TESIS
OLEH :
ALMAS HIJRIAH
NIM : 057019004/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007
PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN RISIKO SISTEMATIK
TERHADAP HARGA SAHAM PROPERTI
DI BURSA EFEK JAKARTA
TESIS
Oleh
ALMAS HIJRIAH
NIM : 057019004/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007
JUDUL TESIS : Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik
Terhadap Harga Saham Properti Di Bursa Efek Jakarta
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Dr.Hj. Rismayani, SE., MS Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc.
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh
siapapun sebelumnya.
Almas Hijriah
ABSTRAK
Properti merupakan salah satu sektor yang sangat sensitif terhadap indikator
ekonomi makro. Hal ini mengakibatkan harga saham properti di Bursa Efek Jakarta
sangat berfluktuasi dan sangat sulit diprediksi. Penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui faktor-faktor fundamental dan risiko sistematik yang
mempengaruhi harga saham di sektor properti. Adapun faktor fundamental yang
dipakai dalam penelitian ini adalah rasio keuangan yang terdiri dari return on assets,
return on equity, debt to equity ratio, price earning ratio, earning per share, book
value dan risiko sistematik dengan menggunakan koefisien beta.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling
method. Dari populasi sebanyak tiga puluh tujuh perusahaan properti yang terdaftar
di Bursa Efek Jakarta, diambil enam belas perusahaan yang memenuhi kriteria
sampel yaitu yang memiliki laporan keuangan lengkap dari tahun 2002 hingga 2006,
terdaftar di Bursa Efek Jakarta sejak 2002 sampai dengan 2006 dan sahamnya aktif
diperdagangkan di lantai bursa. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan
analisis regresi linier berganda dengan terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik
yang meliputi uji normalitas data, multikolonieritas, heteroskedastisitas, autokorelasi
dan uji linearitas model.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak, faktor fundamental
yang terdiri dari return on assets (ROA) , return on equity (ROE), debt to equity
ratio (DER), price earning ratio (PER), earning per share (EPS), book value (BV)
dan risiko sistematik (Beta) memiliki pengaruh high significant terhadap harga
saham properti. Dengan koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan menunjukkan
bahwa pola pergerakan harga saham bersifat acak, tidak dapat ditentukan, dan atau
dipengaruhi sepenuhnya dengan hanya mengendalikan faktor fundamental
perusahaan. Ini dikarenakan kebanyakan orientasi investor adalah capital gain
oriented bukan dividend oriented. Secara parsial faktor fundamental return on equity
(ROE, price earning ratio (PER), dan book value (BV) memiliki pengaruh high
significant terhadap harga saham, sedangkan faktor fundamental yang lain serta
risiko sistematik (Beta) tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham properti di
Bursa Efek Jakarta.
Kata kunci: faktor fundamental, risiko sistematik, harga saham sektor properti
ABSTRACT
telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat
Sistematik terhadap Harga Saham Properti di Bursa Efek Jakarta”. Tesis ini
merupakan tugas akhir dalam rangka memperoleh gelar Magister Sains (M.Si)
Utara Medan.
sebesar-besarnya kepada:
2. Dr.Hj. Rismayani, SE, MS, selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen
3. Drs.M. Lian Dalimunthe, M.Ec,Ac., dan Drs. Syahyunan, M.Si., selaku komisi
4. Prof.Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak., Dr.Hj. Rismayani, SE., MS.,
dan Dr. Muslich Lufti, MBA., selaku komisi pembanding, yang telah banyak
pengetahuan.
6. Seluruh staff administrasi pascasarjana dan teman-teman angkatan IX
(khususnya Pak Nasir, Rini, Risne, Rudi, Izul dan Guna), yang telah
7. Orang tua/mertua dan saudara-saudaraku (Ewie, Rini, Iin, Ayang) yang telah
kepada suamiku tercinta, Apollo Abdillah, terima kasih atas dorongan, semangat,
sumbangan pikiran, kasih sayang, perhatian dan waktu yang telah diberikan,
semoga Allah SWT membalas dengan yang lebih baik dan berlipat ganda,
aamiin. Dan kepada anak-anak mama tercinta: Fariz Izzan Abdillah dan Aqyl
Hanif Abdillah, terima kasih atas dorongan, do’a dan pengertiannya selama
mama menjalani masa perkuliahan. Semoga ini dapat menjadi pendorong dan
semangat bagi anak-anak mama dalam menuntut ilmu yang lebih tinggi, agar
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, mengingat
keterbatasan waktu, tenaga dan kemampuan, sehingga segala kritik dan saran yang
akan datang.
Akhir kata, penulis berharap agar tesis ini dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat, khususnya bagi para investor dalam memprediksi harga saham, serta
bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti pada bidang yang
sama.
Almas Hijriah
RIWAYAT HIDUP
Almas Hijriah, dilahirkan di Jambi pada tanggal 03 Juni 1968 dari pasangan
Bapak H. Nidar Iskandar (alm) dan Ibu Hj. Damsiah Tain (almh), sebagai anak
Pendidikan Dharma Patra (YPDP) Pangkalan Susu (lulus tahun 1981), SMP
Yayasan Pendidikan Dharma Patra (YPDP) Pangkalan Susu (lulus tahun 1984),
SMA Negeri 2 Padang (lulus tahun 1987), Program D3 Politeknik USU Medan,
Jurusan Akuntansi (lulus tahun 1990), Program S1 Jurusan Akuntansi STIE YPKP
Menikah pada tanggal 17 September 1995 dengan Apollo Abdillah anak dari
Bapak H. Burhanuddin Rahman dan Ibu Hj. Sarwiningsih, dan telah dikaruniai 2
orang putera, yaitu : Fariz Izzan Abdillah (10 tahun) dan Aqyl Hanif Abdillah (6
tahun).
Halaman
PERNYATAAN
ABSTRAK .................................. ...... i
ABSTRACT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . ii
KATA PENGANTAR .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
RIWAYAT HIDUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . vi
DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . viii
DAFTAR GAMBAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . 1
1.2. Perumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
1.3. Tujuan Penelitian ............................ 7
1.4. Manfaat Penelitian ............................ 7
1.5. Kerangka Pemikiran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
1.6. Hipotesis .................... .............. 11
cenderung naik disebabkan karena harga tanah yang cenderung naik, supply tanah
bersifat tetap sedangkan demand nya akan selalu bertambah besar seiring dengan
dari kenaikan harga properti tersebut, dan dengan keuntungan yang diperoleh maka
pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah. Sejak
karena memiliki hutang yang didominasi oleh dolar Amerika dalam jumlah yang
besar, yang telah dipinjamnya pada saat sebelum krisis ekonomi guna membangun
properti. Krisis ekonomi menyebabkan bunga kredit melonjak hingga 50% sehingga
dolar Amerika). Tunggakan hutang dalam jumlah yang besar, menurunkan kinerja
sekali. Setelah booming pada tahun 1996, diperkirakan pada tahun 2003 bisnis
properti akan kembali mengalami masa kejayaannya, akan tetapi terjadi krisis
ekonomi pada tahun 1998, maka perkiraan menjadi mundur ke tahun 2005.
Sebenarnya iklim investasi di sektor properti sudah mulai terlihat bangkit sejak
tahun 2000 dan saat itu beberapa bank menurunkan suku bunga kredit menjadi 15%.
Kegiatan ini membangkitkan pasar properti yang sejalan dengan perbaikan kinerja
keuangan beberapa emiten properti. Tercatat tahun 2002, Ciputra Surya mengalami
hutang, sehingga pada akhir Maret 2003 hutang yang tercatat hanya sebesar Rp. 219
Milyar. Rasio harga saham 0,2 dari nilai bukunya. Duta Pertiwi juga mengalami
adalah 36%. Harga sahamnya naik tiga kali dalam dua tahun terakhir (Kompas
2003).
muncul pada periode yang akan datang (Kompas, 2007). Prediksi ini tidak didukung
oleh pertumbuhan properti pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2006 yang
mengalami penurunan. Padahal indikator ekonomi makro pada tahun 2006 lebih
baik dibandingkan dengan indikator ekonomi makro pada tahun 2005. Oleh sebab
itu, seharusnya bisnis properti pada tahun 2006 mengalami perkembangan yang
lebih baik dari pada tahun 2005. Kondisi ekonomi makro yang semakin membaik,
volume penjualan properti di tanah air. Fenomena ini meragukan banyak investor
boomingnya bisnis properti pada tahun 2007 bisa dijadikan pedoman untuk
bisnisnya sambil melihat peluang pasar yang masih bisa digarap untuk tahun 2007.
