DISUSUN OLEH:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kelompok 6
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
6. Bagaimana perkembangan korupsi di Indonesia?
4
BAB 2
PEMBAHASAN
5
dibentuk dan diambil dari kebudayaan dan kebiasaan murni bangsa
Indonesia.
6
tindakan untuk memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu
adalah dengan korupsi.
Faktor eksternal, pemicu perilaku korupsi yang disebabkan oleh faktor di
luar diri pelaku, seperti:
b. Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi
· Nilai-nilai di masyakat kondusif untuk terjadinya korupsi. Korupsi bisa
ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Misalnya, masyarakat menghargai
seseorang karena kekayaan yang dimilikinya.
· Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah
masyarakat sendiri. Anggapan umum terhadap peristiwa korupsi, sosok
yang paling dirgikan adalah negara. Padahal bila negara merugi, esensinya
yang paling rugi adalah masyarakat juga.
· Masyarakat kurang menyadari dirinya terlibat korupsi. Setiap perbuatan
korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat. Hal ini kuurang disadari oleh
masyarakat.
· Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan
diberantas bila masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan
pemberantasan. Pada umumnya masyarakat berpandangan bahwa masalah
korupsi adalah tanggungjawab pemerintah semata.
c. Aspek Sosial
Perilaku korupsi dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris
mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan
dorongan bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sikap baik seseorang.
Lingkungan dalam hal ini malah memberikan dorongan dan bukan
memberikan hukuman pada orang ketika ia menyalahgunakan
kekuasaannya.
d. Aspek ekonomi
Pendapatan tidak menutupi kebutuhan. Dalam tentang kehidupan ada
kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi.
Keterdesakan itu membuka peluang bagi seseorang untuk mengambil jalan
pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.
7
e. Aspek Politis
Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses yang
dulakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku untuk
mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai harapan
masyarakat. Dengan demikian instabilitas politik, kepentingan politis,
meraih dan mempertahankan kekuasaan sangat potensi menyebabkan
perilaku korupsi.
f. Aspek Organisasi
· Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan
· Tidak adanya kultur organisasi yang benar
· Kurang memadainya sistem akuntabilitas
· Kelemahan sistem pengendalian manajemen
· Lemahnya pengawasan
8
- Hal lain yang krusial untuk mengurangi resiko korupsi adalah dengan
memperbaiki dan memantau kinerja Pemerintah Daerah. Sebelum
Otonomi Daerah diberlakukan umumnya semua kebijakan diambil oleh
Pemerintah Pusat. Pada waktu itu korupsi besar-besaran umumnya terjadi
di Ibukota Negara. Dengan otonomi, kantong korupsi tidak terpusat
hanya di ibukota negara tapi berkembanga ke berbagai daerah
- Dalam berbagai pemberitaan di media-media, ternyata korupsi juga
banyak dilakukan oleh anggota parlemen baik di pusat (DPR) maupun di
daerah (DPRD). Alih-alih menjadi wakil rakyat dan berjuang untuk
kepentingan rakyat, anggota parlemen justru melakukan korupsi yang
“dibungkus” rapi.
b. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik
- Salah satu cara mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan pejabat
publik melaporkan dan mengumumkan jumlah kekayaan yang dimiliki
baik sebelum dan sesudah menjabat. Masyarakat ikut memantau tingkat
kewajaran peningkatan jumlah kekayaan setelah selesai menjabat.
Kesulitan timbul ketika kekayaan yang didapatkan dengan melakukan
korupsi dialihkan kepemilikannya ke orang lain.
- Pengadaan barang atau kontrak pekerjaan di pemerintahan pusat dan
daerah maupun militer sebaiknya melalui lelang atau penawaran secara
terbuka. Masyarakat diberi akses untuk dapat memantau dan memonitor
hasil pelelangan tersebut.
- Korupsi juga banyak terjadi dalam perekrutan pegawai negeri dan anggota
TNI-Polri baru. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme sering terjadi dalam
proses rekrutmen tersebut. Sebuat sistem yang transparan dan akuntabel
dalam hal perekrutan perlu dikembangkan.
- Sistem penilaian kinerja pegawai negeri yang menitik-beratkan pada
proses (process oriented) dan hasil kerja akhir (result oriented) perlu
dikembangkan. Untuk meningkatkan budaya kerja dan motivasi kerjanya,
bagi pegawai negeri yang berprestasi perlu diber insentif.
c. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
9
- Salah satu upaya memberantas korupsi adalah dengan memberi hak
kepada masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap informasi. Perlu
dibangun sistem dimana masyarakat (termasuk media) diberikan hak
meminta segala informasi sehubungan dengan kebijakan pemerintah
yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak.
- Isu mengenai public awareness atau kesadaran dan kepedulian publik
terhadap bahaya korupsi dan isu pemberdayaan masyarakat merupakan
salah satu bagian penting upaya pemberantasan korupsi. Salah satu cara
meningkatkan public awareness adalah dengan melakukan kampanye
tentang bahaya korupsi.
- Menyediakan sarana untuk melaporkan kasus korupsi. Misalnya melalui
telepon, surat, faksimili (fax), atau internet.
