PENDAHULUAN
Pada hakikatnya, yang disebut dengan agama islam adalah syariat islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW untuk mengatur tata cara hidup manusia, baik
yang menyangkut ibadah kepada Allah SWT, maupun dalam pengaturan kehidupan
aspek sosial.
Oleh sebab itu, dalam pemahaman terhadap agama dan ajaran islam yang
benar adalah tidak cukup hanya status saja, akan tetapi mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan ajaran islam secara sempurna dan menyeluruh. Maka dalam hal ini,
wajib bagi semua orang yang mengaku beragama islam untuk memepelajari syariat
islam dengan baik dan benar.1
Islam adalah satu agama yang hidup dalam sebagian besar rakyat Indonesia.
Bukan itu saja, islam adalah salah satu ideologi. Islam bukan semata-mata satu agama
dalam arti hubungan manusia dengan tuhan. Islam mengandung dua unsur. Unsur
hubungan manusia dengan tuhan-Nya, dan unsur hubungan manusia dengan manusia
sesama mahkluk. Unsur ibadah dan muamalah.
Unsur yang kedua ini, yaitu unsur muamalah, meliputi kehidupan secara
perorangan, kehidupan secara kekeluargaan, dan kehidupan kenegaraan. Dengan
demikian, sekali lagi, unsur yang kedua ini meliputi hidup perorangan, kekeluargaan,
dan hidup kenegaraan.2
1
Otong Surasman, pendidikan agama islam, Jakarta : Erlangga, 2016, 19
2
Mohammad Natsir, islam sebagai dasar Negara, Bandung : SEGA ARSY, 2014, 88
Negara merupakan alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur
atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat. Dalam
penegertian Negara, masyarakat dintegrasikan sehingga mempunyai wewenang yang
bersifat memaksa lebih kuat dari pada individu atau kelompok yang merupakan
bagian dari masyarakat.
Islam tidaklah mengatur 1001 hal-hal detail yang bersifat teknis dan bisa
berubah-ubah menurut keadaan dan keperluan zaman. Islam memberikan kepada kita
dasar-dasar pokok yang sesuai dengan fitrah manusia, yang abadi dan tidak berubah,
yang bisa berlaku di semua tempat dan semua zaman, baik di zaman dahulu kala
maupun di zaman modern.
3
Moenandar Soelaeman, ilmu social dasar, Bandung : PT Refika aditama, 2011,266
4
Mohammad Natsir, islam sebagai dasar Negara, Bandung : SEGA ARSY, 2014, 89
ijtihadnya dalam semua bidang kehidupan sesuai dengan kemajuan serta tuntutan
ruang dan waktu.
Agama dalam bidang ini baru mencampuri apabila usaha-usaha tindakan atas
ijtihad dan rasio itu, akan terbentur pada batas-batas moral keadilan, peri-
kemanusiaan, yang sudah ditetapkan oleh agama.
Semua kaidah itu akan bertemu satu persatu tiap kali kita membahas sesuatu
yang harus kita muat dalam UUD kita nanti: tentang masalah hak-hak asasi, bentuk
negara, tentang dasar sosial ekonomi, dan lain-lain.
Jika dikatakan bahwa demokrasi atau musyawarah itu menjadi salah satu soko
guru dalam pembinaan negara kita, maka justru dalam persoalan ini pula terdapat
banyak sekali contoh yang diberikan oleh nabi besar Muhammad SAW dan para
sahabatnya, pada masa seluruh dunia ketika itu tenggelam dalam alam depotisme,
feodalisme, oligarki, dan dictator. Contoh-contoh itu akan mudah didapat bagi orang-
orang yang mau membaca literature islam.
5
Mohammad Natsir, islam sebagai dasar Negara, Bandung : SEGA ARSY, 2014, 91
Ada lagi satu nilai baik yang terdapat pada bangsa kita, yaitu nilai mencintai
tanah airnya. Mencintai tanah air dan bangsa adalah fitrah manusia. Nilai ini pun
harus dipelihara dan dipupuk. Apa kata islam tentang nilai ini? Al-quran menjawab
demikian: “kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku bangsa, agar
kamu kekal mengenal yang menimbulkan hargai menghargai, memberi dan
menerima serta tolong menolong.”6
Demikian, dengan sungguh dan nyata, islam meletakkan dasar akhlak yang
baik, dasar toleransi yang positif kepada orang sesame beragama, malah meletakkan
tanggung jawab untuk mempertahankan kemerdekaan beragama itu.
Demikian keluasan dan kebeseran jiwa yang harus dimiliki oleh tiap-tiap
orang yang menganut agama islam sebagai pedoman hidupnya, harus dibuktikannya
dalam kehidupan sehari-hari, sebagai satu nilai yang dianggapnya suci. Dan kalau
dalam Negara kita ini menjadi persoalan, bagaimana akan menjaga kemerdekaan
beragama. Dan bilamana dalam Negara ini, dimana terdapat dua-tiga aliran agama
hendak ditanamkan dan dihidupsuburkan dasar-dasar kenegaraan hidup antaragama,
maka terang dan jelaslah bahwa yang demikian itu dicapai dengan menegakkan dan
menyuburkan kalimat Allah ini, yang sudah ditebarkan benihnya di dalam kalbu
sebagian besar bangsa kita.7
B. Batasan Masalah
a. Agama islam
b. Negara
c. Konsep agama islam dan Negara
6
Mohammad Natsir, islam sebagai dasar Negara, Bandung : SEGA ARSY, 2014, 94
7
Mohammad Natsir, islam sebagai dasar Negara, Bandung : SEGA ARSY, 2014, 102
C. Rumusan Masalah
A. Tujuan penelitian
B. Kegunaan Penelitian
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini yang berjudul ‘Konsep Agama Islam Dan Negara Menurut
Pandangan Mohammad Natsir’ penulis susun dengan sistematika sebagai berikut :
Bab III : Agama islam dan Negara persfektif mohammad natsir meliputi :
biografi Mohammad Natsir, hubungan agama islam dan negara.