Sebagian besar pengembang masih menyelesaikan proyek yang sudah berjalan sejak
tahun 2004. Walaupun demikian masih ada beberapa pengembang besar yang
optimis melihat peluang pasar tahun 2007 dan terus melanjutkan proyeknya seperti,
dengan Blok M Trade Centre, Latumenten City, Jakarta City Center, CBD Pluit, dan
Permata Hijau Residence, Duta Pertiwi dengan BSD City Business Park. Secara
Umum puncak nilai kapitalisasi bisnis properti terjadi pada tahun 2005, yang
mencapai Rp 92,01 triliun. Sejak tahun itu nilai kapitalisasi menurun terus, tahun
2006 mencapai Rp 79,51 triliun dan diperkirakan akan mengalami penurunan lagi
pada tahun 2007, yaitu sekitar 15,75% menjadi Rp 66,99 triliun. Perkembangan sub
sektor properti tahun 2002 sampai dengan prediksi tahun 2007 terlihat dalam Tabel
20,000
15,000
10,000
5,000
0
2002 2003 2004 2005 2006 2007
Proyek Pusat Perbelanjaan Modern Jabotabek Tahun
Proyek Pusat Perbelanjaan Modern Daerah
Proyek Apartemen Jabotabek
Proyek Apartemen Daerah
Proyek Perkantoran Jabotabek
Proyek Hotel (Nasional)
Proyek Perumahan (Nasional)
Proyek Ruko/Rukan (Nasional)
2002 sampai dengan prediksi 2007 dapat dilihat dalam grafik di bawah ini :
5
.7
17
16
14
13.1 12.75
12
Persen (%)
10 9.75
.0
10
8 8.48 8.5
7.41
25
6
75
6.
6.
06
5.
4 6.1
5.
5.5 5.8
2 4.1 4.5
3.6
0
2002 2003 2004 2005 2006 2007P
Bruto) mengalami peningkatan dari tahun 2002 sampai dengan 2007. Hal ini
ekspor. Dari sisi usaha swasta, tingkat konsumsi meningkat meskipun belum terlalu
kuat. Dari sisi aliran dana investasi, belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan yang
signifikan. Dari sisi penawaran, sektor bangunan dan sektor pengangkutan dan
perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan sisi masyarakat, daya beli yang lemah
sebagai akibat dari kenaikan BBM pada Oktober 2005 belum pulih sepenuhnya.
Penurunan tingkat inflasi dan BI rate yang terjadi di tahun 2006, tidak
membawa bisnis properti ke arah yang lebih baik, karena rendahnya tingkat inflasi
Oktober 2005. Hal ini terlihat pada bulan September-Oktober 2006 lalu yang
harga. Begitu juga pada sektor properti, memasuki akhir tahun 2006 banyak
indikator ekonomi makro, akan tetapi indikator ekonomi makro pada tahun 2006
Seharusnya dengan naiknya PDB, menurunnya tingkat inflasi serta BI rate dapat
Dengan kondisi ekonomi makro yang belum begitu stabil, setiap investor
yang ingin melakukan investasi di pasar modal melakukan analisis terhadap saham
yang ingin dibelinya karena mengharapkan keuntungan dari dana yang akan
ditanamkannya, baik itu berupa dividend maupun capital gain. Kekuatan dan
keuntungan yang akan diterima. Kekuatan analisis ini akan memberikan informasi
kepada investor, mengenai waktu yang paling tepat untuk membeli saham tertentu
“Apakah faktor fundamental (return on assets, return on equity, debt to equity ratio,
price earning ratio, earning per share, book value) dan risiko sistematik (beta)
equity, debt to equity ratio, price earning ratio, earning per share, book value)
dan risiko sistematik (beta) secara serempak terhadap harga saham properti di
equity, debt to equity ratio, price earning ratio, earning per share, book value)
dan risiko sistematik (beta) secara parsial terhadap harga saham properti di Bursa
Efek Jakarta.
yang telah ada mengenai pengaruh faktor fundamental dan risiko sistematik
terhadap harga saham dalam kaitannya dengan ilmu manajemen keuangan dan
investasi.
dalam memberikan informasi yang lebih lengkap, dan jelas mengenai pengaruh
faktor fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham properti di Bursa
dan ekonomi pada saat ini untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan
datang dengan memproyeksikan data dan informasi aktual agar dapat meng-estimasi
nilai intrinsik dari harga saham saat ini. Dengan diperolehnya nilai intrinsik saham,
analis atau investor dapat membandingkannya dengan nilai pasar dan menentukan
corporate accounting reports to asses the value of company, that investor can use to
menyampaikan proyeksi harga saham setiap triwulan dan laporan keuangan emiten
Jakarta disertai 14 rasio keuangan yang terdiri dari, Current Ratio (CR), Quick Ratio
(QR), Leverage Ratio (LR), Debt to Equity Ratio (DER), Inventory Turnover (ITO),
Fixed Asset Turnover (FATO), Total Assets Turnover (TATO), Gross Profit Margin
(GPM), Operating Profit Margin (OPM), Net Operating Margin (NPM), Return on
Investment (ROI) /Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Price Earning
sepenuhnya bahwa akibat adanya informasi aktual dan relevan yang diterima pasar,
maka nilai pasar saham akan berubah. Namun demikian, perubahan nilai pasar
saham tidak langsung bergerak seketika, karena informasi aktual tidak seluruhnya
dicerminkan dalam harga saham. Selanjutnya informasi aktual di pasar, yang relevan
dengan saham tersebut juga tidak datang secara bersama-sama melainkan secara
pembentukan harga di pasar (mispriced), baik nilai pasar yang dihargai terlalu
rendah (underpriced) dan nilai pasar yang dihargai terlalu tinggi (overpriced).
investasi modern dikenal pembagian risiko total investasi ke dalam dua jenis risiko,
yaitu risiko sistematik dan risiko nonsistematik. Risiko sistematik merupakan risiko
yang tidak dapat dieliminasi oleh diversifikasi (Brigham, 2001). Risiko sistematik
merupakan risiko dari sekuritas atau portofolio yang relatif terhadap risiko pasar,
dan dapat diukur dengan koefisien beta. Beta suatu sekuritas adalah kuantitatif yang
harga pasar sekuritas. Semakin tinggi tingkat beta, semakin tinggi pula risiko
Faktor Fundamental
Return on Assets
Return on Equity
Debt to Equity Ratio
Price Earning Ratio
Earning Per Share
Book Value Harga Saham
Risiko Sistematik
Beta Saham
to equity ratio, price earning ratio, earning per share dan book value mencerminkan
mempengaruhi harga saham. Risiko sistematik yang diukur dengan koefisien Beta
mempengaruhi biaya modal dan biaya modal akan mempengaruhi harga saham.
1.6. Hipotesis
Faktor fundamental yang terdiri dari return on assets, return on equity, debt to
equity ratio, price earning ratio, earning per share, book value dan risiko sistematik
(beta) memiliki pengaruh terhadap harga saham properti di Bursa Efek Jakarta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mengenai hubungan rasio keuangan dengan saham dipelopori oleh O’Connor (1973)
yang melakukan penelitian tentang manfaat rasio keuangan ketika beberapa laporan
keuangan yang terpilih digunakan untuk memprediksi return saham di pasar modal
New York. O’Connor menemukan bahwa prediksi return saham dengan rasio
keuangan terpilih untuk masa tiga tahun berbeda, yaitu lebih rendah dibandingkan
dengan serangkaian rasio keuangan untuk masa lima tahun. Pemilihan ini didasarkan
pada seleksi stepwise yaitu seleksi dengan menentukan set terbaik dalam bentuk
perbedaan set, namun rasio keuangan tersebut tetap mempunyai manfaat dalam
dan Penman (1989). Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menaksir nilai
regression model dan menyeleksi 68 rasio keuangan untuk periode tahun 1965
sampai dengan tahun 1972 dan 18 rasio keuangan untuk periode tahun 1983 sampai
saham. Hasil yang diperoleh adalah bahwa rasio keuangan mengandung informasi
terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan periode tahun 1996 sampai tahun 2001.
Model analisa yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan melakukan uji
book value, payout ratio, required rate of return dan debt to equity ratio) serta risiko
terhadap harga saham, namun pola hubungannya lemah, karena R square yang
diperoleh hanya sebesar 0,303 dan Adj. R square 0,244. Secara parsial hanya
variabel book value yang berpengaruh secara signifikan pada alpha 5% terhadap
harga saham. Hasil yang sama ditemukan oleh Dwi (2003) untuk industri chemical,
yaitu bahwa rasio price book value secara parsial berpengaruh signifikan pada alpha
5% untuk periode tahun 2000 sampai dengan 2003, dan operating profit margin
manufaktur dan nonmanufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode tahun
1996 dan 1997. Model analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasilnya
dari rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, aktivitas dan pasar modal tidak
bermanfaat dalam memprediksi return saham. Hasil ini berbeda dengan temuan
Takarini dan Eni (2000) yang menemukan bahwa sebagian rasio keuangan
dalam memprediksi tingkat keuntungan saham adalah Limbong (2006), pada sektor
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan periode pengamatan tahun
2002 sampai 2004. Model analisis yang digunakan adalah regresi logistik. Hasil
penelitian yang diperoleh adalah bahwa faktor fundamental dan risiko sistematik
perbankan di Bursa Efek Jakarta. Sedangkan secara parsial, faktor fundamental yang
terdiri dari return on risk asset, net profit margin, dan loan to debt ratio yang
Jakarta.
dengan menggunakan faktor fundamental yang terdiri dari beberapa variabel rasio
keuangan dan faktor teknikal berupa volume perdagangan serta indeks harga saham.
