PENDAHULUAN
1. 1 LATAR BELAKANG
Banyak sekali jenis-jenis permainan untuk anak usia dini yang bisa
dimainkan oleh anak. Namun sebaiknya jika permainan itu bisa
mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak. Penggunaan
permainan pada anak usia dini adalah sebuah jalan untuk mengenal diri
mereka dan menemukan dunianya, selain itu permainan juga penting
sebagai wahana dalam belajar. (Cambridge University Press, 2014)
1. 2 RUMUSAN MASALAH
Di usia dini, seorang anak dituntut harus bisa membaca dan berhitung.
Banyak anak yang kurang fokus untuk belajar dikarenakan suasana yang
membosankan. Berdasarkan permasalahan diatas, perlu upaya untuk
mengatasi keterlambatan perkembangan kognitif sehingga diharapkan
adanya peningkatan perkembangan kognitif setelah diberikan permainan
tradisional congklak. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Permainan Tradisional
Congklak Terhadap Kemampuan Berhitung Untuk Perkembangan Kognitif
Pada Anak Usia Dini 4-5 tahun”.
1. 3 PERTANYAAN PENELITIAN
1.3.1 Bagaimana gambaran status perkembangan kognitif pada anak usia dini
pada kelompok intervensi sebelum dilakukan permainan tradisional
congklak?
1.3.2 Bagaimana gambaran status perkembangan kognitif pada anak usia dini
pada kelompok control sebelum dilakukan intervensi?
1.3.3 Bagaimana gambaran status perkembangan kognitif pada anak usia dini
pada kelompok intervensi sesudah dilakukan permainan tradisional
congklak?
1.3.4 Bagaimana gambaran status perkembangan kognitif pada anak usia dini
pada kelompok control sesudah dilakukan intervensi
1.3.5 Apakah ada pengaruh perkembangan kognitif pada anak sebelum dan
setelah dilakukan permainan tradisional congklak pada kelompok intervensi
dan kelompok control non intervensi terhadap kemampuan berhitung untuk
meningkatkan perkembangan kognitif pada anak usia dini?
1. 4 TUJUAN PENELITIAN
1.4.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh permainan tradisional
congklak terhadap kemampuan berhitung untuk meningkatkan kognitif
pada anak usia dini
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Mengetahui gambaran status perkembangan kognitif pada anak usia dini
pada kelompok intervensi sebelum dilakukan permainan tradisional
congklak
1.4.2.2 Mengetahui gambaran status perkembangan kognitif pada anak usia dini
pada kelompok komtrol sebelum dilakukan intervensi
1.4.2.3 Mengetahui gambaran status perkembangan kognitif pada anak usia dini
pada kelompok intervensi sesudah dilakukan permainan tradisional
congklak
1.4.2.4 Mengetahui gambaran status perkembangan kognitif pada anak usia dini
pada kelompok kontrol sesudah dilakukan intervensi
1.4.2.5 Mengetahui apakah ada pengaruh perkembangan kognitif pada anak
sebelum dan setelah dilakukan permainan tradisonal congklak pada
kelompok intervensi dan kelompok control non intervensi terhadap
kemampuan berhitung untuk meningkatkan perkembangan kognitif pada
anak usia dini
1. 5 MANFAAT PENELITIAN
1.5.1 Bagi Ilmu Pengetahuan
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dijadian salah satu bahan
atau referensi untuk penelitian – penelitian yang terkait tentang permainan
tradisional congklak untuk perkembangan kognitif anak usia dini
TINJAUAN TEORI
a) Factor hereditas/keturunan
Teori hereditas atau nativisme yang dipelopori oleh seorang ahli
filsafat Schoabpenhauer, berpendata bahwa manusia lahir sudah
membawa potensi-potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh
lingkunga. Dikatakan pula bahwa, taraf intelegensi sudah ditentukan
sejak anak dilahirkan, para ahli psikologi Lehrin Lindzey, dan Sohuier
berpendapat bahwa taraf intelegensi 75-80% merupakan warisan atau
factor keturunan.
b) Factor lingkungan
Teori lingkungan atau empirisme dipelopori oleh John Locke.
Locke berpendapat bahwa, manusia dilahirkan dalam keadaan suci
seperti kertas putih yang masih bersih belum ada tulisan atau noda
sedikitpun. Teori ini dikenal dengan sebutan tabula rasa. Menurun John
Locke, perkembangan manusai sangatlah ditentukan oleh
lingkungannya. Berdasarkan pendapat Locke, taraf intelegensi
sangatlah ditentukan oleh pengalamannya dan pengetahuan yang
diperolehnya dari lingkungan hidupnya.
c) Factor kematangan
Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan matang jika
telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing – masing.
Kematangan berhubungan erat dengan usia kronologis (usia kalender).
d) Factor pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegesi. Pembentukan dapat
dibedakan dengan pembentukan sengaja (sekolah formal) dan
pembentukan tidak disengaja (pengaruh alam sekitar). Sehinggga
manusai berbuat intelegensi karena untuk mempertahankan hidup
ataupun dalam bentuk penyesuaian diri.
e) Factor minat dan bakat
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi.
Adapun bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi
yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Bakat
seseorang yang memiliki bakat tertentu, maka akan semakin mudah dan
cepat mempelajari apa yang diterimanya.
f) Factor kebebasan
Kebebasan yaitu keleluasaan manusia untuk berpikir divergen
(menyebar) yang berarti bahwa manusia dapat memilih metode.
Metode tertentu dalam memecahkan masalah-masalah, juga bebas
dalam memilih masalah sesuai kebutuhannya.