Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PANCASILA

“KORUPSI DI INDONESIA MERUPAKAN


PERLAWANAN SILA KE LIMA”

DISUSUN OLEH:

JUNEARTYCHA TANESIB (1908010035)


FEBRYANTIE LENDU (1908010020)
JESSICA DELICIA ALLO (1908010052)
FEBELLA DIAN WILLIGIZA (1908010054)
AKHDIYAT ADZRA (1908010032)
RICHALDI TRISNA NICKY UTOMO (1908010013)
URSULA MARIA NAITIO (1908010018)
GRACE YUNIATI NAOMI BORAA (1908010049)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini


karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Kupang, 11 November 2019

Kelompok 6

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
BAB I ...................................................................................................................... 3
BAB 2 ..................................................................................................................... 5
2.1 Pengertian Korupsi ................................................................................... 5
2.2 Pengertian Pancasila ................................................................................. 5
2.3 Penyebab Korupsi ..................................................................................... 6
2.4 Upaya Mengatasi Korupsi ........................................................................ 8
2.5 Hubungan Korupsi dan Pancasila Sila ke Lima ..................................... 12

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara hukum yang memiliki landasan dalam
penyelenggaraan Negara. Landasan sebagai dasar Negara dan sumber-
sumber nilai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Indonesia
mengenal Pancasila sebagai dasar Negara dan sumber dari segala sumber
hukum yang memiliki kedudukan tertinggi. Pancasila merupakan dasar dari
norma-norma yang tidak boleh dilanggar. Pancasila yang begitu agung tidak
boleh dikesampingkan dalam perjalanan penyelenggaraan Negara. Namun
pada kenyataannnya, pancasila yang merupakan dasar dan ideologi Negara
dan merupakan kesepakatan politik para founding father mulai banyak yang
mengabaikan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
Dalam perjalanan panjang kehidupan berbangsa dan bernegara,
Pancasila sering mengalami berbagai deviasi dalam aktualisasi nilai-
nilainya. Deviasi pengalaman Pancasila tersebut bisa berupa penambahan,
pengurangan, dan penyimpangan dari makna yang seharusnya. Seperti
beberapa penyimpangan yang terjadi adalah pada kasus korupsi DPR DKI.
Penyimpangan tersebut berupa kasus dugaan korupsi pengadaan
uninterruptible power supply (UPS) di sejumlah sekolah di Jakarta Barat,
kasus tersebut merupakan contoh penyimpangan yang dirasa tidak sesuai
dengan Nilai-Nilai pancasila. Maka dari itu, perlu adanya pemahaman dan
penerapan kembali nilai-nilai pancasila dalam kehidupan bernegara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian korupsi?
2. Apa pengertian pancasila?
3. Apa penyebab-penyebab korupsi?
4. Apa upaya-upaya untuk mengatasi masalah korupsi?
5. Bagaimana hubungan korupsi dengan pancasila sila ke lima?

3
6. Bagaimana perkembangan korupsi di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian korupsi
2. Untuk mengetahui pengertian pancasila
3. Untuk mengetahui penyebab-penyebab korupsi
4. Untuk mengetahui upaya-upaya mengatasi korupsi
5. Untuk mengetahui hubungan korupsi dan pancasila sila ke lima
6. Untuk mengetahui perkembangan korupsi di Indonesia

4
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi


Pengertian Korupsi menurut Fockema Andreae, kata korupsi berasal
dari bahasa latin yaitu corruptio atau corruptus. Namun kata corruptio itu
berasal pula dari kata asal corrumpere, yaitu suatu kata dalam bahasa latin
yang lebih tua. Dari bahasa latin ini kemudian turun ke banyak bahasa
Eropa seperti Inggris yaitu corruption, Prancis yaitu corruption, Belanda
yaitu corruptie. Dari bahasa Belanda inilah yang kemudian turun ke bahasa
Indonesia, sehingga menjadi korupsi (Andi, Hamzah, 2007) Menurut
Undang Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah : Setiap orang
yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya
diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewengangan maupun kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara.