Sampel penelitian yang diambil 16 perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta dengan periode pengamatan tahun 2001 sampai 2003. Model analisis yang
digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian yang diperoleh adalah
terhadap harga saham properti di Bursa Efek Jakarta. Sedangkan secara parsial,
faktor fundamental yang terdiri dari leverage ratio, operating profit margin, price
book value dan volume perdangangan serta indeks harga saham (sebagai faktor
teknikal) yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham properti di Bursa Efek
Jakarta.
Tabel 2.1
Metode
Nama Judul Hasil Penelitian
Analisa
Njo Anastasia Analisis Faktor Fun- Regresi Linier Faktor fundamental dan risiko
(2001) damental dan Risiko Berganda sistematik secara serempak
Sistematik Terhadap berpengaruh terhadap harga
Harga Saham Properti saham properti di Bursa Efek
Di BEJ (Jurnal Jakarta. Secara parsial hanya
Akuntansi dan book value yang berpengaruh
Keuangan, Universitas terhadap harga saham properti
Kristen Petra) di Bursa Efek Jakarta.
Askam Penggunaan Infor-masi Regresi Linier Pada perusahaan non-
Tuasikal Akuntansi untuk Berganda manufaktur, rasio keuangan
(2002) Memprediksi Return yang terdiri dari rasio
Saham (Jurnal Riset likuiditas, leverage, pro-
Akuntansi Indonesia) fitabilitas, aktivitas dan pasar
modal tidak bermanfaat dalam
memprediksi return saham.
Albed Eko Analisis Faktor Fun- Regresi Faktor fundamental dan risiko
Limbong damental dan Risiko Logistik sistematik secara serempak
(2006) Sistematis Terhadap berpengaruh terhadap tingkat
Tingkat Keuntungan keuntungan saham perbankan
Saham Perbankan di di Bursa Efek Jakarta.
Bursa Efek Jakarta Sedangkan secara parsial,
(Tesis, Universitas faktor fundamental RORA,
Sumatera Utara, Medan) NPM, dan LDR yang
berpengaruh signifikan
terhadap tingkat keuntungan
saham perbankan di Bursa
Efek Jakarta.
Annio Indah Pengaruh Faktor Fun- Regresi Linier Faktor fundamental dan
Lestari damental dan Teknikal Berganda teknikal secara serempak
Nasution Terhadap Harga Saham berpengaruh signifikan
(2006) Properti Yang Ter-daftar terhadap harga saham properti
Di Bursa Efek Jakarta di Bursa Efek Jakarta.
Sedangkan secara parsial,
faktor fundamental leverage
ratio, operating profit margin,
price book value dan volume
per-dangangan serta indeks
harga saham yang berpengaruh
signifikan terhadap harga
saham properti di Bursa Efek
Jakarta.
untuk menganalisis dan menilai saham di pasar modal, yaitu analisis fundamental
dan analisis teknikal (Bodie et al, 2005). Analisis fundamental adalah studi tentang
Analisa fundamental menitik beratkan pada data-data kunci dalam laporan keuangan
akurat. Tujuan analisis fundamental adalah untuk menentukan apakah nilai saham
bilamana harga saham di pasar saham lebih kecil dari harga wajar atau nilai yang
seharusnya (nilai intrinsik), dan saham dikatakan overpriced apabila harga saham di
“In preparing their estimate of security’s value, fundamental analysts study the
basic financial and economic facts about the company that issues the security. They
study the level and trend of the firm’s sales and earnings, the quality of the firm’s
products, the firm’s competitive position in the markets where its products are sold,
the firm’s labor relations, the firm’s sources of raw materials. The government rules
that apply to the firm, and many other factors that may affect the value of the firm’s
common stock”.
bahan mentah, peraturan-peraturan perusahaan dan beberapa faktor lain yang dapat
saham sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang menerbitkan saham tersebut
bentuk laporan keuangan dan diukur dengan alat ukur dalam bentuk rasio.
intrinsik saham dapat berasal dari dalam perusahaan, industri maupun keadaan
Fundamental Analysis
Asses
oThe expected of
components of benefits
value fororany
dividends
security
The risk attached to these benefits
This is done by
secara keseluruhan baik untuk pasar saham. Apakah tingkat inflasi tinggi atau
rendah? Apakah suku bunga naik atau turun? Apakah konsumen yakin atau ragu-
ragu dalam mengeluarkan uang? Apakah neraca perdagangan untung atau rugi?
Apakah supply uang naik atau turun? Ini adalah sebagian pertanyaan seorang
berada, yang secara langsung dapat mempengaruhi masa depan perusahaan tersebut.
Bahkan saham yang paling baik pun dapat menghasilkan pengembalian yang pas-
pasan jika mereka berada dalam industri yang sedang payah (mengalami resesi).
Biasanya saham yang lemah dalam industri yang kuat lebih disukai daripada saham
Setelah melihat dari sisi ekonomi dan industri kita perlu memperhitungkan
kesehatan keuangan sebuah perusahaan. Jika sebuah perusahaan yang telah kita
analisa secara ekonomi dan industri itu baik, tapi kita tidak memperhitungkan
kondisi perusahaan tersebut maka akan sia-sia lah semua analisa fundamental yang
kita lakukan. Karena pasar saham adalah pasar ekspektasi dimana semua pemegang
laba ini akan di bagikan kepada pemegang saham yang kita kenal dengan istilah
dividen, karena pada dasarnya keuntungan yang diperoleh dari permainan saham ini
bukan hanya dividend, tetapi ada juga yang di sebut dengan capital gain yaitu
keuntungan yang diperoleh dari fluktuasi harga saham yang biasanya diharapkan
oleh investor yang memiliki time horizon yang pendek. Menghitung kondisi
Rasio keuangan secara garis besar di bagi dalam 5 kelompok dasar, yaitu : liquidity,
Sejumlah rasio yang tak terbatas banyaknya dapat dihitung, akan tetapi dalam
kebutuhan analisis.
efektifitas dan efisiensi perusahaan dalam mencapai sasarannya (Stoner et al. 1995).
terbagi dalam empat kelompok, yaitu rasio likuiditas, aktivitas, hutang, dan
adalah nilai intrinsik, nilai pasar, Return on Total Assets (ROA), Return on Equity
(ROE), Price Book Value (PBV), Debt to Equity Ratio (DER), Dividend Earning,
Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), Book Value (BV), Dividend
berbagai kebutuhan para pemakai dan melayani kepentingan umum dari berbagai
pemakai yang potensial, bukan hanya untuk kebutuhan kelompok tertentu saja. Dari
laporan keuangan yang diterbitkan, setelah dianalisis akan bisa diperoleh rasio
keuangan yang berguna untuk mengungkapkan kekuatan dan kelemahan relatif suatu
atau memburuk selama periode tertentu. Hal ini akan membantu bagi investor dan
kreditor dalam menilai ketidakpastian penerimaan dividen dan bunga di masa yang
akan datang (Jogiyanto, 1998). Dengan kata lain, tujuan ini mengasumsikan bahwa
investor menginginkan informasi tentang hasil dan risiko dari investasi yang
mempengaruhinya untuk dapat memprediksi harga saham di masa yang akan datang
keputusan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan. Sebagai contoh adalah rasio
return on assets (ROA), jika hasil analisis diperoleh ROA yang cukup tinggi, maka
dapat diasumsikan bahwa perusahaan tersebut beroperasi secara efektif. Hal ini
merupakan daya tarik bagi investor yang mengakibatkan nilai saham perusahaan
yang bersangkutan naik, dan diminati oleh banyak investor, sehingga harga saham
hal ini kinerja keuangan emiten mempengaruhi permintaan dan penawaran investor
tidak dapat langsung terlibat dalam pengelolaan perusahaan, sehingga tidak dapat
memonitor secara langsung kegiatan perusahaan. Oleh karena itu pihak investor
modalnya, apakah perusahaan mempunyai prospek yang cukup baik dan akan
diperoleh keuntungan atau rate of return yang cukup baik. Jadi dalam mengambil
keputusan investasi, para investor harus memutuskan untuk membeli atau menjual
laba rugi dan laporan arus kas masih belum bisa memberi manfaat maksimal
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari
satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya yang mempunyai hubungan yang
relevan dan berarti. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang
perusahaan. Manfaat sebenarnya dari setiap rasio keuangan ditentukan oleh tujuan
merupakan kriteria yang mutlak, karena pada kenyataannya analisis rasio keuangan
hanya merupakan titik awal dalam analisis kinerja perusahaan. Analisis rasio
dan Brigham (1990) mengakui bahwa rasio keuangan selain dapat menghasilkan
industri yang sangat berlainan dan dalam keadaan seperti itu sangat sulit untuk
b. Inflasi menyebabkan distorsi besar pada neraca. Nilai yang tercatat di neraca
seringkali berbeda dari nilai yang sebenarnya. Lebih jauh lagi karena inflasi
c. Adanya perusahaan yang menggunakan teknik window dressing dimana teknik
ini digunakan oleh perusahaan untuk membuat laporan keuangan terlihat lebih
bisnis dan ekonomi mulai dari yang menginginkan rasio keuangan tersebut dijadikan
keterbatasan dari rasio keuangan tersebut. Kenyataannya, dalam praktek bisnis yang
ada sekarang masih mengaplikasikan analisis rasio ini sebagai salah satu model
adalah, Return on Assets, Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Price Earning
sehingga aktiva tersebut akan menjadi modal kerja bagi perusahaan dalam
laba bersih atau Net Income After Tax (NIAT). Return on Assets (ROA) merupakan
rasio antara laba bersih setelah pajak (NIAT) terhadap total assets. ROA
dari total asset yang digunakan untuk operasional perusahaan (Gitman, 2003).
dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan
Hal ini akan meningkatkan daya tarik investor terhadap perusahaan tersebut dan
investor karena tingkat pengembaliannya akan semakin besar (Ang, 1997). Minat
yang besar dari investor berdampak terhadap kenaikan harga saham perusahaan di
Pasar Modal. Dengan kata lain ROA akan berpengaruh terhadap harga saham
perusahaan.
positif terhadap harga saham. Hasil ini membuktikan bahwa dalam membuat
NIAT
ROA =
Total Assets
profitabilitas yang menunjukkan rasio antara laba setelah pajak atau earning after
tax (EAT) terhadap total modal sendiri (equity) yang berasal dari setoran modal
pemilik, laba tak dibagi dan cadangan lain yang dikumpulkan oleh perusahaan.
(equity) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah
dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham. Semakin tinggi ROE
menghasilkan laba atau keuntungan bersih. ROE digunakan untuk mengukur tingkat
EAT
ROE =
Total Equity
Earning After Tax (EAT) merupakan pendapatan bersih sesudah pajak, sedangkan
total equity merupakan total ekuitas (modal pemilik) yang terdapat pada perusahaan
oleh Higgins (1990: 59) menjelaskan bahwa adanya hubungan yang positif antara
ROE dan harga saham perusahaan yang dapat meningkatkan nilai buku (book value)
saham perusahaan. Jadi antara ROE dengan harga saham mempunyai hubungan
leverage (penggunaan hutang) terhadap total ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan.
Rasio ini diukur dengan cara membandingkan antara debts terhadap total equity.
Debt ratio yang tinggi mempunyai dampak yang buruk terhadap kinerja perusahaan,
karena tingkat hutang semakin tinggi, yang berarti beban bunga akan semakin besar
sehingga dapat mengurangi keuntungan. Sebaliknya, tingkat debt ratio yang kecil
perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan semakin berat. Tentunya
hal ini akan mengurangi hak pemegang saham (dalam bentuk dividen), hal ini
Kinerja perusahaan tentunya juga berpengaruh pada daya tarik saham yang
ditawarkan di Pasar Modal. Semakin baik kinerja perusahaan, maka daya tarik
saham. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa DER berpengaruh negatif terhadap
Total Debts
DER =
Total Equity
Apabila Debt to Equity Ratio nya tinggi, maka dapat menunjukkan bahwa risiko
biasanya menghindari risiko, maka apabila DER suatu perusahaan semakin tinggi,
akan saham tersebut menjadi turun dan mengakibatkan harga saham turun.
Rasio ini merupakan perbandingan harga saham dengan laba per saham.
Investor dalam pasar modal yang sudah maju menggunakan price earning ratio
(PER) untuk mengukur apakah suatu saham underpriced atau overpriced. PER
Stock Price
PER =
Earning Per Share
Stock price merupakan harga pasar suatu saham. Harga wajar (fairly priced) bagi
suatu saham adalah sebesar nilai intrinsiknya. Earning per share (EPS) merupakan
besarnya dividen yang dibayar perusahaan. Bila seorang analis memperkirakan EPS
dan rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio), maka secara implisit ia telah
memperkirakan dividen. Hal umum yang sering dilakukan adalah menjadikan PER
tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan PER perusahaan lain dalam
industri yang sejenis. Bagi investor yang ingin membeli saham suatu perusahaan,
semakin kecil PER suatu saham akan semakin baik karena harga saham tersebut
murah.
Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar
keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham.
Semakin tinggi nilai EPS dapat diartikan bahwa semakin besar pula laba yang
Book Value (BV) atau nilai buku saham adalah rasio yang menggambarkan
perbandingan total modal (equity) terhadap jumlah saham. Book value dapat
Total Equity
BV =
Total Share
Total Equity dapat dihitung dari selisih total aktiva (total assets) dengan total hutang
(total debt). Total Share merupakan jumlah saham yang beredar di pasar. Book
Value digunakan untuk melihat harga suatu securitas apakah overpriced atau
underpriced.
Market Price merupakan harga pada pasar riil, dan merupakan harga yang
paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang
sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka harga pasar adalah harga
penutupannya atau closing price (Anoraga dan Pakarti, 2006). Harga ini terjadi
setelah saham tersebut dicatatkan di bursa, baik bursa utama maupun over the
counter market (OTC). Transaksi di sini sudah tidak lagi melibatkan emiten dan
penjamin emisi. Harga pasar ini merupakan harga jual dari investor yang satu
dengan investor yang lain, dan disebut sebagai harga di pasar sekunder. Harga pasar
inilah yang menyatakan naik-turunnya suatu saham dan setiap hari diumumkan di
tingkat risiko perusahaan akan direspon oleh investor, baik secara positif maupun
Chen, Roll dan Ross (1996) menyatakan bahwa terdapat empat faktor yang
perbedaan antara tingkat bunga jangka pendek dan jangka panjang, dan perbedaan
Harga saham suatu perusahaan atau kelompok industri tertentu pada saat
saham antara perusahaan yang tumbuh dan tidak tumbuh sesuai dengan satu dasar
pembentukan harga saham, yang diyakini bahwa harga saham terjadi karena adanya
aliran laba atau kas masa mendatang yang dinilai sekarang (Foster, 1986).
diharapkan akan bereaksi positif pada saat informasi tersebut diterima pasar.
akan bereaksi secara negatif. Dengan demikian reaksi pasar akan tercermin dengan
adanya perubahan harga dan volume transaksi saham perusahaan yang bersangkutan
dan diukur dengan menggunakan harga saham pada saat penutupan (closing price).
perbedaannya, maka akan semakin besar pula risiko investasi tersebut. Ada beberapa
sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi. Sumber-
sumber tersebut antara lain adalah, risiko suku bunga, risiko pasar, risiko inflasi,
risiko bisnis, risiko finansial, risiko likuiditas, risiko nilai tukar mata uang dan risiko
modern dikenal juga pembagian risiko total investasi ke dalam dua jenis risiko, yaitu
merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara
2001).
Risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio yang relatif terhadap
risiko pasar dapat diukur dengan beta saham. Beta suatu sekuritas adalah kuantitatif
pergerakan keuntungan pasar. Semakin tinggi tingkat beta, semakin tinggi risiko
Beta digunakan teknik regresi, yaitu mengestimasi Beta suatu sekuritas dengan
digunakan terkait dengan analisis fundamental dan analisis teknikal. Namun secara
sederhana variabilitas harga saham tergantung pada earning dan deviden suatu
perusahaan seperti yang dinyatakan Fuller and Farrell (1987), “key determinant of
security price is expectations concerning the firm’s earning and dividends and their
sebagai variabel bebas yang didasarkan pada pemikiran bahwa faktor tersebut
menggambarkan risiko dan return yang akan diterima para pemodal atas
sebagai berikut :
Pi t – Pi t-1 + Di t
Ri =
Pi t-1
Dimana:
Rm = Return market
IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan tahun t
IHSGt-1= Indeks Harga Saham Gabungan tahun t-1
Pi t = Harga Saham i tahun t
Pi t-1 = Harga Saham i tahun t-1
Di = Deviden saham i
Ri = Return saham i
Exchange Building, Jalan Jendral Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190. Penelitian
ini dilakukan selama 4 bulan, yaitu dari bulan April 2007 sampai dengan Juli 2007.
kausal asimetris, yakni penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas terhadap variabel terikat. Sifat penelitian ini adalah deskriptif
eksplanatori.
property, real estate, and building contruction) yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
a. perusahaan properti (property, real estate dan building contruction) yang telah
terdaftar sampai dengan tahun 2002 dan masih terdaftar hingga tahun 2006.
memberikannya ke bursa setiap tahun (dari tahun 2002 sampai dengan 2006).
c. perusahaan properti yang sahamnya aktif diperdagangkan di lantai bursa dari
tahun 2002 sampai 2006. Adapun yang maksud dengan aktif diperdagangkan
adalah jika terjadi volume transaksi mencapai minimal 1% dari jumlah lembar
sampel penelitian dan memenuhi kriteria tersebut, seperti dalam tabel di bawah :
Tabel 3.1
Daftar Perusahaan Sampel
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
tersebut bersumber dari Jakarta Stock Exchange Monthly, JSX Statistic, dan
Indonesian Capital Market Directory 2002-2006 yang dikeluarkan oleh Bursa Efek
Jakarta, yang memuat laporan keuangan tahunan dari setiap emiten, serta dari situs
gabungan data antar perusahaan properti (cross section) dan data antar waktu (time
dilakukan dengan cara mengakses situs resmi Bursa Efek Jakarta dan Bank
Indonesia, serta dokumen berupa buletin khusus yang dikeluarkan oleh Bursa Efek
Jakarta.
