Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fraktur adalah setiap retak atau patah tulang yang disebabkan oleh

trauma,tenaga fisik,kekuatan sudut,keadaan tulang dan jaringan lunak sekitar

tulang yang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi disebut lengkap

atau tidak lengkap. Gangguan kesehatan yang banyak dijumpai dan menjadi

salah satu masalah dipusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia salah

satunya adalah fraktur (Aini dan rezkita, 2018.)

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kkuatan dan sudut dari tenaga

tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan

menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap.(Nurarif, 2015)

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan

tulang yang ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer, S. 2017)

Fraktur adalah gangguan komplet atau tak komplet pada kontinuitas

struktur tulang dan didefinisikan sesuai dengan jenis dan keluasannya.

Fraktur terjadi ketika tulang menjadi subjek tekanan yang lebih besar dari

yang dapat diresapnya. Fraktur dapat disebabkan oleh hantaman langsung

kekuatan yang meremukkan, gerakan memuntir yang mendadak atau bahkan

karena kontrasi otot yang ekstrim ketika tulang patah,, struktur di sekitarnya

juga terganggu menyebabkan edema jaringan lunak hemoragi ke otot dan

sendi dislokasi sendi, rupture tendon, gangguan saraf, dan kerusakan

1
2

pembuluh darah. Organ tubuh dapat terluka akibat gaya yang disebabkan oleh

fraktur atau oleh frakma fraktur (Brunner & Suddorth, 2017:250).

1. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga

fisik, kekuatan, dan sudut kekuatan tersebut. Keadaan tulang dan jaringan

lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu

lengkap atau tidak lengkap (Nurarif, 2016: 8)

2. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau

potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan (International

Assiciation for the Study of Pain); awitan yag tiba-tiba atau lambat dari

intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau

diprediksi, (Herdman, 2015 : 469).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Oleh Aini dan

Reskita, (2018) di dapatkan hasil penelitian yang telah dilakukan di RSI Siti

Khadijah Palembang dan terlaksanya penelitian nyeri dengan rileksasi nafas

dalam hasilnya:

1. Nilai rata-rata internsitas nyeri pada pasien fraktur sebelum dilakukan

teknik relaksasi nafas dalam adalah 4.21 dan median 4 dengan standar

devisi 1.074

2. Nilai rata-rata intensitas nyeri pasien fraktur sesudak dilakukan teknik

relaksasi nafas dalam adalah 2.80 dan median 3 dengan standar deviasi

1.218
3

3. Berdasarkan hasil uji wilcoxon menunjukan (P-value=0.001, a=0.05),

maka didapatkan perbedaan yang signifikan antara pengukuran intensitas

nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam

sehingga dapat disimpulkan bahwa tindakan relaksasi nafas dalam yang

dilakukan sesuai dengan aturan dapat menurunkan intensitas nyeri pada

pasien fraktur

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis menyusun karya tulis ilmiah

dengan judul “ tindakan relaksasi nafas dalam pada sdr. D dengan nyeri akut

post orif tibiafibula sinistra di bangsal Teratai 2 rsud kabupaten Karangnyar ”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan karya tulis ilmiah “tindakan relaksasi nafas dalam pada

Sdr. D Dengan Nyeri Post Op orif tibia fibula Sinistra di Ruang Teratai 2

RSUD Kabupaten Karangnyar” di rumuskan:

1. Bagaimana Gambaran Asuhan Keperawatan Tindakan Relaksasi Nafas

Dalam Pada Sdr. D Dengan Nyeri Post Op Orif Tibia Fibula Sinistra Di

Ruang Teratai 2 Rsud Kabupaten Karangnyar”

2. Apakah “tindakan Relaksasi Nafas Dalam Pada Sdr. D Dengan Nyeri Post

Op Orif Tibia Fibula Sinistra Di Ruang Tera“Tai 2 RSUD Kabupaten

Karangnyar”

3. Bagaimana cara Pengimplementasi Tindakan Relaksasi Nafas Dalam Pada

Sdr. D Dengan Nyeri Post Op Orif Tibia Fibula Sinistra Di Ruang Teratai

2 RSUD Kabupaten Karangnyar”


4

a. Tujuan Umum

Mengetahui dan memberikan gambaran Tindakan Relaksasi Nafas

Dalam Pada Sdr. D Dengan Nyeri Post Op Orif Tibia Fibula Sinistra

Di Ruang Teratai 2 Rsud Kabupaten Karangnyar”

b. Tujuan Kasus

Mendeskripsikan Gambaran Asuhan Keperawatan Tindakan Relaksasi

Nafas Dalam Pada Sdr. D Dengan Nyeri Post Op Orif Tibia Fibula

Sinistra Di Ruang Teratai 2 Rsud Kabupaten Karanganyar Meliputi :

1) Pengkajian.

2) Analisa Data

3) Rumusan Diagnosa

4) Intervensi

5) Implementasi

6) Evaluasi

c. menjelaskan tentang TindakanRelaksasi Nafas Dalam Pada Sdr.D

Dengan Nyeri Post Op Orif Tibia Fibula Sinistra Di Ruang Teratai 2

RSUD Kabupaten Karangnyar

d. Mengimplementasikan Tindakan Mandiri Keperawatan “Tindakan

Relaksasi Nafas Dalam Pada sdr. D Dengan Nyeri Post Op Orif Tibia

Fibula Sinistra Di Ruang Teratai 2 RSUD Kabupaten Karangnyar

C. Manfaat

1. Manfaat Teoritis
5

Dari penulisan karya tulis ilmiah keperawatan “Tindakan Relaksasi

Nafas Dalam Pada sdr.D Dengan Nyeri Post Op Orif Tibia Fibula Sinistra

Di Ruang Teratai 2 RSUD Kabupaten Karangnyar” di harapkan mampu

untuk terus di kembangkan dan di implementasikan pada tindakan mandiri

keperawatan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Manfaat Praktis

a. Keperawatan

mengingatkan dan meningkatkan mutu profesi keperawatan, bahwa

terapi relaksasi nafas dalam bisa di terapkan pada pasien dengan nyeri

pasca operasi.

b. Intitusi Rumah Sakit

profesi sebagai pertimbngan dalam melakukan perawatan pada

pasien pasca operasi dan bias di terapkan pada ruang kritis sebagai

rekomendasi penanganan nyeri pasca operasi dengan nyeri.

c. Penulis

mengingatkan pribadi penulis bahwa terapi relaksasi nafas dalam dapat

mendistraksi nyeri pasca operasi dengan cukup efektif

Anda mungkin juga menyukai