Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Sdr A,DENGAN


MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA PASIEN
HEMATEMESIS DI RUANG MAWAR
RSUD CIERENG SUBANG
Di buat untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah KDP

Disusun Oleh :

Nama : Miwah Lestari., S.Kep

NIM : 19149012009

YAYASAN PENDIDIKAN IMAM BONJOL (YPIB)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PRODI PROFESI NERS

2019
Laporan pendahuluan

I. KONSEP DASAR NUTRISI

1. DEFINISI
a. Pengertian nutrisi
Nutrisi adalah elemen yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh.
Kebutuhan energi didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti: karbohidrat, protein,
lemak, air, vitamin, dan mineral. Makanan terkadang dideskripsikan berdasarkan
kepadatan nutrisi mereka, yaitu proporsi nutrisi yang penting berdasarkan jumlah
kilokalori. Makanan dengan kepadatan nutrisi yang rendah, seperti alkohol atau gula,
adalah makanan yang tinggi kilokalori tetapi rendah nutrisi. (Potter & Perry, 2010;
274).

Nutrisi adalah salah satu komponen penting yang menunjang kelangsungan


proses tumbuh kembang. Selama masa tumbuh kembang, anak sangat membutuhkan
zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Apabila
kebutuhan tersebut kurang terpenuhi, maka proses tumbuh kembang selanjutnya dapat
terhambat. (AAA, Hidayat, 2006;38).

Nutrisi adalah proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh
yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. (AAA,
Hidayat, 2006; 52).

Gangguan pemenuhan nutrisi adalah pemenuhan nutrisi yang tidak sesuai


dengan kebutuhan metabolic yang dibutuhakan oleh tubuh. (Lynda
Juall,Carpenito,2006)

b. Fungsi zat gizi


 Menghasilkan energi bagi fungsi organ, gerakan, dan kerja fisik.
 Sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikan jaringan sel – sel tubuh
dalam tubuh.
 Sebagai pelindung dan pengatur suhu tubuh. (Tartowo.Wartonah.2006; 30).

c. Komponen Zat Gizi


 Karbohidrat
Merupakan sumber energi yang tersedia dengan mudah di setiap makanan.
Karbohidrat harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan
karbohidrat sekitar 15% dari kalori yang ada dapat menyebabkan terjadi kelaparan
dan berat badan menurun. Demikian sebaliknya, apabila jumlah kalori yang
tersedia atau berasal dari karbohidrat dengan jumlah yang tinggi dapat
menyebabkan terjadi peningkatan berat badan (obesitas). Jumlah karbohidrat yang
cukup dapat diperoleh dari susu, padi – padian, buah – buahan, sukrosa, sirup,
tepung, dan sayur – sayuran. (AAA.Hidayat.2011; 42).

 Lemak
Merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin A, D, E, dan
K yang larut dalam lemak. Komponen lemak terdiri atas lemak alamiah sekitar
98% (diantaranya trigliserida dan gliserol), sedangkan 2%-nya adalah asam lemak
bebas (diantaranya monogliserida, digleserida, kolesterol, serta fosfolipid termasuk
lesitin, sefalin, sfingomielin, dan serebrosid). Lemak merupakan sumber yang kaya
akan energi dan pelindung organ tubuh terhadap suhu, seperti pembuluh darah,
saraf, organ, dan lain lain. Lemak juga dapat membantu memberikan rasa kenyang
(penundaan waktu pengosongan lambung). Komponen lemakdalam tubuh harus
tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan lemak akan menyebabkan
terjadinya perubahan kulit, khususnya asam linoleat yang rendah dan berat badan
kurang. Namun, apabila jumlah lemak pada anak terlalu banyak dapat
menyebabkan terjadi hiperlipidemia, hiperkolesterol, penyumbatan pembuluh
darah, dan lain – lain. Jumlah lemak yang cukup dapat diperoleh dari susu,
mentega, kuning telur, dagig, ikan, keju, kacang – kacangan, dan minyak sayur
(Pudjiadi, 2001).

 Protein
Merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan protoplasma
sel. Selain itu, tersedianya protein dalam jumlah yang cukup pentig untuk
pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan untuk menjaga
keseimbangan osmotik plasma. Protein terdiri atas dua puluh empat asam amino,
diantaranya sembilan asam amino esensial (seperti treonin, valin, leusin, isoleusin,
lisin, triptofan, fenilalanin, metionin, dan histidin) dan selebihnya asam amino
nonesensial. Protein tersebut dalam tubuh harus tersedia dalam jumlah yang cukup.
Jika jumlahnya berlebih atau tinggi dapat memperburuk insufisiensi ginjal.
Demikian juga jika jumlahnya kurang, maka dapat menyebabkan kelemahan,
edema, bahkan dalam kondisi lebih buruk dapat menyebabkan kwasiorkor dan
marasmus. Kwasiorkor terjadi apabila kekurangan protein dan marasmus
merupakan kekurangan protein dan kalori. Komponen zat gizi protein dapat
diperoleh dari susu, telur, daging, ikan, unggas, keju, kedelai, kacang, buncis, dan
paid – padian. (Pudjiadi, 2001).

