Anda di halaman 1dari 10

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KERJADIAN

PENYAKIT ISPA PADA ANAK DAN BALITA


Renni1, Sudirman2, Ahmad Yani3,
1
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Palu
2,3
Dosen penulisan karya tulis ilmiah fakultas kesehatan masyarakat

Email : renyst06443@gmai.com,sudirman@unismuh.ac.id,ahmadyani@unismuh.id.ac

ABSTRAK
Pendahuluan : Penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) merupakan salah
satu penyebab kematian tertinggi pada anak-anak dan balita di negara berkembang.
Adapun factor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit ISPA adalah factor
Lingkungan dan perilaku. Pembahasan : penyakit ISPA dapat ditularkan melalui virus
seperti Rotavirus, virus Influensa, bakteri Streptococcus pneumoniae dan bakteri
Staphylococcus aureus. Adapun kelompok umur yang rentan terhadap penyakit ISPA
adalah kelompok umur 0-12 bulan dan penyakit pneumonia balita usia 12-59 bulan
Metode : yang digunakan adalah mengambil literature pada jurnal yang telah ada.
Hasil : Dalam upaya penanggulangan ISPA dapat diberikan promosi kesehatan pada
anggota keluarga, memperhatiakan asupan gizi pada anak. dan memberikan ASI
eksklusif pada bayi 0-6 bulan. Pembahasan : Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
pada penderita penyakit ISPA kategori anak-anak dapat di temukan sebagian besar
akibat dari penggunaan bedak tabur yang diberikan pada bayi yang masih berumur 0-12
bulan, terkena paparan dari pencemaran udara dan lingkungan serta kurangnya
pengatahuan pada Anggota keluarga mengenai factor-faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya penyakit ISPA..
PENDAHULUAN

Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) merupakan penyakit yang sering didapatkan pada
anak-anak. ISPA merupakan penyakit yang mematikan tertinggi pada anak-anak di negara
berkembang. Adapun faktor yang dapat menyebabkan penyakit ISPA adalah Lingkungan dan
perilaku faktor pengatahuan ibu dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi juga dapat
mempengaruhi tingat kajadian penyakit ISPA. Bayi merupakan kelompok umur yang sangat
rentan terhadap penyakit, untuk itu pentingnya pemberian ASI eksklusif, karena ASI
mengandung mineral zinc yang terbukti efektif untuk menurunkan penyakit pneumonia (radang
paru), diare dan penyakit infeksi lainnya. Zink juga dapat menurunkan lama dan derajat
keparahan ISPA. [1] pemeliharaan kesehatan pada Anak merupakan tanggung jawab setiap orang
tua. Sebab kesehatan adalah modal utama dalam proses tumbuh kembang Anak. Untuk itu tugas
kesehatan keluarga adalah untuk memberikan perawatan bagi anggota keluarga. Salah satunya
adalah meningkatan derajat kesehatan pada Anak dengan rutin melakukan imunisasi [2] Penyakit
ISPA merupakan penyakit yang dapat mengakibatkan kecacatan pada penderita, oleh karena itu
pentingnya dalam melakukan pencegahan dengan selalu memperhatikan status gizi pada anggota
keluarga khususnya pada anak-anak. [3]

Penyakit ISPA diketahui merupakan penyebab utama peningkatan angka kesakitan dan
kematian penyakit menular di dunia. Penyakit ISPA juga adalah salah satu penyebab utama
konsultasi dalam fasilitas pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak. [4]
penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi akibat dari faktor lingkungan. Kurangnya
menjaga kesehatan lingkungan akan mengakibatkan peningkatan penyakit ISPA yang akan
merujuk terjadinya penyakit Pnemonia pada Anak [5] Pencemaran lingkungan menjadi salah
satu faktor tertinggi dalam peningkatan penyakit infeksi (ISPA). Lingkungan adalah suatu tempat
dimana masyarakat selalu melakakan aktifitas, dengan kondisi lingkungan yang tidak memadai
akan menjadi sumber utama dalam penularan penyakit [6]

