Anda di halaman 1dari 14

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Migrasi dari suatu komponen dari campuran yang terjadi karena adanya
perubahan dalam kesetimbangan sistem yang disebabkan karena perbedaan
konsentrasi disebut dengan transfer massa. Adanya perbedaan perbedaan
konsentrasi zat kimia antara bahan dan lingkungan sekitarnya disebut dengan
driving force atau gaya penggerak dari proses transfer massa (Singh, 2001).
Perpindahan massa dapat berlangsung melalui proses difusi, salah satu
bagian dari difusi adalah proses osmosis yaitu perpindahan air dari larutan yang
mempunyai konsentrasi rendah ke larutan yang mempunyai konsentrasi tinggi
melalui membrane semipermiable (Yahya, 2015).
Salah satu proses yang menggunakan prinsip transfer massa adalah proses
perendaman. Proses perendaman biasanya dilakukan pada tahap pertama
pengolahan pangan. Dengan mengetahui lebih banyak tentang proses absorpsi air
selama perendaman, dapat dapat ditentukan tahapan mana yang selanjutnya akan
dipilih yang bertujuan untuk menentukan kualitas dari produk yang dihasilkan.
Proses perendaman ini bisa menggunakan konsep dari proses osmosis, dengan
menggunakan perbedaan konsentrasi larutan yang digunakan.
Oleh karena dengan adanya praktikum ini bertujuan untuk mengetahui
transfer massa bahan melalui proses osmosis, dan mengevaluasi pengaruh variasi
konsentrasi garam dan ukuran bahan terhadap proses transfer massa.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum transfer massa yaitu:
1. Mengetahui transfer massa bahan melalui proses osmosis
2. Mengevaluasi pengaruh variasi konsentrasi garam dan ukuran bahan
terhadap proses transfer massa
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Transfer Massa


Migrasi suatu komponen dari campuran yang terjadi karena adanya
perubahan dalam keseimbangan system yang disebabkan adanya perbedaan
konsentrasi disebut dengan transfer massa. Adanya perbedaan konsentrasi antara
zat kimia antara bahan dengan lingukan disebut dengan driving force atau gaya
gerak dari proses transfer massa. Perpindahan dapat terjadi dari satu fase maupun
antara satu fase ke fase lainnya. Transfer massa menyangkut difusi massa secara
keseluruhan yang terjadi pada tingkat molekul dan pengangkutan bagian terbesar
(bulk) dari massa dengan aliran konveksi (Singh, 2001).

2.2 Tekanan Osmosis


Osmosis salah satu jenis dari transport pasif. Osmosis merupakan difusi
pelarut melalui membran dengan dua larutan yang berbeda konsentrasi melewati
membran sampai kedua larutan seimbang. Konsep dari osmosis yaitu difusi air
dari pelarut yang memiliki konsentrasi yang lebih tinggi ke daerah yang
konsentrasinya lebih rendah melalui membran semi permeable, (Suyitno, 2003)
Tekanan osmosis merupakan tekanan yang mengakibatkan proses difusi.
Tekanan osmosis merupakan tekanan yang memberikan suatu larutan untuk
mecegah mengalirnya molekul air dari suatu pelaut ke dalam larutan. Osmosis
merupakan disfusi dari pelarut melalui suatu selaput yang permeable secara
diferensial (Campbell, 2000).
Tekanan osmosis suatu cairan dapat ditentukan dengan cara mencari suatu
larutan yang mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan cairan tersebut. Cara
ini megambil patokan pada terjadinya peristiwa plasmolisis sel. (Lakitan, 2004).