 Air
Air dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut untuk pertukaran seluler,
sebagai medium untuk ion, transpor nutrien dan produk buangan, serta pengaturan
suhu tubuh. Sumber air dapat diperoleh dari air dan semua makanan.
(AAA.Hidayat.2011; 43).

 Vitamin
Vitamin merupakan zat organic yang diperlukan tubuh dalam jumlah
sedikit dan akan menimbulkan penyakit yang khas bila tubuh tidak
memperolehnya dalam jumlah yang mencukupi. (Asmadi.2008; 70).
Digunakan untuk mengatalisasi metabolisme sel yang berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangan serta pertahanan tubuh. Vitamin yang dibutuhkan
tubuh antara lain sebagai berikut:
- Vitamin A (retinol) mempunyai pengaruh dalam kemampuan fungsi mata,
pertumbuhan tulang dan gigi, serta pembentukan maturasi epitel. Vitamin ini dapat
diperoleh dari hati, minyak ikan, susu, kuning telur, margarin, tumbuh – tumbuhan,
sayur – sayuran dan buah – buahan.
- Vitamin B kompleks (tiamin). Kekurangan vitamin dapat menyebabkan penyakit
beri – beri, kelelahan, anoreksia, konstipasi, nyeri kepala, insomnia, takikardi,
edema, dan peningkatan kadar asam piruvat dalam darah. Kebutuhan vitamin ini
dapat diperoleh dari hati, daging, susu, padi, biji – bijian, kacang, dan lain- lain.
- Vitamin B2 (riboflavin) vitamin ini harus tersedia dalam jumlah yang cukup
karena jika tidak akan menyebabkan fotofobia, penglihatan kabur, dan gagal dalam
pertumbuhan. Vitamin ini dapat diperoleh dari susu, keju, hati, daging, telur, ikan
sayur – sayuran hijau, dan padi.
- Vitamin B12 (sianokobalamin) kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan
anemia. Vitamin ini dapat diperoleh dari daging organ, ikan telur, susu, dan keju.
- Vitamin C (asam askornat) kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan lamanya
proses penyembuhan luka. Vitamin ini dapat diperoleh dari tomat, semangka,
kubis, dan sayur – sayuran hijau.
- Vitamin D, berguna untuk mengatur penyerapan serta pengendapan kalsium dan
fosfor dengan mempengaruhi permeabilitas membran usus, juga mengatur kadar
alkalin fosfatase serum. Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan osteomalasia. Vitamin ini dapat diperoleh dari susu, margarin,
minyak sayur, minyak ikan, sinar matahari, dan sumber ultaraviolet lain.
- Vitamin E berfungsi untuk meminimalkan oksidasi karoten, vitamin A, dan asam
linoleat; disamping menstabilkan membran sel. Apabila kekurangan vitamin ini
dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah pada bayi prematur dan kehilangan
keutuhan sel syaraf. Vitamin E ini dapat diperoleh dari minyak, biji – bijian dan
kacang – kacangan.
- Vitamin K berfungsi untuk pembentukan protrombin, faktor koagulasi II, VII, IX,
dan X yang harus tersedia pada tubuh dalam jumlah yang cukup. Kekurangan
vitamin K dapat menyebabkan pendarahan dan metabolisme tulang yang tidak
stabil. Vitamin ini tersedia dalam sayur – sayuran hijau, daging, dan hati. (Pudjiadi,
2001).

 Mineral
- Kalsium
Berguna untuk pengaturan struktur tulang dan gigi, kontraksi otot,
iritabilitas saraf, koagulasi darah, kerja jantung, dan produksi susu. Kalsium dapat
diperoleh dari susu, keju, sayur – sayuran hijau, kerang, dan lain – lain.
- Klorida
Berguna dalam pengaturan tekanan osmotik serta keseimbangan asam dan
basa. Klorida dapat diperoleh dari garam, daging, susu, dan telur.
- Kromium
Berguna untuk metabolisme glukosa dan metabolisme dalam insulin.
Kromium dapat diperoleh dari ragi.