Sehingga tidak menutup kemungkinan penyakit ISPA bisa terjadi disemua tingkat umur.
Faktor lingkungan yang buruk tidak terlepas dari adanya dorongan dari faktor perilaku yang
sering dilakukan masyarakat [7] kondisi fisik rumah juga sangat berpengaruh terhadap
peningkatan penyakit ISPA karena pencemaran dan keterbatasan fasilitas rumah merupakan
suatu faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit infeksi maupun non infeksi [8]
Florence Nigthtingale dalam teorinya menyatakan bahwa lingkungan yang tercemar akan sangat
mudah berpengaruh terhadap kesehatan seseorang. Penyakit ISPA adalah penyakit yang
disebabkan dari faktor Pencemaran lingkungan. Anak-anak yang telah terinfeksi penyakit ISPA
harus mendapatkan perawata yang baik, [9]

Lingkungan pekerjaan juga dapat mengakibatkan penyakit ISPA untuk itu pentingnya
penggunaan APD pada saat melakukan pekerjaan yang berpaparan langsung dengan faktor risiko
penyakit ISPA. upaya yang dapat dilakukan juga adalah dengan memperhatikan kesehatan dan
keselamatan para pekerja dengan menghindari dari bahaya lingkungan secara fisik maupun
kimia. [10] ISPA adalah penyakit yang mendapatkan perhatian khusus dari institusi kesehatan.
Di Indonesia penyakit ISPA sudah tidak asing lagi karena penyakit ini merupakan penyakit yang
sering terjadi pada Anak-anak dan menjadi penyakit tertinggi yang sering didapatkan dari
sepuluh penyakit terbanyak [11] Seiring perkembangan zaman banyak skali dampak yang dapat
menyebabkan masalah kesehatan seperti dari pumbuangan asap pabrik, kendaraan dll. Hal ini
akan mengakibatkan pencemaran udara yang akan berdampak pada masyarakat yang melakukan
aktifitas di sekitar area pembangunan. pekerja pembangunan, dan penjaja makanan sering
terkena dampak udara yang mengandung bahan pencemar sehingga mengalami sakit [12]

Salah satu penyakit yang dapat diakibatkan dari pencemaran udara adalah penyakit ISPA.
Penyakit ISPA dapat disebabkan dari virus seperti Rotavirus, virus Influensa, bakteri
Streptococcus pneumoniae dan bakteri Staphylococcus aureus [13] Adapun gangguan ISPA
tersebut dapat berupa infeksi pada tenggorokan (laring), atau jalan utama udara (trakea) ataupun
jalan udara yang masuk ke paru-paru (bronkus) yang kadang disebut peradagan. untuk menekan
angka kejadian ISPA maka dilakukan upaya penanggulang berupa intervensi untuk menemukan
kasus penyakit ISPA[14] ISPA dapat menyerang pada anak-anak apabila daya tahan tubuh
(immunologi) menurun. Penyakit ISPA Biasanya menyerang anak di bawah umur lima tahun dan
kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit
[15]
METODE

Makalah ini dibuat berdasarkan literature pada jurnal yang telah ada, pihak penulis hanya
meriview jurnal yang diambil pada beberapa jurnal dan dijadikan sebuah referensinya pada
riview ini penulis mengambil masalah dari beberapa jurnal mengenai Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian penyakit ISPA pada Anak dan Balita

HASIL

Penyakit ISPA merupakan penyakit mematikan yang terjadi pada anak-anak, untuk itu
peningkatan pengatahuan pada anggota kelurga sangatlah penting. Penyakit ISPA dapat
disebabkan dari virus seperti Rotavirus, virus Influensa, bakteri Streptococcus pneumoniae dan
bakteri Staphylococcus aureus. Dalam upaya penanggulangan ISPA dapat diberikan promosi
kesehatan pada anggota keluarga Adapun factor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ISPA
adalah factor lingkungan, pengatahuan dan paparan langsung dengan penderita ISPA. Penyakit
ISPA juga dapat mengakibatkan kecacatan untuk itu Pemberian imunisasi pada anak juga sangat
berpengaruh terhadap pencegahan penyakit. Namun tidak menutup kemungkinan semua
kelompok umur juga dapat terkena penyakit ISPA yang berasal dari paparan pencemaran udara
dan perilaku yang buruk.

