Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap negara pasti memiliki masalahnya tersendiri mulai dari masalah politik,
ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan, dan juga faktor-faktor internal maupun
eksternal lainnya. Masalah-masalah ini juga berlaku bagi negara Indonesia. Sebagai
negara yang kaya akan sumber daya alamnya serta jumlah populasi yang banyak dan
tersebar dari Sabang sampai Merauke, membuat Indonesia memiliki potensi tinggi
terhadap faktor produksi, seperti SDA dan SDM. Saat ini jumlah populasi penduduk
Indonesia mencapai 269 juta jiwa. Angka ini sangat bisa mendorong perekonomian
Indonesia menjadi lebih maju, jika setiap orang dalam populasi tersebut memiliki
kesanggupan dan kemampuan dalam sektor-sektor ekonomi seperti produksi. Namun
fakta di lapangan memperlihatkan bahwa masih banyak penduduk usia produktif yang
tidak produktif/tidak bekerja (pengangguran). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS), tingkat pengangguran terbuka (TPT) mengalami penurunan menjadi 5,01% pada
Februari 2019 dengan jumlah pengangguran sebesar 6,82 juta orang. Jika dibandingkan
dengan negara-negara berkembang lainnya, angka tersebut masih tergolong besar yang
nantinya akan menimbulkan masalah yang lebih kompleks lagi seperti kemiskinan dan
kriminalitas. Sehingga masalah pengangguran di Indonesia masih menjadi perhatian
utama negara setiap tahunnya dalam mengambil keputusan dan kebijakan yang tepat
sebagai solusi untuk mengentaskan pengangguran.
Masalah perekonomian Indonesia yang tidak kalah pentingnya ialah masalah
inflasi. Inflasi merupakan virus perekonomian, dimana kestabilan ekonomi akan
terganggu karena adanya kenaikan terhadap tingkat harga suatu barang yang akan
berpengaruh pada pola kegiatan ekonomi seperti produksi, konsumsi, dan distribusi.
Belajar dari krisis moneter tahun 1997-1998 bahwa tingkat inflasi bisa membuat suatu
negara terpuruk. Sehingga dalam melakukan kegiatan ekonomi, Indonesia harus lebih
cepat tanggap dalam mencegah serta mengatasi kemungkinan timbulnya inflasi.
pemerintah sangat berperan besar dalam menentukan kebijakan yang tepat dalam
mengatasi masalah-masalah tersebut. Akan tetapi, apakah kebijakan-kebijakan yang
telah dibuat pemerintah sudah tepat sasaran apa belum perlu diteliti lebih dalam lagi
serta melihat bagaimana konsekuensi peranan Islam dalam mengatasi hal tersebut.
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengangguran dalam ekonomi konvensional?
2. Bagaimana pengangguran dalam ekonomi Islam?
3. Kebijakan-kebijakan apa saja yang di ambil pemerintah dalam mengatasi
pengangguran?
4. Bagaimana inflasi dalam ekonomi konvensional?
5. Bagaimana inflasi dalam ekonomi Islam?
6. Kebijakan-kebijakan apa saja yang di ambil pemerintah dalam mengatasi inflasi?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui masalah pengangguran dalam ekonomi konvensional.
2. Untuk mengetahui masalah pengangguran dalam ekonomi Islam.
3. Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan mana yang tepat sebagai solusi dari
pengangguran.
4. Untuk mengetahui masalah inflasi dalam ekonomi konvensional.
5. Untuk mengetahui masalah inflasi dalam ekonomi Islam.
6. Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan mana yang tepat sebagai solusi dari inflasi.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi pembaca
a. Sebagai rujukan bacaan untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
b. Sebagai bahan referensi dalam kepenulisan.
2. Manfaat bagi penulis
a. Sebagai syarat dalam penyelesaian tugas.
b. Sebagai bahan referensi untuk tugas-tugas kepenulisan selanjutnya.
c. Sebagai bahan bacaan.
3

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pengangguran
Pengangguran (unemployment) adalah suatu kondisi dimana orang yang masuk
dalam angkatan kerja sedang mencari pekerjaan, tetapi tidak mendapatkan pekerjaan.
Pengangguran juga diartikan sebagai kondisi saat penduduk yang tidak bekerja tetap
sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha untuk mendapatkan
pendapatan.1 Pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan
kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi
tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkan.2 Badan pusat statistik (BPS)
melalui SAKERNAS (survey angkatan kerja nasional) mendefinisikan pengangguran
sebagai:3
1. Mereka yang sedang mencari pekerjaan dan saat itu tidak bekerja.
2. Mereka yang mempersiapkan usaha yaitu suatu kegiatan yang dilakukan
seseorang dalam rangka mempersiapkan suatu usaha/pekerjaan yang baru.
3. Mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin
mendapatkan pekerjaan atau sering disebut pengangguran putus asa
(discoureged unemployment).
4. Mereka yang sudah mendapatkan pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja.