- Tembaga
Berguna untuk produksi sel darah merah, pembentukan hemoglobin,
penyerapan besi, dan lain – lain. Tembaga dapat diperoleh dari hati, daging, ikan
padi, dan kacang – kacangan.
- Fluor
Berfungsi untuk pengaturan struktur gigi dan tulang sehingga jika
kekurangan fluor dapat menyebabkan karies gigi. Sumber fluor terdapat dalam air,
makanan laut, dan tumbuh – tumbuhan.
- Iodium
Kekurangan iodium dapat menyebabkan penyakit gondok. Iodium dapat
diperoleh dari garam.
- Zat besi
Merupakan mineral yang menjadi bagian dari struktur hemoglobin untuk
pengangkutan CO2 dan O2. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia dan
osteoporosis, sedangkan kelebihan zat besi menyebabkan sirosis, gastritis, dan
hemolisis. Zat besi dapat diperoleh dari hati, daging, kuning telur, sayur – sayuran
hijau, padi, dan tumbuh tumbuhan.
- Magnesium
Berguna dalam aktivasi enzim pada metabolisme karbohidrat dan sangat
penting dalam proses metabolisme. Kekurangan magnesium menyebabkan
hipokalsemia atau hipokalemia. Magnesium dapat diperoleh dari biji – bijian,
kacang – kacangan, daging, dan susu.
- Mangan
Berfungsi dalam aktivasi enzim. Mangan dapat diperoleh dari kacang –
kacangan, padi, biji – bijian, dan sayur – sayuran hijau.
- Fosfor
Merupakan unsur pokok dalam pertumbuhan tulang dan gigi. Kekurangan
fosfor dapat menyebabkan kelemahan oto. Fosfor dapat diperoleh dari susu, kuning
telur, kacang – kacangan, padi – padian, dan lain - lain.
- Kalium
Berfungsi dalam kontraksi otot dan hantaran impuls syaraf, keseimbangan
cairan, dan pengaturan irama jantung. kalium dapat diperoleh dari semua
makanan.
- Natrium
Berguna dalam pengaturan tekanan osmotik serta pengaturan
keseimbangan asam, basa, dan cairan. Kekurangan natrium dapat menyebabkan
kram otot, nausea, dehidrasi, dan hipotensi. Natrium dapat diperoleh dari garam,
susu, telur, tepung, dan lain – lain.
- Sulfur
Membantu proses metabolisme jaringan syaraf. Sulfur dapat diperoleh dari
makanan protein.
- Seng
Merupakan unsur pokok dari beberapa enzim karbonik anhidrase yang
penting dalam pertukaran CO2. Seng dapat diperoleh dari daging, padi – padian,
kacang – kacangan, dan keju. (AAA.Hidayat.2011; 42 – 46).

2. ANATOMI
Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem pencernaan
yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris. Saluran pencernaan dimulai dari
mulut sampai usus halus bagian distal, sedangkan organ asesoris terdiri atas hati, kantong
empedu, dan pankreas. Ketiga organ ini membantu terlaksananya pencernaan makanan
secara kimiawi. (AAA.Hidayat.2006;52).
a. Saluran Pencernaan
 Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan terdiri atas dua
bagian luar yang sempit (vestibula), yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir, pipi dan
bagian dalam, yaitu rongga mulut. Di dalam mulut, makanan mengalami proses
mekanis melalui pengunyahan yang akan membuat makanan dapat hancur sampai
merata, dibantu oleh enzim amilase yang akan memecah amilum yang terkandung
dalam makanan menajdi maltosa. (AAA.Hidayat.2006;52).

 Faring & Esofagus


Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak di belakang
hidung, mulut, dan laring. Faring berbentuk kerucut dengan bagian terlebar di
bagian atas hingga vertebra servikal keenam. Faring langsung berhubungan dengan
esofagus, sebuah tabung yang memiliki otot dengan panjang kurang lebih 20 – 25
sentimeter dan terletak di belakang trakea, di depan tulang punggung, kemudian
masuk melalui toraks menembus diafragma yang berhubungan langsung dengan
abdomen serta menyambung dengan lambung.
Esofagus merupakan bagian yang berfungsi menghantarkan makanan dari
faring menuju ke lambung. Esofagus berbentuk seperti silinder yang berongga
dengan panjang kurang lebih dua sentimeter dengan kedua ujungnya dilindungi
oleh sfingter. Dalam keadaan normal, sfingter bagian atas selalu tertutup, kecuali
bila ada makanan dilakukan dengan cara peristaltik, yaitu lingkaran serabut otot di
depan makanan mengendor dan yang di belakang makanan berkontraksi.
(AAA.Hidayat.2006;52).