2.3 Bahan yang Digunakan


2.3.1 Kentang
Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan tanaman setahun yang bentuk
tanamannya menyamak dan bersifat menjalar. Tanaman kentang menghasilkan
umbi sebagai komoditas sayuran yang diprioritaskan untuk dikembangkan dan
berpotensi untuk dipasarkan di dalam negeri dan diekspor. Umbi kentang
sekarang telah menjadi salah satu makanan pokok penting di Eropa (Setiadi,
2007).
Kentang dapat diolah menjadi berbagai industry makanan jadi atau
setengah jadi. Pemasaran kentang umunya masih dilakukan secara gtradisional
dengan rantai pemasaran cukup panjang. kentang baik dikonsumsi bagi orang
yang menderita diabetes karena kalorinya yang rendah. Selain itu kentang
merupakan salah satu makanan wajib bagi orang yang menjalani diet. Selain
menyehatkan tubuh kentang juga ekonomis karena harganya yang tidak terlalu
mahal. Cara terbaik untuk mengkonsumsi kentang adalah dengan cara
merebusnya, karena jika kentang digoreng makan akan menghilangkan nutrisi
yang ada di dalam kentang (Setiadi, 2009).
Dalam hal gizi, kentang dikenal karena kandungan karbohidratnya.
Adapun komposisi kandungan kentang dapat dilihat dlaam tabel 1.
Tabel 1. Nilai Kandungan Kentang
Keterangan Nilai gizi
Energi 321 kJ (77 kcal)
Karbohidrat 19 g
Pati 15 g
Diet serat 2,2 g
Lemak 0,1 g
Protein 2g
Air 75 g
Kalsium 11 mg
Niacin 1,40 mg
Besi 0,70 mg
Fosfor 56 mg
Sumber: Wirakusumah (2001).
2.3.2 NaCl
Natrium Klorida (NaCl) adalah suatu bahan yang banyak digunakan oleh
masyarakat dalam pengolahan makanan dan bahan baku berbagai macam industry
kimia. Natrium Klorida juga dikenal sebagai garam dan garam dapur, merupakan
senyawa ionic dengan rumus NaCl. Natrium Klorida merupakan padatan bening
dan tidak berbau serta dapat larut dalam gliserol, etilen glikol, dan asam formkiat,
namun tidak dapat larut dalam HCl. Sebagai garam dapur biasanya digunakan
sebagai bumbu dapur dan sebagai pengawet makanan. Natrium Klorida biasanya
juga digunakan sebagai bahan pengering yang murah dan aman karena bersifat
higroskopis, membuat penggaraman menjadi salah satu metode yang efektif untuk
pengawetan makanan (Burhanuddin, 2001).
Komposisi garam konsumsi yaitu kadar NaCl sebesar 97% atas dasar
bahan kering. Kandungan impurities (sulfat, magnesium, dan kalsium) sebesar 2%
dan kotoran lainnya (lampu, pasir) sebesar 1% serta kadar air maksimal sebesar
7% (Zaelaniat, 2013).

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Transfer Massa


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses transfer massa bahan
yaitu luas permukaan kontak bahan dengan air perendam semakin besar luas
permukaan kontak bahan dengan air perendam maka transfer massa yang terjadi
semakin banyak. Kadar air pada bahan semakin tinggi maka makin lambat pula
kecepatan difusinya. Semakin besar perbedaan konsentrasi maka transfer massa
semakin cepat, semakin besar jarak dari permukaan ke pusat bahan maka transfer
massa terjadi semakin lama karena untuk mencapai kesetimbangan yang merata
dibutuhkan waktu yang lama untuk mencapainya. Semakin lama waktu
perendaman maka laju pergerakan transfer massa semakin lambat karena
perbedaan konsentrasi semakin kecil (hampir mencapai kesetimbangan). Semakin
besar difusivitas maka transfer massa semakin cepat, Semakin tinggi suhu maka
pori-pori semakin besar karena protein pada membran rusak (terdenaturasi) dan
proses difusivitas semakin cepat. Semakin tinggi tekanan osmosis maka transfer
massa semakin cepat. Semakin besar/semakin banyak pori pada bahan maka
semakin cepat transfer massa (Singh, 2001).
BAB 3 METODODLOGI PRAKTIKUM

3.2 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Penggaris
2. Neraca Analitik
3. Beaker Glass
4. Sendok
5. Kertas
6. Pisau
7. Telenan
8. Baskom
3.1.2 Bahan
1. NaCl
2. Aquades
3. Kentang

3.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan


3.2.1 Skema kerja
Kentang

Dibersihkan

Dipotong

Ditimbang berat awal


Kontrol 100g
Aquades ,
Direndam didalam larutan
larutan
garam selama 50 menit
NaCl/100g 0g,
5g, 10g,15g
Ditimbang setiap 5 menit