Dari beberapa definisi pengangguran di atas, maka dapat ditarik benang merah
bahwa pengangguran adalah suatu persoalan atau permasalahan yang terjadi di suatu
negara yang disebabkan oleh adanya penduduk usia produktif yang belum/tidak
memperoleh pekerjaan, sehingga akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya
dikarenakan tidak adanya pendapatan yang diterima. Masalah pengangguran merupakan
salah satu masalah pokok yang mempengaruhi kondisi perekonomian secara agregat.
Karena pengangguran sebagai tombak awal munculnya masalah-masalah pokok
lainnya, seperti kemiskinan, kriminalitas, serta tingkat kesejahteraan juga akan
terganggu.

B. Pengertian Inflasi

1
Imamudin Yuliadi, Teori Ekonomi Makro Islam, (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2019), h.251.
2
https://ejournal.kemsos.go.id/index.php/jpks/article/download/1349/756
3
Yuliadi, Loc.Cit.
4

Kenaikan harga secara umum dalam jangka waktu yang lama disebut dengan inflasi.
Harga disini ialah kenaikan harga pada barang/komoditas dan jasa dari periode tertentu.
Para ekonom modern menjabarkan pengertian inflasi sebagai kenaikan yang
menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan (nilai unit penghitungan moneter)
terhadap barang-barang/komoditas dan jasa.4 Menurut Sukirno, inflasi ialah kenaikan
dalam harga barang dan jasa yang terjadi karena permintaan bertambah lebih besar
dibandingkan dengan penawaran barang di pasar. Hal ini menunjukkan bahwa terlalu
banyak uang yang beredar/memburu barang yang kuantitasnya sedikit akan
menimbulkan inflasi.5
Inflasi biasanya menunjuk pada harga-harga konsumen, namun juga bisa
menggunakan harga-harga lain seperti, harga perdagangan besar, upah, asset dan lain
sebagainya. Hal demikian biasanya dijelaskan melalui persentase perubahan angka
indeks. Tingkat harga yang melambung hingga 100% atau lebih dalam setahun
(hiperinflasi) akan menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap mata
uang, sehingga masyarakat cenderung menyimpan aktiva mereka dalam bentuk lain,
seperti real estate atau emas, yang mana nilai kedua benda tersebut lebih bisa bertahan
terhadap inflasi.

4
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2012), h.135.
5
Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h.175.
5

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengangguran
1. Pengangguran dalam Ekonomi Konvensional
Pengangguran dalam perekonomian dapat dijelaskan melalui persamaan berikut:
L= E +U
E=L-U
Dengan :
L = jumlah total angkatan kerja
E = jumlah penduduk yang bekerja
U = jumlah penduduk yang menganggur
Artinya jumlah penduduk yang bekerja adalah jumlah total angkatan kerja
dikurangi dengan jumlah pengangguran. Dari formulasi di atas, dijelaskan bahwa
semakin banyak penduduk yang bekerja, maka akan menurunkan tingkat
pengangguran begitu pun sebaliknya.
Di Indonesia yang dimaksud angkatan kerja adalah penduduk yang berumur 15
tahun ke atas sampai usia 64 tahun yang secara aktif melakukan kegiatan ekonomi.
Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja, mempunyai pekerjaan tetap tetapi
sementara tidak bekerja, dan tidak mempunyai pekerjaan sama sekali tetapi mencari
pekerjaan secara aktif. Mereka yang berumur 15 tahun atau tidak bekerja atau tidak
mencari pekerjaan karena sekolah, mengurus rumah tangga, pensiun, atau secara
fisik dan mental tidak memungkinkan untuk bekerja tidak dimasukkan dalam angkatan
kerja.6
Bekerja diartikan sebagai melakukan suatu kegiatan untuk menghasilkan
barang atau jasa dengan maksud untuk memperoleh penghasilan berupa uang
atau barang dalam kurun waktu (time referece) tertentu. Mereka yang bekerja dibagi
menjadi dua, yaitu: fully employed dan under employed. Angkatan kerja yang bekerja
penuh diartikan sebagai dimanfaatkan penuh (fully employed) dan yang bekerja tidak
penuh yakni yang kurang dimanfaatkan (under employed) didasarkan pada jumlah jam
kerja seminggu yang lebih dikenal dengan setengah penganggur karena upah yang
rendah, setengah penganggur karena pendidikan yang dimiliki tidak sesuai dengan jenis
pekerjaan dan lain-lain.