 Lambung
Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas bagian
atas disebut fundus bagian utama, dan bagian bawah berbentuk horizontal (antrum
pilorik). Lambung berhubungan langsung dengan esofagus melalui orifisium atau
kardia dan dengan duodenum melalui orifisium pilorik. Lambung terletak di bawah
diafragma dan di depan pankreas, sedangkan limpa menempel pada sebelah kiri
fundus.
Lambung mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi sekresi dan pencernaan.
Fungsi motoris lambung adalah sebagai reservoir untuk menampung makanan
samapi dicerna sedikit demi sedikit dan sebagai pencampur adalah memecah
makanan menjadi partikel – partikel kecil yang dapat bercampur dengan asam
lambung. Fungsi sekresi dan pencernaan adalah mensekresi pepsin dan HCl yang
akan memecah protein menjadi pepton, amilase memecah amilum menjadi
maltosa, lipase memecah lemak menjadi asam lemak, dan gliserol membentuk
sekresi gastrin, mensekresi faktor intrinsik yang memungkinkan absorbsi vitamin
B12 yaitu di ileum, dan mensekresi mukus yang bersifat protektif. Makanan berada
pada lambung selama 2 – 6 jam, kemudian bercampur dengan getah lambung
(cairan asam bening tak berwarna) yang mengandung 0,4% HCl untuk
mengasamkan semua makanan serta bekerja sebagai antiseptik dan desinfektan.
Dalam getah lambung terdapat beberapa enzim, diantaranya pepsin, dihasilkan
oleh pepsinogen serta berfungsi mengubah makanan menjadi bahan yang lebih
mudah larut dan renin, berfungsi mengubah makanan menjadi bahan yang lebih
dari karsinogen yang dapat larut. (AAA.Hidayat.2006;53).

 Usus Halus
Usus halus merupakan tabung berlipat – lipat dengan panjang kurang lebih
2,5 meter dalam keadaan hidup. Usus halus terdiri atas tiga bagian, yaiut
duodenum dengan panjang kurang lebih 25 cm, jejunum dengan panjang kurang
lebih 2 m, dan ileum dengan panjang kurang lebih 1 m atau 3/5 akhir dari usus.
Lapisan dinding dalam usus halus menyerupai beludru. Pada permukaan setiap vili
terdapat tonjolan yang menyerupai jari – jari, yang disebut mikrovili.
Fungsi usus halus pada umumnya adalah mencerna dan mengabsorbsi
chime dari lambung. Zat – zat makanan yang telah halus akan diabsorbsi di dalam
usus halus, yaitu pada duodenum, dan disini terjadi absorbsi besi, kalsium dengan
bantuan vitamin D. Vitamin A, D, E, dan K dengan bantuan empedu dan asam
folat. (AAA.Hidayat.2006;53).

 Usus Besar
Usus besar atau juga disebut sebagi kolon merupakan sambungan dari usus
halus yang dimulai dari aktup ileokolik yang merupakan tempat lewatnya
makanan. Usus besar memilki panjang kurang lebih 1,5 meter. Kolon terbagi atas
desenden, sigmoid, dan berakhir di rektum yang panjangnya kira – kira 10 cm dari
usus besar, dimulai dari kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran anal. Tempat
kolon asenden membentuk belokan tajam di abdomen atas bagian kanan disebut
fleksura hepatis, sedang tempat kolon transversum membentuk belokan tajam di
abdomen atau bagian kiri disebut fleksura lienalis.
Fungsi utama usus besar adalah mengabsorbsi air (kurang lebih 90%)
elektrolit, vitamin, dan sedikit glukosa. Kapasitas absorbsi air kurang lebih 5000
cc/hari. Flora yang terdapat pada usus besar berfungsi untuk menyintesis vitamin
K dan B serta memungkinkan pembusukan sisa – sisa makanan.
(AAA.Hidayat.2006;54).

 Anus
Anus bertugas mengeluarkan feses yang sebelumnya telah dikumpulkan di
rektum. Proses ini sering disebut proses defikasi. Anus bekerja ditopang oleh otot
polos yang berada di dalam anus dan otot lurik yang terletak di luar anus. Otot
lurik akan terpicu ketika feses menyentuh dinding rektum. Pada kondisi ini otot
polos mengendur hingga feses akan keluar tubuh. (Sarwadi & Erwanto. 2014; 37).
Buku Pintar Anatomi Tubuh Manusia.Jakarta:Dunia Cerdas.
b. Organ Asesoris
 Hati
Hati merupakan kelenjar tersbesar di dalam tubuh yang terletak di bagian
paling atas rongga abdomen, di sebelah kanan di bawah diafragma, dan memiliki
berat kurang lebih 1500 gram (kira – kira 2,5% orang dewasa).
Hati terdiri atas dua lobus, yaitu lobus kanan dan kiri yang dipisahkan oleh
ligamen falsiformis. Pada lobus kanan bagian belakang kantong empedu terdapat
sel yang bersifat fagositosis terhadap bakteri dan benda asing lain dalam darah.
Fungsi hati adalah menghasilkan cairan empedu, fagositosis bakteri, dan benda
asing lainnya, memproduksi sel darah merah dan menyimpan glikogen.
(AAA.Hidayat.2006;56).