- Di beberapa negara pasal mengenai ‘fitnah’ dan ‘pencemaran nama baik’
tidak dapat diberlakukan untuk mereka yang melaporkan kasus korupsi,
dengan pemikiran bahwa bahaya korupsi lebih besar daripada
kepentingan individu.
- Pers yang bebas adalah salah satu pilar demokrasi. Semakin banyak
informasi yang diterima masyarakat, semakin paham mereka akan
bahaya korupsi
- Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau NGOs baik tingkat lokal
maupun internasional juga memiliki peran penting untuk mencegah dan
memberantas korupsi. Sejak era Reformasi, LSM baru yang bergerak di
bidang Anti Korupsi banyak bermunculan. LSM memiliki fungsi untuk
melakukan pengawasan atas perilaku pejabat publik. Contoh LSM lokal
adal ICS (Indonesian Corruption Watch).
- Cara lain untuk mencegah dan memberantas korupsi adalah dengan
menggunakan perangkat electronic surveillance. Alat ini digunakan
untuk mengetahui dan mengumpulkan data dengan menggunakan
peralatan elektronik yang dipasang di tempat-tempat tertentu. Misalnya
kamera video (CCTV).
10
- Melakukan tekanan sosial dengan menayangkan foto dan menyebarkan
data para buronan tindak pidana korupsi yang putusan perkaranya telah
berkekuatan hukum tetap.
d. Pengembangan dan Pembuatan Berbagai Instrumen Hukum yang
Mendukung Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Dukungan terhadap pencegahan dan pemberantasan korupsi tidak
cukup hanya mengandalkan satu instrumen hukum yaitu Undang-Undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Berbagai peraturan perundang-
undangan atau instrumen hukum lain perlu dikembangkan. Perlu
peraturan perundang-undangan yang mendukung pemberantasan korupsi
yaitu Undang-Undang Tindak Pidana Money Laundering atau pencucian
uang. Untuk melindungi saksi dan korban tindak pidana korupsi, perlu
instrumen hukum berupa Undang-Undang Perlindungan Saksi dan
Korban.
e. Pemantauan dan Evaluasi
Perlu pemantauan dan evaluasi terhadap seluruh pekerjaan atau
kegiatan pemberantasan korupsi agar diketahui capaian yang telah
dilakukan. Melalui pemantauan dan evaluasi dapat dilihat strategi atau
program yang sukses dan gagal. Program yang sukses sebaiknya
silanjutkan, sementara yang gagal dicari penyebabnya.
Pengalaman di negara lain yang sukses maupun gagal dapat dijadikan
bahan pertimbangan ketika memilih cara, strategi, upaya, maupun
program permberantasan korupsi di negara tertentu.
g. Kerjasama Internasional
Upaya lain yang dapat dilakukan dalam memberantas korupsi
adalah melakukan kerjasama internasional baik dengan negara lain
maupun dengan International NGOs. Sebagai contoh di tingkat
internasional, Transparency International (TI) membuat program
National Integrity Sistem. OECD (Organization for Economic Co-
operation and Development) yang didukung oleh PBB untuk mengambil
langkah baru dalam memerangi korupsi di tingkat internasional membuat
11
program the Ethics Infrastructure dan World Bank membuat program A
Framework for Integrity.
12
sumber hukum di Indonesia. Yang menjadi hal pokok dalam mengisi
kemerdekaan tersebut yaitu meningkatkan kemajuan negara Indonesia
dalam segala bidang. Mengenai kesejahteraan dalam bidang politik,
ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan. Salah satu untuk
mempertahankan eksistenti negara Indonesia yaitu dengan memberantas
korupsi yang merupakan suatu masalah yang sangat masif di Indonesia.
Dampak-dampak korupsi yang menyentuh segala aspek, bahkan
mengurangi implementasi dari sumber hukum indonesia untuk melindungi
hak-hak asasi manusia seluruh masyarakat, khususnya hak untuk
mendapatkan kesejahteraan. Perlu sistem hukum yang dapat
mengakomodasi suatu tindak pidana yang telah dianggap kejahatan luar
biasa oleh pemerintah saat ini.
Kebijakan berupa undang-undang tentang tindak pidana korupsi yang
saat ini telah menyatakan adanya hukuman mati untuk para koruptor pun
senyatanya tidak membuat para pelaku korupsi takut melakukan korupsi.
Keadaan ini dapat ditelaah bahwa adanya hukuman mati bagi para koruptor
sesungguhnya juga merupakan pengurangan hak asasi manusia dalam
bidang hak hidup. Hal ini dikarenakan acuan negara Indonesia dalam
pembuatan kebijakan mengacu pada Kitab undang-undang hukum pidana,
yang merupakan peninggalan kolonial belanda.Dari hal ini, perlu suatu
kaidah yang progresif seperti yang dinyatakan oleh Karl Von Savigny
bahwa hukum itu tidak dibuat, melainkan tumbuh dan berkembang bersama
masyarakat (das rech wird gemacht, est ist und wird mit dem volke).Oleh
karena itulah Indonesia perlu membangun sistem hukum yang
mengedepankandasarmoralyang berasal dari budaya bangsa Indonesia.
Moral dasar yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan dedikasi
pengabdian bagi bangsa dan negara.
13