6
http://stia-asmisolo.ac.id/jurnal/index.php/jmbb/article/view/71/44
6

Pengangguran terjadi apabila orang-orang yang bekerja di pabrik perusahaan-


perusahaan dan sebagainya yang sesungguhnya masih tetap ingin bekerja. Namun
karena keadaan pasar lesu dan keuntungan merosot, bahkan mengalami kerugian atau
bangkrut, maka terpaksa banyak buruh atau pekerja dilepas. Buruh-buruh yang dilepas
inilah yang dimaksudkan dengan pengangguran atau pengangguran yang tidak
dikehendaki atau tidak di sengaja (involuntary unemployment). Pengangguran secara
umum dibagi menjadi 2 aspek yaitu dari segi lama waktu bekerjanya dan segi
penyebab terjadinya pengangguran. Dari segi lama bekerjanya, pengangguran dibagi
lagi beberapa macam, diantaranya:7
1) Pengangguran terbuka (open unemployment) yaitu jumlah angkatan kerja yang
tidak mendapat pekerjaan. Jenis pengangguran ini disebabkan oleh tidak
tersedianya lapangan pekerjaan dibandingkan dengan jumlah pencari kerja,
jenis pekerjaan tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan dan juga faktor
kemalasan.
2) Pengangguran terselubung (disguined unemployment) yaitu jumlah angkatan
kerja yang tidak bekerja secara penuh. Jenis pengangguran ini disebabkan oleh
keterampilan rendah karena pendidikan yang rendah, kurangnya pengalaman
dan karena unsur keterpaksaan karena tidak kesesuaian antara potensi dan
bakat yang dimiliki.
3) Setengah menganggur (underemployment) yaitu jenis pengangguran dimana
orang tidak bekerja secara penuh sesuai potensi dan kompetensinya. Jenis
pengangguran ini dibagi lagi menjadi:
a. Setengah pengangguran kentara (visible underemployment) yaitu orang
yang bekerja kurang dari waktu normal (kurang dari 35 jam/minggu).
b. Setengah pengangguran tak kentara (invisible underemployment) yaitu
jenis pengangguran dimana produktivitas rendah, sehingga pendapatan
juga rendah. Fenomena setengah pengangguran ini banyak terjadi di sektor
pertanian dimana petani banyak melakukan aktivitas, namun
produktivitasnya rendah, output rendah, sehingga pendapatan yang
diperoleh juga rendah.
Sedangkan dari segi penyebab terjadinya, pengangguran dibagi lagi beberapa
macam:
1) Pengangguran friksional (frictional unemployment) atau dikenal dengan
pengangguran normal yaitu pengangguran yang terjadi secara temporer karena
adanya mismatch antara pencari kerja dengan dunia usaha yang disebabkan

7
Yuliadi, Op.Cit., h.252.
7

karena informasi tidak sempurna, faktor jarak, dan proses rekrutmen yang
banyak memakan waktu dan persyaratan.
2) Pengangguran struktural (structural unemployment) yaitu pengangguran
karena adanya perubahan struktur perekonomian, seperti peralihan dari sektor
agraris menuju sektor industri. Efeknya akan banyak perubahan dalam
kehidupan masyarakat yang disebabkan faktor sosial dan budaya di lingkungan
masyarakat.
3) Pengangguran musiman (ciclical unemployment) yaitu pengangguran karena
perubahan dan siklus waktu, seperti industri pakaian busana muslim.
Menjelang bulan Ramadhan, hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, permintaan
akan produk busana muslim akan meningkat, sehingga tenaga kerja yang
dibutuhkan meningkat juga. Namun sebaliknya, permintaan akan produk
sedikit saat di luar lingkaran bulan/hari tersebut, sehingga pihak perusahaan
terpaksa merumahkan sebagian pekerjanya.
4) Pengangguran teknologi (technological unemployment) yaitu pengangguran
karena penggunaan teknologi baru dalam proses produksi, sehingga banyak
tenaga kerja yang terpaksa kehilangan pekerjaannya karena diganti dengan
tenaga mesin.
5) Pengangguran konjungtural (conjunctur unemployment) yaitu pengangguran
yang disebabkan perubahan siklus ekonomi karena perubahan prioritas dan
kebijakan ekonomi dari pemerintah yang berkuasa, seperti yang terjadi pada
masa orde lama dan orde baru.