 Kantong Empedu
Kantung emepedu merupakan sebuah organ berbentuk seperti kantong
yang terletak di bawah kanan hati atau lekukan permukaan bawah hati sampai
pinggiran depan yang memiliki panjang 8 – 12 cm dan berkapasitas 40 – 60 cm2.
Kantong empedu memilki bagian fundus, leher, dan tiga pembungkus, yaitu
sebelah luar pembungkus peritoneal, sebelah tengah jaringan berotot tak bergaris,
dan sebelah dalam membran mukosa.
Fungsi kantong empedu adalah tempat menyimpan cairan empedu,
memekatkan cairan empedu yang berfungsi memberi pH sesuai dengan pH
optimum enzim – enzim pada usus halus, mengemulsi garam – garam empedu,
mengemulasi lemak, mengekskresi beberapa zat yang tak digunakan oleh tubuh,
dan memberi warna pada feses, yaitu kuning kehijau – hijauan (dihasilkan oleh
pigmen empedu). Cairan empedu mengandung air, garam, empedu, lemak,
kolesterol, pigmen fosfolipid, dan sedikit protein. (AAA.Hidayat.2006;55).

 Pankreas
Pankreas meupakan kelenjar yang strukturnya sama seperti kelenjar ludah
dan memilki panjang kurang lebih 15 cm. Pankreas terdiri atas tiga bagian, yaitu
bagian kepala pankreas yang paling lebar, badan pankreas yang letaknya di
belakang lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama, serta bagian ekor
pankreas yang merupakan bagian runcing di sebelah kiri dan menyentuh limpa.
Pankreas memilki dua fugsi, yaitu fungsi eksokrin yang dilaksanakan oleh
sel sekretori yang membentuk getah pankreas berisi enzim serta elektrolit dan
fungsi endokrin yang tersebar di antara alveoli pankreas. (AAA.Hidayat.2006;56).

3. FISIOLOGI

Dalam sistem pencernaan, terjadi proses pencernaan untuk menyediakan nutrisi tubuh.
Proses tersebut meliputi ingesti, digesti, absorbsi, metabolisme, dan eksresi. (Asmadi.2008;
74).

a. Ingesti
Ingesti adalah proses masuknya makanan dan cairan dari lingkungan ke dalam
tubuh melalui proses menealn baik melalui koordinasi gerakan volunter dan
involunter. Tahap pertama pada proses ingesti ini adalah koordinasi otot lengan dan
tangan membawa makanan ke mulut. Makanan di mulut terjadi proses mengunyah
yaitu proses penyederhanaan ukuran makanan yang melibatkan gigi, kontrol volunter
otot mulut, gusi, dan lidah. Proses mengunyah ini dilakukan secara sadar dan diatur
oleh sistem saraf pusat. Proses mengunyah ini dilakukan untuk memudahkan makanan
masuk ke dalam esofagus dan tidak mengiritasinya. Dalamproses mengunyah ini,
terjadi pencampuran makanan dengan saliva. Bercampurnya saliva ini bukan hanya
menyebabkan terjadi pemecahan ukuran makanan di mulut, melainkan juga terjadi
proses digesti. Hal tersebt disebabkan terdapatnya kandungan enzim ptialin dalam
saliva, yang dapat mengubah amilum menjadi maltosa. Saliva juga membuat proses
menelan lebih mudah sebab mengandung banyak air yang berfungsi sebagai pelumas.
Tahap selanjutnya makanan dikunyah adalah proses menelan. Menelan
merupakan bergeraknya makanan dari mulut ke esofagus menuju ke lambung. Proses
menaln ini terjadi secara refleks akibat penekanan pada bagian faring. (Asmadi.2008;
75).

b. Digesti
Digesti merupakan rangkaian kegiatan fisik dan kimia pada makanan yang
dibaea ke dalam lambung dan usus halus. Pada proses digesti ini terjadi
penyederhanaan ukuran makanan sampai dapat diabsorbsi oleh intestinal. Organ
pencernaan yang berperan pada proses ini diantaranya adalah mulut, faring, esofagus,
lambung, usus halus, dan kolon. (Asmadi.2008; 75).