1. Identifikasi Variabel
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah harga saham perusahaan properti.
(ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning
Per Share (EPS), Book Value (BV) dan risiko sistematik (Beta).
2. Definisi Operasional Variabel
a. Harga Saham /Y
Harga saham merupakan realisasi harga saham tertinggi ditambah dengan harga
yaitu :
dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham. Semakin tinggi ROE
dimilikinya.
Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar
underpriced.
1. Beta / X2.1
Variabel Bebas
Faktor ROA (X1.1) Menunjukkan kemampuan Rasio
Fundamental (X1) perusahaan dalam menghasil-
kan laba dengan menggunakan
aktiva (assets) yang dimiliki
oleh perusahaan.
ROE (X1.2) Mengukur tingkat keuntungan Rasio
dari investasi yang telah
dilakukan pemilik modal
sendiri atau pemegang saham
DER (X1.3) Menunjukkan kemampuan Rasio
perusahaan dalam membayar
hutang dengan ekuitas yang
dimilikinya
PER (X1.4) Merupakan rasio nilai pasar Rasio
yang mengukur perbandingan
antara harga saham di pasar
perdana dengan pendapatan
yang diterima.
EPS (X1.5) Merupakan rasio yang Rasio
menunjukkan berapa besar
kemampuan per lembar saham
dalam menghasilkan laba
BV (X1.6) Merupakan nilai buku saham Rasio
yang menggambarkan
perbandingan total modal
(equity) terhadap jumlah
saham
Risiko Sistematik Beta (X2.1) Menggambarkan risiko pasar Rasio
(X2) yang dimasukkan dalam model
analisis
Model analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis
Regresi Linier Berganda. Sebelum melakukan estimasi yang tidak bias dengan
analisis regresi, perlu dilakukan uji BLUE, yaitu pengujian antar variabel bebas
Dimana:
1. Uji Normalitas
Sminov, dimana jika angka signifikansi yang ditunjukkan dalam tabel lebih kecil
dari alpha 5% maka dikatakan data tidak memenuhi asumsi normalitas, sedangkan
sebaliknya, jika angka signifikan di dalam tabel lebih besar dari alpha 5% maka data
2. Uji Multikolonieritas
korelasi di antara variabel bebas (independent variabel). Jika terjadi korelasi maka
terdapat problem multikolonieritas. Pada model regresi yang baik tidak terjadi
korelasi di antara variabel bebasnya. Gejala ini dapat dideteksi dengan nilai
Tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF). Nilai Tolerance rendah sama
dengan nilai VIF tinggi (VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff atau batas yang umum
dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance < 0,10
atau sama dengan nilai VIF > 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat
kolonieritas yang masih dapat ditolerir. Sebagai misal nilai Tolerance = 0,10 sama
3. Uji Heteroskedastisitas
yang lain. Jika varians dari residual tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
varians berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat Grafik Plot, dan Uji Park. Park
bebas. Uji ini dilakukan dengan menguadratkankan nilai residual (U2i) dari model
dari kuadrat residual dimasukkan sebagai variabel terikat dalam persamaan regresi
yang baru. Jika angka signifikansi t yang diperoleh dari persamaan regresi yang baru
lebih besar dari alpha 5%, maka dikatakan tidak terdapat heteroskedastisitas dalam
data model. Sebaliknya, jika angka signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari alpha
5%, maka dapat dikatakan terdapat heteroskedastisitas dalam data model (Ghozali,
2005).
4. Uji Autokorelasi
Uji ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa tidak ada autokorelasi atau
kondisi yang berurutan diantara gangguan atau disturbance yang masuk ke dalam
fungsi regresi. Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala autokorelasi dapat dilakukan
dengan uji Durbin Watson atau uji d. Nilai d memiliki batas 0 sampai dengan 4, dan
sebagai berikut:
c. Apabila nilai d terletak antara dL dan dU (dL < d < dU) atau antara (4 – dU) dan (4
– dL) maka uji Durbin Watson tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti (No
Decision). Pada nilai ini tidak dapat disimpulkan apakah terdapat autokorelasi
Uji ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan
dalam penelitian sebaiknya berbentuk linear, kuadrat atau kubik (Ghozali, 2005).
Salah satu uji yang dipergunakan untuk linearitas adalah uji Lagrange Multiplier
yang dilakukan dengan menghubungkan nilai residual model dengan nilai kuadrat
variabel bebas ke dalam persamaan regresi yang baru. Nilai R2 baru yang diperoleh
Jika c2 hitung lebih kecil dari c2 tabel, maka dapat dikatakan spesifikasi model
kemampuan menyeluruh dari variabel bebas yaitu B1, B2, B3, B4, B5, B6, B7 untuk
dapat atau mampu menjelaskan tingkah laku atau keragaman variabel terikat Y. Uji
koefisien regresi sama dengan nol. Hipotesis yang akan diuji ditulis sebagai berikut :
(DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), Book Value
(BV) dan risiko sistematik (Beta) secara serempak atau simultan tidak
Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), Book
Value (BV) dan risiko sistematik (Beta) secara serempak atau simultan
Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel, dengan
ketentuan jika nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel atau signifikansi Fhitung lebih
kecil dari alpha 5% maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa
(dependent variable). Demikian pula sebaliknya apabila Fhitung lebih kecil dari Ftabel
maka H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya bahwa variabel bebas dalam model secara
Uji signifikansi parsial atau Uji t adalah untuk menguji apakah suatu variabel
bebas berpengaruh atau tidak terhadap veriabel terikat. Pada regresi berganda Y = a
mungkin secara bersama-sama atau global pengaruh semua variabel bebas dari B1
sampai B7 nyata. Namun demikian belum tentu secara individu atau parsial seluruh
(ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning
Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), Book Value (BV) dan risiko
Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio
(PER), Earning Per Share (EPS), Book Value (BV) dan risiko sistematik
Untuk mengetahui apakah suatu variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata
atau tidak digunakan uji t atau t-student, dengan ketentuan jika t hitung lebih besar
dari t tabel atau signifikansi t hitung lebih kecil dari alpha 5% maka H0 ditolak dan Ha
pula sebaliknya apabila t hitung lebih kecil dari t tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Artinya bahwa secara parsial variabel bebas dalam model tidak mempengaruhi
variabel terikat.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
kriteria sebagai sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan properti yang
terdaftar sampai dengan tahun 2002 dan masih terdaftar hingga tahun 2006,
memiliki laporan keuangan lengkap dari tahun 2002-2006 dan aktif diperdagangkan
di lantai bursa selama periode tersebut yaitu, minimal volume transaksi 1% dari
jumlah lembar saham yang terdaftar di bursa (listed shares). Perusahaan yang masuk
dalam kriteria sampel yang dipilih adalah seperti yang terlihat dalam Tabel 4.1.
berikut:
Tabel 4.1
Daftar Perusahaan Sampel
(maximum), nilai terendah (minimum), rata-rata (mean) dan standar deviasi dari
setiap variabel yang diteliti, baik itu variabel bebas yaitu faktor fundamental yang
terdiri dari ROA, ROE, DER, PER, EPS, BV dan risiko sistematik (Beta), serta
variabel terikat yaitu harga saham. Hasil analisa deskriptif dapat dilihat pada Tabel
4.2. berikut :
Tabel 4.2
Deskripsi Data Penelitian
Descriptive Statistics
Berdasarkan Tabel 4.2. maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata rasio return
on assets (ROA) perusahaan sampel adalah 3,4390%. Nilai ROA terendah selama
tahun pengamatan adalah ROA emiten PT. Jakarta Int. Hotel & Dev. Tbk (JIHD)
pada tahun 2004 yaitu -8,68% dan nilai ROA tertinggi adalah ROA emiten PT.