2. Pengangguran dalam Ekonomi Islam

Menurut Qardhawi, pengangguran dapat dibagi menjadi dua yaitu:8

1) Pengangguran Jabariyah (terpaksa), yaitu pengangguran dimana seseorang


tidak mempunyai hak sedikit pun memilih status ini dan terpaksa
menerimanya. Pengangguran seperti ini umumnya terjadi karena seseorang
tidak mempunyai keterampilan sedikitpun, yang sebenarnya bisa dipelajari
sejak kecil sebagai modal untuk masa depannya atau seseorang telah
mempunyai suatu keterampilan tetapi keterampilan ini tidak berguna
sedikitpun karena adanya perubahan lingkungan dan perkembangan zaman.
2) Pengangguran Khiyariyah (pilihan), yaitu seseorang yang memilih untuk
menganggur, padahal dia pada dasarnya adalah orang yang mampu untuk

8
https://http300581940.wordpress.com/2018/02/22/makalah-pengangguran-dalam-islam/
8

bekerja, namun pada kenyataannya dia memilih untuk berpangku tangan dan
bermalas-malasan hingga menjadi beban bagi orang lain. Dia memilih
hancur dengan potensi yang dimiliki dibandingkan menggunakannya untuk
bekerja. Dia tidak pernah mengusahakan suatu pekerjaan dan mempunyai
pribadi yang lemah hingga menjadi sampah masyarakat.
Adanya pembagian kedua kelompok ini mempunyai kaitan erat dengan solusi
yang menurut islam untuk mengatasi suatu pengangguran. Kelompok pengangguran
jabariyah perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah agar mereka dapat bekerja.
Sebaliknya, Islam tidak mengalokasikan dana dan bantuan untuk pengangguran
khiyariyah karena pada prinsipnya mereka memang tidak memerlukan bantuan,
karena pada dasarnya mereka mampu untuk bekerja hanya saja mereka malas untuk
memanfaatkan potensinya dan lebih memilih menjadi beban bagi orang lain.

Muhammad Al Bahi, sebagaimana yang telah dikutip oleh Mursi (1997:34)


mengatakan bahwa ada tiga unsur penting untuk menciptakan kehidupan yang positif
dan produktif, yaitu :

1) Mendayagunakan seluruh potensi yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT


kepada kita untuk bekerja, melaksanakan gagasan dan memproduksi.
2) Bertawakal kepada Allah SWT, berlindung dan meminta pertolongan kepada-
Nya ketika melakukan suatu pekerjaan.
3) Percaya kepada Allah SWT bahwa Dia mampu menolak bahaya,
kesombongan dan kediktatoran yang memasuki lapangan pekerjaan.

Lapangan perkerjaan berpengaruh sekali terhadap tingkat pengangguran di


Indonesia. Dalam hal ini lapangan kerja menjadi wahana untuk menempatkan
manusia pada posisi sentral pembangunan. Cara islam dalam meraih kemakmuran
yaitu penyediaan lapangan kerja. Menyediakan lapangan pekerjaan merupakan
kewajiban negara. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah
memberikan 2 dirham kepada seseorang. Kemudian Rasulillah SAW bersabda,
“Makanlah dengan satu dirham, sisanya belikan kampak, lalu gunakan ia untuk
bekerja.” Begitulah, ketika syariat islam mewajibkan seseorang untuk memberi
nafkah kepada diri dan keluarganya, maka syariat islam pun mewajibkan negara
untuk menyediakan lapangan pekerjaan. Dengan cara ini setiap orang di tuntut akan
produktif, sehingga kemiskinan dapat teratasi.

Pengangguran sangat berpotensi kepada kemiskinan, sehingga taraf kualitas hidup


yang selayaknya didapat sulit untuk dicapai. Banyak dampak yang ditimbulkan oleh
pengangguran, dimana dampak ini tidak hanya dirasakan oleh individu, namun
pengaruhnya akan melibatkan seluruh masyarakat dalam suatu negara. Menurut
Sukirno, dampak negatif/akibat buruk dari pengangguran dibedakan kepada dua aspek
yaitu:
9

1) Akibat buruk ke atas kegiatan perekonomian


Tingkat pengangguran yang relatif tinggi tidak memungkinkan masyarakat
mencapai pertumbuhan ekonomi yang teguh. Hal ini dapat dengan jelas dilihat
dari memperlihatkan berbagai akibat buruk yang bersifat ekonomi yang
ditimbulkan oleh masalah pengangguran.
2) Akibat buruk ke atas individu dan masyarakat
Pengangguran akan mempengaruhi kehidupan individu dan kestabilan sosial
dalam masyarakat. Beberapa keburukan sosial yang diakibatkan oleh
pengangguran adalah:
a. Pengangguran menyebabkan kehilangan mata pencarian dan pendapatan.
b. Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan keterampilan-keterampilan
dalam mengerjakan suatu pekerjaan hanya dapat dipertahankan apabila
keterampilan tersebut digunakan dalam praktek.
c. Pengangguran dapat menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.
Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi dapat
menimbulkan rasa puas kepada pemerintah.

3. Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi Pengangguran


Kebijakan yang diambil pemerintah dalam mengatasi pengangguran melalui
program-program diantaranya:
1) Penyediaan lapangan pekerjaan, dengan mendorong pihak swasta untuk lebih
kreatif dan inovatif dalam menciptakan lapangan kerja baru melalui pelatihan dan
pengajaran serta peran pemerintah dalam menyediakan fasilitas-fasilitas
pendukung, seperti sarana pendidikan, infrastruktur, dan sebagainya.
2) Memperbaiki iklim investasi, dengan menarik perhatian investor melalui
keringanan pajak, transaksi peminjaman modal yang mudah, yang mana
tujuannya ialah pembangunan proyek dari investor, sehingga merekrut tenaga
kerja lokal dan berimplikasi pada turunnya pengangguran.

Dalam perspektif Islam, ada beberapa cara untuk mengatasi masalah pengangguran
diantaranya:9

1) Membangun kesadaran pribadi dan masyarakat dalam pengembangan diri melalui


Pendidikan dan keterampilan berkualitas.

9
Yuliadi, Op.Cit., h.256-258.
10

2) Menghargai serta mendukung setiap karya individu yang berefek positif bagi
kelangsungan perekonomian melalui pemenuhan sarana prasarana yang
dibutuhkan.
3) Memberikan peluang potensi ekonomi melalui perekrutan tenaga kerja dan efek
multiplier terhadap lingkungan.
4) Membangun infrastruktur.
5) Memberantas mafia ekonomi dan praktik monopoli.
6) Penegakan dan pengawasan hukum yang ketat terhadap birokrat yang menyalahi
penggunaan kekuasaan, seperti KKN.
7) Meningkatkan efisiensi ekonomi dan kualitas layanan publik.
8) Pemanfaatan sumber daya ekonomi dengan tujuan kemaslahatan umat.
9) Membangun kerja sama internasional.

B. Inflasi
1. Inflasi dalam Ekonomi Konvensional
Inflasi secara umum berupa kenaikan tingkat harga atas barang/komoditas serta jasa
dalam kurung waktu tertentu. Inflasi dianggap sebagai fenomena moneter dikarenakan
terjadinya penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap suatu komoditas. Namun
sebaliknya, saat terjadi penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap
komoditas/barang dan jasa, hal tersebut dikenal dengan deflasi. Inflasi diukur dengan
tingkat inflasi (rate of inflation) yaitu tingkat perubahan dari tingkat harga secra umum.
Berikut perumusannya:10
rate of inflation = tingkat harga t – tingkat harga t-1 x 100
tingkat harga t-1

Dalam menghitung tingkat inflasi, umumnya menggunakan ‘consumer price index’


(CPI) dan ‘producer price index’ (PPI) yang biasanya digunakan dalam mencatat statistik
perekonomian suatu negara. Namun, para ekonom lebih cenderung menggunakan
‘implicit gross domestic product deflator’ (GDP Deflator) karena lebih mudah dalam
sistem penghitungan daripada CPI/PPI. GDP Deflator merupakan rata-rata harga dari
seluruh barang yang benar-benar dibeli. Berikut perumusannya:

10
Karim, Op.Cit., h.136.
11

Implicit price deflator = nominal GDP x 100


real GDP
Negara Indonesia sendiri, munculnya inflasi disebabkan 2 faktor yaitu inflasi yang
diimpor dan defisit dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Penyebab
munculnya inflasi juga dijelaskan oleh sadono sukirno sebagai kenaikan harga-harga
barang yang diimpor, penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti oleh
pertambahan produksi dan penawaran barang, serta terjadinya kekacauan politik dan
ekonomi sebagai akibat pemerintahan yang kurang bertanggung jawab. Penyebab lain dari
inflasi ialah uang yang beredar lebih besar daripada jumlah barang/output yang beredar,
hal ini akan mengakibatkan permintaan akan barang mengalami kenaikan, kemudian
produsen akan mengambil langkah menaikkan harga barang, sehingga muncullah inflasi.
Macam-macam inflasi:11
1) Policy induced, disebabkan oleh kebijakan ekspansi moneter yang juga bisa
merefleksikan defisit anggaran yang berlebihan dan cara pembiaayaannya.
2) Cost-pust inflation, disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya yang bisa terjadi
walaupun saat tingkat pengangguran tinggi dan tingkat penggunaan kapasitas
produksi rendah atau kenaikan biaya produksi yang akan menimbulkan kenaikan
pada tingkat harga barang-barang.
3) Demand-pull inflation, disebabkan oleh permintaan agregat yang berlebihan yang
mendorong kenaikan tingkat harga umum.
4) Inertial inflation, cenderung berlanjut pada tingkat sama sampai berubah
dikarenakan kejadian/kondisi ekonomi. Jika inflasi ini terus bertahan dan hal ini
diantisipasi dalam bentuk kontrak finansial dan upah, maka kenaikan inflasi akan
terus berlanjut.

Sumber lain juga menambahkan macam-macam dari inflasi diantaranya:

1) Natural inflation, yaitu inflasi alami yang timbul karena pergerakan mekanisme
pasar antara interaksi permintaan dan penawaran.
2) Human error inflation, yaitu inflasi karena kesalahan dari perilaku manusia itu
sendiri, seperti korupsi.