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada penderita penyakit ISPA kategori anak-
anak dapat di temukan sebagian besar akibat dari penggunaan bedak tabur yang diberikan pada
bayi yang masih berumur 0-12 bulan. Hal tersebut berkaitan erat dengan salah satu factor
kerentanan terhadap paparan factor risiko penyakit ISPA. Sebab pemakaian bedak pada anak-
anak secara berlebihan akan merusak alveolar yang dapat menyebabkan penipisan pada surfaktan
[16] untuk itu perlunya Pendidikan kepada orang tua mengenai kesehatan dalam perawatan bayi
adapun jenis Pendidikan yang diberikan adalah metode brainstorming, dimana metode ini dapat
memberikan informasi mengenai cara pencegahan penyakit infeksi seperti ISPA. [17]
pengatahuan anggota keluarga mengenai pencegahan penyakit sangat diharapkan, sebab penyakit
yang muncul menyerang anggota keluarga bukan hanya dari factor perilaku namun juga dari
factor lingkungan seperti kondisi fisik rumah yang harus diperhatikan. [18]
Pengatahuan mengenai kesehatan sangatlah penting diketahui bagi setiap masyarakat,
oleh karena itu dapat dilakukan upaya untuk memberiakan Pendidikan dan informasi, sebab
masih banyaknya masyarakat yang mempunyai pengetahuan rendah terhadap factor-faktor yang
dapat menyebabkan penyakit [19] penyakit Infeksi tidak hanya dipengaruhi oleh factor
lingkungan maupun perilaku namun factor cuaca juga dapat berpengaru terhadap penyakit
infeksi seperti ISPA. Factor cuaca yang dimaksud adalah seperti curah hujan, kelembaban, dan
suhu udara. Oleh karena itu pemberian informasi kepada masyarakat awam sangatlah penting
[20] pada anak penyakit ISPA sering sekali terjadi, karena sistem kekebalan tubuh anak masih
rendah. Kejadian penyakit ISPA pada anak yang dipengaruhi oleh factor cuaca yang
mengakibatkan batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun,. [21]

Pasien anak-anak dengan celah bibir langit-langit memerlukan penanganan dari berbagai
ahli bidang untuk meningkatkan kualitas hidup pasien yang meliputi cara makan, bicara, dengar,
perkembangan gigi, penampilan dan keseluruhan perkembangan fisik dan psikologi pasien[22]
penyakit ISPA pada anak-anak di rumah sakit sangat banyak ditemukan dengan umur yang
paling rentan adalah kelompok umur 2 tahun-12 tahun. Hal ini dipengaruhi oleh adanya kontak
langsung dengan anak-anak yang sudah terinfeksi penyakit ISPA dan juga di pengaruhi oleh
factor Lingkungan, anak-anak jenis kelamin laki-laki lebih banyak terinfeksi penyakit ISPA
dengan dignosa faringitis dan tonsillitis [23] penyakit infeksi dapat mengekspresikan keparahan
penyakit dan terapi pada pneumonia untuk itu dilakukan upaya intervensi melalui HR dan SaO2.
HR digunakan untuk mengatahui adanya kalainan pada system pernapasan. [24]

Dalam upaya penanggulangan ISPA dapat diberikan promosi kesehatan pada anggota
keluarga ataupun masyarakat yang bekerja dengan berpaparan langsung dengan factor risiko
penyakit ISPA. Setelah dilakukan pengujian pada pekerja pabrik didapatkan hasil bahwa pekerja
pabrik tersebut memiliki pengetahuan yang baik mengenai bahaya ISPA setelah dilakukannya
promosi kesehatan. [25] penyebab ISPA juga dapat diakibatkan dengan pembakaran bahan bakar
kayu yang biasanya digunakan untuk memasak, asap pabrik, dan juga perokok pasif akan
mengalami ISPA factor tersebut sangat berpebgaruh terhadap factor risiko terjadinya penyakit
ISPA [26] Disarankan bagi keluarga dan masyarakat aktif mengikuti kegiatan posyandu anak,
membaca buku kesehatan tentang Vitamin A dan Penyakit ISPA sehingga dapat meningkatkan
kesadaran dalam hal pentingnya kesehatan bagi anak, karena pemberian vitamin A dapat
menghambat proses terjadinya penyakit ISPA [27]