Suryainti Permata Tbk. (SIIP) pada tahun 2005 yaitu 17,86%. Nilai standar
ROA perusahaan sampel sangat berfluktuasi, rata-rata jarak antara perusahaan yang
mempunyai rasio antara laba dan asetnya tinggi dan positif cukup jauh dengan rata-
rata jarak antara perusahaan yang mempunyai rasio antara laba dan asetnya sangat
rendah.
ROA merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak (net income after tax)
memperoleh laba bersih setelah pajak dari total aset yang digunakan untuk
laba bersih setelah pajak. Dengan demikian, semakin tinggi ROA menunjukkan
Nilai ROE terendah selama tahun pengamatan adalah ROE emiten PT. Dharmala
Intiland Tbk. (DILD) pada tahun 2002 yaitu -1.717,39% dan tertinggi pada tahun
berfluktuasi, rata-rata jarak antara perusahaan yang mempunyai rasio antara laba dan
modalnya tinggi dan positif cukup jauh dengan rata-rata jarak antara perusahaan
yang mempunyai rasio antara laba dan modalnya sangat rendah. ROE adalah rasio
laba bersih terhadap ekuitas saham biasa atau mengukur tingkat pengembalian atas
investasi pemegang saham. Rumus yang dipakai adalah laba bersih yang tersedia
jika menggunakan modal sendiri. Rasio DER tertinggi dicapai oleh PT. Dharmala
Intiland Tbk. (DILD) pada tahun 2003 yaitu sebesar 608,05%, dimana pada tahun
sebelumnya yaitu tahun 2002 perusahaan tersebut mempunyai DER terendah selama
periode pengamatan yaitu sebesar -193.04%. Nilai standar deviasinya adalah
jarak antara perusahaan yang mempunyai rasio antara hutang dengan modal yang
tinggi cukup jauh dengan rata-rata jarak antara perusahaan yang mempunyai rasio
Rasio nilai pasar perusahaan properti ditunjukkan oleh price earning ratio
(PER) yang besarnya 55,4883 kali, yang artinya jika saham perusahaan
diperdagangkan pada harga perdana, maka saham perusahaan ini akan terjual dengan
kelipatan 55,4883 kali di bawah laba per sahamnya. Perbedaan nilai PER diantara
perusahaan properti terlihat sangat besar, PT. Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk.
(RBMS) pada tahun 2002 memiliki nilai PER terendah yaitu -65,40 kali, sementara
itu PT. Suryainti Permata Tbk. (SIIP) pada tahun yang sama mencapai nilai PER
tertinggi yaitu 3.061,06 kali. Nilai standar deviasinya adalah 343,8071 menunjukkan
bahwa nilai PER perusahaan sampel selama periode pengamatan sangat berfluktuasi
dan bervariasi, rata-rata jarak antara perusahaan yang mempunyai rasio antara harga
saham dengan laba yang tinggi dan positif cukup jauh dengan rata-rata jarak antara
perusahaan yang mempunyai rasio antara harga saham dengan laba yang rendah dan
negatif.
Berapa besar keuntungan yang diperoleh oleh investor per lembar saham
yang diinvestasikannya dapat dilihat dari earning per share (EPS) yaitu rasio antara
laba bersih dengan total saham. Rata-rata EPS perusahaan sampel selama periode
pengamatan adalah sebesar Rp.48,9173. Rasio EPS tertinggi dicapai oleh PT. Duta
Anggada Realty Tbk. (DART) yaitu sebesar Rp.524,25 pada tahun 2002, sedangkan
EPS terendah terjadi pada emiten yang sama pada tahun 2004 yaitu sebesar Rp.-
154,63. Nilai standar deviasinya sebesar 106,55 menunjukkan bahwa nilai EPS
perusahaan sampel selama periode pengamatan sangat berfluktuasi dan bervariasi,
rata-rata jarak antara perusahaan yang mempunyai rasio antara laba dengan jumlah
saham yang tinggi dan positif cukup jauh dengan rata-rata jarak antara perusahaan
yang mempunyai rasio antara laba dengan jumlah saham yang rendah dan negatif.
Nilai BV terendah dan tertinggi dimiliki oleh PT. Duta Anggada Realty Tbk.
(DART). Nilai BV terendah terjadi pada tahun 2002 dengan nilai Rp.-2.403,18 dan
tertinggi pada tahun 2004 dengan nilai Rp.2.251,85. Nilai standar deviasinya sebesar
sampel sangat berfluktuasi, rata-rata jarak antara perusahaan yang mempunyai rasio
antara total ekuitas dan jumlah sahamnya tinggi dan positif cukup jauh dengan rata-
rata jarak antara perusahaan yang mempunyai rasio antara total ekuitas dan jumlah
dimiliki oleh emiten PT. Jaka Inti Realtindo Tbk. (JAKA) yaitu sebesar -298,57
pada tahun 2003 dan pada tahun yang sama emiten PT. Ciputra Surya Tbk (CTRS)
mempunyai beta tertinggi yaitu 900,31. Nilai standar deviasinya sebesar 193,5862
karena jarak antara beta terendah dan beta tertinggi cukup jauh. Hal ini
menunjukkan besar kecilnya resiko yang akan ditanggung oleh investor apabila
Apabila salah satu diversifikasinya memilih saham emiten PT. Ciputra Surya
Tbk. (CTRS), maka akan mempunyai resiko yang lebih besar, akan tetapi
sebesar Rp.282,39. Harga saham terendah selama periode pengamatan dimiliki oleh
emiten PT. Bhuwanatala Indah Permai Tbk. (BIPP) pada tahun 2002 yaitu sebesar
Rp.15. Sedangkan harga saham tertinggi selama periode pengamatan dimiliki oleh
emiten PT. Summarecon Agung Tbk. (SMRA) pada tahun 2006 yaitu sebesar
Uji normalitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan analisis grafik
dan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Tampilan grafik histogram yang terlihat pada
Gambar 4.1. di bawah ini memberikan pola distribusi yang normal karena menyebar
Histogram
14
12
10
Frequency
2
Mean = -5.84E-16
Std. Dev. = 0.93
0 N = 53
-2 -1 0 1 2 3
0.8
0.4
0.2
0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Selain dengan analisis grafik, dapat dilakukan uji normalitas dengan melihat
angka signifikan dari Kolmogorov-Smirnov test, yaitu dengan cara melakukan uji
Kolmogorov-Smirnov pada data residual. Dan hasil uji normalitas terlihat pada
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 53
Normal Parameters a,b Mean .0000000
Std. Deviation 211.22876819
Most Extreme Absolute .134
Differences Positive .134
Negative -.086
Kolmogorov-Smirnov Z .977
Asymp. Sig. (2-tailed) .296
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
berdistribusi normal, hal ini dapat dilihat dari signifikansi Kolmogorov-Smirnov test
nilai collinearity statistics dan nilai koefisien korelasi diantara variabel bebas. Hasil
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficients a
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 ROA .426 2.348
DER .288 3.467
EPS .528 1.895
LgROE .155 6.456
BETA .821 1.217
LgPER .365 2.743
LgBV .547 1.829
a. Dependent Variable: Harga Saham
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.
Multikolonieritas terjadi apabila (1) nilai tolerance ( Tolerance < 0.10) dan (2)
variance inflation factor (VIF > 10). Berdasarkan Tabel 4.4. terlihat nilai VIF untuk
variabel ROA, LgROE, DER, LgPER, EPS, LgBV dan Beta lebih kecil dari 10.
Sedangkan nilai tolerance nya lebih besar dari 0.10. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel bebas dalam penelitian ini tidak saling berkorelasi atau tidak ditemukan
adanya korelasi antara variabel bebas, sehingga model tidak mengandung
multikolonieritas.
dengan menggunakan grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependent
variable). Jika pada grafik terdapat pola tertentu yang teratur, maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Dan apabila tidak ada pola yang
Scatterplot
2
Regression Standardized Predicted
0
Value
-1
-2
-3
-4
-2 -1 0 1 2 3 4
Dari Gambar 4.3. scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak
serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 (nul) pada sumbu Y. Hal ini
sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi harga saham berdasarkan
masukan variabel bebas (independent) ROA, LgROE, DER, LgPER, EPS, LgBV
dan Beta.
Analisis dengan grafik plots memiliki kelemahan yang cukup signifikan
jumlah pengamatan semakin sulit menginterprestasikan hasil grafik plot. Oleh sebab
itu diperlukan uji statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil. Uji statistik
yang digunakan adalah uji Park. Uji ini dilakukan dengan menguadratkankan nilai
residual (U2i) dari model kemudian kuadrat nilai residual dilogaritmakan (LnU2i).