2.2 Pengertian Pancasila


Pancasila adalah roh atau jiwa hukum nasional. Pancasila sebagai
sistem nilai, keberadaannya abstrak, tak terlihat dengan mata kepala, tetapi
keberadaan dan dan perannya dapat ditangkap dengan mata hati. Apabila
Pancasila terlepas dari hukum nasional, maka hukum nasional akan mati.
Kalaupun hukum nasional ada, sekedar merupakan zoombi (mayat hidup)
yang menakutkan, merusak, dan mengganggu kenyamanan hidup dan
kehidupan manusia (Sudjito, 2009:16). Pancasila sebagai dasar falsafah
Indonesia memberikan konsekuensi logis berupa segala bentuk aturan
hukum yang ada di Indonesia didasarkan Pancasila. Hukum positif yang ada
di Indonesia, tidak boleh bertentangan dari nilai-nilai Pancasila. Perlu
diingat bahwa keberadaan Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia,

5
dibentuk dan diambil dari kebudayaan dan kebiasaan murni bangsa
Indonesia.

2.3 Penyebab Korupsi


Korupsi di tanah negeri, ibarat “warisan haram” tanpa surat wasiat. Ia
tetap lestari sekalipun diharamkan oleh aturan hukum yang berlaku dalam
tiap orde yang datang silih berganti. Banyak faktor yang menyebabkan
terjadinya korupsi, baik berasal dari dalam diri pelaku atau dari luar pelaku.
Sebagaimana dikatakan Yamamah bahwa ketika perilaku matrealistik dan
konsumtif masyarakat serta sistem politik yang masih “mendewakan”
materi maka dapat “memaksa” terjadinya permainan uang dan korupsi
(ansari Yamamah: 2009) “Dengan kondisi itu hampir dapat dipastikan
seluruh pejabat kemudian “terpaksa” korupsi kalau sudah menjabat. Hampir
semua segi kehidupan terjangkit korupsi. Apabila disederhanakan penyebab
korupsi meliputi dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal merupakan faktor pendorong korupsi dari dalam diri
yang dapat dirinci menjadi:
a. Aspek Perilaku Individu
· Sifat tamak/rakus manusia
Korupsi, bukan kejahatan kecil-kecilan karena mereka membuuhkan makan.
Korupsi adalah kehjahatan orang profesional yang rakus. Sedah
berkecukupan, tapi serakah. Mempunyai hasrat besar untuk memperkaya
diri.
· Moral yang kurang kuat
Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung tergoda untuk melakukan
korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahannya,
atau pihak yang lain yang memberi kesempatan untuk itu.
· Gaya hidup konsumtif
Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong gaya hidup seorang
konsumtif. Perilaku konsumtif bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang
memadai akan membuka peluang seseorang untuk melakukan berbagai

6
tindakan untuk memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu
adalah dengan korupsi.
Faktor eksternal, pemicu perilaku korupsi yang disebabkan oleh faktor di
luar diri pelaku, seperti:
b. Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi
· Nilai-nilai di masyakat kondusif untuk terjadinya korupsi. Korupsi bisa
ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Misalnya, masyarakat menghargai
seseorang karena kekayaan yang dimilikinya.
· Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah
masyarakat sendiri. Anggapan umum terhadap peristiwa korupsi, sosok
yang paling dirgikan adalah negara. Padahal bila negara merugi, esensinya
yang paling rugi adalah masyarakat juga.
· Masyarakat kurang menyadari dirinya terlibat korupsi. Setiap perbuatan
korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat. Hal ini kuurang disadari oleh
masyarakat.
· Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan
diberantas bila masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan
pemberantasan. Pada umumnya masyarakat berpandangan bahwa masalah
korupsi adalah tanggungjawab pemerintah semata.
c. Aspek Sosial
Perilaku korupsi dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris
mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan
dorongan bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sikap baik seseorang.
Lingkungan dalam hal ini malah memberikan dorongan dan bukan
memberikan hukuman pada orang ketika ia menyalahgunakan
kekuasaannya.
d. Aspek ekonomi
Pendapatan tidak menutupi kebutuhan. Dalam tentang kehidupan ada
kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi.
Keterdesakan itu membuka peluang bagi seseorang untuk mengambil jalan
pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.