Pengamatan berat dan dimensi


3.2.2 Fungsi perlakuan
Pada praktikum transfer massa dibutuhkan bahan yaitu kentang, Aquades,
dan larutan NaCl/100 gram sebanyak 5 gram, 10 gram. Dan 15 gram. Bahan
kentang yang sudah disiapkan kemudian dibersihkan untuk memisahkan kentang
dengan kulitnya yang bertujuan agar kentang menjadi bersih. Setelah itu
dilakukan pemotongan pada kentang dengan menggunakan pisau dengan ukuran
3x1x1 cm agar diketahui dimensi awal kentang, setelah itu kentang direndam
dengan menggunakan larutan garam selama 50 menit. Larutan garam yang
digunakan terbuat dari campuran garam NaCl tiap sampel saming-masing 0 gram,
5 gram, 10 gram dan 15 gram. Kemudian garam NaCl tersebut kemudian
ditambahakan dengan aquades hingga volume mencapai 100 ml. Perendaman
kentang dengan menggunakan larutan garam ini bertujuan untuk mengetahui
proses transfer massa dengan menggunakan proses osmosis. Kemudian kentang
direndam di larutan garam setiap 5 menit kenatng yang direndam kemudian di
tiriskan untuk ditimbang dan di amati diameternya. Tujuan penimbangan dan
pengamatan kentang yaitu agar diketahui berat dan dimensi kentang setelah
dilakukan proses perendaman pada waktu tertentu. Proses tersebut dilakukan
sampai interval waktu 50 menit.
BAB 4 HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 1. Perubahan massa bahan kentang
Massa per interval waktu (menit)
Sampel
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Aquades 4.4 4.4 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5
Larutan
NaCl 5 g 2.9 2.7 2.6 2.5 2.4 2.4 2.4 2.3 2.3 2.3
Larutan
NaCl 10 g 3.3 3.1 3.0 2.9 2.8 2.7 2.7 2.7 2.7 2.7
Larutan
NaCl 15 g 3.4 3.0 2.9 2.9 2.8 2.8 2.7 2.7 2.65 2.6

Tabel 2. Perubahan ukuran bahan kentang


Ukuran per interval waktu (menit)
Sampel
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Aquades 3.63 4.46 4.46 4.46 4.46 4.46 4.46 4.46 4.46 5.24
Larutan
NaCl 5 g 2.43 2.43 2.35 1.79 1.79 1.79 1.79 1.57 1.57 1.57
Larutan
NaCl 10 g 2.90 2.35 2.35 2.35 2.35 2.35 2.35 2.27 2.19 2.19
Larutan
NaCl 15 g 2.35 2.31 2.14 2.14 1.87 1.62 1.32 1.32 1.32 1.21

4.2 Hasil Perhitungan


Pada praktikum ini tidak dilakukan perhitungan.
BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Massa Bahan