Kemudian nilai logaritma dari kuadrat residual dimasukkan sebagai variabel terikat
dalam persamaan regresi yang baru. Jika koefisien parameter beta dari persamaan
regresi tersebut tidak signifikan secara statistik, maka dapat dikatakan tidak terdapat
Tabel 4.5
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 2.773 1.131 2.452 .027
ROA -.055 .071 -.336 -.776 .450 .257 3.886
LgROE .627 .629 .715 .996 .335 .093 10.698
DER -.005 .004 -.761 -1.130 .276 .106 9.419
LgPER -.112 .317 -.116 -.355 .727 .452 2.213
EPS -.008 .007 -.483 -1.171 .260 .283 3.532
BETA .004 .002 .552 1.722 .106 .469 2.130
LgBV -.088 .514 -.074 -.171 .867 .255 3.925
a. Dependent Variable: LnU2iii
Hasil uji Park dapat dilihat pada Tabel 4.5, yang menunjukkan bahwa semua
koefisien parameter beta untuk variabel bebas tidak ada yang signifikan, maka dapat
disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas. Hal ini
Watson atau uji d. Nilai d memiliki batas 0 sampai dengan 4, dan juga memiliki
batas bawah dL dan juga batas atas dU. Dari Tabel 4.6. diperoleh nilai hitung Durbin-
diperoleh nilai d (Durbin-Watson) berada diantara upper bound (dU) dan 4 - dU atau
dapat ditulis sebagai berikut, dU < d < 4 - dU. Pada tabel nilai Durbin-Watson dengan
n = 80, k = 7, nilai dL sebesar 1,453 dan nilai dU sebesar 1,831 atau dapat ditulis
sebagai berikut, dU < d < 4 - dU atau 1,831 < 2,034 < 2,169. Hal ini dapat di artikan
bahwa hipotesis awal (H0) diterima, maka dapat disimpulkan tidak terdapat
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
problem autokorelasi. Hasil uji ini dapat dimaklumi, karena masalah autokorelasi
sering ditemukan pada data runtut waktu (time series), hal ini disebabkan karena
(Ghozali, 2005).
5. Hasil Uji Linearitas Model
memasukkan nilai residual sebagai variabel terikat dan variabel bebas dikuadratkan
kemudian dimasukkan ke dalam regresi baru, maka dari Tabel 4.7. terlihat nilai R2
sebesar 0,384.
Tabel 4.7
Hasil Uji Linearitas Model
Model Summary b
yaitu 0,384 dengan n jumlah pengamatan (observasi) yaitu sebanyak 80, sehingga
nilai yang diperoleh menjadi 30,72. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai c2
tabel dengan df = 80 – 7 = 73 dan alpha 5% diperoleh nilai 93,94 Oleh karena nilai
c2 hitung lebih kecil dari c2 tabel maka dapat disimpulkan bahwa model yang layak
dipakai untuk model regresi dalam penelitian ini adalah model regresi linear.
untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model, yaitu variasi variabel bebas
Tabel 4.8
Hasil Uji Hipotesis
Model Summary b
LgROE, DER, LgPER, EPS, LgBV) dan risiko sistematik (Beta) dalam menjelaskan
variasi yang terjadi pada harga saham sebesar 51,5%, sedangkan sisanya 48,5%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Nilai R2 yang
dalam menjelaskan variasi variabel terikat (dependent variable) sangat terbatas. Dan
secara umum koefisien determinasi untuk data silang tempat (cross-section) relatif
signifikansi Fhitung lebih kecil dari alpha 5%, maka keputusan yang diambil adalah
H0 ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan Tabel 4.9. dapat diketahui bahwa nilai
Fhitung = 6,821 dan Ftabel∽ = 2,010, sehingga Fhitung lebih besar dari Ftabel, dan
signifikansi Fhitung adalah 0,000 yang berarti lebih kecil dari alpha 5%, sehingga
keputusan yang diambil adalah H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat
diambil kesimpulan bahwa faktor fundamental yang terdiri dari return on assets
(ROA), Lg return on equity (LgROE), debt to equity ratio (DER), Lg price earning
ratio (LgPER), earning per share (EPS), Lg book value (LgBV) dan risiko
Tabel 4.9
Hasil Uji F
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2461914 7 351701.981 6.821 .000a
Residual 2320115 45 51558.107
Total 4782029 52
a. Predictors: (Constant), LgBV, LgPER, BETA, EPS, DER, ROA, LgROE
b. Dependent Variable: Harga Saham
equity, debt to equity ratio, price earning ratio, earning per share, book value dan
beta. Kriteria pengambilan keputusan dilakukan dengan Uji t dimana jika t hitung
lebih besar dari t tabel atau signifikansi t hitung lebih kecil dari alpha 5%, maka
signifikansi t hitung lebih kecil dari alpha 5% adalah Lg return on equity (LgROE), Lg
price earning ratio (LgPER) dan Lg book value (LgBV). Nilai t hitung variabel
LgROE, LgPER dan LgBV lebih besar dari t tabel nya sehingga H0 ditolak dan Ha
diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial LgROE, LgPER dan LgBV
memiliki pengaruh high significant terhadap harga saham properti di Bursa Efek
Jakarta.
Tabel 4.10
Hasil Uji t
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -728.356 182.756 -3.985 .000
ROA -12.119 9.662 -.200 -1.254 .216
DER -.660 .619 -.206 -1.066 .292
EPS -.327 .550 -.085 -.594 .556
BETA -.059 .156 -.044 -.381 .705
LgBV 285.717 70.369 .570 4.060 .000
LgROE 317.744 88.519 .947 3.590 .001
LgPER 192.129 66.198 .499 2.902 .006
a. Dependent Variable: Harga Saham
Dari Tabel 4.10. di atas dapat diketahui nilai konstanta sebesar -728,356 dan
nilai koefisien masing-masing variabel sebesar -12,119 untuk ROA, 317,744 untuk
LgROE, -0,660 untuk DER, 192,129 untuk LgPER, -0,327 untuk EPS, 285,717
untuk LgBV dan -0,059 untuk Beta. Maka model regresi untuk penelitian ini adalah
sebagai berikut :
285,717X1.6 - 0,059X2.1
Dimana :
Y = Harga Saham
X1.1 = Return on Assets (ROA)
X1.2 = Lg Return on Equity (LgROE)
X1.3 = Debt to Equity Ratio (DER)
X1.4 = Lg Price Earning Ratio (LgPER)
X1.5 = Earning Per Share (EPS)
X1.6 = Lg Book Value (LgBV)
X2.1 = Beta
Dari persamaan regresi linier berganda di atas dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut, yaitu apabila semua variabel bebas sama dengan nol, maka harga
saham adalah sebesar Rp. 728,326. Dari Tabel 4.10. dapat dilihat bahwa nilai t hitung
ROA sebesar -1,254 yaitu lebih kecil dari t tabel , yang berarti bahwa ROA secara
parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham properti di Bursa Efek Jakarta. Hasil
ROA sebagai indikator aset perusahaan berpengaruh dominan terhadap harga saham.
Pendapat ini sesuai dengan Modigliani & Miller (MM) yang menyatakan nilai
perusahaan ditentukan oleh earning power dari aset perusahaan, semakin tinggi
earning power semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan sehingga
harga saham dengan t hitung sebesar 3,590 dan signifikansi t sebesar 0,001 dan
koefisien yang dihasilkan menunjukkan nilai 317,744 yang berarti apabila nilai
koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka setiap perubahan
harga saham dengan t hitung sebesar 2,902 dan signifikansi t sebesar 0,006 dan
koefisien yang dihasilkan menunjukkan nilai 192,129 yang berarti apabila nilai
koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka setiap perubahan
harga saham dengan t hitung sebesar 4,060 dan signifikansi t sebesar 0,000 . Dari hasil
Uji t, secara parsial book value (LgBV) memiliki pengaruh yang high significant
terhadap harga saham properti dan koefisien yang dihasilkan 285,717 yang berarti
apabila nilai koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka setiap
naiknya harga saham sebesar Rp.2,456 (log dari 285,717). Hasil analisa
investor bersedia membayar harga saham lebih tinggi apabila ada jaminan keamanan
(safety capital) atau nilai klaim atas asset bersih perusahaan yang semakin tinggi.
Variabel book value merupakan perbandingan nilai buku modal sendiri (total equity)
dengan jumlah lembar saham yang beredar (total share). Semakin tinggi nilai buku,
maka harapan terhadap nilai pasar saham juga tinggi. Nilai buku mewakili aktiva
fisik perusahaan, berarti perusahaan properti yang memiliki aset yang banyak dan
dikelola dengan baik sehingga dapat memperoleh laba dan cenderung memiliki nilai
pasar yang sama atau bahkan lebih besar dari nilai bukunya.
Pengaruh signifikan book value secara parsial terhadap harga saham properti
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Anastasia (2001) yang mengambil
(1996-2001).