7
e. Aspek Politis
Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses yang
dulakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku untuk
mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai harapan
masyarakat. Dengan demikian instabilitas politik, kepentingan politis,
meraih dan mempertahankan kekuasaan sangat potensi menyebabkan
perilaku korupsi.
f. Aspek Organisasi
· Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan
· Tidak adanya kultur organisasi yang benar
· Kurang memadainya sistem akuntabilitas
· Kelemahan sistem pengendalian manajemen
· Lemahnya pengawasan

2.4 Upaya Mengatasi Korupsi


a. Pembentukan Lembaga Anti Korupsi
- Membentuk lembaga independen yang khusus menangani korupsi. Di
Hongkong bernama Independent Commission Against
Corruption (ICAC), di Malaysia the Anti-Corruption Agency (ACA), dan
di Indonesia: KPK
- Memperbaiki kinerja lembaga peradilan baik dari tingkat kepolisian,
kejaksaan, pengadilan, dan Lembaga Permasyarakatan.
- Di tingkat departemen kinerja lembaga-lembaga audit seperti Inspektorat
Jenderal harus ditingkatkan. Ada kesan lembaga ini sama sekali tidak
punya ‘gigi’ ketika berhadapan dengan korupsi yang melibatkan pejabat
tinggi
- Reformasi birokrasi dan reformasi pelayanan publik adalah salah satu
cara mencegah korupsi. Semakin banyak meja yang harus dilewati untuk
mengurus suatu hal, semakin banyak pula kemungkinan terjadinya
korupsi

8
- Hal lain yang krusial untuk mengurangi resiko korupsi adalah dengan
memperbaiki dan memantau kinerja Pemerintah Daerah. Sebelum
Otonomi Daerah diberlakukan umumnya semua kebijakan diambil oleh
Pemerintah Pusat. Pada waktu itu korupsi besar-besaran umumnya terjadi
di Ibukota Negara. Dengan otonomi, kantong korupsi tidak terpusat
hanya di ibukota negara tapi berkembanga ke berbagai daerah
- Dalam berbagai pemberitaan di media-media, ternyata korupsi juga
banyak dilakukan oleh anggota parlemen baik di pusat (DPR) maupun di
daerah (DPRD). Alih-alih menjadi wakil rakyat dan berjuang untuk
kepentingan rakyat, anggota parlemen justru melakukan korupsi yang
“dibungkus” rapi.
b. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik
- Salah satu cara mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan pejabat
publik melaporkan dan mengumumkan jumlah kekayaan yang dimiliki
baik sebelum dan sesudah menjabat. Masyarakat ikut memantau tingkat
kewajaran peningkatan jumlah kekayaan setelah selesai menjabat.
Kesulitan timbul ketika kekayaan yang didapatkan dengan melakukan
korupsi dialihkan kepemilikannya ke orang lain.
- Pengadaan barang atau kontrak pekerjaan di pemerintahan pusat dan
daerah maupun militer sebaiknya melalui lelang atau penawaran secara
terbuka. Masyarakat diberi akses untuk dapat memantau dan memonitor
hasil pelelangan tersebut.
- Korupsi juga banyak terjadi dalam perekrutan pegawai negeri dan anggota
TNI-Polri baru. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme sering terjadi dalam
proses rekrutmen tersebut. Sebuat sistem yang transparan dan akuntabel
dalam hal perekrutan perlu dikembangkan.
- Sistem penilaian kinerja pegawai negeri yang menitik-beratkan pada
proses (process oriented) dan hasil kerja akhir (result oriented) perlu
dikembangkan. Untuk meningkatkan budaya kerja dan motivasi kerjanya,
bagi pegawai negeri yang berprestasi perlu diber insentif.
c. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat

