerja, tempat ibadah, tempat-
tempat umum dan lain-lain. Sehingga, kasus kebakaran di Indonesia bisa
diminimalisir.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami
materi dan persoalan kebakaran dan menambah wawasan pengetahuan
mengenai kebakaran dan bagaimana upaya untuk menanggulangi dan
mencegah kebakaran sehingga kasus kebakaran dapat diminimalisir. Selain
itu, dengan adanya makalah ini diharapkan dapat dilakukan penelitian dan
penulisan lebih lanjut mengenai pengkajian ini.

29
DAFTAR PUSTAKA

______, 2009. Kebakaran. Jakarta. Universitas Pembangunan Nasional


______,2010. Resiko K3 dan Kebakaran . Sumatra. Universitas Sumatra Utara
Hargiyarto, Putut, 2003. Pencegahan dan dan Pemadaman Kebakaran.
Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.
Redaksi. 1978. Usaha Mencegah Bahaya Kebakaran. Proyek Pusat Publikasi
Pemerintah Departemen Penerangan RI.

30

Anda mungkin juga menyukai