c. Absorbsi
Absorbsi merupakan proses nutrien diserap usus melalui saluran darah dan
getah bening menuju ke hepar. Proses absorbsi ini tidak merata di tiap bagian saluran
pencernaan. Misalnya, di lambung hanya terjadi proses absorbsi alkohol, pada usus
halus terjadi proses absorbsi yang paling utama yaitu 90% dari nutrien yang sudah
dicerna dan sedikit absorbsi air. Secara spesifik, absorbsi yang dilakukan pada usus
halus adalah sebagai berikut: pada usus halus bagian atas mengabsorbsi vitamin yang
larut dalam air, asam lemak, dan gliserol, natrium, kalsium, Fe, serta klorida. Usus
halus bagian tengah mengabsorbsi monosakarida, asam amino, dan zat lainnya.
Sedangkan usus halus bagian bawah mengabsorbsi garam empedu dan vitamin B12.
Absorbsi air paling banyak dilakukan di kolon. (Asmadi.2008; 77).

d. Metabolisme
Metabolisme adalah proses akhir penggunaan makanan dalam tubuh yang
meliputi semua perubahan kimia yang dialami zat makanan sejak diserap oleh tubuh
hingga dikeluarkan oleh tubuh sebagai sampah. Proses metabolisme terjadi berbeda –
beda berdasarkan jenis nutrien. (Asmadi.2008; 78).
Metabolisme zat nutrisi terdiri atas tiga proses utama, yaitu:
 Katabolisme glikogen menjadi glukosa, karbon dioksida, dan air (glikogenolisis).
 Anabolisme glukosa menjadi glikogen yang akan disimpan (glikogenesis).
 Katabolisme asam amino dan gliserol menjadi glukosa untuk energi
(glukoneogenesis). (Potter & Perry.2010; 281).
Glukosa yang merupakan hasil akhir digesti karbohidrat akan mengalami
proses oksidasi dan menghasilkan kalori, energi, dan zat buangan seperti
karbondioksida. Bila glukosa ini tidak dipakai sebagai sumber energi, maka glukosa
akan mengalami proses glikogenesis dan menghasilkan glikogen yang kemudian
disimpan di hepar dan otot. Bila sewaktu – waktu glukosa kurang, maka glikogen
diubah kembali menjadi glukosa (glikolisis). (Asmadi.2008; 78).
Protein oleh tubuh digunakan untuk aktivitas dalam tubuh, sistem imun dan
normalisasi pertumbuhan, memproduksi enxim, memelihara sel, perbaikan jaringan,
dan menjadi keseimbangan cairan tubuh. Bila kekurangan protein, maka dapat
menyebabkan terjadinya edema, asites, dan gangguan pertumbuhan. (Asmadi.2008;
78).
Jenis Metabolisme:
 Metabolisme Karbohidrat
Metabolisme karbohidrat yang berbentuk monosakarida dan disakarida
diserap melalui mukosa usus. Setelah proses penyerapan (di dalam pembuluh
darah), semua berbentuk monosakarida. Bersama – sama dengan darah,
karbohidrat ini di bawa ke hati.
Monosakarida (fruktosa, galaktosa, serta glukosa) yang masuk bersama –
sama darah dibawa ke hati. Di hati, ketiga monosakarida ini diubah menjadi
glukosa dan dialirkan melalui pembuluh darah ke otot untuk dibakar, membentuk
glikogen melalui proses glikoneogenesis. (AAA.Hidayat.2006; 64).

 Metabolisme Lemak
Lemak diserap dalam bentuk gliserol asam lemak. Gliserol larut dalam air
sehingga dapat diserap secara pasif, lagsung memasuki pembuluh darah dan
dibawa ke hati. Melalui beberapa proses kimiawi, gliserol diubah menjadi
glikogen, selanjutnya mengikuti metabolisme hidrat arang sampai menghasilkan
tenaga. Jadi, gliserol diubah menjadi tenaga melewati proses yang dilakukan oleh
karbohidrat. Asam lemak yang telah membentuk emulsi setelah melewati dinding
usus halus memasuki pembuluh limpa. Bersama – sama dengan getah bening
emulsi, lemak dibawa ke dalam darah. Pertemuan pembuluh darah bening dengan
pembuluh darah terjadi pada vena porta.
Bersama – sama dengan darah, sebagian emulsi asam lemak dibawa ke
hati dan dibentuk menjadi trigliserida yang akan dialirkan kembali ke dalam
pembuluh darah. Trigliserida yang dialirkan kembali ke dalam pembuluh darah
tersebut adalah lipoprotein. Metabolisme lemak menghasilkan tenaga berbentuk
ATP dengan sisanya hidrogendioksida dan karbondioksida. Lemak akan dibakar
mempunyai hasil sampingan yang disebut kolesterol. (AAA.Hidayat.2006; 64).

