Abstrak
Salah satu kriteria perancangan konversi struktur tanker menjadi FPSO adalah kekuatan terhadap beban
kelelahan. Perhitungan umur kelelahan dalam tugas akhir ini menggunakan metode deterministik dan
divalidasikan dengan hasil running software Poseidon untuk mendapatkan tegangan struktur, kemudian
dijadikan data dalam perhitungan umur kelelahan. Selanjutnya, pada tugas akhir ini telah dianalisa
keandalan scantling struktur geladak dan dasar pada konversi tanker menjadi FPSO terhadap beban
kelelahan. Umur kelelahan dihitung saat kondisi tanker dan ditinjau ulang setelah dikonversi menjadi
FPSO. Dengan mengacu pada umur kelelahan yang didapatkan, maka keandalan struktur dapat
ditentukan. Keandalan dihitung dengan menentukan moda kegagalan sistem, yaitu jika umur kelelahan
dikurangi dengan umur desain lebih kecil dari 0, maka struktur dinyatakan gagal. Dalam analisa
keandalan ini digunakan Monte Carlo Simulation yang mampu memberikan prediksi probability of
failure dengan cukup akurat, oleh karena banyaknya trial yang dapat dilakukan. Peluang kegagalan
dianggap sebagai ukuran rasional untuk menentukan keamanan struktur. Berdasarkan analisa perhitungan
dengan hanya memperhitungkan vertical bending moment yang diakibatkan oleh gelombang, maka umur
kelelahan tanker sebelum dikonversi adalah 21,93 tahun pada geladak dan 34,66 tahun pada dasar. Hal ini
divalidasi oleh hasil running Poseidon yang memberikan umur kelelahan sebesar 22 tahun pada geladak
dan 34 tahun pada dasar. Untuk proses modifikasi FPSO di mana pada struktur tanker ditambahkan
topside module sebesar 5000 ton, maka umur kelelahan pada geladak turun menjadi 20,3 tahun dan pada
dasar 30,1 tahun. Setelah dilakukan penguatan scantling dengan penambahan 15 buah stiffener, maka
umur kelelahan untuk geladak meningkat menjadi 30,11 tahun. Keandalan struktur geladak dianalisa
dengan Simulasi Monte Carlo berdasarkan pada moda kegagalan dengan iterasi sebanyak 10.000 kali.
Sebelum diberikan penguatan, keandalan struktur terhadap kelelahan hanya sebesar 0,58. Namun, setelah
diberikan penguatan keandalannya mencapai 1,0, yakni mencapai kondisi aman.
4
Jurnal Tugas Akhir
maka perhitungan sisa umur kelelahan hanya
dilakukan pada struktur geladak utama dan base
plate.
m = 3 , S-N curve exponent
K2 = 0,63 . 1012 , S-N curve
coefficient
Perhitungan kelelahan berdasarkan pada kurva
Gambar 4.1 Spektrum gelombang Sepanjang S-N, terdapat faktor perbedaan ketebalan.
(FSO Mutiara, 2006) Ketebalan pelat yang digunakan dalam
Gambar 4.1. menunjukkan spektrum gelombang percobaan untuk mendapatkan kurva S-N adalah
sepanjang. Data gelombang terkumpul pada 22 mm, sedangkan tebal pelat struktur tanker
periode 3 detik dengan perbandingn 36 % dari yang dianalisa adalah 15 mm.
semua data dan pada ketinggian 0,5 meter Data perhituangan dan hasil perhitungan terdapat
dengan perbandingan 52 % dari semua jumlah pada tabel 4.4. dari hasil tabel tersebut,
data. Prediksi tinggi gelombang tahunan perhituangan perkiraan umur kelelahan adalah
menggunakan distribusi weibull. Prediksi tinggi 21,93 tahun, dimana nilai ini berada jauh
gelombang untuk 100 tahun adalah 7,52 m. dibawah target minimal umur kelelahan 25
Hasil perhitungan rentang tegangan akibat tahun.
gelombang terdapat pada tabel berikut:
6
Jurnal Tugas Akhir
struktur kapal adalah seluruh beban vertikal yang sepanjang FPSO dengan nilai sebesar 1369,34
terjadi pada kapal termasuk berat kapal kosong, kN/m panjang struktur.
berat peralatan, berat isi muatan dan gaya angkat 1. Kasus pembebanan 1
kapal. Berat dan lokasi distribusi beban pada Kasus pembebanan 1 adalah struktur dengan
FPSO terdapat pada gambar dibawah ini: kondisi laut tenang (tanpa gelombang). Beban
a) FPSO muatan penuh utama pada struktur adalah akibat beban vertikal
Data distribusi beban sepanjang struktur kondisi dan gaya angkat struktur. Berdasarkan hasil
perhitungan, distribusi gaya struktur pada
muatan penuh terdapat pada:
gambar dibawah ini:
a) FPSO muatan penuh
Gambar 4.13 Reultan beban kondisi 1b Gambar 4.16 Posisi dua puncak gelombang pada
Gambar 4.13, menunjukkan distribusi gaya struktur
resultan yang bekerja pada struktur. Garis biru Gambar 4.16, menunjukkan distribusi
merupakan gaya angkat (buoyancy) dan garis gelombang yang bekerja pada struktur. Terdapat
merah adalah beban vertikal diatas struktur. dua puncak gelombang dengan posisi masing-
masing pada kedua ujung struktur. Pada bagian
mid-ship struktur, posisi gelombang pada puncak
terendah.
a) FPSO muatan penuh
Gambar 4.19 Gaya geser kondisi 2b Gambar 4.22 Gaya geser kondisi 3a
Gambar 4.19, nilai tertinggi gaya geser adalah Gambar 4.22, nilai tertinggi gaya geser adalah
28,2 MN pada posisi 138 m dari AP. Untuk nilai 98,1 MN pada posisi 42 m dari AP. Untuk nilai
terendah dari gaya geser adalah –60,9 MN pada terendah dari gaya geser adalah -64,3 MN pada
posisi 42 m dari AP. posisi 138 m dari AP.
Gambar 4.20 Momen bending kondisi 2b Gambar 4.23 Momen bending kondisi 3a
Gambar 4.20, nilai tertinggi momen bending Gambar 4.23, nilai tertinggi momen bending
adalah 2933,8 MNm pada posisi 89 m dari AP. adalah 2449,4 MNm pada posisi 89 m dari AP.
3. Kasus Pembebanan 3 b) FPSO muatan 45 %
Kasus pembebanan 3 adalah struktur dengan
kondisi terdapat satu puncak gelombang pada
mid-ship struktur. Tinggi gelombang yang
digunakan adalah 7,25 m yang merupakan tinggi
gelombang 100 tahunan daerah sepanjang.
Panjang gelombang adalah sama dengan panjang
struktur yaitu 173 m. Berdasarkan hasil
perhitungan, distribusi gaya struktur pada
gambar dibawah ini: Gambar 4.24 Gaya geser kondisi 3b
Gambar 4.24, nilai tertinggi gaya geser adalah
61,3 MN pada posisi 138 m dari AP. Untuk nilai
terendah dari gaya geser adalah -30,5 MN pada
posisi 42 m dari AP.
12