Berdasarkan hasil praktikum transfer massa yang telah dilakukan bahan
yang dibutuhkan yaitu kentang, aquades dan NaCl. Terdapat 4 sampel yang diuji
yaitu sampel control yang berisi aquades, larutan NaCl 5 gram, larutan NaCl 10
gram, dan larutan NaCl 15 gram. Pada praktikum ini dilakukan perendaman
selama 50 menit dan setiap 5 menit kentang ditiriskan untuk mengatahui berat
kentang setelah perendaman. Dari praktikum yang dilakukan didapatkan hasil
pada sampel 1 yaitu massa kentang pada interval waktu 5 menit sebesar 4,4 gram,
pada interval 10 menit didapatkan massa kentang sebesar 4,4 gram dan pada
interval waktu 15-50 menit didapatkan massa kentang yang sama yaitu sebesar 4,5
gram.
Pada sampel 2 kentang + larutan NaCl 5 gram didapatkan hasil yaitu pada
interval 5 menit massa kentang sebesar 2,9 gram, pada interval 10 menit massa
kentang sebesar 2,7 gram, pada interval 15 menit massa kentang sebesar 2,6
gram, pada interval 20 menit massa kentang sebesar 2,5 gram, pada interval 25
menit massa kentang sebesar 2,4 gram, pada interval 30 menit massa kentang
sebesar 2,4 gram, pada interval 35 menit massa kentang sebesar 2,4 gram, pada
interval 40 menit massa kentang sebesar 2,3 gram, pada interval 45 menit massa
kentang sebesar 2,3 gram, dan pada interval 50 menit massa kentang sebesar 2,3
gram.
Pada sampel 3 kentang + larutan NaCl 10 gram didapatkan hasil yaitu
pada interval 5 menit massa kentang sebesar 3,3 gram, pada interval 10 menit
massa kentang sebesar 3,1 gram, pada interval 15 menit massa kentang sebesar
3,0 gram, pada interval 20 menit massa kentang sebesar 2,9 gram, pada interval 25
menit massa kentang sebesar 2,8 gram, pada interval 30 menit massa kentang
sebesar 2,7 gram, pada interval 35 menit massa kentang sebesar 2,7 gram, pada
interval 40 menit massa kentang sebesar 2,7 gram, pada interval 45 menit massa
kentang sebesar 2,7 gram, dan pada interval 50 menit massa kentang sebesar 2,7
gram.
Pada sampel 3 kentang + larutan NaCl 15 gram didapatkan hasil yaitu
pada interval 5 menit massa kentang sebesar 3,4 gram, pada interval 10 menit
massa kentang sebesar 3,0 gram, pada interval 15 menit massa kentang sebesar
2,9 gram, pada interval 20 menit massa kentang sebesar 2,9 gram, pada interval 25
menit massa kentang sebesar 2,8 gram, pada interval 30 menit massa kentang
sebesar 2,8 gram, pada interval 35 menit massa kentang sebesar 2,7 gram, pada
interval 40 menit massa kentang sebesar 2,7 gram, pada interval 45 menit massa
kentang sebesar 2,65 gram, dan pada interval 50 menit massa kentang sebesar 2,6
gram.
Pada hasil sampel 1 aquades semakin lama waktu perendaman maka
massa kentang bertambah, tetapi pada saat interval waktu 15-50 menit berat
kentang tidak mengalami perubahan atau konstan. Penambahan massa kentang ini
terjadi karena sel berada pada konsentrasi yang rendah. Hal ini sudah sesuai
dengan literature yaitu jika sel berada pada lingkungan yang hipotonis
(konsentrasi rendah) sel akan banyak menyerap air, karena air berosmosis dari
lingkungan ke dalam sel. Larutan yang menyebabkan sel menggelembung, atau
tetap penuh, disebabkan oleh masuknya air disebut larutan hipotonik (Campbell.
2008). Konsentrasi aquades lebih rendah daripada konsentrasi air yang ada pada
kentang sehingga kentang akan menyerap air dan massa kentang akan bertambah.
Menurut literature proses osmosis akan berhenti ketika kedua larutan mempunyai
konsentrasi yang sama atau disebut isotonic (Campbell. 2008). Jadi pada interval
waktu 15-50 menit berat kentang tidak mengalami perubahan atau konstan karena
kentang dan larutan aquades sudah memiliki konsentrasi yang sama.
Pengaruh penambahan garam pada kentang dengan konsentrasi larutan
yang berbeda berpengaruh terhadap masa kentang. Dengan adanya penambahan
larutan garam yang konsentrasinya lebih besar daripada konsentrasi cairan
kentang mengakibatkan massa kentang berkurang, berkurangnya massa kentang
ini terjadi karena perbedaan konsentrasi yang mengakibatkan proses osmosis.
Menurut literatur sel-sel kentang kekurangan air (isi sel) akibatnya terjadi
plasmolisis yang mengakibatkan penurunan tekanan turgor, terjadi penurunan
berat kentang akibat perpindahan air dari sel-sel kentang ke larutan. Kelunakan
kentang dan pengurangan berat bergantung pada konsentrasi larutan. Semakin
hipertonis larutannya, maka semakin lembek kentangnya, juga semakin banyak
pengurangan beratnya (Campbell. 2008). Perbedaan konsentrasi juga berpengaruh
terhadap transfer massa pada kentang, dapat dilihat pada interval 5 menit pertama
pada sampel 2 larutan NaCl 5 gram terjadi penurunan sebesar 2 gram, sampel 3
larutan NaCl 10 gram terjadi penurunan sebesar 5 gram, dan sampel 4 larutan
NaCl 15 gram terjadi penurunan sebesar 4gram. Ini sudah sesuai dengan literature
bahwa semakin besar perbedaan konsentrasi maka transfer massa semakin cepat
(Singh, 2001).