 Metabolisme Protein
Pada umumnya protein diserap dalam bentuk asam amino dan bersama –
sama dengan darah di bawah ke hati, kemudian dibersihkan dari toksin. Proses
masuknya asam amino dapat dikatakan tidak bersifat dinamis dan selalu
diperbarui. Asam amino yang masuk tidak sebanding dengan jumlah asam amino
yang diperlukan untuk menutupi kekurangan amino yang dipakai oleh tubuh.
(AAA.Hidayat.2006; 65).

e. Ekskresi
Ekskresi yaitu proses pembuangan zat – zat sisa metabolisme dalam tubuh
untuk menjaga homeostatis. Caranya melalui defekasi, miksi, diaforesis, ekspirasi.
Defekasi ialah mengekskresi sisa metabolisme berupa fese melalui saluran cerna.
Miksi membuang sisa metabolisme dalam bentuk urin yang dikeluarkan oleh
urogenitalia. Diaforesis merupakan mengeluarkan air dan karbondioksida.
(Asmadi.2008; 78).

4. BATASAN KARAKTERISTIK
a. Mayor (harus terdapat)
1. Pasien yang tidak puasa mengeluhkan atau mendapat : asupan makanan yang tidak
adekuat, kurang dari angka kecukupan gizi (recommended daily allowance,RDA),
dengan atau tanpa disertai penurunan berat badan atau
2. Kebutuhan metabolic aktual atau potensial dalam asupan yang berlebihan.

b. Minor (mungkin terdapat)


1. Berat badan 10% sampai 20% atau lebih di bawah berat badan ideal berdasarkan
tinggi dan kerangka tubuh
2. Lipasan kulit triseps, lingkar lengan dan lingkar otot lengan kurang dari 60%
ukuran standar
3. Kelemahan otot dan nyeri tekan
4. Konfusi atau iritabilitas mental
5. Penurunan albumin serum
6. Penurunan transferin serum atau penurunan kapasitas ikatan-besi
7. Fontanel bayi cekung (Lynda Juall,Carpenito,2002,345)
5. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat mempengaruhi
pola konsumsi makan.

b. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi dapat
mempengaruhi status gizi seseorang.
c. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu
juga dapat mempengaruhi status gizi
d. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan
kurang variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat yang dibutuhkan
secara cukup. (AAA.Hidayat.2006;69).
e. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan
makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit.
(AAA.Hidayat.2006;70).
f. Peningkatan basal metabolism rate.
g. Aktivitas tubuh
h. Faktor usia
i. Suhu lingkungan
j. Penyakit atau status kesehatan. (Tartowo.Wartonah.2006; 30).

6. KLASIFIKASI NUTRISI
a. Kurang dari Kebutuhan Nutrisi
Kondisi ketika individu, yang tidak puasa, mengalami atau berisiko mengalami
ketidakadekuatan asupan atau metabolisme nutrien untuk kebutuhan metabolisme
dengan atau tanpa disertai penurunan berat badan. (Carpenito, LJ.2012; 346).
Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
(Wilkinson Judith, 2011; 503).
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan
tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat ketidakcukupan
asupan nutrisi kebutuhan matabolisme. (AAA.Hidayat. 2006; 67).

Tanda klinis :
 Berat badan 10-20% dibawah normal
 Tinggi badan dibawah ideal
 Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar.
 Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot
 Adanya penurunan albumin serum
 Adanya penurunan transferin

Kemungkinan penyebab :
 Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat
penyakit infeksi atau kanker
 Disfagia karena adanya kelainan
 Penurunan absrobsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi laktosa.
 Nafsu makan menurun. (AAA.Hidayat. 2006; 67).
b. Lebih dari Kebutuhan Nutrisi
Kondisi ketika individu mengalami atau berisiko mengalami kenaikan berat badan
yang berhubungan dengan asupan yang melebihi kebutuhan metabolik. (Carpenito,
LJ.2012; 360).
Asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik. (Wilkinson Judith M, 2011;
512). Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang
mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme
secara berlebih.

Tanda klinis :
 Berat badan lebih dari 10% berat ideal
 Obesitas (lebih dari 20% berat ideal).
 Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita
 Adanya jumlah asupan yang berlebihan
 Aktivitas menurun atau monoton.