Dalam upaya penanggulangan penyakit ISPA dapat dilakukan Promosi kesehatan dalam
pencegahan penyakit ISPA yang berupa pemberian leaflet, brosur, poster kesehatan mengenai
ISPA agar responden dapat memahami dan mengingatnya [28] dirumah sakit penyakit ISPA
merupakan penyakit yang sering di jumpai pada anak-anak. untuk itu dilakukan evaluasi
mengenai penggunaan antibiotik pada pasien balita dengan diagnosa ISPA untuk melihat apakah
ada pengaruh pemberian antibiotic dengan pengobatan penyakit ISPA [29] penyakit ISPA dapat
mengakibatkan kejadian pneumonia pada balita di usia 12-59 bulan. Adapun salah satu risiko
pneumonia meningkat karena adanya pencemaran lingkungan di rumah secara bermakna adalah
atap rumah tidak berplafon/langit-langit yang tidak diperhatikan kebersihannya [30]
DAFTAR PUSTAKA

[1] R. H. S. Geeta Maharani, Reza Widiamto Sudjud, “Artikel Penelitian,” Jurnal, vol. 21, no.
1, pp. 1–9, 2017.

[2] U. Padjadjaran, P. Garut, and H. L. Blum, “THE BEHAVIOR OF THE FAMILY IN


CARING FOR BABIES WITH RESPIRATORY PUSKESMAS PADAAWAS SUB-
DISTRICT OF PASIRWANGI ( ISPA ) merupakan salah satu penyebab lain . Sedangkan
di Jawa Barat menurut kematian pada golongan umur 0-1 th yang merupakan penyebab
kematia,” vol. 19, pp. 19–26, 2019.

[3] E. Mayasari, D. Sari, R. A. Nikita, R. Prihartono, and B. Armelia, “Pendidikan Kesehatan


kepada Orang Tua untuk Pencegahan Penyakit ISPA dan Status Gizi pada Anak Journal of
Community Engagement in Health,” vol. 2, no. 1, pp. 13–16, 2019.

[4] M. M. Manese, B. T. Ratag, and A. J. M. Rattu, “FAKTOR-FAKTOR RISIKO


KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AMURANG
TIMUR KABUPATEN MINAHASA SELATAN,” KESMAS, vol. 6, no. 3, 2019.

[5] N. Sari, “HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI


SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI DESA MARENDAL I
PASAR V KAB. DELI SERDANG TAHUN 2018,” J. Penelit. Kesmasy, vol. 1, no. 2, pp.
98–103, 2019.

[6] P. Putri and M. R. Mantu, “Pengaruh lingkungan fisik rumah terhadap kejadian ISPA pada
balita di Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon periode Juli - Agustus 2016,” vol. 1, no. 2,
pp. 389–394, 2019.

[7] D. . Karimah, “Pendidikan Kesehatan dengan Metode Syndicate Group Meningkatkan


Pengetahuan tentang Pencegahan ISPA pada Remaja Putri di Pondok Pesantren,” Univ.
Airlangga, vol. 3, no. 1, pp. 31–41, 2014.

[8] D. A. N. Kejadian, I. Di, K. Bener, D. I. Pradani, S. Muryani, and A. Husein, “dan tempat
berkumpulnya anggota ke- besar dari waktu mereka . Oleh karena hun 2002 tentang
Bangunan Gedung , kesehatan penghuni bangunan tersebut dapat dihilangkan , atau paling
tidak , di- penularan penyakit dan timbulnya kece- membuka jendela , menyapu ,” pp.
193–200, 2014.

[9] S. Thakur and S. N. Rao, “Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA pada
Balita Berdasarkan Pendekatan Teori Florence Nightingale Diwilayah Kerja Puskesmas
Alak Kota Kupang NTT,” Igarss 2014, no. 1, pp. 1–5, 2014.

[10] V. Cahyarini, K. G. Pernapasan, and J. K. Industri, “Hubungan faktor lingkungan fisik


dengan gangguan pernapasan pekerja pembuatan tongkang di ruang terbatas,” vol. 3, no.
1, pp. 27–38, 2019.

[11] V. A. L. Mamengko, S. Engkeng, and A. Asrifuddin, “PENDAHULUAN Infeksi Saluran


Pernapasan Akut ( ISPA ) merupakan penyakit utama penyebab kematian bayi yang
menempati urutan pertama angka kesakitan pada balita . Saat ini penyakit ISPA menjadi
satu dalam daftar 10 penyakit menonjol di puskesmas Teling Atas,” vol. 033.

[12] P. T. Lingkungan, “REL KERETA API ADDITION OF ISPA PATIENTS OVER DUE
TO AIR POLLUTION FROM LAND CLEARING ACTIVITIES IN DEVELOPMENT
OF,” vol. 11, no. 2, pp. 63–74, 2018.