5.2 Ukuran Bahan


Berdasarkan hasil praktikum transfer massa yang telah dilakukan bahan
yang dibutuhkan yaitu kentang, aquades dan NaCl. Terdapat 4 sampel yang diuji
yaitu sampel control yang berisi aquades, larutan NaCl 5 gram, larutan NaCl 10
gram, dan larutan NaCl 15 gram. Pada praktikum ini dilakukan perendaman
selama 50 menit dan setiap 5 menit kentang ditiriskan dan diukur dimensinya
untuk mengetahui ukuran kentang setelah dilakukan perendaman. Dari praktikum
yang dilakukan didapatkan hasil pada sampel 1 yaitu ukuran kentang pada interval
waktu 5 menit sebesar 3,63 cm, pada interval 10 menit didapatkan ukuran kentang
sebesar 4,46 cm, pada interval 15-45 menit didapatkan ukuran kentang yang
besarnya sama yaitu sebesar 4,46 cm, dan pada interval 50 menit didapatkan
ukuran kentang sebesar 5,24 cm.
Pada sampel 2 kentang + larutan NaCl 5 gram didapatkan hasil yaitu pada
sampel 1 yaitu ukuran kentang pada interval waktu 5 menit sebesar 2,43 cm, pada
interval 10 menit didapatkan ukuran kentang sebesar 2,43 cm, pada interval 15
menit didapatkan ukuran kentang sebesar 2,35 cm, pada interval 20 menit
didapatkan ukuran kentang sebesar 1,79 cm, interval 25 menit didapatkan ukuran
kentang sebesar 1,79 cm, interval 30 menit didapatkan ukuran kentang sebesar
1,79 cm, interval 35 menit didapatkan ukuran kentang sebesar 1,79 cm, interval
40 menit didapatkan ukuran kentang sebesar 1,57 cm, interval 45 menit
didapatkan ukuran kentang sebesar 1,57 cm, dan pada interval 50 menit
didapatkan ukuran kentang sebesar 1,57 cm.
Pada sampel 3 kentang + larutan NaCl 10 gram didapatkan hasil yaitu
pada sampel 1 yaitu ukuran kentang pada interval waktu 5 menit sebesar 2,90 cm,
pada interval 10 menit didapatkan ukuran kentang sebesar 2,35 cm, pada interval
15 menit didapatkan ukuran kentang sebesar 2,35 cm, pada interval 20 menit
didapatkan ukuran kentang sebesar 2,35 cm, interval 25 menit didapatkan ukuran
kentang sebesar 2,35 cm, interval 30 menit didapatkan ukuran kentang sebesar
2,35 cm, interval 35 menit didapatkan ukuran kentang sebesar 2,35 cm, interval
40 menit didapatkan ukuran kentang sebesar 2,27 cm, interval 45 menit
didapatkan ukuran kentang sebesar 2,19 cm, dan pada interval 50 menit
didapatkan ukuran kentang sebesar 2,19 cm.
Pada sampel 4 kentang + larutan NaCl 15 gram didapatkan hasil yaitu
pada sampel 1 yaitu ukuran kentang pada interval waktu 5 menit sebesar 2,35 cm,
pada interval 10 menit didapatkan ukuran kentang sebesar 2,31 cm, pada interval
15 menit didapatkan ukuran kentang sebesar 2,14 cm, pada interval 20 menit
didapatkan ukuran kentang sebesar 2,14 cm, interval 25 menit didapatkan ukuran
kentang sebesar 1,87 cm, interval 30 menit didapatkan ukuran kentang sebesar
1,62 cm, interval 35 menit didapatkan ukuran kentang sebesar 1,32 cm, interval
40 menit didapatkan ukuran kentang sebesar 1,32 cm, interval 45 menit
didapatkan ukuran kentang sebesar 1,32 cm, dan pada interval 50 menit
didapatkan ukuran kentang sebesar 1,21 cm.
Pada hasil sampel 1 aquades semakin lama waktu perendaman maka
ukuran kentang bertambah, tetapi pada saat interval waktu 15-45 menit ukuran
kentang tidak mengalami perubahan atau konstan tetapi pada interval waktu 50
menit ukuran kentang bertambah. Penambahan ukuran kentang ini terjadi karena
sel berada pada konsentrasi yang rendah. Menurut literature jika sel berada pada
lingkungan yang hipotonis (konsentrasi rendah) sel akan banyak menyerap air,
karena air berosmosis dari lingkungan ke dalam sel. Larutan yang menyebabkan
sel menggelembung, atau tetap penuh, disebabkan oleh masuknya air disebut
larutan hipotonik (Campbell. 2008). Jadi yang menyebabkan ukuran kentang
semakin bertambah karena sel kentang menyerap aquades sehingga kentang
menjadi menggembung karena pertambahan air. Pengaruh penambahan garam
pada kentang dengan konsentrasi larutan yang berbeda berpengaruh terhadap
ukuran kentang. Dengan adanya penambahan larutan garam yang konsentrasinya
lebih besar daripada konsentrasi cairan kentang mengakibatkan ukuran kentang
berkurang, berkurangnya ukuran kentang ini terjadi karena perbedaan konsentrasi
yang mengakibatkan proses osmosis. Jadi semakin banyak kentang kehilangan air
yang ada pada sel-selnya maka ukuran kentangg akan kecil karena air pada sel
kentang keluar menuju ke larutan dengan konsentrasi yang tinggi. Hal ini sudah
sesuai dengan literatur yaitu sel akan mengerut jika berada pada lingkungan yang
mempunyai konsentrasi larutan lebih tinggi. Hal ini terjadi karena air akan keluar
meninggalkan sel secara osmosis. Larutan yang menyebabkan sel berkerut
disebabkan karena kehilangan air disebut larutan hipertonik (Campbell. 2008).
Jika kentang semakin berkerut maka ukuran kentang juga akan semakin
berkurang.
BAB 6 PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. transfer massa bahan melalui proses osmosis terjadi jika terdapat perbedaan
konsentrasi antara bahan dengan larutan, larutan dengan konsentrasi rendah
akan berpindah ke larutan dengan konsentrasi yang lebih tinggi.
2. Konsentrasi larutan garam dan ukuran garam berpengaruh terhadap terhadap
proses transfer massa. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka massa dan
ukuran bahan akan semakin berkurang. Pada larutan aquades bahan
mengalami pertambahan massa dan ukuran. Ini terjadi karena bahan
menyerap air aquades karena konsentrasi sel kentang lebih tinggi daripada
konsentrasi larutan aquades. Semakin kecil ukuran maka akan semakin
cepat terjadinya proses transfer massa.