Kemungkinan penyebab :
 Perubahan pola makan
 Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman. (AAA.Hidayat.2006; 67).

c. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari
20% berat badan normal. (AAA.Hidayat.2006; 68).
Perubahan pola makan normal yang mengakibatkan perubahan berat badan. (Taylor,
M, 2010; 235).
Munculnya resiko perubahan pola makan normal yang mengakibatkan peningkatan
berat badan (Taylor, M, 2010; 237).

d. Malnutrisi
Kurang nutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat
gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yang
tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala umumnya adalah berat badan rendah
dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan tubuh,
adanya kelemahan otot, dan penurunan energi, pucat pada kulit, membrane mukosa ,
konjungtiva, dan lain – lain. (AAA.Hidayat.2006; 68).

e. Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan
adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau
penggunaan karbohidrat secara berlebihan. (AAA.Hidayat.2006; 68).

f. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai
masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas serta
asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan. (AAA.Hidayat.2006; 68).

g. Jantung Koroner
Penyakit jantung coroner merupakan gangguan nutrisi yang disebabkan oleh
adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini, penyakit jantung koroner
sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas dan
lain-lain. (AAA.Hidayat.2006; 68).

h. Kanker
Kanker merupakan gangguan nutrisi yang disebabkan pengkonsumsian lemak
secara berlebihan. (AAA.Hidayat.2006; 68).
i. Anoreksia Nervosa
Merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan, ditandai
dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi,
dan kelebihan energi. (AAA.Hidayat.2006; 69).

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
ketidakseimbangan nutrisi antara lain:

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake kurang


2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
3. Konstipasi b.d intake kurang

III. RENCANA KEPERAWATAN


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake kurang
NOC:

Status nutrisi intake makanan dan cairan, dengan kriteria hasil pasien memiliki:

 Intake makanan peroral yang adekuat


 Intake NGT adekuat
 Intake cairan peroral adekuat
 Intake cairan yang adekuat
 Intake TPN adekuat
NIC:

 Monitor intake makanan dan minuman yang dikonsumsi klien setiap hari
 Tentukan berapa jumlah kalori dan tipe zat gizi yang dibutuhkan dengan
berkolaborasi dengan ahli gizi
 Dorong peningkatan intake kalori, zat besi, protein dan vitamin C
 Beri makanan lewat oral, bila memungkinkan
 Kaji kebutuhan klien akan pemasangan NGT
 Lepas NGT bila klien sudah bisa makan lewat oral

4. Perubahan pemenuhan kebutuahn aktivitas berkurang b.d kelemahan fisik


NOC:

 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah,


nadi dan RR
 Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri Keseimbangan
aktivitas dan istirahat
NIC:

 Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas


 Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan Monitor nutrisi dan sumber
energi yang adekuat Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi
secara berlebihan
 Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak
nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
 Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.
 Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
 Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan sosial Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
 Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
 Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

5. Konstipasi b.d intake kurang

NOC: konstipasi pasien teratasi dengan kriteria hasil:

 Pola BAB dalam batas normal


 Feses lunak
 Cairan dan serat adekuat Aktivitas adekuat
 Hidrasi adekuat
NIC:
Manajemen konstipasi
 Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan konstipasi
 Monitor tanda-tanda ruptur bowel/peritonitis
 Jelaskan penyebab dan rasionalisasi tindakan pada pasien
 Konsultasikan dengan dokter tentang peningkatan dan penurunan bising usus
 Kolaburasi jika ada tanda dan gejala konstipasi yang menetap
 Jelaskan pada pasien manfaat diet (cairan dan serat) terhadap eliminasi
 Jelaskan pada klien konsekuensi menggunakan laxative dalam waktu yang lama
 Kolaburasi dengan ahli gizi diet tinggi serat dan cairan
 Dorong peningkatan aktivitas yang optimal
 Sediakan privacy dan keamanan selama BAB
IV. DAFTAR PUSTAKA.
Ellis, Janice, Elizabeth A. Noulis. 1994. Nursing Human Need Approach 5th Edition.
Philadelphia: J.B. Lippincott Company

Mubarak, W.I., Chayatin, N. 2005. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: teori dan
aplikasi dalam praktik. EGC: Jakarta

North American Nursing Diagnosis Association. 2005. Nursing Diagnoses : Definition &
Classification 2005-2006. Philadelphia

Tarwoto dan Wartonah. 2007. Kebutuhan Dasar Manusi & Proses Keperawatan. Edisi 3.
Salemba Medika. Jakarta

Taylor C., Lilis C., Le Mone P. 1997. Fundamentals of Nursing: The Art and Science of
Nursing Care. Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers

Anda mungkin juga menyukai