11
Huda, dkk, Op.Cit., h.176.
12

3) Spiraling inflation, yaitu inflasi yang timbul sebagai akibat dari inflasi periode
sbeelumnya, seperti kondisi harga barang-barang di pasar yang mengikuti
pergerakan harga pada hari-hari sebelumnya.
4) Imported inflation, yaitu terjadinya inflasi di suatu negara akan berefek pada negara
lainnya karena menjadi price taker dalam pasar perdagangan internasional.
5) Domestic inflation, yaitu inflasi yang terjadi di negara sendiri (domestik).

Berdasarkan besarnya laju, inflasi dapat digolongkan sebagai berikut:12

1) Creeping inflation (inflasi merayap), yaitu inflasi dengan laju kenaikan kurang dari
3% per tahun (lambat).
2) Moderate inflation (inflasi menengah), yaitu inflasi dengan laku kenaikan antara
5%-10% per tahun.
3) Galloping inflation, yaitu inflasi dengan laju kenaikan lebih dari 50% per tahun .
4) Hyper inflation, yaitu inflasi dengan laju kenaikan 2X sangat cepat per tahunnya.

2. Inflasi dalam Ekonomi Islam


seorang ekonom Islam sekaligus murid dari Ibn Khaldun yakni Taqiuddin Ahmad ibn
al-Maqrizi (1364-1441 M) menggolongkan inflasi menjadi dua bagian yaitu:13
a. Inflasi alami (natural inflation)
Inflasi ini disebabkan oleh faktor alami atau faktor alam dan setiap orang tidak bisa
mengendalikan faktor tersebut, seperti bencana alam. Ibn al-Maqrizi menjelaskan
bahwa inflasi alami ini disebabkan oleh turunnya penawaran agregat (AS) atau naiknya
permintaan agregat (AD). Jika memakai pendekatan analisis konvensional melalui
persamaan,
MV = PT = Y
dengan: M = jumlah uang yang beredar
V = kecepatan peredaran uang
P = tingkat harga
T = jumlah barang dan jasa
Y = tingkat pendapatan nasional (GDP)
Maka natural Inflation dapat diartikan sebagai:

12
Yuliadi, Op.Cit., h.261.
13
Karim, Op.Cit., h.139.
13

1) Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu
perekonomian (T). Misalnya T turun, sedangkan M dan V tetap, maka akibatnya P
naik.
2) Naiknya daya beli masyarakat secara riil. Misalnya nilai ekspor lebih besar daripada
nilai impor, maka secara netto terjadi impor uang yang mengakibatkan M turun
disaat V dan T tetap, maka P naik.

Jika dianalisis melalui persamaan:

AD = AS

Dan:

AS = Y

AD = C + I + G + (X-M)

Maka:

Y = C + I + G + (X-M)

Sehingga natural inflation dapat dibedakan menjadi dua golongan berdasarkan


penyebabnya sebagai berikut:

1) Akibat uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak, dimana ekspor naik
sedangkan impor turun, maka nilai net export terlalu besar, sehingga mengakibatkan
naiknya permintaan agregat (AD). Berikut grafiknya:

Kurva di atas menjelaskan bahwa pergeseran ke kanan atas kurva AD sebagai akibat
kenaikan permintaan karena pendapatan meningkat yang menyebabkan kenaikan harga
dari P1 ke P2. Di sisi lain, kenaikan harga ini akan mendorong semangat produsen untuk
meningkatkan produksi dalam menanggapi kebutuhan pasar.
2) Akibat dari turunnya tingkat produksi (AS) karena terjadinya paceklik, perang,
ataupun embargo dan boikot. Berikut grafiknya:
14