6.2 Saran
Pada praktikum ini seharusnya lebih menghemat bahan kentang yang
digunakan saat melakukan praktikum. Seharusnya satu kentang digunakan untuk 4
kelompok agar lebih menghemat bahan dan sisa bahan tidak banyak yang
terbuang.
DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin. 2001. Strategi Pengembangan Industri Garam di Indonesia.


Yogyakarta: Kanisius.

Campbell, N. A., dan J. B. Reece. 2008. Biologi Edisi ke 8 Jilid 1.Jakarta:


Erlangga.
Campbell, Neil A. 2000. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Lakitan, B . 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Setiadi dan Suryadi. 2007. Kentang Varietas dan Pembudidayaan. Jakarta
:Penebar Swadaya.
Setiadi. (2009). Budidaya Kentang (Pilihan Berbagai Varietas dan Pengadaan
Benih). Jakarta: Penebar Swadaya.
Singh, R. Paul., and Heldman, D. R. 2001. Introduction to Food Engineering 3rd
edition. California: Academic Press.
Suyitno. 2003. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar. Yogyakarta :
Universitas Negeri Yogyakarta
Wirakusumah. 2001. Konsumsi Karbohidrat, Lemak, Dan Protein. Jakarta :
Departemen Kesehatan
Yahya. 2015. Perbedaan Tingkat Laju Osmosis Antara Umbi Solonum
Tuberosum Dan Doucus Carota. Jurnal Biology Education . Vol. 4 No.1:
160.
Zaelaniat. 2013. Seri IPA Kimia SMP Kelas VII. Jakarta: Qudra.

Anda mungkin juga menyukai