9
- Salah satu upaya memberantas korupsi adalah dengan memberi hak
kepada masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap informasi. Perlu
dibangun sistem dimana masyarakat (termasuk media) diberikan hak
meminta segala informasi sehubungan dengan kebijakan pemerintah
yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak.
- Isu mengenai public awareness atau kesadaran dan kepedulian publik
terhadap bahaya korupsi dan isu pemberdayaan masyarakat merupakan
salah satu bagian penting upaya pemberantasan korupsi. Salah satu cara
meningkatkan public awareness adalah dengan melakukan kampanye
tentang bahaya korupsi.
- Menyediakan sarana untuk melaporkan kasus korupsi. Misalnya melalui
telepon, surat, faksimili (fax), atau internet.
- Di beberapa negara pasal mengenai ‘fitnah’ dan ‘pencemaran nama baik’
tidak dapat diberlakukan untuk mereka yang melaporkan kasus korupsi,
dengan pemikiran bahwa bahaya korupsi lebih besar daripada
kepentingan individu.
- Pers yang bebas adalah salah satu pilar demokrasi. Semakin banyak
informasi yang diterima masyarakat, semakin paham mereka akan
bahaya korupsi
- Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau NGOs baik tingkat lokal
maupun internasional juga memiliki peran penting untuk mencegah dan
memberantas korupsi. Sejak era Reformasi, LSM baru yang bergerak di
bidang Anti Korupsi banyak bermunculan. LSM memiliki fungsi untuk
melakukan pengawasan atas perilaku pejabat publik. Contoh LSM lokal
adal ICS (Indonesian Corruption Watch).
- Cara lain untuk mencegah dan memberantas korupsi adalah dengan
menggunakan perangkat electronic surveillance. Alat ini digunakan
untuk mengetahui dan mengumpulkan data dengan menggunakan
peralatan elektronik yang dipasang di tempat-tempat tertentu. Misalnya
kamera video (CCTV).

10
- Melakukan tekanan sosial dengan menayangkan foto dan menyebarkan
data para buronan tindak pidana korupsi yang putusan perkaranya telah
berkekuatan hukum tetap.
d. Pengembangan dan Pembuatan Berbagai Instrumen Hukum yang
Mendukung Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Dukungan terhadap pencegahan dan pemberantasan korupsi tidak
cukup hanya mengandalkan satu instrumen hukum yaitu Undang-Undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Berbagai peraturan perundang-
undangan atau instrumen hukum lain perlu dikembangkan. Perlu
peraturan perundang-undangan yang mendukung pemberantasan korupsi
yaitu Undang-Undang Tindak Pidana Money Laundering atau pencucian
uang. Untuk melindungi saksi dan korban tindak pidana korupsi, perlu
instrumen hukum berupa Undang-Undang Perlindungan Saksi dan
Korban.
e. Pemantauan dan Evaluasi
Perlu pemantauan dan evaluasi terhadap seluruh pekerjaan atau
kegiatan pemberantasan korupsi agar diketahui capaian yang telah
dilakukan. Melalui pemantauan dan evaluasi dapat dilihat strategi atau
program yang sukses dan gagal. Program yang sukses sebaiknya
silanjutkan, sementara yang gagal dicari penyebabnya.
Pengalaman di negara lain yang sukses maupun gagal dapat dijadikan
bahan pertimbangan ketika memilih cara, strategi, upaya, maupun
program permberantasan korupsi di negara tertentu.
g. Kerjasama Internasional
Upaya lain yang dapat dilakukan dalam memberantas korupsi
adalah melakukan kerjasama internasional baik dengan negara lain
maupun dengan International NGOs. Sebagai contoh di tingkat
internasional, Transparency International (TI) membuat program
National Integrity Sistem. OECD (Organization for Economic Co-
operation and Development) yang didukung oleh PBB untuk mengambil
langkah baru dalam memerangi korupsi di tingkat internasional membuat

11
program the Ethics Infrastructure dan World Bank membuat program A
Framework for Integrity.