Dari hasil Uji t pada Tabel 4.10., variabel bebas lainnya yaitu return on
assets (ROA), debt to equity ratio (DER), earning per share (EPS) dan beta tidak
4.4. Pembahasan
1. Faktor Fundamental
Dari hasil uji t pada Tabel 4.10, secara parsial faktor fundamental return on
assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap harga saham properti. Hal ini bertolak
belakang dengan teori yang mengatakan bahwa ROA berpengaruh terhadap harga
saham, semakin tinggi ROA suatu perusahaan akan meningkatkan daya tarik
akan semakin besar. Minat yang besar dari investor berdampak terhadap kenaikan
harga saham.
sebagian besar investor tidak tertarik untuk mendapatkan laba jangka panjang
berupa dividend akan tetapi lebih tertarik pada laba jangka pendek yaitu capital gain
Dari hasil uji t pada Tabel 4.10, secara parsial faktor fundamental return on
equity (ROE) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham properti dan
koefisien yang dihasilkan menunjukkan nilai positif 317,744 atau 2,502 (setelah di
log), yang mempunyai arti apabila nilai koefisien regresi variabel lainnya tetap
(tidak berubah), maka setiap perubahan ROE (misalnya ROE mengalami kenaikan
sebesar 1%) maka akan mempengaruhi naiknya harga saham sebesar Rp.2,502.
semakin tinggi. Rasio ROE yang tinggi cenderung meningkatkan minat investor
baik dalam meningkatkan laba. Apabila minat investor meningkat terhadap suatu
Dari hasil uji t pada Tabel 4.10, secara parsial faktor fundamental debt to
equity ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap harga saham properti. Hal ini
bertolak belakang dengan teori yang mengatakan bahwa DER berpengaruh terhadap
berat. Tentunya hal ini akan mengurangi hak pemegang saham (dalam bentuk
pada daya tarik saham yang ditawarkan di Pasar Modal. Jika permintaan investor
peningkatan harga saham. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa DER berpengaruh
sebagian besar investor menginginkan laba jangka pendek berupa capital gain
earning ratio (PER) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham
properti dan koefisien yang dihasilkan menunjukkan nilai positif 192,129 atau 2,284
(setelah di log), yang mempunyai arti apabila nilai koefisien regresi variabel lainnya
tetap (tidak berubah), maka setiap perubahan PER (misalnya PER mengalami
kenaikan sebesar 1%) maka akan mempengaruhi naiknya harga saham sebesar 2,284
pertumbuhan laba suatu perusahaan dinilai tinggi jika PER perusahaan tersebut lebih
tinggi apabila dibandingkan dengan PER perusahaan lain dalam industri yang
sejenis. Semakin tinggi PER, maka penghargaan pasar akan saham perusahaan
tersebut akan semakin tinggi sehingga harga saham cenderung akan naik. Akan
tetapi bagi investor yang ingin membeli saham suatu perusahaan, semakin kecil PER
suatu saham akan semakin baik karena harga saham tersebut murah.
Dari hasil uji t pada Tabel 4.10, secara parsial faktor fundamental earning
per share (EPS) tidak berpengaruh terhadap harga saham properti. Hal ini bertolak
belakang dengan teori yang mengatakan bahwa EPS berpengaruh terhadap harga
saham. Semakin tinggi nilai EPS dapat diartikan bahwa semakin besar pula laba
yang disediakan untuk pemegang saham. Hal ini berpengaruh pada daya tarik saham
yang ditawarkan di Pasar Modal karena investor cenderung menyukai laba yang
didasarkan kepada trend yang berlaku di pasar, sehingga minat investor terhadap
saham suatu perusahaan dipengaruhi langsung oleh tingkah laku pasar. Tidak
investor menginginkan laba jangka pendek berupa capital gain sehingga dalam
Dari hasil uji t pada Tabel 4.10, secara parsial faktor fundamental book value
(BV) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham properti dan
koefisien yang dihasilkan menunjukkan nilai positif 285,717 atau 2,456 (setelah di
log), yang mempunyai arti apabila nilai koefisien regresi variabel lainnya tetap
sebesar 1%) maka akan mempengaruhi naiknya harga saham sebesar Rp. 2,456.
investor pada periode 2002 sampai dengan 2006 bersedia membayar harga saham
lebih tinggi apabila ada jaminan keamanan (safety capital) atau nilai klaim atas aset
bersih perusahaan yang semakin tinggi. Rasio book value merupakan perbandingan
nilai buku modal sendiri dengan jumlah lembar saham beredar. Semakin tinggi nilai
buku (book value), maka harapan terhadap nilai pasar saham juga tinggi. Nilai buku
mewakili aktiva fisik perusahaan, berarti perusahaan properti yang memiliki aset
yang banyak dan dikelola dengan baik sehingga dapat memperoleh laba akan
cenderung memiliki nilai pasar yang sama bahkan lebih besar dari nilai bukunya.
2. Risiko Sistematik
Beta Saham
Dari hasil uji t pada Tabel 4.10, secara parsial risiko sistematik (beta) tidak
berpengaruh terhadap harga saham properti. Hal ini bertolak belakang dengan teori
yang mengatakan bahwa risiko sistematik (beta) berpengaruh terhadap harga saham.
Risiko sistematik merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di
membeli saham untuk tujuan laba jangka pendek berupa capital gain sehingga risiko
sistematik (beta) yang terjadi di pasar tidak berpengaruh terhadap harga saham.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
(ROA), Lg return on equity (LgROE), debt to equity ratio (DER), Lg price earning
ratio (LgPER), earning per share (EPS), Lg book value (LgBV) dan risiko
properti di Bursa Efek Jakarta. Hal ini menunjukkan bahwa pola pergerakan harga
saham dapat dipengaruhi oleh faktor fundamental dan risiko sistematik secara
digunakan adalah ROA, ROE, BV, Payout Ratio, DER, Required Rate of Return,
Beta dan periode pengamatan dari tahun 1996 sampai tahun 2001. Dan,
pengaruh signifikan terhadap harga saham properti di Bursa Efek Jakarta. Hal ini
1. Saham properti merupakan salah satu saham yang sensitif terhadap indikator
makro ekonomi seperti inflasi, tingkat suku bunga dan pendapatan domestik
bruto. Oleh sebab itu disarankan pada investor, agar selain mempertimbangkan
faktor lain yang mempengaruhi harga saham seperti, faktor makro ekonomi, nilai
tukar mata uang dan lain-lain. Pola pergerakan harga saham bersifat acak
(random walk), tidak dapat ditentukan, dan atau dipengaruhi sepenuhnya dengan
perusahaan sehingga dengan demikian rasio ROE, PER dan BV akan meningkat.
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anastasia, Njo. 2001. Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap
Harga Saham Properti di BEJ, Jurnal Akuntansi dan Keuangan,
Universitas Kristen Petra Vol.5 No.2: 123-131.
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar : Pasar Modal Indonesia, Penerbit Mediasoft
Indonesia.
Anoraga, Pandji; Pakarti, Piji. 2006. Pengantar Pasar Modal, Penerbit Rineka
Cipta Jakarta, Cetakan kelima, Edisi Revisi.
Bisnis Properti, Vol.3: 100-103 No.41. Edisi Februari 2007. Menunggu Saat
Bunga Luruh, Penerbit PT Panangian Media Properti, Jakarta.
Bodie, Zvi; Kane,Alex and Marcus, Alan J. 2005. Investment, Sixth Edition,
McGraw Hill, International Edition.
Chen, Nai-fu; Roll, Ricard R; Ross, Stepen A. 1996. Economic Forces and The
Stock Market, Journal of Business, 59: 383-403.
Crabb, Peter R. 2003. Finance and Investment using The Wall Street Journal,
McGraw-Hill, New York.
Dwi, K.S. 2003. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham, Jurnal Ilmiah
Akuntansi, Vol.5, No.2 : 57-65.
Elton, Edwin J and Gruber, Martin J. 1995. Modern Portfolio Theory and
Investment Analysis, Fifth Edition, John Wiley & Sons.
Harahap, Sofyan Syafri. 2006. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Penerbit
PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Jogiyanto. 1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Penerbit BPFE UGM,
Yogyakarta.
Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Penerbit
Erlanggga, Jakarta.
Limbong, Albed Eko. 2006. Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematis
Terhadap Tingkat Keuntungan Saham Perbankan di Bursa Efek Jakarta,
Tesis, Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan (tidak
dipublikasikan).
Murtanto dan Harkivent. 2000. Analisis Pengaruh Informasi Laba, Media Ekonomi,
Vol.6, No.3, hal. 992-1021.
Nasution, Annio Indah Lestari. 2006. Pengaruh Faktor Fundamental dan Teknikal
Terhadap Harga Saham Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Tesis,
Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan (tidak
dipublikasikan).
Ou, Jane A, and S.H. Penman. 1989. Financial Statement and The Prediction of
Stock Return, Journal of Accounting and Economics, Vol. 11/4.
Simanungkalit, Panagian & Associates, Property Market 2006 Overview And 2007
Outlook, Jurnal Properti, Thirteen Edition, January 2007, Penerbit Pusat
Study Properti Indonesia (PSPI), Jakarta.
Weston, J. Fred and Copeland, Thomas E. 1992. Managerial Finance, New York:
CBS Colledge Publishing.