Penurunan jumlah barang di pasar ditandai dengan pergeseran ke kiri atas kurva AS1
ke AS2, sehingga menyebabkan jumlah barang di masyarakat berkurang dan akibatnya
terjadi kenaikan harga dari P1 ke P2.
b. Inflasi yang disebabkan kesalahan manusia (human error inflation)
Berdasarkan penyebabnya, human error inflation dapat dikelompokkan menjadi 3
bagian yaitu:
1) Korupsi dan administrasi yang buruk (corruption and bad administration)
Berdasarkan persamaan MV = PT, maka korupsi akan mengganggu tingkat harga
karena produsen akan menaikkan harga jual produksinya untuk menutupi biaya-
biaya ‘siluman’ yang diambil oleh para koruptor. ‘biaya siluman’ tersebut
dimasukkan dalam COGS (cost of goods sold). COGS akan mendorong ATC dan
MC naik ke ATC2 dan MC2, sehingga harga jual pada keadaan normal profit naik
dari P ke P2. Hal ini akan mengakibatkan COGS menjadi tidak merefleksikan nilai
sumber daya sebenarnya yang digunakan dalam proses produksi. Harga yang terjadi
terdistorsi oleh komponen yang seharusnya tidak ada, sehingga akan
mengakibatkan ekonomi biaya tinggi (high cost economy). Kemudian akan terjadi
inefisiensi alokasi sumber daya yang akan merugikan masyarakat secara
keseluruhan. Selain menyebabkan inefisiensi alokasi sumber daya dan ekonomi
biaya tinggi, korupsi dan administrasi yang buruk juga akan menyebabkan
keterpurukan spiraling inflation atau hyper inflation. Jika merujuk pada persamaan
AS-AD, korupsi dan administrasi yang buruk akan menyebabkan kontraksi pada
kurva penawaran agregat. Semakin meningkatnya biaya produksi mengakibatkan
banyaknya perusahaan yang gulung tikar, sehingga penawaran barang berkurang.
Hal ini ditandai dengan pergeseran kurva AS1 ke AS2 dengan asumsi AD tetap,
titik keseimbangan bergeser dari E1 ke E2, dimana jumlah barang menjadi semakin
sedikit dari Q1 ke Q2 dengan tingkat harga barang meningkat dari P1 ke P2.
15

2) Pajak yang berlebihan (excessive tax)


Efek yang ditimbulkan oleh pajak berlebihan ialah adanya kontraksi pada kurva
penawaran agregat (AS turun). Pajak yang berlebihan juga mengakibatkan
efficiency loss atau dead weight loss.
3) Pencetakan uang dengan tujuan menarik keuntungan yang berlebihan (excessive
seignorage)
Menurut Milton Friedman, seorang ekonom monetarist terkemuka menjelaskan
bahwa “inflation is always and everywhere a monetary phenomenon”. Para otoritas
moneter barat umumnya meyakini bahwa pencetakan uang akan menghasilkan
keuntungan bagi pemerintah (inflation tax), sebagaimana dijelaskan persamaan
berikut ini:
Real revenue from printing money = (Mt – Mt-1) = µ x Mt-1
Pt Pt
Dengan µ adalah tingkat pertumbuhan harga. Nilai µ yang tinggi akan
menyebabkan tingkat inflasi (π) yang tinggi, sehingga implikasinya adalah suatu
nilai nominal yang lebih tinggi pula dari tingkat suku bunga (R = r + π). Dengan
demikian tingkat pertumbuhan uang yang tinggi akan menghasilkan tingkat pajak
yang lebih tinggi pula dari pajak memegang uang (tax for holding money). Dari
pandangan Islam, Ibn al-Maqrizi menjelaskan bahwa pencetakan uang yang
berlebihan jelas-jelas akan mengakibatkan inflasi. Kenaikan harga-harga komoditas
merupakan kenaikan dalam bentuk jumlah uang fulus atau nominal, namun jika
diukur dengan emas dan perak (dinar dan dirham), maka harga-harga komoditas
tersebut jarang mengalami inflasi. Ibn al-Maqrizi juga menjelaskan bahwa uang
sebaiknya dicetak hanya pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertransaksi
atau jual beli dan dalam bentuk pecahan dengan nilai nominal kecil. Hal ini
dilakukan sebagai upaya mengatasi hoarding atau penumpukan.

Dampak yang ditimbulkan inflasi diantaranya:


16

1) Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, fungsi tabungan, fungsi dari


pembayaran di muka, dan fungsi dari unit penghitungan.
2) Semangat dan sikap dari menabung melemah atau turunnya marginal propensity to
save (MPS).
3) Kecenderungan berbelanja terutama non primer dan barang-barang mewah
meningkat atau naiknya marginal propensity to consume (MPC).
4) Mengarahkan investasi pada kegiatan non produktif yaitu penumpukan kekayaan
(hoarding), seperti tanah, bangunan, mata uang asing, dengan mengorbankan sektor
produktif seperti pertanian, industri, dan lain sebagainya.

3. Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi Inflasi


Dalam Perspektif ekonomi Islam, Islam sebetulnya punya solusi menekan laju inflasi
seperti yang telah dikemukan oleh al-Ghazali (1058-1111) yang menyatakan, pemerintah
mempunyai kewajiban menciptakan stabilitas nilai uang. Dalam hal ini al-Ghazali
membolehkan penggunaan uang yang bukan berasal dari logam mulia seperti dinar dan
dirham, tetapi dengan syarat pemerintah wajib menjaga stabilitas nilai tukarnya dan
pemerintah memastikan tidak ada spekulasi dalam bentuk perdagangan uang.
Sedangkan Ibnu Taimiyah (1263-1328) berpendapat pemerintah seharusnya mencetak
uang harus sesuai dengan nilai yang adil atas transaksi masyarakat, tidak memunculkan
kezaliman terhadap mereka. Ini berarti Ibnu Taimiyah menekankan bahwa percetakan
uang harus seimbang dengan trasnsaksi pada sektor riil. Uang sebaiknya dicetak hanya
pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertransaksi dan dalam pecahan yang
mempunyai nilai nominal yang kecil. Menurut Husain Shahathah, terdapat beberapa solusi
untuk mengatasi inflasi adalah:14
1) Reformasi terhadap sistem moneter yang ada sekarang dan menghubungkan antara
kuantitas uang dengan kuantitas produksi.
2) Mengarahkan belanja pada aspek yang bermanfaat dan melarang sikap berlebihan
dalam belanja.
3) Larangan menyimpan (menimbun) harta dan mendorong untuk
menginvestasikannya.

14
http://liscdwiastari.blogspot.com/2017/03/kebijakan-ekonomi-islam-dalam-mengatasi.html
17

4) Meningkatkan produksi dengan memberikan dorongan kepada masyarakat secara


materil dan moral. Menjaga pasokan barang kebutuhan pokok merupakan yang
krusial untuk bisa mengendalikan inflasi.
Kebijakan-kebijakan Ekonomi Islam dalam mengatasi inflasi:
1) Menggunakan emas dan perak sebagai alat tukar.
2) Menjadikan emas perak sebagai standar nilai tukar uang dunia.
3) Islam telah mengaitkan emas dan perak dengan hukum yang baku dan tidak berubah-
ubah, dimana ketika Islam mewajibkan diat, maka harus menggunakan standar emas
perak. Ketika Allah mewajibkan pembayaran zakat, maka nisabnya berdasarkan
emas dan perak.
18

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Pengangguran (unemployment) adalah suatu kondisi dimana orang yang masuk
dalam angkatan kerja sedang mencari pekerjaan, tetapi tidak mendapatkan pekerjaan.
Macam-macam pengangguran diantaranya: Pengangguran terbuka, Pengangguran
terselubung, setengah menganggur, pengangguran friksional, pengangguran musiman,
pengangguran siklis, pengangguran struktural, pengangguran teknologi, dan
pengangguran konjungtural. Menurut Qardhawi, pengangguran dapat dibagi menjadi
dua yaitu: pengangguran Jabariyah (terpaksa) dan pengangguran Khiyariyah (pilihan).
Untuk mengatasi pengangguran peran pemerintah sangat besar akan hal tersebut
melalui kebijakan-kebijakan yang diambil.

Kenaikan harga secara umum dalam jangka waktu yang lama disebut dengan
inflasi. Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364-1441 M) menggolongkan inflasi
menjadi dua bagian yaitu: pertama, Inflasi alami (natural inflation) dan Inflasi yang
disebabkan kesalahan manusia (human error inflation), dimana inflasi yang disebabkan
oleh kesalahan manusia ini dibagi lagi menjadi tiga bagian, yaitu Korupsi dan
administrasi yang buruk (corruption and bad administration), Pajak yang berlebihan
(excessive tax), dan Pencetakan uang dengan tujuan menarik keuntungan yang
berlebihan (excessive seignorage).

B. Saran
Dengan hadirnya makalah ini, penulis berharap agar penulisan makalah ini bermanfaat
bagi pembaca terutama bagi penulis pribadi. Penulis juga sadar bahwa dalam proses
penulisan makalah ini, masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, sehingga kritik dan
tanggapan positif lagi membangun sangat penulis harapkan.
19

DAFTAR PUSTAKA

Yuliadi, Imamudin. Teori Ekonomi Makro Islam. Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2019.

Huda, Nurul, dkk. Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis. Jakarta: Prenada Media Group,
2008.

Karim, Adiwarman. A. Ekonomi Makro Islami. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012.

Probosiwi, Ratih. 2016. Pengangguran dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Kemiskinan.


https://ejournal.kemsos.go.id/index.php/jpks/article/download/1349/756. Diakses pada 2
November 2019.

Suraji. 2015. Pengangguran dari Perspektif Ekonomi dan Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun.
http://stia-asmisolo.ac.id/jurnal/index.php/jmbb/article/view/71/44. Diakses pada 20
November 2019.

Khabibah, Siti dan Septia Ningsih. 2017. Makalah Pengangguran dalam Islam.
https://http300581940.wordpress.com/2018/02/22/makalah-pengangguran-dalam-
islam/. Diakses pada 24 November 2019.

Astari, Lisca Dwi. 2017. Kebijakan Ekonomi Islam dalam Mengatasi Inflasi.
http://liscdwiastari.blogspot.com/2017/03/kebijakan-ekonomi-islam-dalam-
mengatasi.html. Diakses pada 24 November 2019.

Anda mungkin juga menyukai