[13] P. Pascasarjana, U. Amikom, J. R. Utara, M. Naive, and B. Classifier, “Sistem Pakar


Diagnosa Penyakit Ispa Menggunakan Metode Naive Bayes Classifier Berbasis Web,” pp.
127–138.

[14] E. Kadrianti, “Upaya Menekan Penularan Penyakit ISPA dengan Pelatihan Deteksi Dini,”
vol. 1, no. 1, pp. 17–22, 2019.

[15] P. M. and S. Patankar, “No Title ‫سلطنة عمان‬ペインクリニック学会治療指針2,” ペイン


クリニック学会治療指針2, vol. 1, pp. 1–35, 2019.

[16] P. Bayi, U. Bulan, D. I. Puskesmas, and S. Tiga, “3 1,2,3,” vol. 2, no. 2, pp. 36–41, 2019.

[17] Б. Л.О., “No TitleÉ?________ __ __ __________ ___ _ __ __ _______ _____ ___ _ __


____ _,” Ekp, vol. 13, no. 3, pp. 1576–1580, 2015.
[18] A. M. Rosiana, “Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis
Paru,” J. Public Health (Bangkok)., vol. 2, no. 1, pp. 1–8, 2013.

[19] K. Selebar and K. Bengkulu, “No Title,” vol. 6, no. 1, pp. 72–75, 2018.

[20] F. Fajrini and N. Latifah, “Analisis Hubungan Iklim ( Curah Hujan , Kelembaban , Suhu
Udara dan Kecepatan Angin ) dengan Kasus ISPA di DKI Jakarta,” vol. 07, no. 03, pp.
167–173, 2018.

[21] W. Kabupaten and A. Fauziah, “Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA )
pada,” vol. 1, no. 2, pp. 57–60.

[22] A. Tajrin, M. Ruslin, A. Fauzi, M. I. Rasul, N. Kawulusan, and N. N. Alim, “Pencegahan


penyakit infeksi saluran pernapasan atas pada bayi pascaoperasi celah bibir dan langit-
langit di Kabupaten Bantaeng , Sulawesi Selatan Prevention upper respiratory tract
infection in infants after cleft lip and palate surgery in District Bantae,” pp. 160–163.

[23] S. Albertin, L. Diana, Z. Cholisoh, and M. Pharm, “Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada
Pasien Anak Terdiagnosa Infeksi Saluran Pernapasan Atas Akut (Ispaa) di Instalasi Rawat
Jalan Balai Besar Kesehatan Paru,” 2018.

[24] R. Melati, N. Nurhaeni, and S. Chodidjah., “Dampak fisioterapi dada terhadap status
pernapasan anak balita pneumonia di RSUD Pasar Rebo Jakarta,” J. Ilm. Keperawatan
Altruistik, vol. 1, no. 1, pp. 41–51, 2018.

[25] U. S. Utara, U. S. Utara, and U. S. Utara, “Pengetahuan , Sikap , dan Upaya Pekerja
Pabrik Terhadap Bahaya ISPA di PT Asia Karet Medan,” 2018.

[26] D. Factor, A. Respiratory, I. Among, and I. Home, “Faktor determinan ispa pada daerah
home industri,” vol. 7, no. 1, pp. 27–31, 2018.

[27] S. B. de Cardiologia et al., “No Title ‫” ثبثبثبب‬,‫بیبیب‬, vol. ‫ث ققثق‬, no. 4, p. 2018 ,‫ثقثقثقثق‬.

[28] A. L. Wenden, “No Title ”,‫با استفاده از داده های تببابلویی‬: ‫بررسی رابطه علی بین نرخ بهره و نرخ تورم‬
‫صلنامه پژوهشهاي اقتصادي‬, vol. 3, no. September, 1981.
[29] sudrajat sugiharta, “Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Balita Dengan Diagnosa
Ispa Bukan Pneumonia Di Puskesmas Bogor Timur,” J. INKOFAR, vol. 1, no. 1, pp. 91–
100, 2018.

[30] E. Andriani and G. Ni. Prameswari, “Higeia Journal of Public Health Home
Environmental Health and Safety,” vol. 2, no. 2, pp. 171–180, 2018.

Anda mungkin juga menyukai