2.5 Hubungan Korupsi dan Pancasila Sila ke Lima


Perkembangan korupsi di Indonesia sejak masa Orde Baru, tidak
mudah diberantas hingga tuntas. Seperti yang telah diketahui korupsi
merupakan perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan
uang sogok dan sebagainya. Perbuatan korupsi bertentangan dengan
Pancasila sila ke- 5 yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada kenyataannya tidak semua rakyat Indonesia mendapatkan keadilan
yang diatur dalam Pancasila. Dengan adanya tindakan korupsi rakyat telah
kehilangan hak-hak yang seharusnya dapat diterima. Hak-hak untuk
mendapatkan penghidupan yang layak, fasilitas umum yang layak, jaminan
kesehatan bagi warga miskin dan pendidikan yang layak akan terpenuhi
apabila korupsi di Negara ini dapat diberantas hingga tuntas. Dalam
pembentukan sistem hukum di Indonesia, pancasila sebagai sumber dari
segala sumber hukum. Pancasila adalah sumber hukum moral bagi bangsa
Indonesia, yang dapat meminimalisir terjadinya tindakan korupsi.
Ancaman bagi pelaku tindak pidana korupsi telah dicantumkan dalam
Undang-undang tentang Pemilihan Umum 9 Undang-undang Nomor 15
tahun 1961 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-undang
Nomor 4 dan Undang-undag Nomor 2 tahun 1980. Korupsi sangat
berbahaya bagi sosiak ekonomi masyarakat. Korupsi di bidang pendidikan
misalnya, dapat menghambat siswa belajar karena keterbatasan sarana dan
prasarana. Selain itu tindak korupsi ini menunjukkan penegakan hukum
belum sepenuhnya mengamalkan pancasila.
Indonesia merupakan negara yang telah merdeka, dan saat ini perlu
adanya suatu sistem hukum yang dapat memberikan kepastian eksistensinya
sebagai negarayang merdeka. Bahkan untuk mempertahankan kemerdekaan,
indonesia telah memiliki sumber hukum yang mumpuni, berupa Pancasila,
yang sejak awal kemerdekaan hingga detik ini menjadi sumber dari segala

12
sumber hukum di Indonesia. Yang menjadi hal pokok dalam mengisi
kemerdekaan tersebut yaitu meningkatkan kemajuan negara Indonesia
dalam segala bidang. Mengenai kesejahteraan dalam bidang politik,
ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan. Salah satu untuk
mempertahankan eksistenti negara Indonesia yaitu dengan memberantas
korupsi yang merupakan suatu masalah yang sangat masif di Indonesia.
Dampak-dampak korupsi yang menyentuh segala aspek, bahkan
mengurangi implementasi dari sumber hukum indonesia untuk melindungi
hak-hak asasi manusia seluruh masyarakat, khususnya hak untuk
mendapatkan kesejahteraan. Perlu sistem hukum yang dapat
mengakomodasi suatu tindak pidana yang telah dianggap kejahatan luar
biasa oleh pemerintah saat ini.
Kebijakan berupa undang-undang tentang tindak pidana korupsi yang
saat ini telah menyatakan adanya hukuman mati untuk para koruptor pun
senyatanya tidak membuat para pelaku korupsi takut melakukan korupsi.
Keadaan ini dapat ditelaah bahwa adanya hukuman mati bagi para koruptor
sesungguhnya juga merupakan pengurangan hak asasi manusia dalam
bidang hak hidup. Hal ini dikarenakan acuan negara Indonesia dalam
pembuatan kebijakan mengacu pada Kitab undang-undang hukum pidana,
yang merupakan peninggalan kolonial belanda.Dari hal ini, perlu suatu
kaidah yang progresif seperti yang dinyatakan oleh Karl Von Savigny
bahwa hukum itu tidak dibuat, melainkan tumbuh dan berkembang bersama
masyarakat (das rech wird gemacht, est ist und wird mit dem volke).Oleh
karena itulah Indonesia perlu membangun sistem hukum yang
mengedepankandasarmoralyang berasal dari budaya bangsa Indonesia.
Moral dasar yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan dedikasi
pengabdian bagi bangsa dan negara.

2.6 Kasus Korupsi di Indonesia

13

Anda mungkin juga menyukai